Anda di halaman 1dari 16

ASESMEN PAJANAN (EXPOSURE), HIGIENE INDUSTRI, DAN

MANAJEMEN LINGKUNGAN

Makalah Teoritis

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan


yang dibimbing oleh Bapak Dr. H. Sueb, M.Kes
Disajikan pada Selasa, 12 September 2017

Oleh :
Kelompok 5 Offering GHI-K 2015
1. Awalia Siska Puji Lestari (150342605762)
2. Dyan Listiana (150342602064)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2017
Asesmen Pajanan (exposure), Higiene Industri, dan Manajemen
Lingkungan
Awalia Siska Puji Lestari, Dyan Listiana, dan Dr. Sueb, M.Kes
Program Studi S1 Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
asp.lestari@gmail.com, Dyanlistiana@gmail.com,dan Sueb.fmipa@um.ac.id

Abstrak. Saat ini kehidupan terancam oleh tiga macam bahaya


lingkungan yaitu zat kimia toksik, energi radiasi dan gelombang
elektromagnetik, dan organisme patogen. Tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu untuk memahami hal yang terkait asesmen
pajanan, higiene industri, dan manajemen lingkungan. Metode
yang digunakan yaitu studi pustaka. Sebuah aspek yang penting
dari pajanan yaitu lamanya waktu pajanan yang diterima oleh
seseorang yang mana jangka waktu tersebut akan memiliki
dampak yang sangat signifikan untuk kesehatan.
Kata kunci : asesmen, pajanan , higiene, manajemen, dan lingkungan

Abstract. Currently life is threatened by three kinds of


environmental hazards namely toxic chemicals, radiation energy
and electromagnetic waves, and pathogenic organisms. The
purpose of writing this paper is to understand the issues related to
assessment of exposure, industrial hygiene, and environmental
management. The method used is literature study. An important
aspect of exposure is the length of time a person's exposure is
received during which the time period will have a significant
impact on healthrequirements, for example match the scale and
type of activities.
Keywords : assessment, exposure, hygiene, management, and
environment
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asesmen Pajanan (exposure), Higiene
Industri, dan Manajemen Lingkungan”. Makalah ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan. Meskipun terdapat beberapa
hambatan dalam proses pengerjaan makalah ini, tetapi kami berhasil
menyelesaikannya dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Sueb, M.Kes selaku dosen mata kuliah Kesehatan Lingkungan,
2. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual,
3. Seluruh teman seperjuangan Biologi kelas GHI-K tahun 2015, yang banyak
membantu dan memberi masukan dalam pengerjakan makalah ini, dan
4. semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Sesuai dengan pepatah ‘Tak ada gading yang tak retak’ penulisan makalah
ini pin jauh dari kata semperuna, penulis berharap adanya masukan yang
bersifat membangun sehingga makalah ini dapat lebih sempurna. Penulis
juga berharap agar makalah ini nantinya dapat berguna bagi semua
kalangan.

