Anda di halaman 1dari 8

Suatu Penelitian Klinis dan Epidemiologi Pityriasis Versicolor

Abstrak
Latar belakang: Pitiriasis versicolor adalah suatu infeksi umum pada permukaan kulit yang
bersifat ringan dan berlangsung lama yang disebabkan oleh Malassezia furfur yang terjadi pada
semua kelompok umur. Data prevalensi dan faktor risiko bervariasi dari satu tempat ke tempat
lain. Penelitian ini dibuat untuk menggambarkan gejala klinis dan epidemiologi di Kerala Utara.

Tujuan penelitian: Untuk mempelajari gambaran klinis, prevalensi dan data demografi pasien
dengan pitiriasis versikolor di rumah sakit pendidikan tersier.

Bahan dan Metode: Sebanyak 187 pasien rawat jalan yang ada pada departemen dermatologi
diikutsertakan. Data demografi pasien, gambaran klinis dikumpulkan dan dianalisis. Rincian
demografis termasuk usia, jenis kelamin, pekerjaan, gejala, durasi, riwayat kekambuhan, kontak
dengan hewan, terkait ketombe, riwayat keluarga, penggunaan sampo dan minyak badan.

Observasi dan Hasil: Sebanyak 187 pasien termasuk dalam penelitian ini; 109 adalah laki-laki
dan sisanya 78 perempuan dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 1,39: 1. Kelompok usia
paling sering terpengaruh adalah 20-40 tahun dengan 42,24% pasien. Usia rata-rata keseluruhan
adalah 31,65 ± 5,25. Penyakit komorbid didapatkan pada 34/187 (18,18%) dari pasien dalam
penelitian ini. Di antara mereka, 12/34 mengalami diabetes mellitus (35,29%) dan gangguan
ginjal pada 08/34 (23,52%).

Kesimpulan: Pityriasis versicolor adalah penyakit kulit yang umumnya dijumpai pada praktek
dermatologi di setiap wilayah geografis. Kelompok usia yang paling umum terpengaruh
pityriasis versicolor adalah 20-40 tahun. Umumnya mempengaruhi jenis kelamin laki-laki. Tidak
ada hubungan yang signifikan antara prevalensi dan usia, jenis kelamin, profesi, kebersihan
pribadi, riwayat keluarga, dan kebersihan pribadi. Insiden puncak pityriasis versikolor diamati
pada bulan April sampai Juli. Dada adalah tempat paling umum dari presentasi lesi diikuti oleh
perut dan leher. Lesi hipopigmentasi lebih umum terjadi. Penyakit penyerta dikaitkan pada
18,18% dari total pasien.

Kata kunci: Dermatofitosis, Jamur, Malassezia furfur, Pityriasis versicolor, Tinea versicolor,
Ragi
International Journal of Scientific Study | December 2017 | Vol 5 | Issue 9
Srirath M Kambil, Professor, Departemen Dermatologi, Fakultas Kedokteran Kannur, Anjarakandy, Kannur,
Kerala, India.
PENDAHULUAN

