Di Susun Olleh
YERY NATTI
1420118049R
Laporan Pendahuluan Dan Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn. “A”
Dengan Diagnose Medis Otitis Media sudah disetujui dan di Responsi
pada,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,2021
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu mengambarkan asuhan keperawatan pada pasien Tn. “A” dengan diagnose
medis Otitis Media
b. Tujuan Khusus
2.2 Etiologi
OM sering disebabkan oleh streptococcus pneumonia, H. Influenza, dan Moraxlla
catarhallis. Etiologi dari jenis non infeksi tidak diketahui, meskipun sering menghasilkan
penutupan dari pipa pembuluh dari edema ISPA, alergi rhinitis, atau hypertropic kelenjar
gondok. OM kronis sering merupakan perpanjangan dari episode akut.
Sebuah hubungan telah diamati antara kejadian OM dan metode makan bayi. Bayi yang
minum ASI memiliki insiden lebih rendah dibandingkan bayi yang minum susu formula.
Menyusui dapat melindungi bayi terhadap virus pernapasan dan alergi karena mangandung
sekresi im-munoglobin A ( IgA ), yang membatasi pemaparan dari saluran estachius dan
mukosa telinga tengah terhadap patogen mikroba dan protein asing. Surutnya susu sampai
pipa pembuluh, mempunyai kemungkinan kecil pada bayi yang di beri ASI, karena posisi
setengah vertikal selama menyusui dibandingkan dengan susu botol
.
2.3 Klasifikasi
1. Otitis Media Akut (supuratif)
2. Otitis Media Sub Akut (skretori)
3. Otitis Media Kronis (menetap)
2.4 Manifestasi Klinis
a. Otitis Media Akut (supuratif)
1. Tonjolan di membrane timpani
2. Pusing
3. Eritema membrane timpani
4. Kehilangan pendengaran (biasanya ringan dan konduktif)
5. Demam ringan sampai sangat tinggi
6. Mual
7. Drainase purulen di kanal telinga akibat rupture membrane timpani
8. Nyeri hebat, dalam, dan berdenyut (akibat tekanan di belakang membrane timpani)
9. Infeksi traktus respiratorik atas (bersin, batuk)
10. Muntah
PERINGATAN KEPERAWATAN
Sebagai hasil dari pecahnya membran, diperlukan kecepatan menghilangkan rasa sakit,
suhu menurun bertahap, dan adanya pembuangan purulen di saluran pendengaran
eksternal.
Nyeri berat atau demam biasanya tidak ada di OME, dan anak mungkin terlihat tidak sakit.
Sebaliknya ada perasaan “penuh” di telinga, sensasi muncul selama menelan, dan perasaan
“gerak” di telinga jika udara hadir di atas tingkat cairan. Karena kronis serius OM adalah
penyebab paling sering dari hilangnya pendengaran konduktif, pada anak-anak audiometri
dapat mengungkapkan kekurangan pendengaran.
2.5 Patofisiologi
OM terutama mengakibatkan disfungsi saluran eustachius. Saluran eustachius adalah
bagian dari sebuah penyusun system yang berulang dari nares, nasopharynx, saluran
eustachius memiliki tiga fungsi yang berhubungan dengan telinga tengah; (1) perlindungan
telinga tengah dari sekresi nasopharyngeal, (2) saluran sekresi yang di produksi di telinga
tengah ke nasopharynx, dan (3) fentilasi dari telinga tengah untuk menyamakan tekanan
udara dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer di saluran telinga eksternal dan
pengisian oksigen yang telah diserap.
Mekanika atau gangguan fungsi pada saluran eustachius menyebabkan akumulasi cairan
di telinga tengah. Penyumbatan didalam dapat di sebabkan oleh infeksi atau alergi;
penyumbatan di luar biasanya akibat dari kelenjar gondok yang membesar atau tumor
nasopharyngeal. Tidak berfungsinya saluran eustachius penelanan dapat menyebabkan
obstruksi fungsional yang berhubungan dengan turunnya stiffness atau mekanisme yang
kurang efisien. Hasil penyumbatan saluran eustachius negatif atau tekanan telinga tengah.