Malang, 03 September 2017

Penulis
PENDAHULUAN
Saat ini kehidupan terancam oleh tiga macam bahaya lingkungan yaitu zat-
zat kimia toksik, energi radiasi dan gelombang elektromagnetik, dan organisme
patogen. Berbagai pertanyaan terkait hal tersebut dapat dijawab oleh model kajian
Public Health Assessment (PHA). PHA didefiniskan sebagai evaluasi data dan
informasi mengenai pelepasan bahan berbahaya ke lingkungan untuk menilai
setiap dampak (yang lalu), kini, atau yang akan datang terhadap kesehatan
masyarakat, mengembangkan anjuran-anjuran kesehatan dan rekomendasi-
rekomendasi lain, dan mengidentifikasi kajian atau tindakan yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi dan meniadakan atau mencegah efek terhadap kesehatan
manusia. Selama ini ada dua model kajian dampak lingkungan terhadap kesehatan
yang biasanya dilakukan secara idependen, yaitu studi epidemiologi kesehatan
lingkungan (EKL) dan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL).
EKL umumnya dilakukan atas dasar kejadian penyakit (disease oriented)
atau kondisi lingkungan yang spesifik (agent oriented) (WHO 1983), sedangkan
ARKL bersifat agent specific dan site specific. ARKL adalah proses perhitungan
atau prakiraan risko pada suatu organisme sasaran, sistem atau sub-populasi,
termasuk identifikasi ketidakpastian yang menyertainya, setelah terpajan oleh
agen tertentu, dengan memerhatikan karakteristik yang melekat pada agent itu dan
karakteristik sistem sasaran yang spesifik. Risko itu sendiri didefinisikan sebagai
kebolehjadian (probabilitas) efek merugikan pada suatu organisme, sistem atau
sub-populasi yang disebabkan oleh pemajanan suatu agent dalam keadaan tertentu
(IPCS 2004). Metoda, teknik dan prosedur ARKL yang ada saat ini
dikembangkan dari Risk Analysis Paradigm. Jika EKL menyelediki kejadian dan
distribusi penyakit, cedera atau kematian menurut orang, tempat dan waktu
(Griffith et al. 1993; WHO 1983) yang bersifat kilas balik maka ARKL adalah
kajian kilas depan dengan meramalkan risiko kesehatan yang bisa menimpa
orang-seorang pada suatu waktu. Dalam PHA dua studi itu dapat digabungkan
dengan tidak menghilangkan cirinya masing-masing. Gabungan ini dapat
dianalogikan seperti hisab dan rukyat dalam penentuan awal bulan. PHA tidak
saja memberikan estimasi numerik risiko kesehatan melainkan juga perspektif
kesehatan masyarakat dengan memadukan analisis mengenai kondisi spesifik
pemajanan setempat, data efek kesehatan dan kepedulian masyarakat. Efek
kesehatan yang timbul akibat asesmen pajanan (exposure) dapat dicegah melalui
higiene industri serta manajemen lingkungan yang tepat.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat asesmen
pajanan (exposure) bahaya-bahaya lingkungan?
2. Bagaimana higiene industri yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi,
merekognisi, mengevaluasi dan mengendalikan faktor-faktor lingkungan
yang muncul?
3. Bagaimana manajemen lingkungan yang tepat untuk menghindari asesmen
pajanan (exposure) bahaya lingkungan?
Manfaat
Manfaat makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat asesmen pajanan
(exposure) bahaya-bahaya lingkungan.
2. Mengetahui higiene industri yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi,
merekognisi, mengevaluasi dan mengendalikan faktor-faktor lingkungan
yang muncul.
3. Mengetahui manajemen lingkungan yang tepat untuk menghindari asesmen
pajanan (exposure) bahaya-bahaya lingkungan.

KAJIAN PUSTAKA
Resiko Kesehatan

Risiko kesehatan yang ditimbulkan akibat pajanan dari bahaya


lingkungan sebelum membahas masalah risiko kesehatan yang perlu dipahami
terlebih dahulu yaitu mengenai pajanan (exposure). Dalam sebuah indutri, objek
yang menjadi fokus utama dalam menjadikan indutri yang higienis yaitu pada
pajanan tempat kerja yang mana dalam hal tersebut lebih ditekankan pada
kuantitas pajanan kontaminan terhadap seseorang ditinjau dari kegiatan sehari-
harinya, mengevaluasi faktor-faktor yang meningkatkan pajanan, dan
mengeksplor segala sesuatu hal yang baru dan menginovasi metode untuk
pengukuran kuantitas pajanan serta efeknya baik bagi lingkungan maupun bagi
kesehatan pekerja dan masyarakat disekitar area industri. Dalam aspek kuantitas
pajanana kontaminan, yang perlu diperhatikan yaitu kunci konsep dari aspek
tersebut yang melipuyi konsentrasi, pajanan dan dosis (Frumkin, 2010).

