Anda di halaman 1dari 11

GANGGUAN KULIT PEMULUNG DI TPA KENEP DITINJAU DARI ASPEK

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DISEASE LEATHER OF SCAVENGER IN KENEP TPA REVIEWED FROM


SAFETY ASPECTS AND HEALTH WORK

Karunia Friska Pratama, Corie Indria Prasasti


Departemen Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
E-mail: Pram_KFP@yahoo.co.id

ABSTRACT
Scavenger is one of job that have a risk for the health or work safety because they always have interaction with the
garbage. Garbage can be source for a disease agent and be a good place for disease vector development. The purpose of
this study is to know the skin disease that happens at scavenger from occupational safety and health aspect. The population
are 43 people , and the sample amount is 33 people which found from simple random sampling technique. The result
showed, based on personal hygiene aspect from 27 scavenger that had skin disease, 96.3 %people had bad condition in
their cleanliness at skin, cleanliness at hand, finger, and foot. While from personal protective equipment (PPE) aspect,
from 27 people who had skin disease, more than 70 % disease caused by uncleanliness of gloves and shoes that they wear,
and 100 % because scavenger never used ganco while work. Some of the reason from this skin disease was fungi, parasite,
or environment temperature. The advice for the scavenger was to use Personal protective Equipment (PPE) properly and
keep the hygiene and cleaning especially skin hygiene.

Keywords: skin diseases, personal protective equipment, personal hygiene

ABSTRAK
Pemulung adalah salah satu jenis pekerjaan yang mempunyai risiko bahaya bagi kesehatan maupun keselamatan kerja
karena selalu berinteraksi dengan sampah. Sampah dapat menjadi sumber berkumpulnya kuman penyebab penyakit dan
tempat yang baik bagi berkembangbiaknya vektor penyakit. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui gangguan
kulit yang dialami pemulung ditinjau dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Populasi berjumlah 43 orang dan sampel
berjumlah 33 orang yang diambil dengan cara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan aspek
personal hygiene diketahui dari 27 pemulung yang mengalami gangguan kulit, 96,3 % responden mempunyai kebersihan
kulit, kebersihan kaki, kuku dan tangan yang tidak baik. Berdasarkan aspek pemakaian alat pelindung diri (APD), dari 27
responden yang mengalami gangguan kulit, lebih dari 70 % disebabkan oleh pemakaian sarung tangan dan sepatu yang
kurang bersih, dan 100 % disebabkan karena responden tidak pernah memakai ganco saat bekerja. Beberapa penyebab dari
gangguan kulit tersebut adalah karena jamur, parasit atau suhu udara lingkungan. Anjuran yang disarankan bagi pemulung
adalah pemakaian APD sesuai aturan dan menjaga kebersihan diri terutama kebersihan kulit.

Kata kunci: gangguan kulit, alat pelindung diri, personal hygiene

PENDAHULUAN atau yang disingkat TPA adalah “Tempat untuk


Terus meningkatnya pertumbuhan penduduk, memproses dan mengembalikan sampah ke media
mobilitas dan juga kegiatan penduduk perkotaan, lingkungan dengan cara yang aman bagi manusia
dapat mengakibatkan lahan untuk tempat pemrosesan dan lingkungan”. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
akhir sampah juga makin terbatas. Kondisi ini merupakan lingkungan kerja yang berpotensi
semakin diperberat dengan pengelolaan sampah di memengaruhi kesehatan para pemulung, hal itu
masing-masing daerah yang selama ini masih kurang disebabkan banyaknya tumpukan sampah yang
efektif, efisien dan berwawasan lingkungan serta memungkinkan bakteri dan virus berkembang biak,
tidak terkoordinasi dengan baik. serta faktor lain seperti faktor fisik, kimia, biologis.
Menurut UU RI No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat
Pengelolaan Sampah, tempat pemrosesan akhir memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan,

©2017 IJOSH. Open access under CC BY NC-SA license doi: 10.20473/ijosh.v6i2.2017.135-145. Received
30 Desember 2016, received in revised form 2 February 2017, Accepted 5 April 2017, Published online: 30 August 2017
136 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 135–145