Pityriasis versicolor adalah infeksi superfisial ringan dan kronis pada lapisan stratum korneum
kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur dan/atau spesies Malassezia lainnya.[1] Genus
Malassezia adalah bagian dari mikroflora kulit normal, dan perlu faktor predisposisi untuk
bermutiplikasi dan selanjutnya berubah dari bentuk ragi komensal menjadi fase miselium
(bentuk parasit pseudo-filamentous).[2] Karakteristik lesinya berupa diskret, serpentine, makula
hiper atau hipopigmentasi yang berkembang pada kulit; biasanya di dada, punggung atas, lengan,
dan perut. Lesi ini dapat membesar dan menyatu, tetapi scalling, peradangan dan iritasi minimal
sebagai respon host minimal.[3,4]. Organisme M. furfur adalah ragi lipofilik/jamur yang
membutuhkan lipid dalam medium untuk pertumbuhan. Diagnosis klinis dapat dikonfirmasi
dengan pemeriksaan mikroskopis langsung dari goresan kulit yang terinfeksi diobati dengan 10%
kalium hidroksida (KOH) atau diwarnai dengan pewarnaan lactophenol kapas biru. Hifa dan sel
spheris bercabang pendek diamati.[5] Visualisasi mikroskopis dari jamur tampak sebagai hifa
pendek dan tebal dengan sejumlah besar spora yang bervariasi (Gambaran spaghetti dan
bakso).[6] Distribusi infeksi kutaneus ini hampir di seluruh dunia, terutama di daerah tropis.
Infeksi oleh pityriasis versicolor biasanya menginfeksi orang dewasa karena meningkatnya
sekresi sebum setelah pubertas.[7] Prevalensi 30-40% telah dilaporkan di daerah tropis di seluruh
dunia.[8] Faktor risiko yang dijelaskan adalah musim panas, berkeringat banyak, malnutrisi,
penyakit Cushing, kehamilan, dan penggunaan pil kontrasepsi oral.[9] Efek kosmetik dari bercak
hipopigmentasi pada kulit membawa pasien ke dokter kulit untuk konsultasi.[10] Ketika infeksi
mempengaruhi kulit kepala yang dikenal sebagai pityriasis capitis maka memberikan gambaran
seperti ketombe; pityrosporum folikulitis bermanifestasi sebagai erupsi papulopustular folikel
dengan pruritus.[11] Pustulosis sefalik neonatal adalah erupsi pustular non-folikel yang terjadi
pada 3% dari neonatus yang dirawat di rumah sakit.[12] M. furfur diketahui memiliki peran dalam
patogenesis eksim atopik.[4] Insiden tinea versikolor meningkat di masyarakat dengan infeksi
virus imunosupresif. Penelitian skala besar diperlukan untuk memahami prevalensi penyakit
kulit ini. Penelitian ini dilakukan di rumah sakit pendidikan tersier untuk mengetahui prevalensi
dan presentasi klinis di bagian Kerala.

International Journal of Scientific Study | December 2017 | Vol 5 | Issue 9


Srirath M Kambil, Professor, Departemen Dermatologi, Fakultas Kedokteran Kannur, Anjarakandy, Kannur,
Kerala, India.
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian prospektif, deskriptif, dan crosssectional.
Waktu Penelitian
Masa studi adalah dari April 2016 hingga September 2017.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan Kannur, Anjarakandy, Kannur.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini dilakukan di rumah sakit pendidikan tersier Kerala utara antara April 2016 sampai
September 2017. 187 pasien yang mendatangi poliklinik Dermatologi dengan gejala infeksi kulit
superfisial dimasukkan dalam penelitian. Izin Komite Etis diperoleh, dan formulir persetujuan
disetujui Komite Etika digunakan saat melakukan penelitian.

Kriteria Inklusi
(1) Pasien dari semua kelompok umur dimasukkan. (2) Pasien dari semua jenis kelamin
dimasukkan. (3) Pasien dengan lesi kulit superfisial saja yang dimasukkan. (4) Pasien dengan
pemeriksaan langsung positif tinea saja yang dimasukkan.

Kriteria Eksklusi
(1) Pasien dengan infeksi kulit yang dalam dikeluarkan. (2) Pasien dengan infeksi terkait bakteri
dikeluarkan. (3) Pasien dengan lesi hipopigmentasi lainnya dari tinea versikolor dikeluarkan.
Riwayat klinis menyeluruh diambil dari semua pasien untuk dimasukkan dalam rincian
demografi, durasi gejala, dan riwayat berkeringat dan gatal. Rincian demografis termasuk usia,
jenis kelamin, pekerjaan, gejala, durasi, riwayat kekambuhan, kontak dengan hewan, terkait
ketombe, riwayat keluarga, dan penggunaan sampo dan meminyaki tubuh. Setelah pemeriksaan
klinis, kerokan kulit dikumpulkan dari semua pasien yang didiagnosis sementara dengan infeksi
pityriasis versicolor. Pemeriksaan mikroskopis spesimen langsung dengan 10% KOH dan
dilakukan pewarnaan laktofenol biru. Semua data dianalisis menggunakan metode statistik
standar.

International Journal of Scientific Study | December 2017 | Vol 5 | Issue 9


Srirath M Kambil, Professor, Departemen Dermatologi, Fakultas Kedokteran Kannur, Anjarakandy, Kannur,
Kerala, India.
OBSERVASI DAN HASIL