Besaran, frekuensi dan durasi dari pajanan

Sebuah aspek yang penting dari pajanan yaitu lamanya waktu pajanan
yang diterima oleh seseorang yang mana jangka waktu tersebut akan memiliki
dampak yang sangat signifikan untuk kesehatan. Jika pajanan kontaminan yang
didapatkan dalam jangka waktu yang lama maka dampak yang ditimbulkan juga
akan memiliki faktor risiko yang sangat tinggi. para ilmuwan yang ahli dalam hal
pajanan kontaminan membedakan antara paparan akut dengan paparan kronis.
Paparan akut merupakan sifat bawaan dan ketika terjadi dalam level yang tinggi,
keracunan atau respon akut lainnya akan mengikuti sedangkan pajanan kronis
terjadi selama berbulan-bulan, bertahun-tahun bahkan dalam dekade. Paparan
kronik dalam jumlah yang kecil akan mengakibatkan penyakit yang bersifat
nonakut sepertu karsinogenik, kerusakan paru-paru dalam jangka panjang, atau
efek lain yang hampir mirip. Pajanan yang bersifat sub-kronis akan terjadi dalam
skala waktu intermediet (Frumkin, 2010).

Jalur dari pajanan kontaminan

Terdapat tiga prinsip dari jalur pajanan sebuah kontaminan yaitu inhalasi,
ingesti dan dermal yang mana masing jalur tersebut memiliki perbedaan yang
sangat mendasar. Jalur pajanan merupakan cara bagaimana suatu kontaminan
dapat berpindah dari suatu tempat atau sumber ke reseptor manusia, contohnya
yaitu sulfurdioksida. Sulfurdioksida bisa dihasilkan melalui pembakaran yang
mengandung batu bara dan biasanya dilakukan oleh industri-industri besar,
kemudian diikuti oleh pelepasan kontaminan dari gas tersebut dari fasilitas
pembakaran serta dengan cara adveksi dan dispersi di udara. Sulfurdioksida yang
telah terdispersi diudara kemudian akan dihirup langsung oleh para pekerja atau
masyarakat yang berada dosekitar area pabrik sehingga menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan meskipun hal tersebut baru dapat dilihat dalam jangka waktu
yang lama. contoh lainnya yaitu pajanan dari karbon monoksida. Jalur dari
pajanan karbon monoksida ini ada 2 yaitu dalam mode aktif dan dalam mode
pasif. dalam mode aktif. Salah satu contoh yang nampak terlihat yaitu pada
seorang perokok. Seorang perokok membawa persentase yang besar, setinggi 4
persen, karena menghiruo CO dari rokok cigaret. Untuk mengetahui pajanan
karbon monoksida tersebut peru dilakukan biology markers dengan menggunakan
konsentrasi darah dari karboksihemoglobin. Orang yang tidak terpajan biasanya
memiliki sekitar 1 persen karboksihemoglobin dalam darah mereka karena
produksi CO secara endogen. Efek dari karboksihemoglobin terhadap kesehatan
meskipun dalam jumlah yang sedikit tidak bisa diabaikan begitu saja yang mana
jika hal tersebut tidak ditangain maka akan dapat menimbulkan kematian
(Frumkin, 2010).

Pajanan kontaminan dalam lingkungan

Selain terjadi pada manusia, pajanan kontaminan juga dapat


mempengaruhi lingkungan yang berada disekitarnya. Contohnya yaitu polusi
udara yang ditimbulkan oleh pabrik atau industri akan terbawa oleh angin sampai
ke beberapa kota. selain pengukuran polutan dalam udara (ozon, NOx, SOx, dan
partikel lainnya), pemberian informasi pajanan yang dapat berguna untuk
memberitahukan kepada publik akan bahaya dari kontaminan tersebut, untuk
membantu penelitian kesehatan. Dari beberapa penelitian terdapat beberapa
pajanan kontaminan yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat (Frumkin, 2010).