salah satunya adalah penyakit kulit (Mukono, dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di
2006). TPA Kedaung Wetan Tangerang, serta dari hasil
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk yang lain juga menyatakan bahwa semakin tinggi
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bekerja, perilaku penggunaan APD maka keluhan gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor kulit yang ditimbulkan juga semakin rendah.
yang sangat penting untuk diperhatikan karena Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
seseorang yang mengalami sakit dalam bekerja akan penggunaan APD yang baik dan benar merupakan
berdampak pada diri, keluarga, dan lingkungannya. hal yang penting dilakukan untuk mencegah
Di berbagai kota besar di negara berkembang, timbulnya gangguan kesehatan maupun kecelakaan
individu yang tidak mampu bertahan hidup dengan kerja yang dapat terjadi.
mengumpulkan berbagai bahan bekas, dengan Personal hygiene (kebersihan diri/perseorangan)
mayoritas mencari bahan yang bisa didaur ulang merupakan usaha dari individu atau kelompok dalam
di tempat pemrosesan akhir sampah yang terbuka. menjaga kesehatan melalui kebersihan individu
Kelompok pekerja ini mengambil bahan untuk dengan cara mengendalikan kondisi lingkungan
dijual, nantinya dapat digunakan kembali atau diolah (Depkes RI, 2006). Personal hygiene sangat
ulang. Mereka juga mengumpulkan berbagai macam dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan,
benda untuk diambil untuk kebutuhan pribadi, dan sehingga personal hygiene merupakan hal penting
mereka inilah yang umum disebut sebagai pemulung dan harus diperhatikan karena personal hygiene
(Tawee, 2005). akan memengaruhi kesehatan dan psikis seseorang
Meskipun tidak terdapat data mengenai (Tarwoto, 2004).
kecelakaan atau penyakit akibat kerja di TPA, Menurut penelitian oleh Sajida (2012) tentang
namun risiko adanya gangguan kesehatan karena hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan
paparan berbagai jenis sampah maupun kecelakaan dengan keluhan penyakit kulit di kelurahan denai
kerja seperti luka ataupun tertimbun oleh sampah kota medan, didapatkan hasil bahwa terdapat
sangat mungkin terjadi. Menurut OHSAS hubungan antara personal hygiene, yakni kebersihan
18801, Kecelakaan kerja adalah kejadian yang kulit, kebersihan kaki, kuku, dan tangan, serta
berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan kebersihan pakaian dan handuk dengan timbulnya
pekerja yang dapat berakibat cidera atau kesakitan keluhan penyakit kulit.
(tergantung keparahannya), dan kejadian yang dapat Selain penggunaan APD, hal lain yang dapat
menyebabkan kematian. Menurut ILO (1990), faktor dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dibagi kulit adalah menjaga kebersihan diri. Selama lebih
menjadi dua kelompok yaitu keadaan yang tidak dari beberapa abad, kebersihan kulit, khususnya
aman (unsafe condition) dan tindakan /gerakan kebersihan tangan, telah dipercaya sebagai
yang tidak aman (unsafe act). Sedangkan penyakit mekanisme utama untuk mengontrol penyebaran
akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan agent penyakit. Walaupun hubungan sebab akibat
oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun antara tangan yang terkontaminasi dan penyebaran
lingkungan kerja (Badraningsih & Zuhny, 2013). penyakit infeksi merupakan salah satu fenomena
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat yang terdokumentasi dengan baik di bidang ilmu
alat yang dipakai oleh tenaga kerja untuk melindungi pengetahuan, namun beberapa faktor lain juga dapat
dirinya terhadap kemungkinan terdapatnya potensi berpengaruh pada kondisi kebersihan kulit (Bianchi,
bahaya serta kecelakaan kerja. Penggunaan APD 2011).
merupakan suatu usaha untuk menghindari paparan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kenep
suatu risiko bahaya di suatu tempat kerja. Walaupun berlokasi di Desa Kenep Kecamatan Beji, Kabupaten
penggunaan APD digunakan sebagai upaya Pasuruan dan terletak di tepi jalan serta dekat dengan
pencegahan terakhir dalam usaha melindungi tenaga perumahan penduduk sekitar. Sebagian besar
kerja, namun penerapan alat pelindung diri ini sangat pekerja, baik yang bekerja sebagai pemulung atau
dianjurkan (Tarwaka, 2008). pekerja formal di TPA Kenep adalah masyarakat
Penelitian yang dilakukan Mustikawati et al yang bertempat tinggal di sekitar TPA.
(2012) tentang perilaku pemakaian APD dengan Di TPA Kenep, cukup banyak pekerja informal
keluhan penyakit kulit di TPA Kedaung Wetan atau pemulung yang mencari bahan bekas dan
Tangerang, menyatakan bahwa terdapat hubungan benda yang dapat digunakan kembali atau masih
yang bermakna antara perilaku penggunaan APD mempunyai nilai jual. Mereka adalah kelompok yang
Karunia Friska Pratama dan Corie Indria Prasasti, Gangguan Kulit Pemulung di TPA Kenep… 137

mempunyai risiko tinggi mengalami berbagai efek di Kenep yang mempunyai luas lahan aktif seluas
buruk mengingat jenis pekerjaan mereka yang sangat 26.118 m².
berisiko, dimana kondisi lingkungan kerja pemulung TPA Kenep berlokasi di Desa Kenep gunungan,
yang berada di lingkungan yang terbuka sehingga berada di dekat jalan raya arah Pandaan Bangil.
memungkinkan terjadinya kontak atau paparan TPA Kenep menampung sampah yang berasal dari
langsung dengan sengatan matahari, debu dan bau kota di Kabupaten Pasuruan. TPA Kenep beroperasi
dari sampah. Kondisi tersebut dapat menimbulkan dari tahun 1989 pada lahan yang berupa jurang
risiko gangguan kesehatan seperti penyakit akibat yang mempunyai kedalaman ±13 m (Depression
kerja, kecelakaan kerja dan gangguan ergonomi. Methode), terletak di lahan seluas 2,5 Ha, dengan
Dari berbagai hal tersebut, penulis ingin membahas menggunakan sistem pengolahan yaitu sistem
tentang kejadian gangguan kulit pada pemulung controlled landfill dengan lapisan geotextile.
ditinjau dari aspek kesehatan dan keselamatan Kerja Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di
di TPA Kenep Kabupaten Pasuruan. Kabupaten Pasuruan lebih didominasi dari daerah
komersial seperti pasar, industri, pertokoan, rumah
makan dan hotel, serta sekolah, kantor pemerintah,
METODE
tempat ibadah dan daerah permukiman. Kegiatan
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Pengangkutan sampah yang dilakukan oleh Dinas
dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian Lingkungan Hidup seksi Kebersihan di wilayah
ini bertujuan untuk mengetahui kasus gangguan Kabupaten Pasuruan adalah kegiatan pengangkutan
kulit ditinjau dari faktor keselamatan serta kesehatan sampah dari TPS menuju ke TPA.
kerja kepada pemulung di Tempat Pembuangan Pada tingkat TPS pemilahan sampah banyak
Akhir (TPA) Kenep. dikerjakan oleh pemulung serta pekerja pengangkut
Secara khusus, penelitian ini mempunyai sampah, sampah yang diperoleh akan dijual kepada
tujuan untuk mengetahui angka kejadian gangguan pengepul sampah. Untuk kegiatan pengolahan
kulit yang dihubungkan dengan pola kepatuhan sampah jenis organik di tingkat TPS, dilakukan
pemakaian APD dan tingkat personal hygiene kegiatan pembuatan kompos oleh Dinas Lingkungan
pemulung. Hidup. Kegiatan tersebut dilaksanakan di beberapa
Penelitian ini dilakukan di TPA Kenep, yang tempat seperti di TPS Pasar Pandaan, Pasar Bangil,
berlokasi di Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan, Segok, Dermo, Glanggang, Segok, dan PJKA.
dilaksanakan dari bulan Juli–November2016. Kegiatan pengolahan sampah di TPA Kenep
Populasi dalam penelitian ini adalah pemulung yang Kecamatan Beji adalah kegiatan pemisahan sampah
berada di TPA Kenep. Penelitian ini memakai cara yang dilakukan dengan cara manual oleh para
simple random sampling dan didapatkan jumlah pemulung yang pada umumnya berasal dari warga
sampel adalah sebanyak 33 orang. sekitar yang bermukim di sekitar wilayah TPA.
Kegiatan yang dilakukan yakni pemeriksaan Selain itu terdapat juga fasilitas rumah kompos
medis oleh dokter, meliputi anamnese atau untuk mengolah sampah menjadi kompos yang
wawancara dan Pemeriksaan fisik untuk menentukan dilakukan oleh petugas TPA. Di sekitar TPA Kenep
diagnosa gangguan kulit responden, wawancara dan juga terdapat pondok atau kemah yang dibuat
pengisian lembar kuesioner. Data yang diperoleh seadanya dari bambu dan kain bekas dan dibangun
akan dianalisa dan ditampilkan ke dalam bentuk di atas timbunan sampah untuk digunakan sebagai
cross tabulation tabel dan dijelaskan secara tempat peristirahatan para pemulung selama bekerja.
deskriptif untuk menjelaskan keadaan gangguan Kondisi lingkungan tempat pemrosesan akhir
kulit yang dialami pemulung di TPA Kenep. sampah yang sangat terbuka dan dikelilingi oleh
hamparan sampah yang terdiri dari berbagai jenis
dan bercampur menjadi satu.
HASIL
Kecamatan Beji adalah salah satu kecamatan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian yang berada di wilayah Kabupaten Pasuruan yang
Pemerintah Kabupaten Pasuruan memiliki dua terletak dibagian barat Kabupaten Pasuruan, dengan
tempat pemrosesan akhir (TPA) yakni TPA Kenep, batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan
yang terletak di Kecamatan Beji, dan TPA Rebalas Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo, sebelah timur
yang terletak di Kecamatan Grati. Hingga saat ini, berbatasan dengan Kecamatan Bangil, sebelah
TPA yang masih beroperasi adalah TPA yang berada selatan berbatasan dengan Kecamatan Pandaan,
138 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 135–145