Di antara 187 pasien yang termasuk dalam penelitian ini, 109 adalah laki-laki dan 78 sisanya
perempuan dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 1,39: 1. Jumlah pasien antara 0 sampai
20 tahun adalah 36 (19,25%), 20-40 adalah 79 (42,24%), 40-60 adalah 41 (21,92%), dan di atas
60 tahun adalah 31 (16,57%). Usia rata-rata adalah 31,65 ± 5,25. Dalam penelitian ini, pelajar 37
(19,78%), ibu rumah tangga 28 (14,97%), buruh 31 (16,57%), pekerja kantoran 23 (12,29%),
petani 46 (24,59%), dan pemilik toko 22 (11,76%). 67 (35,82%) pasien dengan keluhan pityriasis
versicolor selama 1-2 tahun, 59 (31,55%) untuk 2-4 tahun, dan 61 (31,62%) untuk 4-6 tahun.
Durasi rata-rata adalah 4,30 ± 1,20 tahun. Di antara 187 pasien, 118 (63,10%) adalah kasus baru
yang terdaftar, dan sisanya 69 (36,89%) adalah kasus kekambuhan. Ada riwayat anggota
keluarga yang memiliki keluhan serupa di 64 (34,22%), dan di 123 (65,77%) tidak ada riwayat
keluarga. Riwayat terkait ketombe diamati pada 49 (26,20%) dan tidak ada ketombe pada 128
pasien (68,44%) dan 75 (40,10%) pasien menggunakan sampo di kepalanya saat mandi, dan 112
(59,89%) tidak menggunakan sampo. 72 (38,50%) pasien menggunakan minyak untuk oleskan
ke tubuh, 144 (77,00%) ke rambut, dan 125 (66,84%) menggunakan keduanya [Tabel 1].

Jumlah kasus yang terdaftar di bulan April dan Mei adalah 52; 39 di bulan Juni dan Juli, 23 di
bulan Agustus dan September, 11 di bulan Oktober dan November, 24 di bulan Desember dan
Januari, dan 38 di bulan Februari dan Maret [Tabel 2].

Di antara pasien dalam penelitian ini, terdapat lesi di dada 56 (29,94%), di punggung 29
(15,50%), di leher (19,78%), di aksila (13,90%), di wajah 13 (06,95%), di perut (24,59%), dan
di anggota badan 20 (10,69%) pasien [Tabel 3].

Tercatat lesi hipopigmentasi pada 83 (44,38%) dari pasien dalam penelitian. Lesi hiper-
pigmentasi pada 59 (31,55%) dan tipe campuran terlihat pada 45 (24,06%) pasien [Tabel 4].

International Journal of Scientific Study | December 2017 | Vol 5 | Issue 9


Srirath M Kambil, Professor, Departemen Dermatologi, Fakultas Kedokteran Kannur, Anjarakandy, Kannur,
Kerala, India.
Tabel 1: Data demografis dalam kelompok studi (n = 187)
Observasi Hasil (%)
Usia
0-20 36 (19.25)
20-40 79 (42.24)
40-60 41 (21.92)
>60 31 (16.57)
Jenis kelamin
Laki-laki 107 (57.21)
Perempuan 080 (42.78)
Pekerjaan
Pelajar 37 (19.78)
Ibu Rumah Tangga 28 (14.97)
Buruh 31 (16.57)
Pekera kantoran 23 (12.29)
Petani 46 (24.59)
Penjaga Toko 22 (11,76)
Durasi (Tahun)
1-2 67 (35.82)
2-4 59 (31.55)
4-6 61 (32.62)
Kekambuhan
Ya 069 (36.89)
Kasus Baru 118 (63.10)
Riwayat Keluarga
Ya 064 (34.22)
Tidak 123 (65.77)
Ketombe
Ya 049 (26.20)
Tidak 128 (68.44)
Penggunaan shampoo
Ya 075 (40,10)
Tidak 112 (59.89)
Penggunaan Minyak
Badan 072 (38.50)
Rambut 144 (77.00)
Keduanya 125 (66.84)

Tabel 2: Insiden di bulan yang berbeda dalam setahun (n-187)


Bulan musiman Hasil (%)
April-Mei 52 (27.80)
Juni-Juli 39 (20.85)
Agustus-September 23 (12.29)
Oktober-November 11 (05.88)
Desember-January 24 (12.83)
Februari-Maret 38 (20.30)

International Journal of Scientific Study | December 2017 | Vol 5 | Issue 9


Srirath M Kambil, Professor, Departemen Dermatologi, Fakultas Kedokteran Kannur, Anjarakandy, Kannur,
Kerala, India.
Tabel 3: Insiden lesi di berbagai bagian tubuh (n-187)
Tempat Lesi Hasil (%)
Dada 56 (29.94)
Punggung 29 (15.50)
Leher 37 (19.78)
Ketiak 26 (13.90)
Wajah 13 (06.95)
Perut 46 (24.59)
Anggota Badan 20 (10.69)