Higiene industri yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi, merekognisi,


mengevaluasi dan mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang muncul

Dalam mengembangkan higiene industri, yang perlu diperhatikan yaitu


faktor antisipasi, rekognisi, evaluasi dan kontrol atau pengendalian dalam
lingkungan kerja.

Antisipasi
Antisipasi merupakan estimasi proaktif pada perhatian kesehatan dan
keselamatan yang umum. Dalam hal antisipasi, prioritas yang diutamakan yaitu
penerimaan infromasi dari lingkungan kerja serta mengunjunginya agar
mengetahui yang sebenarnya mengenai lingkungan kerja tersebut, seperti dalam
segi history atau sejarah dari industri itu, proses kerja dari pabrik dalam tempat
tersebut, judul pekerjaan, dan penggunaan bahan kimia sehingga dari hal-hal
tersebut dapat diketahui informasi serta pengetahuan dari industri itu. Antisipasi
yang dapat dilakukan oleh suatu industri yaitu mengenai bahaya kesehatan dan
keselamatan baik itu untuk pekerja, lingkungan maupun masyarakat yang berada
disekitar area industri. untuk bahaya dari kesehatan, hal yang perlu diantisipasi
yaitu jalur keluar darurat, tempat penyimpanan bahankimia yang terhindar dari
ledakan atau api, serta risiko yang lainnya. Kemudian ada antisipasi bahaya
kesehatan yang meliputi antisipasi bahaya fisik dan bahaya dari bahankimia.
Untuk antisipasi bahaya fisik yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kebisingan dari
proses produksi suatu produk, temperatur selama proses produksi, kelembapan
serta paparan radiasi yang di dapatkan pekerja selama proses produksi.

Antisipasi bahaya fisik mungkin juga mencangkup tentang penggunaan


peralatan kerja, yang mana dapat meningkatkan risiko dari cidera musculoskeletal
dari para pekerja seperti sakit bahu atau sindrome carpal tunnel sedangkan untuk
antisipasi bahaya bagan kimia yang perlu diperhatikan yaitu paparan dari bahan
kimia yang digunakan bersifat aman atau berbahaya (dapat menimbulkan penyakit
akut atau kronis). pajanan akut yang tinggi untuk bahan kimia toksi tertentu,
seperti gas klorin mungkin akan menghasilkan efek kesehatan antara akut dan
kronis, cacat, dan bahkan kematian. beberapa efek seperti kerusakan neurologis
dari pajanan pelarut. Contohnya yaitu pajanan benzena dalam jangka waktu yang
lama akan meningkatkan risiko dari disfungsi sum-sum tulang dan anemia
aplastik (karakteristik penyakit darah dengan mereduksi beberapa jumlah dari sel
darah). Selain itu juga terdapat antisipasi bahaya kontaminan ke dalam
lingkungan. Bahaya lingkungan yang mungkin terjadi yaitu bahaya keselamatan
misalnya jika tanki dari gas clorin pecah sehingga akan menyebakan keracunan
bagi makhluk hidup termasuk manusia, kesehatan misalnya jika bahan kimia atau
limbah kimia dari suatu pabrik yang dibuang langsung ke aliran air tanah sehingga
akan mencemari tanah dan akan berdampak pada kesehatan warga, serta efek
lingkungan lain seperti kerusakan lingkungan ekologi dan kerusakan
perekonomian akibat adanya limbah yang dibuang langsung ke lingkungan atau
ke air tanah sehingga mencemari tanah pertanian dan menyebabkan produksi
ataupun kualitas bahan produksi menurun (Frumkin, 2010).