Tabel 1. Hubungan Pemakaian APD dengan Gangguan Kulit Pemulung di TPA Kenep

Gangguan Kulit
Jumlah
Jenis APD Pola pemakaian Ada gangguan Tidak Ada
n % n % N %
Selalu menggunakan 20 74,1 6 100,00 26 81,8
Sarung Tangan
Kadang kadang 7 25,9 0 0,0 7 18,2
Selalu menggunakan 27 100,00 4 66,7 31 93,9
Sepatu
Kadang kadang 0 0,0 2 33,3 2 6,1
Selalu menggunakan 0 0,0 2 33,3 2 6,1
Ganco
Tidak pernah 27 100,00 4 66,7 31 93,9

Tabel 2. Hubungan Personal Hygiene dengan Gangguan Kulit Pemulung di TPA Kenep

Gangguan Kulit
Jumlah
Personal Hygiene Pola pemakaian Ada gangguan Tidak Ada
n % n % N %
Baik 1 3,7 4 66,7 5 15,2
Kebersihan Kulit
Tidak Baik 26 96,3 2 33,3 28 84,8
Kebersihan kaki, Baik 1 3,7 2 33,3 3 9,1
kuku dan tangan Tidak Baik 26 96,3 4 66,7 30 90,9

dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Berdasarkan pemakaian APD sepatu, dapat
Gempol. diketahui bahwa dari 27 responden yang mengalami
Berdasarkan data Kecamatan Beji, jumlah gangguan kulit, 100% responden menyatakan selalu
penduduk Kecamatan Beji pada saat ini berjumlah menggunakan sepatu saat bekerja, sedangkan dari 6
77.983 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki responden yang tidak mengalami gangguan kulit,
sebanyak 38.806 jiwa dan penduduk perempuan 66,7% responden menyatakan selalu menggunakan
sebanyak 59.911 jiwa. Sedangkan untuk wilayah sepatu saat bekerja.
Desa Kenep, Jumlah penduduk berdasarkan jenis Dan dari aspek pemakaian APD ganco, dari 27
kelamin tahun 2016, diketahui jumlah penduduk responden yang mengalami gangguan kulit, 100%
laki-laki berjumlah 1.326 jiwa dan penduduk responden menyatakan tidak menggunakan ganco
perempuan berjumlah 2.074 jiwa, sehingga total saat bekerja. Sedangkan dari 6 responden yang
penduduk yakni 3.400 jiwa. tidak mengalami gangguan kulit, 33,3% responden
menyatakan selalu menggunakan alat ganco saat
Hubungan Pemakaian APD dengan Gangguan bekerja.
Kulit
Hubungan Personal Hygiene dengan Gangguan
Dari hasil cross tabulation pada tabel 1 dapat
Kulit
diketahui, berdasarkan pemakaian APD sarung
tangan, dapat diketahui dari 27 responden yang Berdasarkan cross tabulation pada tabel 2, dapat
mengalami gangguan kulit, sebanyak 74,1% diketahui bahwa dari 27 responden yang mengalami
merupakan responden yang selalu menggunakan gangguan kulit, 96,3% merupakan responden yang
sarung tangan saat bekerja. Sedangkan dari 6 mempunyai kondisi kebersihan kulit yang tidak
responden yang tidak terkena gangguan kulit, 100% baik. Sedangkan dari 6 responden yang tidak
merupakan responden yang selalu menggunakan mengalami gangguan kulit, 66,7% mempunyai
sarung tangan. kondisi kebersihan kulit yang baik. Kondisi
kebersihan kulit dinilai dari pemakaian handuk dan
Karunia Friska Pratama dan Corie Indria Prasasti, Gangguan Kulit Pemulung di TPA Kenep… 139