Tabel 4: Sifat berpigmen dari lesi dalam penelitian (n - 187)


Tipe Lesi Hasil (%)
Hipopigmentasi 83 (44.38)
Hiperpigmentasi 59 (31.55)
Campuran 45 (24.06)

Tabel 5: Kondisi komorbiditas dalam kelompok studi (n = 34)


Penyakit Komorbid Hasil (%)
Diabetes Mellitus 12 (35.39)
Gangguan Ginjal 08 (23.52)
Penggunaan Steroid 07 (20.58)
Malignansi 03 (08.82)
Penyakit imunosupresif 04 (11.76)

Tercatat penyakit komorbid pada 34/187 (18,18%) dari pasien dalam penelitian ini. Di antara
mereka, 12/34 mengalami diabetes mellitus (35,29%), gangguan ginjal adalah 08/34 (23,52%),
pasien yang menggunakan steroid untuk berbagai penyakit sistemik adalah 07 (20,58%), pasien
dengan keganasan adalah 3 (08,82%) dan pasien dengan penyakit imunosupresif adalah 4
(11,76%), [Tabel 5].

DISKUSI

Penelitian ini adalah penelitian prospektif berbasis rumah sakit yang menarik pasien dari semua
lapisan kehidupan dan profesi termasuk pelajar. Para buruh dan petani berasal dari desa-desa
tetangga. Kelompok usia 20-40 tahun paling sering terkena sekitar 42,24% pasien. Usia rata-rata
keseluruhan yang diamati adalah 31,65 ± 5,25. Ini diikuti oleh kelompok usia 40-60 tahun. Kaur
dkk[13] dalam penelitian mereka juga mendapatkan temuan serupa dengan usia rata-rata 30,25 ±
1,85; tidak seperti Krishnan dan Thapa [14] yang menemukan 15-29 tahun sebagai kelompok