Rekognisi
Insiasi fase rekognisi biasanya dicapai selama kunjungan pabrik. imdustri
higienis meninjau berbagai proses dan prosedur mengenai fasilitas, kategori
pekerjaan, jumlah pekerja disetiap kategori pekerjaan, deskripsi pekerjaan mereka,
dan program kesehatan serta keamanan pekerja di tempat pekerjaan. aspek penting
lainnya yaitu rekognisi subpopulasi dalam fasilitas. contohnya: pekerja tertentu
mungkin terkena bahaya ergonomis karena mereka melakukan aktivitas
mengangkat atau melakukan pemindahan berulang-ulang sebagai bagian dari
pekerjaan mereka. Grup kedua mungkin bekerja dalam temperatur yang tinggi dan
mengalami stres panas (Frumkin, 2010).

Pada akhirnya, sebuah industri harus memiliki gambaran yang mendetail


tentang proses atau kegiatan dari industri tersebut sehingga dapat merencanakan
atau mengevaluasi berbagai hal yang dapat menimbulkan bahaya baik bagi
kesehatan ataupun keselamatan kerja (Frumkin, 2010).

Evaluasi

Evaluasi biasanya dilakukan sebelum melakukan kunjungan ke suatu


industri. Evaluasi ini berfokus pada kuantitas derajat pajanan dari kontaminan
yang dapat diukur melalui area kerja (workplace), para pekerja , bahkan tubuh
dari para pekerja (biological sampling). dalam beberapa indutri yang tersebar luas
atau memiliki bahaya yang serius, evaluasi mungkin termasuk dalam semua
karyawan atau bahkan semua pekerja dalam industri yang spesifik. contohnya
yaitu pekerja di asbestos atau di dalam industri yang menggunakan radiasi. dalam
hal tersebut pihak industri akan melakukan monitoring pada setiap para pekerja
apakah pekerja tersebut memenuhi persyaratan untuk bekerja pada industri
tersebut (Frumkin, 2010).