pakaian, serta perilaku mandi setiap hari. Setiap skor baik antara lain diare, Dengue Hemorrhagic fever,
yang didapatkan akan dijumlahkan sehingga akan Pes, penyakit kulit, dan hookworm. Perlindungan
didapatkan skor akhir yang di kelompokkan menjadi diri yang dapat digunakan yakni penggunaan
baik dan tidak baik. Kategori tidak baik apabila nilai alat perlindungan diri (APD) untuk kepala,
dari kuesioner kurang lebih sama dengan 24 poin, wajah, telinga, pernapasan tangan, dan bagian
dimana sebagian besar responden mendapat nilai 22 kaki harus tetap diperhatikan sesuai amanat dari
dan 24, sehingga masuk dalam kategori tidak baik. Permenakertrans No. 8 Tahun 2010 tentang alat
Berdasarkan personal hygiene dari aspek pelindung diri pada pasal 4 yang menyatakan
kebersihan kaki, tangan, dan kuku, diketahui bahwa bahwa pemakaian APD wajib digunakan di tempat
dari 27 responden yang mengalami gangguan kulit, kerja yang berhubungan dengan pembuangan atau
96,3% responden mempunyai kebersihan kaki, pemusnahan sampah atau limbah.
tangan dan kuku yang tidak baik. Sedangkan dari Dari komponen penggunaan APD sarung
6 responden yang tidak mengalami gangguan kulit, tangan diketahui dari 27 responden yang terkena
33,3% responden mempunyai kondisi kebersihan gangguan kulit, 74,1% merupakan responden yang
kaki, tangan dan kuku yang baik. Kondisi kebersihan selalu memakai sarung tangan saat bekerja. Dari
tangan, kaki dan tangan dinilai dari beberapa aspek hasil tersebut, dapat diketahui bahwa dari kepatuhan
yakni perilaku cuci tangan dan kaki, serta kebersihan responden memakai APD sarung tangan sudah
kuku responden. Setiap skor yang didapatkan akan baik, namun dari hasil wawancara dan observasi
dijumlahkan sehingga akan didapatkan skor akhir diketahui bahwa sebagian besar pemulung memakai
yang di kelompokkan menjadi baik dan tidak baik. sarung tangan yang diperoleh dari TPA atau sarung
Kategori tidak baik apabila nilai dari kuesioner tangan bekas yang kondisinya sudah tidak baik
kurang lebih sama dengan 17 poin, sebagian besar dan pemulung tidak mempermasalahkan jenis dari
responden mendapat nilai 17 dan terendah yakni 14, sarung tangan yang digunakan.
sehingga masuk dalam kategori tidak baik. Berdasarkan Permenakertrans Nomor 8
Tahun 2010 tentang alat pelindung diri fungsi alat
pelindung tangan adalah untuk melindungi tangan
PEMBAHASAN
dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas,
Hubungan Pemakaian APD dengan Gangguan suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi
Kulit mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan,
Kegiatan pengumpulan data pada variabel pukulan dan tergores, terinfeksi zat pathogen seperti
penggunaan APD diperoleh dengan kegiatan virus dan bakteri serta jasad renik. Menurut Anizar
wawancara berdasarkan instrumen berupa kuesioner (2012), Macam-macam alat pelindung tangan yaitu
dan kegiatan observasi pada pemulung. Pengukuran Sarung tangan kain, yakni sarung tangan yang
perilaku penggunaan APD diukur berdasarkan 3 digunakan untuk memperkuat pegangan apabila
komponen, yakni penggunaan APD sarung tangan, memegang benda yang berminyak, bahan logam
sepatu dan alat bantu ganco. lainnya. Sarung tangan asbes yakni sarung tangan
Anjuran penggunaan APD telah tercantum yang digunakan untuk melindungi tangan terhadap
pada Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1970 yang bahaya pembakaran api. Sarung tangan kulit yakni
menyatakan bahwa pengurus atau pimpinan tempat sarung tangan yang digunakan untuk memberi
kerja berkewajiban menyediakan alat pelindung perlindungan dari ketajaman sudut pada pekerjaan
diri (APD) untuk para pekerja dan para pekerja pengecoran. Sarung tangan karet yakni sarung
berkewajiban memakai APD dengan tepat dan tangan yang digunakan untuk melindungi kulit
benar, dimana tujuan dari peraturan ini adalah untuk tangan dari kelembapan air, bahan-bahan zat kimia.
melindungi kesehatan pekerja tersebut dari risiko Dari sisi kepatuhan pemakaian APD, sebagian
bahaya di tempat kerja. Meskipun pemulung adalah besar sudah tergolong baik dikarenakan pemulung
pekerja yang bersifat informal dan tidak mempunyai memiliki kesadaran untuk memakai sarung tangan
suatu struktur atau pimpinan yang resmi, namun saat bekerja memungut atau mengambil sampah,
pemakaian APD sangat penting untuk perlindungan namun dari sisi kesadaran dan pengetahuan
diri, baik dari kecelakaan kerja ataupun penyakit menggunakan APD sarung tangan yang baik,
yang disebabkan dari lingkungan kerja. Menurut mayoritas responden tergolong kurang. Pemulung
Mukono (2006), beberapa dampak buruk pada menyatakan bahwa pemakaian sarung tangan yang
kesehatan akibat pengelolaan sampah yang tidak baru maupun bekas tidak terlalu berbeda selama hal
140 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 135–145