International Journal of Scientific Study | December 2017 | Vol 5 | Issue 9


Srirath M Kambil, Professor, Departemen Dermatologi, Fakultas Kedokteran Kannur, Anjarakandy, Kannur,
Kerala, India.
usia paling umum yang menunjukkan bahwa puncak infeksi bertepatan dengan produksi sebum
dan pengaruh hormonal. Durasi rata-rata penyakit dalam penelitian ini adalah 4,30 ± 1,20 tahun.
Banerjee[15] telah melaporkan bahwa durasi penyakit pada 28,75% pasien adalah antara 1 dan 20
tahun. Dalam penelitian ini, pasien laki-laki lebih terpengaruh daripada pasien perempuan. Hal
[17] [14]
ini mirip dengan pengamatan yang dilakukan oleh Ghosh dkk Krishnan dan Thapa dan
[16]
Rao dkk yang dijelaskan sebagai akibat keterlibatan utama laki-laki dalam kegiatan di luar
ruangan dengan paparan maksimum pada kelembaban dan suhu yang tinggi. Namun, Kaur
dkk[13] dalam penelitian mereka mendapatkan predileksi yang sama pada kedua jenis kelamin
untuk pityriasis versicolor. Sementara Nikpoor dan Leppard[18] mendapatkan kejadian infeksi ini
lebih tinggi pada wanita. Pada penelitian ini, lesi hipopigmentasi 83 (48,34%) lebih umum
daripada lesi hiperpigmentasi 59 (31,55%); lesi campuran didapatkan 45 (24,06%) pasien.
Temuan serupa diamati oleh Shah dkk[19] dimana didapatkan hipopigmentasi 84,17%, hiper-
berpigmentasi 8,63%, dan campuran 07,19%. Krishnan dan Thapa[14] mendapatkan
hipopigmentasi 84%, hiperpigmentasi 9%, dan campuran 6% dari pasien mereka. Kabbin dkk[20]
mendapatkan hipopigmentasi 67%, hiperpigmentasi 31%, dan campuran 2% dari pasien mereka.
Rao dkk[16] mendapatkan berbagai lesi campuran 16,60%, hiperpigmentasi 08,30%. Variasi
penampilan morfologi ini dapat dijelaskan oleh perbedaan pada kondisi iklim dan warna kulit
populasi penelitian yang berbeda dari penduduk asli populasi. Dalam penelitian ini, dinding dada
adalah situs paling umum dari presentasi lesi dengan 56 (29,94%), diikuti oleh perut 46 (24,59%)
dan kemudian leher 37 (19,78%). Krishnan dan Thapa[14], Rao dkk[16], dan Kabbin dkk[20]
menemukan predileksi lesi pasien mereka umumnya pada anggota badan, leher, dan punggung.
Distribusi lesi bergantung pada distribusi dan banyaknya kelenjar sebasea di area tertentu.
Riwayat keluarga didapatkan pada 34,22% pasien dalam penelitian ini sedangkan Ghosh dkk[16]
dan Rao dkk[16] mendapatkan 25% pada pasien mereka. Tabel 1 merangkum pekerjaan yang
berbeda dan status sosial pasien dari penelitian ini, dan terlihat bahwa tidak ada korelasi antara
pekerjaan dan prevalensi penampilan lesi pityriasis versicolor. Demikian pula, tidak ada korelasi
antara penyakit dan kebersihan pribadi. Telah didokumentasikan bahwa personil militer, atlet,
dan mereka yang melakukan kerja keras yang biasanya dikaitkan dengan berkeringat banyak
lebih rentan terhadap infeksi pityriasis versicolor.[21] Lebih dari 72% pasien datang ke poliklinik
untuk mencari obat dengan alasan kosmetik daripada gatal atau peradangan dalam penelitian ini.
Lebih dari 48% dari pasien yang terdaftar di bulan April hingga Juli dalam penelitian ini Tabel 2
International Journal of Scientific Study | December 2017 | Vol 5 | Issue 9
Srirath M Kambil, Professor, Departemen Dermatologi, Fakultas Kedokteran Kannur, Anjarakandy, Kannur,
Kerala, India.
berkorelasi dengan cuaca panas, lembab dari cuaca selama bulan-bulan ini di bagian Kerala. Rao
dkk[16] dan Ghosh dkk[16] menunjukkan prevalensi pada bulan Agustus hingga September dalam
penelitian mereka. Tingkat kekambuhan dalam penelitian ini didapatkan adalah 36,89% yang
menyerupai penelitian Ghosh dkk[16] dengan 48,18%; tapi Rao dkk[16] hanya mendapatkan1,60%,
yang mungkin dikaitkan dengan sifat idiosinkratik dari kondisi, faktor lokal seperti kelembapan,
suhu tinggi yang tetap tidak berubah dan yang membantu dalam berkontribusi terhadap berbagai
tingkat kekambuhan ragi bahkan setelah perawatan. Kondisi komorbid dalam penelitian ini
tercatat pada 34/187 (18,18%) dari pasien. Di antara mereka, 12/34 mengalami diabetes mellitus
(35,29%), gangguan ginjal adalah 08/34 (23,52%), pasien yang menggunakan steroid untuk
berbagai penyakit sistemik adalah 7 (20,58%), pasien dengan keganasan adalah 3 (08,82%), dan
dengan penyakit imunosupresif adalah 4 (11,76%). Ghosh dkk telah melaporkan penyakit
sistemik yang terjadi bersamaan seperti diabetes melitus, keganasan limfoproliferatif, dan
penggunaan imunosupresif dan steroid sistemik masing-masing dalam 2,73%, 1%, dan 2,73%,.
KOH positif pada 80% kasus dalam penelitian kami seperti halnya penelitian lain oleh Kindo
dkk[[22] Chaudary dkk[23] sementara Rao dkk[16] telah melaporkan tingkat yang relatif lebih tinggi
yaitu 46,60%.

KESIMPULAN

Pityriasis versicolor adalah penyakit kulit yang umum terlihat dalam praktek dermatologi dari
setiap wilayah geografis. Kelompok usia yang paling umum dipengaruhi oleh pityriasis
versicolor adalah 20-40 tahun. Jenis kelamin pria umumnya terpengaruh. Tidak ada hubungan
yang signifikan antara prevalensi dan usia, jenis kelamin, profesi, kebersihan pribadi, riwayat
keluarga, dan kebersihan pribadi. Insiden puncak pityriasis versicolor diamati pada bulan April
hingga Juli. Dada adalah tempat paling umum dari presentasi lesi diikuti oleh perut dan leher.
Lesi hypo-pigmented lebih umum. Penyakit komorbid didapatkan 18,18% dari total pasien.

International Journal of Scientific Study | December 2017 | Vol 5 | Issue 9


Srirath M Kambil, Professor, Departemen Dermatologi, Fakultas Kedokteran Kannur, Anjarakandy, Kannur,
Kerala, India.

Anda mungkin juga menyukai