Instrumen untuk Mengevaluasi Pajanan


Instrumen evaluasi pajanan terbagi atas dua macam yaitu instrumen
langsung yang berupa teks dan sampel yang dikumpulkan. Instrumen yang
langsung terbaca dapat berguna untuk pengukuran bahaya fisik seperti temperatur,
kebisingan, dan radiasi. Biasanya hasil dari intrumen ini berupa bacaan digital dan
beberapa mempunyai kemampuan untuk menyajikan data dalam beberapa waktu
untuk kemudian di download, contohnya yaitu termometer untuk temperatur,
hygrometer untuk kelembapan, dan monitor kebisingan serta monitor radiasi.
instrumen yang langsung terbaca juga dapat digunakan untuk beberapa polutan
udara termasuk gas, uap air, dan partikel. Kelemahan dari instrumen ini yaitu
karakter dari polutan udara harus diketahui sebelum monitoring dapat dilakukan.
Instrumen koleksi sampel digunakan sebagai ganti dari instrumen yang dapat
terbaca langsung ketika polutan udara hadir atau dianalisis lebih lanjut pada
sampel yang diinginkan. perpindahan udara ini atau sistem absorbsi secara umum
terbagi menjadi dua tipe yaitu aktif sampling dan pasif sampling. Untuk peralatan
aktif sampling , udara akan turun melalui medium absorbsi oleh pompa elektrik.
jumlah udara yang ditarik dikontrol oleh pompa tersebut dan dapat bervariasi.
volume total dari sampel udara dapat dikalkulasikan atau dijumlah dengan
mengalikan laju aliran udara dengan durasi sampel dan ketika massa dari
kontaminan pada medium sampel kemudian dihitung. Sedangkan untuk peralatan
untuk pengambilan sampel pasif dengan cara memerlukan medium absorbsi untuk
menghilangkan komponen yang tertarik dari udara oleh reaksi atau absorbsi
(Frumkin, 2010).
Kontrol
Aspek kontrol dalam manajemen lingkungan industri higienis meliputi
segala sesuatu modifikasi yang terdapat dalam area kerja atau tempat
dilakukannya aktivitas pembuatan suatu produk. Dalam aspek ini yang perlu
diperhatikan yaitu penggantian, dimana bahankimia yang akan digunakan dalam
proses produksi harus dipertimbangkan terlebih dahulu apakah dampaknya cukup
berat atau tidak Jika bahaya yang ditimbulkan sangat serius maka perlu dicari
alternatif lain untuk menggantikan bahan kimia yang berbahaya tersebut misalnya
bahan kiimia benzen (toksin sum-sum tulang belakang) dapat diganti dengan
toluen. selain dalam hal penggantian bahan kimia, yang perlu diperhatikan lagi
yaitu mengenai isolasi. Isolasi dalam suatu industri perlu diperhatikan agar
keselamatan para pekerja terjamin dari proses produksi yang dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan mereka. Aspek ventilasi juga perlu
diperhatikan karena pergantian udara pada tempat produksi sangat penting agar
dapat mengurangi risiko asosiasi pajanan (exposure) dari bahanyang berbahaya
(Frumkin, 2010).
Manajemen lingkungan yang tepat untuk menghindari asesmen pajanan
bahaya lingkungan.
Sistem manajemen lingkungan menurut ISO 14001 didefinisikan sebagai
bagian dari sistem manaejemen secara keseluruhan yang termasuk di dalamnya
struktur organisasi, aktivitas perencanaan, pertanggungjawaban, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya untuk pengembangan implementasi,
pencapaian, reviewing, serta mempertahankan/ menetapkan kebijakan lingkungan.
keperluan dalam SML termasuk diantaranya adanya kebijakan lingkungan,
perencanaan, implementasi, operasional pengecekan, tindakan perbaikan,
management review yang berkelanjutan (Dalem, Raka A.A.G. tanpa tahun).
Kebijakan manajemen lingkungan yang dibuat hendaknya:
a. cocok dengan skala dan jenis kegiatan
b. berisi komitmen terhadap perbaikan yang berkelanjutan serta
pencegahan polusi
c. mempunyai komitmen mentaati peraturan perundangan yang berlaku
d. mempunyai kerangka kerja untuk menetapkan serta reviewing kerja
e. didokumentasikan dan diimplementasikan dan dipertahankan serta
dikomunikasikan ke semua tenaga kerja
f. terbuka untuk umum

Beberapa alasan dalam menerapkan ISO 14001 yaitu alasan utama yaitu
untuk meningkatkan image perusahaan, meningkatkan partisipasi karyawan,
mengurangi pencemaran lingkungan dan tuntutan konsumen. Dengan menerapkan
ISO 14001, perusahaan dapat mengalami pengurangan pencemaran lingkungan
sebesar 20%. Tujuan dari penerapan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 ini
yaitu untuk mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran
yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi (Hilman dan Kristiningrum,
2007).

PEMBAHASAN
Pajanan kontaminan dalam lingkungan

Pajanan debu yang terhirup serta gangguan fungsi paru pada pekerja
industri. Dalam penelitian tersebut diketahu bahwa pekerja industri memiliki
risiko yang sangat besar untuk menghirup debu hasil dari aktivitas industri yang
mana semakin sering menghirup debu tersebut maka semakin lama debu yang
terhirup akan semakin banyak dan terakumulasi pada paru-paru. Dari hasil
penelitan diketahui bahwa paparan debu yang terhirup mempunyai hubungan
yang signifikan dengan terjadinya gangguan fungsi paru serta memiliki
probabilitas terjadinya gangguan paru dengan akumulasi debu yang dihirup yaitu
sebesar 68,6%. debu kapur yang terhirup ke dalam pernapasan akan
mempengaruhi saluran napas menjadi tidak efektif karena zat kapur (CaCO3) dan
MgCO3 yang terkandung di dalam debu kapur akan menurunkan daya recoil dari
paru pada saat ekspirasi. selain itu, debu kapur juga dapat menimbulkan reaksi
alergi yang mana debu kapur yang menempel pada permukaan mukosa saluran
pernapasan disertai dengan media reaksi imunoglobulin E akan mengikat sel
mukosa yang berakibat sel mukosa akan melepaskan vasoaktif termasuk histamin.
Reaksi alergi tersebut menyebabkan terjadinya bronkhostriksi, meningkatnya
sekresi mukus, dan meningkatnya permeabilitas kapiler sebagai akibat dari reaksi
histamer (Yulaekah, Siti 2007).