tersebut masih bisa melindungi tangan mereka saat risiko untuk timbulnya penyakit dermatitis kontak
mengambil sampah. akibat kerja.
Mayoritas responden juga menyatakan mereka Dari aspek pemakaian APD sepatu, diketahui
tidak khawatir kehilangan sarung tangan atau tidak pemulung yang selalu memakai APD sepatu
mempunyai sarung tangan, mereka juga menyatakan sebanyak 31 orang (93,9%).Pemakaian APD sepatu
tidak perlu membeli sarung tangan baru karena oleh pemulung di TPA Kenep berdasarkan hasil
mereka dapat mendapatkan sarung tangan tersebut tersebut sudah tergolong baik karena mayoritas
di lokasi TPA, atau memakai sarung tangan bekas. sudah memakai sepatu.
Menurut Tarwaka (2008), beberapa hal yang perlu Menurut Permenakertrans No. 8 Tahun 2010,
dipertimbangkan untuk memilih sarung tangan fungsi dari alat pelindung kaki adalah melindungi
adalah: kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-
Risiko terhadap bahaya yang berada di tempat benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
kerja, berupa bahan yang bersifat korosif, benda atau panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang
paparan panas, dingin, kontak dengan benda tajam ekstrem, terkena bahan kimia yang berbahaya, jasad
atau benda keras. Kondisi kekuatan bahan dasar renik dan tergelincir.
terhadap paparan bahan kimia, contohnya sarung Pemakaian APD sepatu yang dilakukan oleh
tangan berbahan dasar karet yang alami kurang pemulung akan sangat bermanfaat karena banyaknya
tepat untuk digunakan pada paparan pelarut organik, tumpukan sampah dari berbagai jenis, akan berisiko
hal itu disebabkan karena karet alami larut dalam tinggi menyebabkan cidera atau gangguan kesehatan,
pelarut organik. Kepekaan objek yang digunakan, namun dari hasil cross tabulation dapat diketahui
seperti pekerjaan yang halus dengan memberikan bahwa dari 27 responden yang mengalami gangguan
benda-benda halus lebih tepat menggunakan sarung kulit, 100% atau semuanya adalah responden yang
tangan yang tipis. Bagian tangan yang dilindungi, selalu memakai APD sepatu saat bekerja. Hal ini
hanya bagian jari saja, tangan, atau sampai bagian bertolak belakang dari manfaat dari penggunaan
lengan. APD sepatu, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Peralatan perlindungan per orangan contohnya responden tidak menerima manfaat secara penuh
sarung tangan, sepatu bot, apron, yang bila dirawat dari pemakaian APD sepatu saat bekerja.
dengan baik dan digunakan secara benar, dapat Kondisi ini diakibatkan oleh penggunaan APD
sangat efektif untuk mencegah penyakit kulit sepatu yang dilakukan oleh pemulung, dimana
akibat kerja. Namun terdapat keterbatasan dalam mayoritas sepatu yang digunakan pemulung untuk
penggunaan sarung tangan yakni adanya risiko bekerja merupakan sepatu bekas yang diperoleh di
terjadinya kecelakaan. Jenis sarung tangan yang TPA atau bekas pakai orang lain yang kondisinya
dipakai harus benar. Memilih jenis sarung tangan tidak baik. Pemakaian APD sepatu sangat penting
yang dipakai berdasarkan jenis bahan kimia yang karena tidak hanya bertujuan menghindarkan mereka
ditangani dan jenis proses kerja yang dilakukan dari luka atau cidera karena benda tajam ataupun
(Jeyaratnam & David, 2009). benda lain, namun juga menjaga kebersihan dan
Berdasarkan hal tersebut, pemakaian APD kontak antara kulit bagian kaki dengan berbagai
sarung tangan bekas tidak sesuai dengan fungsi macam bakteri dan parasit yang ada di sampah.
atau kaidah dari alat pelindung tangan sesuai Berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan,
Permenakertrans No. 8 Tahun 2010 tentang alat sepatu keselamatan dibedakan menjadi:
perlindungan diri, hal tersebut karena sarung tangan Sepatu pengaman yang digunakan pada
bekas tersebut sudah berisiko tinggi mengandung pengecoran baja. Sepatu ini terbuat dari bahan
bakteri atau kuman yang justru dapat membahayakan baku kulit yang dilapisi oleh krom atau asbes
kesehatan tangan dan kulit dan dapat berdampak dengan tinggi ± 35 cm. Untuk pemakaian sepatu
pada gangguan kesehatan misalnya gangguan kulit. jenis ini, celana dapat dimasukkan ke dalam
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan sepatu lalu dikencangkan dengan menggunakan
Saftarina dkk dalam Robby (2015) yang berjudul tali pengikat. Sepatu pengaman pada pekerjaan
hubungan pemakaian alat pelindung diri dan yang melindungi dari bahaya ledakan. Jenis sepatu
personal hygiene terhadap kejadian dermatitis ini tidak dianjurkan memakai paku yang berisiko
kontak akibat kerja di TPA Bakung, diketahui bahwa mengakibatkan munculnya percikan api. Sepatu
penggunaan APD yang rendah merupakan faktor pengaman yang digunakan bagi pekerjaan yang
Karunia Friska Pratama dan Corie Indria Prasasti, Gangguan Kulit Pemulung di TPA Kenep… 141

kontak dengan listrik. Sepatu ini terbuat dari bahan seseorang untuk menerima informasi dan nilai baru
karet anti elektronik dan tahan terhadap tegangan yang didapat (Mubarak et al 2007, dalam Indasah
listrik 10.000 volt selama 3 menit. Sepatu pengaman et al 2016). Perilaku pemulung yang menggunakan
pada pekerjaan bangunan konsentrasi. Sepatu ini sepatu dan sarung tangan bekas dapat mencerminkan
terbuat dari bahan kulit yang dilengkapi dengan baja bahwa kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya
pada ujung depannya (Tarwaka, 2008). kebersihan dan keamanan alat pengaman diri yang
Sebagian besar pemulung juga tidak dipakai.
memperhitungkan jenis sepatu yang digunakan Berdasarkan aspek pemakaian APD ganco, dapat
karena berpikir bahwa pemakaian sepatu bekas diketahui sebagian besar pemulung tidak pernah
tersebut sudah cukup untuk menghindarkan dari menggunakan alat ganco saat bekerja, yakni 31
benda-benda tajam atau kontak langsung dengan orang (93,9%). Dari 27 responden yang mengalami
sampah, beberapa pemulung juga memakai kaos gangguan kulit, 100% merupakan responden yang
kaki yang berlapis dan dalam kondisi yang kotor. tidak pernah menggunakan ganco saat bekerja.
Perilaku tersebut tentunya merupakan perilaku Ganco, merupakan alat yang dipakai
yang tidak sehat dan tidak memberikan manfaat bagi sebagai pengambil sampah untuk mempermudah
para pemulung tersebut karena paparan pada kaki pemungutan sampah. Berdasarkan wawancara pada
dan kulit terjadi karena kontak dengan alat pelindung responden, pemulung menyatakan tidak terlalu perlu
yang digunakan, bukan oleh faktor lingkungan, untuk memakai alat ganco saat bekerja dan lebih
yang pada akhirnya akan membahayakan kesehatan sering memakai tangan saat bekerja memilah dan
para pemulung itu sendiri. Hal tersebut tampak mengambil sampah dan memasukkan ke dalam
dari hasil diagnosis dokter, terdapat pemulung karung yang dibawa. Pemulung akan memakai alat
yang mengalami gangguan kulit Tinea pedis, yakni bantu ganco apabila menemukan alat tersebut atau
gangguan kulit pada bagian kaki yang disebabkan benda lain yang dapat digunakan sebagai ganco,
oleh adanya jamur. Menurut Courtney (2005) praktik misalnya kawat besi bekas, ataupun alat cat bekas
memakai sepatu tertutup dalam waktu yang lama yang akan dimodifikasi sehingga menyerupai
dapat menjadi faktor risiko terkena Tinea pedis. ganco.
Praktik memakai sepatu tertutup dalam waktu yang Kebiasaan pemulung yang bekerja mengambil
lama dapat menyebabkan kulit di sekitar kaki lembab dan bersentuhan dengan sampah hampir setiap hari,
karena produksi keringat yang berlebih. Hal inilah dapat sangat berbahaya baik dari kesehatan maupun
yang mendukung jamur tumbuh dengan subur. keselamatan kerja pemulung. Penggunaan ganco
Kondisi ini diperkuat dengan penelitian pada dasarnya juga berfungsi mencegah adanya
Soekandar dalam Baihaqy (2013) tentang pemakaian kontak langsung antara tangan atau kulit pemulung
sepatu tertutup pada anggota Brimob Semarang. dengan sampah yang kotor yang dapat menyebabkan
Sesuai dengan penelitian yang telah beliau lakukan berbagai macam gangguan kesehatan.
pada anggota Brimob Semarang yang selalu Dari hasil pemeriksaan dokter, didapatkan hasil
memakai sepatu tertutup untuk waktu yang lama, bahwa diagnosa terbanyak adalah Tinea unguium.
ditemukan angka kejadian Tinea pedis sebesar Tinea unguium merupakan infeksi jamur yang kronis
24,35% dari 115 orang anggota Brimob. pada kuku jari kaki atau kuku jari tangan. Biasanya
Perilaku kesehatan merupakan respons individu Tinea unguium disertai dengan infeksi jamur yang
yang penting untuk menghadapi gangguan kesehatan, lama pada kaki. Kuku menjadi tebal, rapuh, dan
sistem kesehatan, makanan dan lingkungan. Perilaku tidak mengkilat. Tinea unguium (onychomycosis,
dari suatu individu atau kelompok dipengaruhi oleh ringworm of the nail) adalah jamur dermatofitosis
pengetahuan. Faktor yang dapat memengaruhi yang paling sukar dan lama disembuhkan. Kuku
pengetahuan seseorang atau kelompok adalah menjadi rusak dan rapuh. Bentuknya tidak lagi
edukasi. Edukasi adalah suatu petunjuk yang normal. Di bagian bawah kuku akan menumpuk sisa
diberikan seseorang terhadap orang lain mengenai jaringan kuku yang rapuh (Smetzer & Bare, 2002).
suatu hal yang dapat dimengerti. Pada umumnya,
seseorang dengan tingkat edukasi yang lebih tinggi Hubungan Personal Hygiene dengan Gangguan
akan lebih mudah untuk menerima informasi yang Kulit
akhirnya akan lebih banyak pengetahuan yang Personal hygiene berasal dari kata yunani,
didapat. Di sisi lain, jika tingkat edukasi seseorang berasal dari kata personal yang artinya perorangan
rendah, akan menghambat perkembangan perilaku dan hygiene berarti sehat (Isro`in dkk, 2012).
142 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 135–145

Personal hygiene (kebersihan perorangan) adalah Perilaku lain yang tampak adalah beberapa
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan pemulung mencuci pakaian lebih dari 2 hari
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik sekali. Hal tersebut tentunya sangat berisiko
maupun psikisnya. Faktor-faktor yang memengaruhi mengingat paparan yang terjadi di tempat kerja
personal hygiene diantaranya: yang penuh dengan sampah, akan menempel dan
Citra Tubuh, yakni cara pandang seseorang terdapat di pakaian, yang jika tidak diganti akan
terhadap bentuk tubuhnya, citra tubuh sangat membuat paparan ke kulit semakin lama dan akan
memengaruhi dalam praktik hygiene seseorang. meningkatkan risiko terjadinya gangguan kulit.
Praktik Sosial, hal tersebut karena manusia Menurut Hidayat (2008), dalam memelihara
merupakan makhluk sosial dan karenanya berada kesehatan kulit, kebiasaan yang sehat harus
dalam kelompok sosial. Personal hygiene atau sering diperhatikan seperti: mandi menggunakan
kebersihan diri seseorang sangat memengaruhi sabun mandi secara rutin minimal 2 kali sehari,
praktik sosial seseorang. Selama masa kanak-kanak, menggunakan pakaian yang bersih dan rapi (pakaian
kebiasaan keluarga memengaruhi praktik hygiene, diganti 1 kali sehari atau jika pakaian sudah kotor
misalnya mandi, waktu mandi. Pada masa remaja, atau basah), menghindari penggunaan pakaian,
hygiene pribadi dipengaruhi oleh kelompok teman handuk, selimut, sabun mandi, dan sarung tangan
sebaya. Pada masa dewasa, teman dan kelompok secara bersama-sama, menghindari penggunaan
kerja membentuk harapan tentang penampilan pakaian yang lembab atau basah, serta menggosok
pribadi. Sedangkan pada lansia, akan terjadi gigi 2 kali sehari atau sehabis makan.
beberapa perubahan dalam praktik hygiene karena Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
perubahan dalam kondisi fisiknya. oleh Faridawati (2013) tentang hubungan antara
Status sosial dimana hal tersebut akan personal hygiene dan karakteristik individu
memengaruhi jenis dan tingkat praktik hygiene dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di
perorangan. Sosial ekonomi yang rendah Kecamatan Bantar Gebang, yang menyatakan ada
memungkinkan hygiene per orangan rendah pula. hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit
Pengetahuan dan motivasi, hal tersebut dengan keluhan gangguan kulit.
akan memengaruhi praktik hygiene seseorang. Hasil itu juga sejalan dengan pernyataan
Sedangkan motivasi merupakan kunci penting Hidayat (2008) yang berpendapat bahwa seringkali
dalam pelaksanaan hygiene tersebut. Permasalahan gangguan pada kesehatan yang dialami seseorang
yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi karena diakibatkan karena kurangnya sikap kebersihan diri
kurangnya pengetahuan. yang baik. Beberapa gangguan pada fisik yang umum
Budaya, yakni suatu kepercayaan budaya dan terjadi yakni gangguan pada kulit seperti penyakit
nilai pribadi yang akan memengaruhi perawatan kulit, infeksi mata dan telinga, serta gangguan pada
hygiene seseorang. Di Asia kebersihan dipandang lapisan mukosa mulut, dan kuku. Siahaan (1999)
penting bagi kesehatan sehingga mandi bisa dalam Indriawati (2015) juga berpendapat yakni
dilakukan 2–3 kali sehari. kurangnya sikap kebersihan seperti tidak mandi
Berdasarkan cross tabulation pada tabel 2, dapat dapat menyebabkan buruknya kondisi kebersihan
diketahui bahwa dari 27 responden yang mengalami badan, hal tersebut dapat mengakibatkan munculnya
gangguan kulit, 96,3% responden mempunyai gangguan kulit seperti infeksi kulit, skabies, celulitis,
kebersihan kulit yang tidak baik. Kategori tidak panu, jamuran seperti Tinea korporis dan penyakit
baik apabila nilai dari kuesioner kurang lebih sama kulit lain. Meskipun tidak berdampak pada angka
dengan 25 poin, dimana sebagian besar responden kematian, tetapi hal ini dapat mengurangi kualitas
mendapat nilai 22 dan 24, sehingga masuk dalam kesehatan mereka.
kategori tidak baik. Dari beberapa hal tersebut, sangat penting bagi
Perilaku pemulung yang membuat skor yang pemulung untuk menjaga dan merawat kebersihan
didapatkan tidak maksimal antara lain masih banyak kulit terutama dari paparan di lingkungan kerja.
responden yang memakai handuk bersama dalam Perawatan kulit sangat penting untuk dilakukan
satu rumah, misalnya handuk yang dipakai bersama karena kulit merupakan organ aktif yang berfungsi
dengan suami atau anak. Perilaku tersebut dapat sebagai organ pertahanan dari bermacam macam
meningkatkan risiko tertularnya bakteri atau jamur, kuman atau trauma, tempat sekresi dan ekskresi,
serta karena kondisi handuk yang lembab. mengatur kondisi temperatur dan sensasi, sehingga
Karunia Friska Pratama dan Corie Indria Prasasti, Gangguan Kulit Pemulung di TPA Kenep… 143

