Anda di halaman 1dari 2

FK-KMK UGM.

Selain obat-obatan, seringkali masyarakat dijejali dengan berbagai informasi


yang entah itu benar atau tidak mengenai manfaat bahan-bahan tertentu terutama bahan-bahan
tradisional. Dengan seminar webinar kolaborasi bersama 20 institusi/lembaga ini membahas
“Kesehatan Tradisional dan Prospek Jamu Indonesia Era Pandemi Covid-19”. Hal itu yang
disebutkan Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P., MARS., Ketua IKKESINDO-IndoHCF-KREKI saat
membuka seminar.

Twice Weekly Covid-19 Webinar Serial XV kali ini dimoderatori oleh Prof. Dr. dr. Agus
Purwadianto, SH., MSi., Sp.FM(K)., Ketua Perkumpulan Profesi Kesehatan Tradisional dan
Komplementer Indonesia (PPKESTRAKI) dan Ketua Asosiasi Peneliti Kesehatan Indonesia
(APKESI), dengan menghadirkan narasumber, Dr. dr. Ina Rosalina, Sp.A(K)., M.Kes., MHKes.,
Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kemenkes RI yang membahas “Kebijakan
Pemanfaatan Obat Traditional di Era Pandemi Covid-19”. Juga menghadirkan narasumber, Dr.
Ir. Yuli Widiyastuti, MP., Peneliti Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Tawangmangu yang membahas “Potensi Tumbuhan Obat Indonesia Untuk Pengembangan Anti
Virus”. Kemudian juga menghadirkan Dwi Ranny Pertiwi Zarman, SE., MH., Ketua GP Jamu
Indonesia sekaligus Dosen FKMUI yang membahas “Peran GP Jamu di Era Pandemi Covid-19”.

dr. Ina Rosalina menjelaskan, “Indonesia banyak menggunakan cara tradisional secara kultur
daerah untuk menyehatkan tubuh. Pemanfaatan tanaman obat keluarga disetiap provinsi cukup
tinggi. Makanya di era Covid-19, ketika orang tidak bisa pergi kemana-mana, orang-orang dapat
membuat sendiri tanaman obat/ramuan secara hidroponik atau menggunakan tempat-tempat kecil
di sekitar rumah.”

Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenic), atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan normal
yang ada di masyarakat. Obat tradisional berdasarkan keputusan BPOM ada tiga jenis, yaitu
jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka, dengan telah dilakukan upaya pembuktian secara
ilmiah agar obat tradisional yang digunakan aman, bermanfaat, dan bermutu.

“Pemanfaatan obat tradisional di era pandemi Covid-19 sangat bermanfaat sebagai pencegahan
yaitu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, atau sebagai pelengkap (komplemen) obat
konvesional yang diberikan pada pasien Covid-19 sehingga daya tahan tubuh seseorang menjadi
semakin bagus”, jelas dr. Ina Rosalina. Pemanfaatan obat tradisional ini juga dapat sebagai
imunomodulator (tanaman obat yang mengandung zat aktif seperti jahe merah, temulawak,
kunyit, meniran, empon-empon), mengurangi gejala Covid-19 (batuk pilek memakai rimpang
kencur, sakit kepala memakai bawang putih, sulit tidur memakai biji pala, dan mual muntah
memakai jahe), mengatasi faktor komorbid Covid-19 (tekanan darah tinggi memakai seledri juga
bawang putih, diabetes memakai daun salam juga sambiloto, obesitas memakai daun jati belanda
juga daun ceremai).

“Dalam situasi Covid-19 ini maka Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Surat Edaran Dirjen
Pelayanan Kesehatan nomor HK.02.02/IV/2243/2020 tentang Pemanfaatan Obat Tradisional
untuk Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Penyakit, dan Perawatan Kesehatan”, ungkapnya.
Akan tetapi, beliau menghimbau pada masyarakat agar tetap terus melakukan protokol kesehatan
dan melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Seminar Kamis (04/06) pukul 13.00 – 15.00 ini digelar melalui platform Webinar dan YouTube
oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas
Gadjah Mada (UGM) bersama kolaborasi sembilasbelas lembaga terkait lainnya, yaitu Ikatan
Konsultan Kesehatan Indonesia (IKKESINDO), Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan
Indonesia (KREKI), Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF), Perhimpunan Dokter Emergensi
Indonesia (PDEI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI),
Perhimpuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Telkom Indonesia, Persatuan Dokter Gigi
Indonesia (PDGI), Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (IAKMI), HELFA, Ikatan Psikolog Klinis (IPK), Himpunan Advokat
Spesialis Rumah Sakit (HASRS), GAKESLAB, Smart Health Society-Asosiasi Prakarsa
Indonesia Cerdas (SHS-APIC), Asosiasi Peneliti Kesehatan Indonesia (APKESI), Asosiasi Dinas
Kesehatan (ADINKES), dan Indonesia Against Covid-19 (IAC-19). (Vania Elysia/Reporter)

Anda mungkin juga menyukai