Kontrol
Dalam suatu penelitian tentang Perilaku pekerja dan dampak
penambangan batu piring terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat
diperoleh hasil bahwa dalam hal penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang
diterapkan oleh pihak industri ternyata tidak dipatuhi oleh para pekerja. Para
pekerja tersebut tidak pernah menggunakan alat perlindungan diri untuk
menghindari dan mengurangi dampak negatif dari debu dan serpihan batu piring.
Pekerja yang bekerja di tempat dengan lingkungan udara yang tidak sehat dalam
jangka waktu yang lama, memiliki risiko tinggi terkena penyakit, diantaranya
yaitu dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fatal pada paru yang timbul
setelah terpajan debu selama 5-25 tahun. Dari hasil penelitian tersebut telah
diketahui bahwa aspek-aspek yang perlu diterapkan dalam hygiene industri tidak
berjalan secara normal. Hal tersebut bisa berakibat buruk bagi para pekerja baik
untuk kesehatan maupun keselamatan kerja dari para pekerja tersebut. Dalam
kondisi tersebut seharusnya pihak industri memberikan teguran ataupun
memberikan peraturan dengan sanksi yang tegas agar dapat tercipta higiene
industri dan juga dapat menjaga kesehatan serta keselamatan baik bagi pekerja,
lingkungan maupun masyarakat disekitar industri (Ningrum et al , 2017)
Dalam penelitian tersebut juga diketahui bahwa para pekerja menganggap
APD (Alat Pelindung Diri) hanya akan mempersulit pekerjaan mereka dan
membuat mereka tidak leluasa bekerja. Hal tersebut tentu saja sangat
memprihatinkan karena tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih
rendah. Selain itu akibat banyaknya pekerja yang enggan memakai APD
menyebabkan pihak perusahaan atau industri enggan untuk menyediakan APD
sehingga jika anggota pekerja yang lain ingin memakai APD maka mereka harus
membelinya sendiri. Dari sini juga dapat diketahui bahwa industri yang terkait
juga mengabaikan keselamatan dari semua pekerja. Hal tersebut sangat
memprihatinkan dan tidak sesuai dengan higiene industri yang harusnya
diterapkan (Ningrum et al , 2017).

Menurut Hapsari (2003), APD yang baik yaitu APD yang memenuhi
standar keamanan dan kenyamanan bagi pekerja. APD yang tepat untuk tenaga
kerja yang berada pada lingkungan kerja dengan paparan debu berkonsentrasi
tinggi adalah masker yang berguna untuk melindungi debu atau partikel-partikel
yang lebih kasar masuk ke dalam saluran pernapasan. Masker tersebut hendaknya
terbuat dari bahan kain dengan ukuran pori-pori tertentu dan respirator pemurni
udara, membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan
toksinitas rendah sebelum memasuki saluran pernapasan (Ningrum et al , 2017).