dibutuhkan suatu perawatan yang seimbang dalam mempertahankan kesehatan badan perseorangan,
mempertahankan fungsinya. Kulit mempunyai oleh karena itu tangan, kuku, dan kaki harus dijaga
3 jenis lapisan utama yaitu lapisan epidermis, kebersihannya. Kuman penyakit dapat terbawa
dermis, dan lapisan subkutan. Khususnya pada para melalui tangan, kuku, dan kaki yang kotor. Tangan,
pengangkut sampah, perawatan, kulit ini sangat kaki, dan kuku yang kotor membawa bibit penyakit.
penting diperhatikan karena kondisi pekerjaan yang Bibit penyakit dan telur cacing yang mungkin ada
tidak bersih sehingga meningkatkan kemungkinan dalam tangan atau kuku yang kotor ikut tertelan.
akan terkena berbagai macam penyakit seperti Sebagian masyarakat mengetahui akan pentingnya
penyakit kulit (Tarwaka, 2008). mencuci tangan dengan memakai sabun, tetapi
Berdasarkan aspek kebersihan tangan, kaki dalam praktiknya sehari hari masih sangat sedikit
dan kuku pada tabel 2, dapat diketahui bahwa dari yang tahu bagaimana cara melakukannya dengan
27 responden yang mengalami gangguan kulit, benar. Cuci tangan adalah cara yang efektif untuk
96,3% merupakan responden yang mempunyai mencegah terjadinya penyebaran mikroorganisme
kebersihan tangan, kaki dan kuku yang tidak baik. (Sundari, 2014).
Kategori tidak baik apabila nilai dari kuesioner Mencuci tangan sebaiknya dilakukan sesudah
kurang lebih sama dengan 17 poin, sebagian besar ke WC, sebelum membuat atau menyajikan atau
responden mendapat nilai 17 dan terendah yakni makan makanan, setelah menyentuh sampah, setelah
14, sehingga masuk dalam kategori tidak baik. Hal beraktivitas (Jerusalem, 2010). Untuk menjaga
ini dapat dikaitkan dengan perilaku responden yang kebersihan tangan, kaki, dan kuku dengan cara
sebagian besar memakai sarung tangan dan sepatu membersihkan tangan sebelum makan, memotong
bekas sehingga hal tersebut tidak dapat maksimal kuku secara teratur, mencuci kaki sebelum tidur dan
dalam menjaga kebersihan tangan, kaki dan kuku membersihkan lingkungan.
responden. Hal itu didukung oleh penelitian yang dilakukan
Perawatan tangan, kaki dan kuku sering kali oleh Sajida (2012) tentang hubungan personal
membutuhkan perhatian khusus agar dapat mencegah hygiene dan sanitasi lingkungan penduduk Kelurahan
infeksi, bau, dan cidera yang terjadi pada jaringan. Denai Kota Medan dengan keluhan penyakit kulit,
Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah menyatakan terdapat hubungan yang bermakna
kaki, tangan dan kuku sampai terjadinya nyeri antara kebersihan tangan, kaki, dan kuku terhadap
atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku keluhan penyakit kulit di masyarakat Kelurahan
penting dalam mempertahankan personal hygiene Denai.
karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh
melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap
SIMPULAN
dalam keadaan sehat dan bersih.
Perilaku pemulung yang mencerminkan Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah
kurangnya kebersihan pada tangan, kaki dan kuku dilakukan dan analisa data dengan menggunakan
adalah pemulung menggunakan cara cuci tangan cross tabulation, maka dapat disimpulkan:
dengan menggunakan air yang tidak mengalir Hasil pemeriksaan medis pada 33 responden,
khususnya saat di tempat kerja atau di TPA, yakni didapatkan data sebanyak 27 responden (81,8%)
menggunakan baskom yang diisi dengan air, dan mengalami gangguan kulit.
tanpa menggunakan sabun. Baskom berisi air Berdasarkan perilaku pemakaian APD sarung
tersebut digunakan oleh lebih dari satu pemulung, tangan, dari 27 responden yang mengalami
sehingga risiko berpindahnya kuman atau bakteri gangguan kulit, 74,1% responden menyatakan selalu
dari orang lain juga sangat tinggi. menggunakan APD sarung tangan saat bekerja.
Kebiasaan pemakaian sarung tangan dan sepatu Berdasarkan perilaku pemakaian APD sepatu,
bekas, pemakaian kaos kaki berlapis yang kotor juga dari 27 responden yang mengalami gangguan kulit,
akan berpengaruh pada kebersihan tangan, kaki dan 100% responden menyatakan selalu menggunakan
kuku. Dari hasil observasi pada kondisi kebersihan APD sepatu saat bekerja.
pemulung mayoritas mempunyai kondisi kuku Berdasarkan perilaku pemakaian ganco, dari 27
tangan atau kaki yang kotor dan tampak hitam. responden yang mengalami gangguan kulit, 100%
Menjaga kebersihan tangan, kuku, dan responden menyatakan tidak pernah memakai ganco
kaki merupakan salah satu aspek penting dalam saat bekerja.
144 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 135–145

Berdasarkan perilaku personal hygiene, dari 27 www.journal.akpergshwng.ac.id-article-view.


responden yang mengalami gangguan kulit, 96,3% Sitasi tanggal 1 Februari 2017.
responden merupakan responden yang memiliki Isro’in, L., Sulistyo. 2012. Personal Hygiene, Konsep,
kebersihan kulit, kebersihan kaki, tangan dan kuku Proses dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan.
yang tidak baik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jerusalem, Mohammad Adam. 2010. Modul
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta:
DAFTAR PUSTAKA
UNY. Diakses dari http//: www.staff.uny.ac.id-
Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan sites-files-pendidikan tanggal 1 Februari 2017.
Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jeyaratnam, J., David, K. 2009. Buku Ajar Praktik
Badraningsih L, Enny Zuhny. Kecelakaan Akibat Kedokteran Kerja. Alih bahasa oleh Suryadi.
Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Jakarta: Penerbit EGC.
Diakses di http//: www.staff.uny.ac.id-sites-files- Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan
pendidikan, pada 30 Januari 2017. Lingkungan. Surabaya: Airlangga University
Bianchi, J. 2011. Common Skin Conditions Explained. Press.
Independent Medical Education Specialist NHS Mustikawati I. S, Budiman F, & Rahmawati. 2012.
Scotland. Hubungan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung
Courtney, M.R. 2005. Tinea Pedis. Diakses dari http//: Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit di
www.emedicine.com, pada 30 Januari 2017 TPA Kedaung Wetan Tangerang. Forum Ilmiah
C, Smetzer & G, Bare. Buku Ajar Keperawatan Volume 9 Nomor 3, September 2012.
Medikal-Bedah. Brunner & Suddarth. Edisi 8; OHSAS 18001:2007 Occupational Health and Safety
Vol. 3, Jakarta: EGC. Management System – Requirements.
Depkes Republik Indonesia. 2006. Profil Kesehatan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Indonesia. Jakarta. Diakses dari www.depkes. Nomor 8 tahun 2010 tentang Alat Pelindung
go.id-download sitasi tanggal 1 Februari 2017. Diri.
Faridawati, Yeni. 2013. Hubungan antara Personal Pemerintah Kabupaten Pasuruan. 2013. Buku Sanitasi
Higiene dan Karakteristik Individu dengan Kabupaten Pasuruan. Diakses di http://www.ppsp
Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar nawasis info. (Sitasi Tanggal 20 Januari 2017).
Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Robby, P. 2015. Association between Personal
Bantar Gebang. Skripsi. Universitas Islam Negeri Protective Equipment with Contact Dermatitis
Syarif Hidayatullah Jakarta. Sitasi tanggal 1 in Scavengers. J Majority Volume 4 Nomor 4
Februari 2017. Februari 2015. Sitasi tanggal 31 Januari 2017.
Hakim, Muhammad B.I. 2013. Prevalensi dan Faktor Sajida, Agsa. 2012. Hubungan Personal Hygiene dan
risiko terjadinya tinea pedis pada pekerja pabrik Sanitasi Lingkungan Penduduk Kelurahan Denai
tekstil. Jurnal Media Medika Muda. Diakses Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun
dari www.download.portalgaruda.org tanggal 1 2012 dengan Keluhan Penyakit Kulit. Skripsi.
Februari 2017. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Sumatera Utara.
Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba. Siregar, R.S. 2004. Penyakit Jamur Kulit Ed 2.
Indasah, N.Z.M., Prima, D.K. 2016. Relationship Jakarta: EGC
of Behavior in the Use of Personal Protective Sundari, Cok D.W.H, I Wayan Merta, Dewi Sarihati.
Equipment (APD), Eating A Healthy and 2014. Hubungan Faktor Predisposisi, Pemungkin,
Balanced, and Personal Hygiene to Health Status dan Penguat dengan Praktik Cuci Tangan Serta
of Skin on Scavenger in TPA Kediri. J. Appl. Keberadaan Mikroorganisme pada Penjamah
Environ. Biol. Sci., 6(2)1–5, 2016. sitasi pada 30 Makanan di Pantai Kedonganan. Jurnal Skala
Januari 2017. Husada. Volume 11 Nomor 1 April 2014.
Indriastuti, D., Handono, H.P. 2015. Hubungan Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Personal Hygiene dengan Kejadian Penyakit kulit Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat
di TK Ngadirejo Kidul, Wonogiri. Diakses dari Kerja. Surakarta: Penerbit Harapan Press.
Karunia Friska Pratama dan Corie Indria Prasasti, Gangguan Kulit Pemulung di TPA Kenep… 145

Tarwoto, Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia Management. Diakses dari http//: eprints.uthm.
dan Proses Keperawatan edisi 3. Jakarta: edu.my (Sitasi tanggal 23 Januari 2017).
Salemba. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Tawe, S. 2005. Challenges of Scavenger in Malaysia. Keselamatan Kerja.
Department of Construction and Property Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah.

Anda mungkin juga menyukai