Tabel 2.2
Otitis media : peradangan pada telinga tengah tanpa mengacu pada etiologi atau
pathogenesis.
Acute Otitis Media (AOM) : Sebuah serangan pendek dan cepat dari tanda dan gejala
yang berlangsung sekitar 3 minggu.
Otitis Media with effusion (OME) : radang telinga tengah dimana kumpulan cairan
muncul dalam ruang telinga tengah
Chronic Otitis
Jika terus menerus, akan memproduksi pengaliran cairan transudative telinga tengah.
Pembuangan dihambat oleh tekanan negatif yang berkelanjutan dan gangguan transportasi
ciliary dalam tabung. Bila bagian itu tidak benar-benar terhalang, kontaminasi dari telinga
tengah dapat terjadi dengan refluks, aspirasi, atau insuflasi selama menangis, hidung bersin,
meniup dan menelan ketika hidung tersumbat. Beberapa faktor yang mempengaruhi bayi dan
anak muda untuk pengembangan OM (Tabel 2.3).
Namun, konsekuensi yang paling ditakuti pada gangguan pendengaran adalah pengaruh
yang buruk pada perkembangan kemampuan bicara, bahasa, dan kesadaran. Anak yang
memiliki jangka waktu efusi telinga tengah yang lama tampil kurang baik pada tes bicara dan
bahasa dibandingkan mereka yang memiliki penyakit telinga tengah yang sedikit,
Implikasi struktural atau gejala sisa yang melibatkan terutama pada membran tympanic.
Tympanic membrane retraction or retraction pocket terjadi ketika tekanan telinga tengah
terus negatif sehingga menarik membran timpani ke dalam dan di area yang mempunyai
tekanan rendah atau atrophic segments dari drum head, kantong retraction kelihatan.
Penarikan ini dapat menyebabkan gangguan transmisi suara, perforation dari area kecil,
atau infeksi pada kantong, dan kemudian cholesteatoma.
Tabel 2.3
Faktor-faktor predisposisi untuk pengembangan
- Pipa pembuluh pendek, lebar, dan lurus dan dia didalam bidang yang relatif
horizontal.
- Lapisan tulang rawan belum berkembang, sehingga membuat saluran lebih dapat
dilambungkan dan karena itu lebih mungkin untuk membuka secara tidak tepat
Disfungsi tuba
Infeksi menjalar
ke cavum tympani
OTITIS MEDIA
Tindakan infasif
Terbatasnya informasi
2.8 Komplikasi
Komplikasi. Konsekuensi dari lamanya gangguan telinga tengah dapat berupa
fungsional atau struktural. Konsekuensi fungsional utama adalah gangguan pendengaran,
meskipun tidak ditemukan pada kebanyakan anak konduktif di alam dan tingkat keparahan
yang ringan. Penyebab gangguan pendengaran adalah tekanan negatif telinga tengah,
adanya efusi di telinga tengah, atau kerusakan struktural pada membran tympani.
Obat dengan dosis tunggal-parental telah digunakan untuk mengurangi AOM. Obat
ini memberikan keuntungan bagi anak-anak yang mungkin memiliki penyerapan yang
buruk dari obat oral karena muntah atau diare. Yang menolak meminum obat oral atau
yang mengurangi komplainnya karena keaadaan keluarga. Dosis tunggal IM ceftriaxone
ditemukan sebanding dengan keberhasilan klinis untuk dosis 10 hari dari oral
trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMZ) untuk perlakuan AOM (Barnett and
others, 1997).
Anak-anak dengan AOM harus dilihat setelah terapi antibiotik selesai untuk
mengevaluasi efektivitas pengobatan dan untuk mengidentifikasi potensi komplikasi
seperti gangguan pendengaran atau efusi. Hal ini sulit bagi orangtua untuk menentukan
gangguan pendengaran.
3. Perawatan traumatic
a. Intramuscular ceftriaxone (rocephin)
Untuk mengurangi rasa sakit dari IM pemberian ceftriaxone penggunaan lidocaine
1% sebagai pelarut (Barnett and other, 1997). Lidocaine dapat digunakan sebagai
penyangga pada saat penggunaannya untuk mengurangi penyengatan atau
pembakaran. Jika waktu memungkinkan menerapkan krim EMLA ke situs IM 2,5
jam sebelum penyuntikan.
Beberapa anak memiliki cairan yang bertahan di telinga tengah selama beberapa
minggu atau bulan. OME sering dikaitkan dengan gangguan pendengaran dari ringan
sampai sedang. Tujuan utama terapi adalah untuk membangun dan menjaga area
telinga tengah yang bebas dari cairan dengan mukosa normal dan akhirnya untuk
mencapai pendengaran normal.
Seorang anak yang memiliki cairan di kedua telinga tengah untuk total tiga bulan
harus memiliki evaluasi pendengaran. Sebuah antibiotik tidak diindikasikan untuk
pengobatan awal OME tetapi dapat diindikasikan untuk anak-anak yang memiliki
efisi persisten lebih dari 3 bulan (Dowell and other, 1998). Jika efusi bilateral telah
berlangsung dan anak telah kehilangan pendengaran, pembedahan myringotomy
dianjurkan setelah total 4 sampai 6 bulan efusi bilateral dengan defisit pendengaran
bilateral (Andrew, 2001). Tetapi ini memungkinkan untuk pengaliran mekanisme
dari cairan , yang mendorong penyembuhan membran dan mencegah pembentukan
bekas luka dan hilangnya elastisitas. Tabung (atau equalizer tekanan ventilasi [PE]
dari tabung atau grommets) memfasilitasi pembuangan lanjutan dari cairan dan
memungkinkan ventilasi dari telinga tengah. Tujuan utama adalah untuk
memungkinkan saluran eustachius pada masa pemulihan setelah operasi pemasangan
tabung untuk dapat melakukan fungsinya. Operasi ini relatif jinak. Namun kadang-
kadang tabung dapat menjadi terhubung dan seringkali memerlukan reintegrasi.
Komplikasi yang berulang atau berlangsung lama dari penempatan tabung adalah
tympanosclerosis, terlokalisasi atau menyebar atrophy dari membran, pelubangan
terus menerus atau, jarang, cholesteatoma. Tonsillectomy ini tidak menguntungkan
untuk OME (kline, 1999).
Meliputi identitas pasien yaitu nama, umur (kejadian tertinggi pada anak usia 2
tahun, kemudian secara, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan
identitas penanggung jawab.
2. Pola kesehatan
a. Pola Presepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Keluhan yang paling dirasakan pada saat MRS, biasanya
terjadi nyeri pada telinga.
2) Riwayat penyakit sekarang:
Klien mengeluh telinganya mengeluarkan cairan
kuning kental dan berbau busuk,kepalanya pusing, demam
tinggi/hipertermi, telinganya terasa nyeri, sulit tidur, tiba-
tiba menjerit saat tidur, mengalami gangguan pendengaran,
kadang kadang memegang telinga yang sakit, mual,
muntah, diare dan kejang kejang, nafsu makan menurun.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Biasanya klien dengan otitis media ini memiliki
riwayat infeksi saluran pernapasan atas riwayat batuk pilek
(rhinitis).
4) Riwayat kesehatan keluarga :
Biasanya otitis media ini tidak penyakit keturunan.
5) Riwayat kesehatan lingkungan
Lingkungan yang kotor atau kumuh serta lingkungan
perokok, ataupun area industri biasa menyebabkan Otitis
Media.
6) Genogram
Berdasarkan keturunan 3 generasi tidak di temukan
penyakit Otitis Media, klien dengan penyakit Otitis Media
sering di sebabkan oleh faktor lingkungan, dan faktor
merokok.
3.2. PEMERIKSAAN FISIK
1. Head to toe
a. Kepala
- Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, serta tidak
ada nyeri tekan.
- Rambut : Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam,
rambut lurus.
- Mata : Warna sklera putih, konjungtiva tidak ada kemerah-merahan, pupil klien
isokor, kelopak mata normal warna merah muda, pergerakan mata normal,
lapang pandang normal, visus: ketajaman penglihatan klien normal, pupil:
normal, kedua bentuk pupilnya simetris, tidak adanya edema dan tidak ada
benjolan disekitar mata, tidak ada sekret pada mata, serta lapapang pandang
normal.
- Hidung : Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung, tidak ada
sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi penciuman baik,
kedua lubang hidung simetris.
- Mulut : Warna mukosa mulut pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi,
gusi normal, tidak terdapat benjolan pada lidah, tidak ada karies pada gigi.
- Telinga : Inspeksi : Kedua telinga simetris ,tidak ada lesi pada telinga, adanya
serumen berlebih, adanya edema, ketika diperiksa dengan otoskop (adanya
peradangan, terdapat cairan pada membran timpani).
b. Palpasi :
- adanya nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani tidak normal.
- Auskultasi : - Tes rinne : (-)
- Tes webber : laterisasi kanan
- Tes bisik : pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi rendah.
c. Leher
- Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan bagian tubuh, tidak ada lesi, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak ada nyeri tekan dan
tidak ada peradangan.
d. Dada
- Paru Anamnesis: Batuk produktif, warna sputum kuning, tidak nyeri waktu
bernapas
- Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola napas teratur,
frekuensi napas pasien reguler (22 x/menit), pergerakan otot bantu pernapasan
normal.
- Auskultasi: Bunyi napas normal.
- Palpasi: Vokal fermitus normal.
- Perkusi: Tidak adanya massa, tidak adanya cairan, dan tidak adanya udara
dalam paru.
e. Jantung
- Inspeksi: Denyutan jantung normal.
- Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5.
- Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung atau tidak ada
kardiomegali.
- Perkusi: letak jantung normal.
f. Abdomen
- Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak
ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi.
- Auskultasi: peristaltik usus normal 18x/menit.
- Perkusi: timpani.
- Palpasi: tidak adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada
pembesaran lien, ginjal normal.
g. Otot dan rangka integumen
- Inspeksi: pergerakan baik, sendi lengan dan tungkai normal, tidak ada fraktur,
tidak ada dislokasi, warna kulit rata, tulang belakang normal.
- Palpasi: turgor elastis, tidak ada clubing finger, kekuatan otot normal,
ekstremitas atas dan bawah tampak normal, otot simetris.
h. Persyarafan
- Tingkat kesadaran: Composmentis
GCS: - Eye: membuka secara spontan, nilai 4
- Verbal: Orientasi baik, nilai 5
- Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
Total GCS: Nilai 15
- Reflek: Normal
- Tidak ada riwayat kejang
- Koordinasi gerak normal.
Uji Saraf Kranial
- N VIII : tidak berfungsi dengan baik.
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4. Uji timpanopi
6. Pemeriksaan liang telinga akan tampak (cairan) yang keluar dari telinga
bercampur nanah (jaringan granulasi/ polip terdapat perforasi pada
membrane timpani)
B. TERAPI MEDIK
- Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan
analgetik. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya
dilakukan mirigotomi.
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB per hari, dibagi
dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau
eritromisin 40mg/BB/hari.
- Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat
keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah
obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu
7-10 hari.
- Pada stadium resolusi maka membran timpani berangsur normal kembali,
sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.
C. ANALISA DATA
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d proses inflamasi pada jaringan telinga tengah.
2. Gangguan komunikasi b/d efek berkurangnya respon pendengaran.
3. Resiko tingginya b/d vertigo.
4. Cemas b/d nyeri yang semakin memberat.
E. INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Nyeri b/d proses inflamasi pada jaringan telinga tengah.
F. EVALUASI
• Nyeri teratasi
G. PERENCANAAN
Karena OMA lebih sering terjadi pada anak-anak dan sering terjadi
berulang maka perawat sebagai Community Organizing memberikan
penyuluhan yang berhubungan dengan penyakit OMA. Beberapa hal yang dapat
mengurangi resiko OMA yaitu :
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Huda Nurarif, Amin dan Hardhi Kusuma. 2013. NANDA NIC-NOC. Yogjakarta:
Penerbit Media Action
Williams, L & Wilkins. 2011. NURSING. Jakarta Barat: Penerbit Jurnal Nursing