Manajemen lingkungan yang tepat untuk menghindari asesmen pajanan


bahaya lingkungan.
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan pada PT. Janata Marina
Indah, telah diproleh hasil bahwa kebijakan dan komitmen yang diterapkan oleh
PT tersebut telah memenuihi kriteria meskipun tidak semua dari kebijakan
tersebut memenuhi kriteria. Setelah melalui penelitian tersebut, pihak PT. Janata
Marina Indah telah melakukan rancangan perbaikan atas prinsip kebijakan dan
komitmen, diantaranya yaitu:
a. Manajemen puncak sebaiknya dibentuk dan didokumentasikan
kebijakan lingkungan yang memenuhi sebagian persyaratan standar
b. Mentaati persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan
lainnya yang diikuti oleh organisasi terkait dengan aspek lingkungannya,
mencerminkan sifat, skala dan dampak lingkungan dari kegiatan
organisasi
c. Mencegah pencemaran dan mencapai perbaikan berkelanjutan mengenai
pengembangan prosedur evaluasi kinerja lingkungan dan indikator
terkait dengan memperhatikan aspek lingkungan (Justisia, Ike, Buana.
2011)

PENUTUP
Simpulan
Simpulan dari materi yang telah dijabarkan pada makalah ini yaitu:
1. Sebuah aspek yang penting dari pajanan yaitu lamanya waktu pajanan
yang diterima oleh seseorang yang mana jangka waktu tersebut akan
memiliki dampak yang sangat signifikan untuk kesehatan. Jika pajanan
kontaminan yang didapatkan dalam jangka waktu yang lama maka
dampak yang ditimbulkan juga akan memiliki faktor risiko yang sangat
tinggi.
2. Dalam mengembangkan higiene industri, yang perlu diperhatikan yaitu
faktor antisipasi, rekognisi, evaluasi dan kontrol atau pengendalian dalam
lingkungan kerja.
3. Dengan menerapkan ISO 14001, perusahaan dapat mengalami
pengurangan pencemaran lingkungan sebesar 20%. Tujuan dari penerapan
sistem manajemen lingkungan ISO 14001 ini yaitu untuk mendukung
perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang
dengan kebutuhan sosial ekonomi.
DAFTAR RUJUKAN
ATSDR. 2005. ATSDR Public Health Assessment Guidance Manual. US
Department of Health and Human Services (Diakses pada 2 September
2017 pada http://www.atsdr.cdc.gov/HAC/PHAManual/).
Dalem, Raka A.A.G. tidak ada tahun. Sistem manajemen Lingkungan Tri Harta
Karana dan Implementasinya pada Hotel. Denpasar: PPLH Universitas
Udayana.
Frumkin, 2010. Edisi terbaru. Environmental Health from Global to
Local. San Francisco: John Willey & Sons,Inc.
Griffith J, Aldrich TE, Duncan RC. 1993. Epidemiology Research Methods. In:
Environmental Epidemiology and Risk Assessment (Cooke C, ed). New
York:Van Nostrand Reinhold, 27-60.
Hapsari, ND. 2003. Penggunaan APD bagi tenaga kerja. Bunga Rampai Hiperkes
dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Hilman, M.S dan Kristiningrum, E. 2007. Kajian penerapan ISO 14001 pada 12
Perusahaan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
IPCS. 2004. Environmental Health Criteria XXX: Principles for modelling dose-
response for the risk assessment of chemicals (Draft). Geneva: World
Health Organization and International Programme on Chemical Safety.
Justisia, Ike, Buana. 2011. Evaluasi Pelaksanaan Industri Yang Berkelanjutan
Berdasarkan ISO 14001. Semarang:Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.
Ningrum, Prehatin Trirahayu., Khoiron, dan Pujiati Rahayu Sri. 2017. Perilaku
Pekerja dan Dampak Penambangan Batu Piring Terhadap Lingkungan
dan Kesehatan Masyarakat. Jurnal kesehatan, Vol. 5 (1)
WHO. 1983. Environmental Health Criteria 27: Guidelines on Studies in
Environmental Epidemiology. Geneva:World Health Organization.
Yulaekah, Siti. 2007. Paparan Debu Terhirup dan Gangguan Fungsi Paru pada
Pekerja Industri Batu Kapur. Semarang: Universitas Diponegoro
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai