Anda di halaman 1dari 21

KAITAN GENETIKA DAN KESEHATAN LINGKUNGAN, ETIKA

KESEHATAN LINGKUNGAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Kesehatan Lingkungan
yang dibina oleh Bapak Dr. Sueb, M.Kes
(Email: sueb.fmipa@um.ac.id)
disajikan pada Jumat, 21 September 2018

oleh:
Fahdina Rufiandita (160342606215)
Rizki Putri Ramadhany (160342606228)
Sumardi (160342606238)

Offering G-GHK

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
September 2018
KAITAN GENETIKA DAN KESEHATAN LINGKUNGAN, ETIKA
KESEHATAN LINGKUNGAN

Fahdina Rufiandita., Rizky Putri Ramadhany., Sumardi., dan


Dr. Sueb, M.Kes
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Email: sueb.fmipa@um.ac.id

ABSTRAK
Kesehatan masyarakat memang sulit untuk diprediksi, salah satu faktor
penyebabnya yaitu mengenai penyakit genom yang mewabah. Interaksi mengenai
gen-lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyakit yang mewabah didukung
beberapa faktor. Upaya pencegahan juga mulai dapat dilakukan dengan seiring
perkembangan teknologi semakin maju, maka riset penelitian mulai melakukan
penelitian mengenai genom seperti variasi genetik, Technology of omics
component, epigenetik. Dalam memprediksi kesehatan manusia terhadap
lingkungan yang relevan dapat diprediksi pada tingkat level molekuler seperti
ekspresi gen, ekspresi protein, metabolisme dan sebagainya. Teknologi yang kini
sedang dijalani salah satunya yaitu teknologi omics yang terlihat banyak
keuntungan dan signifikan dalam kesehatan lingkungan usai penelitian sains
terdahulu berakhir pada beberapa tahun yang lalu telah difasilitasi ketersediaan
untuk meningkatkan alat perkakas saintifik, meningkatkan model hewan dan
seluler, yang terbaru yaitu beberapa metode eksperimental, material, dan alat
komputasi dan masih banyak lagi. Sehingga kini untuk memprediksi dan
mencegah penyakit lebih mudah dilakukan dengan bantuan teknologi yang ada.
Dari beberapa riset penelitian yang dilakukan, membutuhkan etika atau kebijakan
untuk membatasi penelitian yang dilindungi negara. Etika memiliki kode dan
prinsip yang digunakan pada lingkungan kerja demi mewujudkan lingkungan
yang kondusif dan menjamin kesehatan.
Kata kunci: gen-lingkungan, variasi genetik, teknologi omics,epigenetik,
lingkungan eksposur, etika dalam kesehatan manusia.
ABSTRACT

Public health is difficult to predicted, one of the effect factors is the


epidemic disease. The interaction of gene-environment is very influential on
epidemic diseases supported by several factors. Prevention efforts can also be
carried out with the development of advanced technology, some researchs has
begun to conduct on genomes such as genetic variation, Technology of Omics
Components, Epigenetics. In predicting relevant human health to the environment
can be predicted at the level of molecular levels such as gene expression, protein
expression, metabolism and other. The technology currently underway, one of
which is omics technology which saw many significant advantages in
environmental health after previous science research ended a few years ago has
facilitated availability to improve scientific tools, improve animal and cellular
models, the latest are some experimental methods , materials, and computing tools
and much more. So that now to predict and prevent disease is easier to do with the
help of existing technology. From several research studies conducted, it requires
ethics or policy to limit research protected by the state. Ethics has codes and
principles that are used in the work environment to create a conducive
environment and ensure health.

Keyword : gene-environtment,genetic variation, technology omics, epigenetics,


environtment exposure, etics of human health.
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa depan kesehatan masyarakat sulit untuk diprediksi.


Adanya perkembangan beberapa faktor diterminan kesehatan
yang amat pesat perkembangannya , dikemukakan ada tiga
determinan utama yang bisa menentukan arus utama kesehatan
masyarakat yaitu: pertama globalisasi, kedua adalah perubahan
lingkungan global termasuk didalamnya perubahan iklimyang
menentukan ekosistemdan yang ketiga teknologi genomic yang
bisa membolak- balikkan teori-teori ilmu sosial dan kesehatan
termasuk kesehatan masyarakat.( Fahmi, 2007). Penggunaan
teknologi genomic oleh ahli kesehatan masyarakat menjadi suatu
tantangan. Salah satu ciri kesehatan masyarakat adalah
berorientasi pencegahan. Selain itu didalam pelaksanaannya
berorientasi kepada masyarakat secara keseluruhan dalam
sebuah wilayah, bersifat lintas disiplin dan mengikutsertakan
komponen masyarakat. Para ahli kesehatan masyarakat harus
mampu mengembangkan, menganalisa dan membantu
menyebarluaskan ilmu ini sehingga akan membantu penerapan
ilmu genetika ke dalam kegiatan pelaksanaan kesehatan
masyarakat berbasis genetika dalam upaya pencegahan
penyakit kronis dan langka (Fahmi, 2007)

Selain genetik yang berkaitan dengan lingkungan


mengenai aspek kesehatan, kesehatan lingkungan pun
membutuhkan etika dalam mengembangkan teknologi gen
sesuai peraturan dan kebijakan yang berlaku. Etika di mulai pada
abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang
ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa
kebaikan itu adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya
baik itu apabila ia dikuasai oleh akal budi dan buruk itu apabila
dikuasai oleh hawa nafsu. (Franz Magnis Suseno, 1997:19) Etika
merupakan filsafat praktis, artinya filsafat yang ingin
memberikan penyuluhan kepada tingkah laku manusia dengan
memperlihatkan apa yang harus kita lakukan. Sifat praktis itu
bertahan sepanjang sejarah filsafat.

Sejarah etika sudah sering digambarkan dan sempat


mengisi beberapa buku tebal. Bahkan banyak gejala menunjukan
bahwa di zaman kita minat terhadap etika tidak berkurang tapi
justru bertambah. Sebabnya tentu karena kita lebih dari
generasi-generasi sebelumnya yaitu dengan menghadapi
berbagai masalah moral yang baru dan berat. Masalah-masalah
itu ditimbulkan karena perkembangan pesat di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, tapi juga karena perubahan sosio-
budaya yang mendalam dan pada waktu yang bersamaan
berlangsung di mana-mana dalam masyarakat modern. Untuk
lebih mengetahui perubahan perubahan yang di sebutkan tadi
kemungkinan akan di kaitkan dengan perubahan dalam etika
medis yang dewasa ini sering diperbincangkan di masyarakat
luas karena seiring dengan perubahan zaman masyarakat juga
lebih peka terhadap kondisinya sekarang dibandingkan waktu
sebelumnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana interaksi gen-lingkungan terhadap suatu penyakit?

2. Bagaimana hubungan faktor yang terlibat dengan timbulnya suatu


penyakit?

3. Bagaimana langkah sebuah riset penelitian gen terhadap penyakit yang


mulai mewabah?

4. Bagaimana hubungan etika dengan kesehatan lingkungan?


1.3. Tujuan

1. Menjelaskan interaksi gen-lingkungan terhadap suatu penyakit.

2. Menjelaskan hubungan faktor genetik dengan timbulnya suatu penyakit.

3. Menjelaskan langkah riset penelitian gen terbaru terhadap penyakit yang


mulai mewabah.

4. Menjelaskan hubungan etika dalam kesehatan lingkungan.

1.4. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Melatih cara menganalisis dampak pengaruh dan hubungan


genetika dan kesehatan lingkungan, serta mengetahui etika kesehatan
lingkungan sebagai pedoman proyek yang akan dilakukan sesuai dengan
aturan berlaku.

2. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan wawasan dan sudut pandang permasalahan genetika
dalam kesehatan lingkungan dan mendorong inovasi mahasiswa untuk
menyelesaikan permasalahan mengenai aspek tersebut serta memahami
etika kesehatan lingkungan.
3. Bagi masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
dan perngetahuan tentang genetika dan kesehatan lingkungan, serta etika
kesehatan lingkungan.
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Genetika Kesehatan

Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar dalam bidang kesehatan maupun


kedokteran yang bersifat akademis dan praktis antara lain membahas tentang
peranan kromosom, pewarisan sifat genetik dan sifat antropogik, terjadinya cacad
badan dan mental yang disebabkan oleh kelainan kromosom ( Suryo, 2012 ).
Meskipun ada banyak kemungkinan penyebab penyakit manusia, sejarah keluarga
sering merupakan salah satu faktor risiko terkuat untuk kompleks penyakit umum
seperti kanker, penyakit kardiovaskular (CVD), diabetes, gangguan autoimun, dan
penyakit kejiwaan. Seseorang mewarisi satu set lengkap gen dari setiap orang tua,
serta berbagai pengalaman budaya dan sosial ekonomi dari keluarganya. Riwayat
keluarga dianggap sebagai prediktor yang baik dari risiko penyakit individu
karena anggota keluarga paling dekat mewakili interaksi genomik dan lingkungan
unik yang dialami individu ( Kardia et al., 2003).). Variasi genetik yang
diwariskan dalam keluarga jelas berkontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap patogenesis penyakit. Bab ini berfokus pada apa yang diketahui
atau berteori tentang hubungan langsung antara gen dan kesehatan dan apa yang
masih harus dieksplorasi untuk memahami interaksi lingkungan dan peran relatif
di antara gen yang berkontribusi terhadap kesehatan dan penyakit.

2.2. Pengaruh Gen terhadap Lingkungan


Konsep dari interaksi gen – lingkungan diperoleh secara luas dapat diterima
dalam penelitian antara lain genetik dan kesehatan lingkungan ( Potter, 2004 ).
Kedua bidang ini, suatu waktu dapat terpisah secara jelas, akan tetapi sekarang
seperti tidak dapat terpisah satu sama lain atau saling berhubungan erat. Genetik,
pengetahuan gen seseorang secara luas termasuk genomik merupakan
pengetahuan seluruh gen yang ada pada setiap organisme; genome yang komplit
berada di setiap sel dan menguasai respon dan karakteristik keunikan yang
dimiliki individu (Frumkin, 2010). Sekarang ini, bagian dari hubungan interaksi
gen – lingkungan, lingkungan mempertimbangkan segala sesuatu diluar tubuh
yang dapat memberikan efek pada kesehatan individu, termasuk udara, air, tanah,
dan cuaca, tentu tapi juga membawa beberapa elemen seperti makanan, minuman,
obat yang dikonsumsinya, kebiasaan diri, pajanan agen yang menginfeksi tubuh
kita, status sosioeconomics, umur dan tahap perkembangan kita, pengalaman
stress dan struktur serta infrastruktur di lingkungan kita ( Hanna and Coussens,
2001 )

2.3. Etika Kesehatan Lingkungan

Menurut Keraf (2005:14) etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam
bentuk jamaknya ta etha berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam
pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseoang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti
etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang
baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang
yang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini terungkap
dalam perilaku berpola yang terus berulang sebagai sebuah kebiasaan.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008) kata etika diartikan dengan: (1) ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak serta kewajiban moral;
(2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; dan (3) asas perilaku
yang menjadi pedoman (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:402). Dari tiga definisi ini
bisa dipahami bahwa etika merupakan ilmu atau pemahaman dan asas atau dasar
terkait dengan sikap dan perilaku baik atau buruk. Satu kata yang hampir sama
dengan etika dan sering dimaknai sama oleh sebagian orang adalah “etiket”.
Meskipun dua kata ini hampir ama dari segi bentuk dan unsurnya, tetapi memiliki
makna yang sangat berbeda. Jika etika berbicara tentang moral (baik dan buruk),
etiket berbicara tentang sopan santun. Secara umum dua kata ini diakui memiliki
beberapa persamaan sekaligus perbedaan. K.Bertens mencatat beberapa
persamaan dan perbedaa makna dari dua katatersebut. Persamaannya adalah: (1)
etika dan etiket menyangkut perilaku manusia, sehingga binatang tidak mengenal
etika dan etiket; dan (2) baik etika maupun etiket mengatur perilaku manusia
secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia sehingga ia tahu
mana yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Adapun
perbedaannya adalah: (1) etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus
dilakukan, sedang etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan.
Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak; (2)
etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedang etika selalu berlaku dan tidak
tergantung pada ada atau tidaknya orang lain; (3) etiket bersifat relatif, sedang
etika bersifat lebih absolut; dan (4) etiket memandang manusia dari segi
lahiriahnya saja, sedang etika memandang manusia secara lebih dalam (Bertens,
2002: 9-10).

PEMBAHASAN

3.1. Interaksi antara Genetik dan Lingkungan terhadap Penyakit

Studi tentang gen-lingkungan dan interaksi gen mewakili kelas studi yang
luas berasosiasi genetik yang terfokus pada pemahaman bagaimana variabilitas
genetik manusia dikaitkan dengan tanggapan diferensial terhadap paparan
lingkungan dan dengan efek diferensial tergantung pada variasi dalam gen
lain. Untuk mengilustrasikan konsep interaksi gen-lingkungan, penelitian terbaru
yang mengidentifikasi mutasi genetik yang tampaknya terkait dengan respon
diferensial terhadap asap rokok dan hubungannya dengan kanker paru.(Zhou et
al. 2003). Untuk memahami secara memadai mengenai kontinum kerentanan
genomik terhadap agen lingkungan yang mempengaruhi kesehatan masyarakat,
studi lebih lanjut tentang efek gabungan dari beberapa mutasi perlu
dilakukan. Kemajuan dalam bioinformatika dapat memainkan peran kunci dalam
upaya ini.

Gambar 1. Interaksi Gen-Lingkungan dan Kelimpahan Penyakit.

( Sumber: Frumkin, 2010 )


Gambar tersebut menurut Frumkin ( 2010 ) menyimpulkan bahwa
gambar yang menunjukkan kombinasi hipotesis antara faktor kerentanan
dan paparan lingkungan diambil dari suatu penyakit yang mewabah di
suatu negara. Untuk memahami banyaknya kombinasi gen – lingkungan
yang saling berasosiasi dengan beberapa penyakit, dibutuhkan penelitian
yang penting untuk masa depan.

Gambar 2. Konsekuensi Paparan Lingkungan dan Variasi Genetik terhadap Usia

( Sumber: Frumkin, 2010)

Begitu pula dengan gambar 2 tentang lingkungan yang eksposur


(paparan ) dan variasi genetik sebagai konsekuensi terhadap usia atau waktu.
Menurut Frumkin, (2010) menyimpulkan bahwa umur dan lingkungan yang
eksposur meningkat setiap waktu, maka dilakukan respon molekul yang progresif
dan perubahan mengenai pathogenesis. Kemudian dapat disimpulkan dari kedua
faktor tersebut, jangka waktu yang bertambah akan mempengaruhi metabolisme,
respon atau perubahan molekuler setiap waktu yang mungkin saja dapat
menimbulkan penyakit. Karena penyakit pun datang apabila beberapa faktor itu
mendukung, seperti kerentanan metabolisme, respon molekul yang menerima zat
asing dalam tubuh dan sulit untuk menanggulanginya saat sudah masuk dalam sel.

Dalam upaya memahami penyakit, variasi dalam gen atau kelompok gen
terkait menghasilkan fenotipe. Fenotip dapat menggambarkanc iri-ciri fisik seperti
warna rambut, fitur perilaku seperti kecemasan, dan spesifik kerentanan fisiologis
atau tanggapan terhadap interaksi gen-lingkungan. Variasi genetik di antara
individu biasanya karena insersi dan penghapusan DNA yang dikenal sebagai
indel, dan polimorfisme nukleotida tunggal (SNP), yang merupakan variasi
normal dari satu huruf kode genetik. Mengidentifikasivariasi urutan DNA ini, dan
ciri bagaimana mereka menentukan atau mempengaruhi fenotipe, adalah fokus
dari sejumlah besar penelitian saat ini danadalah titik awal untuk mendapatkan
pemahaman yang bermanfaat tentang gen – lingkunganinteraksi dan berbagai
efeknya pada kesehatan manusia.Diperkirakan ada sekitar 11 juta SNP pada
manusiapopulasi (Kruglyak dan Nickerson, 2001), yang beberapa juta diantaranya
telahdiidentifikasi dan di katalog oleh berbagai upaya penelitian. Untuk diakui
sebagai SNP,variasi satu huruf dalam urutan DNA harus terjadi setidaknya 1
persen populasi. SNPs dengan frekuensi 10 persen atau lebih dianggap seperti
biasa. SNP cenderung terjadi dalam pola, atau blok, terkait, diwarisi alel disebut
haplotype. Identifikasi dari haplotype dapat dalam beberapa kasus
hilangkan kebutuhan untuk mendokumentasikan SNP individu, karena haplotype
dipertimbangkanmenjadi unit fungsional yang diwariskan yang pada akhirnya
mempengaruhi fisiologi.

3.2. Pendekatan Penelitian terhadap suatu Penyakit

Pada pembahasan ini akan mempelajari mengenai keberadaan kandungan racun,


efek secara biologi, pada tingkat dimana lingkungan mengandung racun, dan cara
genotip mengatur efek dengan pengaruh yang kuat.

Gambar 3 Pendekatan penelitian paparan lingkungan dengan penyakit.


( Sumber: Frumkin, 2010 )
Menurut (Wilson and Sule, 2005) menyimpulkan bahwa pada diagram
tersebut, membandingkan antara pendekatan tradisional dan pendekatan resiko
pada penelitian kesehatan lingkungan dengan munculnya “ penyakit awal “
dimana memulainya dengan penyakit klinis dan gambaran beban dari kesehatan
publik, kemudian menyelidiki karakteristik molekul penyakit yang mendasari
response exposure. Pada gambar diagram tersebut dapat kita simpulkan bahwa
pendekatan tradisional maupun pendekatan resiko bertujuan dalam pencegahan
penyakit klinis dengan hasil metabolit maupun efek dari biologi yang
memperhatikan fungsi strukturnya. Begitu pula pada pendekatan penyakit awal,
akan dilakukan monitoring lingkungan, tingkah laku manusia atau individu,
mengaktivasi metabolit dan konsentrasi jaringan, serta penghapusan dan
detoksifikasi. Semua itu bertujuan untuk mencegah penyakit klinis datang.
Prediksi kesehatan manusia terhadap lingkungan yang relevan dapat
dilakukan pada tingkat level molekuler seperti ekspresi gen, ekspresi protein,
metabolisme dan sebagainya. Sedangkan biologi sistem merupakan paradigma
sains sebagai alat komputasi untuk menafsirkan jumlah data yang diperoleh
biologi sistem memiliki tujuan untuk mengetahui respon fungsional dari
organisme yang mungkin berupa elemen seperti gen atau protein dan mempelajari
interaksi antar elemen ( Frumkin, 2010 )
Menurut Frumkin ( 2010 ) menyimpulkan bahwa pada pembahasan
mengenai hubungan antara penyakit dan lingkungan exposure, terdapat beberapa
kategori informasi yang bekerja secara simultan, contohnya hasil pengukuran
polutan atmosfer dan bahan toksik, nasib dan kendaraan yang merupakan agen
beresiko dalam ekosistem, dan buruknya metabolisme pada tubuh manusia dan
biomarker pada exposure.

3.3. Langkah Riset Penelitian Gen dalam Merespon Penyakit.

Pada tahun 2007, Kongres di U.S menemukan usaha untuk


mengembangkan data genetik dan alat perkiriaan exposure digunakan untuk
menutupi kerentangan genetik dan kombinasi faktor lingkungan yang membuat
penyakit. Usaha dari Genetic, Environment and Health Initiative ( GEI ) dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Program Genetik dimana untuk menganalisa variasi genetik suatu pasien
dengan gejadi yang spesifik.
2. Exposure Biology Program, dimana bertujuan memproduksi dan
memvalidasi metode baru untuk memonitoring lingkungan yang mungkin
berinteraksi dengan variasi genetik untuk hasil penyakit pada manusia.
Dalam buku Frumkin (2010) menjelaskan bahwa upaya untuk menutupi
kerentanan genetik seperti Genetic, Environment and Health Initiative ( GEI )
akan membutuhkan skala besar dan studi klinik yang lebih akurat untuk
memprediksi penyakit dengan benar. Akan tetapi beberapa penelitian membatasi
banyak kasus untuk investigasi mengenai hipotesis target yang menyertakan
bagian dari infeksi dan gen atau jalur genetik. Tingginya target ini merupakan
suatu keharusan, tetapi terbatas dalam menutupi asumsi kita sekarang untuk
memahami penyebab penyakit seperti asma dan diabetess dengan benar.
Mengenai Teknologi omics terlihat banyak keuntungan yang signifikan
dalam kesehatan lingkungan usai sains berakhir pada beberapa tahun yang lalu
telah difasilitasi ketersediaan untuk meningkatkan alat perkakas saintifik,
meningkatkan model hewan dan seluler, yang terbaru yaitu beberapa metode
eksperimental, material, dan alat komputasi dan masih banyak lagi. Dari seluruh
fasilitas, terdapat koleksi saintific terbaru yang spesialis yaitu teknologi omics.
Hanya mencakup genetik, banyak sawah tradisional dalam biologi yang sekarang
mencakup komponen omics, yaitu sebuah kapabilitas dari pembelajaran fenomena
biologi dalam skala genom, seperti contoh farmakogenetik yaitu uji respon gen
manusia terhadap obat, yang mengandung farmakogenomik dimana terlihat
respon obat yang seluruhnya genom telah usai dan tersebar luas digunakan untuk
menidentifikasi obat target, kandungan kasa dalam pengobatan medis, dan
karakteristik respon fenotip. Sedangkan penyelidikan mengenai hubungan antara
lingkungan exposure dan genotip yang dihubungkan oleh ladang baru secara
relatif yaitu toksigenomik.
Dalam buku Cambridge Healthtec Institute ( 2005 ) menyatakan contoh
lain dari komponen omic ialah proteomics yaitu studi tentang proteome yaitu
ekspresi protein dalam sel. Proteomik merupakan informasi tambahan tentang
protein yang diekspresikan seperti gen, kemudian bagaimana sel ini dapat terjadi
serta respon stimulus dari sel tersebut. Begitu pula metabolomics yang membawa
identitas metabolit dalam cairan tubuh sebagai penghubung untuk tubuh merespon
zat zat tertentu.

Berikut merupakan gambar skema pemahaman mengenai gen-lingkungan


untuk merespon suatu penyakit.
Gambar 4. Kemajuan peralatan untuk merespon penyakit

( Sumber: Frumkin, 2011 )


Ukuran yang tepat pada respon omics yang memainkan peran penting dalam
konsep dan mengimplementasikan biologi sistem dan toksikologi sistem untuk
patobiologi dan penyakit.
3.4. Etika Kesehatan Lingkungan

3.4.1. Sejarah Etika Dalam Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan modern memiliki profesional yang bervariasi dan


kompleks struktur, berasal dari perkembangan statistik dan pengawasan kesehatan
di Indonesia abad ketujuh belas; kebangkitan demografi dan makroekonomi
diawal abad kesembilan belas; kesehatan kerja, kesehatan, dan kesehatan
masyarakat pergerakan abad kesembilan belas; dan revolusi medis modern awal
abad kedua puluh (Porter, 1999; Rosen, 1993). Abad ke dua puluh juga ditandai
dengan pertumbuhan pesat dalam jumlah dan spesialisasi semua kesehatan
profesi. Banyak organisasi profesi kesehatan lingkungan yang dibentuk selama
awal dan pertengahan tahun dari abad kedua puluh. Sebagian besar terkait dengan
industri dan kesehatan kerja. Salah satu asosiasi subspesialis medis pertama
adalah American College of Occupational and Environmental Medicine
(ACOEM), didirikan sebagai American Association of Industrial Physicians dan
Ahli bedah pada tahun 1916. Asosiasi Perawat Kesehatan Kerja Amerika
(AAOHN) didirikan pada tahun 1942 sebagai American Association of Industrial
Perawat. Ketika revolusi lingkungan dimulai pada tahun 1970-an, banyak
lembaga lingkungan baru didirikan (seperti Perlindungan Lingkungan AS)
Peraturan lingkungan diperluas, bersama dengan pengakuan masalah lingkungan
yang semakin meningkat. Perkembangan-perkembangan ini memacu penciptaan
profesi kesehatan lingkungan baru.

3.4.2. Kode Etika Profesional

Pengembangan etika dalam kesehatan lingkungan sangat erat kaitannya


dengan pertumbuhan etika dalam profesi kesehatan umumnya. Meskipun masing-
masing profesi punya pendekatannya sendiri untuk kode, sumpah, dan pernyataan
etika, semua cenderung berbagi satu set kepedulian dan prinsip umum. Menurut
Frumkin ( 2011 ) menyimpulkan bahwa beberapa unsur Khas Profesional Kode
etik, antara lain:

1. Dedikasi untuk melayani klien


2. Menghormati para profesional lainnya

3. Jaminan tingkat kompetensi yang tinggi

4. Perlindungan kerahasiaan

5. Kinerja dengan kejujuran dan integritas

6. Menghindari konflik kepentingan

7. Informed consent dan kerjasama dengan klien

8. Layanan kepada komunitas

9. Promosi profesi itu sendiri

Beberapa kode etika ada untuk para profesional di bidang kesehatan


lingkungan. ItuKode Etik untuk Anggota Asosiasi Kesehatan Lingkungan
Nasional (NEHA, 2004) menyatakan bahwa tujuan dari profesi kesehatan
lingkungan adalah,"Untuk memperpanjang hidup, menghilangkan dan / atau
mengendalikan penyakit, dan menciptakan dan memeliharalingkungan yang
kondusif bagi perkembangan manusia sepenuhnya. ”ACOEMCode of Ethical
Conduct (1993) menetapkan prioritas tinggi pada keselamatan, integritas
ilmiah,dan kejujuran. Ini menekankan kerahasiaan dan privasi pekerja
individusambil menyeimbangkan kebutuhan ini dengan memberikan informasi
yang tepat tetapi terbatas untukmajikan. (Banyak kode profesional harus mencari
keseimbangan yang serupa antara kepentingan yang terkadang bersaing).Kode
Etik AAOHN (AAOHN, 2004) sangat mirip dengan Kode Etik untuk Perawat
Asosiasi Perawat Amerika (ANA). Ini berisi pernyataan nondiskriminasi,
mendesak kolaborasi dengan profesi lain, melindungi privasi, pelayanan
masyarakat juara dan kesehatan masyarakat, dan mendesak anggota untuk
mempertahankan kompetensi dan untuk berpartisipasi dalam upaya pendidikan
dan saintifik. Seperti banyak menyusui kode profesional, itu menjanjikan bahwa
profesional akan melindungi klien dan masyarakat dari perilaku tidak etis atau
ilegal.

3.4.3 Prinsip Umum Etika


Menurut Tribowo, ( 2014 ) menyebutkan bahwa terdapat beberapa prinsip umum
suatu etika yaitu sebagai berikut.

1. Prinsip nonmaleficence (tidak merugikan) berarti tidak menimbulkan


bahaya/cedera fisik dan psikologis pada pasien. Prinsip nonmaleficence berarti
bahwa tenaga kesehatan dalam memberikan upaya pelayanan kesehatan harus
senantiasa dengan niat untuk membantu pasien mengatasi masalah
kesehatannya.
2. Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi. Berdasarkan prinsip beneficence, perawatan kesehatan
memberikan upaya pelayanan kesehatan dengan menghargai otonomi pasien.
Hal ini dilakukan sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
3. Confidentiality berarti kerahasiaan. Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah
informasi tentang pasien harus dijaga privasi pasien. Segala sesuatu yang
terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien hanya boleh dibaca dalam
rangka pengobatan pasien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diizinkan oleh pasien dengan bukti persetujuan. Diskusi
tentang pasien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau
keluarga tentang pasien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari. Pada
prinsip confidentiality berarti tenaga kesehatan wajib merahasiakan segala
sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya, yaitu berupa informasi
mengenai penyakitnya dan tindakan yang telah, sedang, dan akan dilakukan,
kecuali jika pasien mengizinkan atau atas perintah undang-undang untuk
kepentingan pembuktian dalam persidangan.
4. Justice berarti keadilan. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk perlakuan yang
sama dan adil terhadap orang lain yang menjungjung prinsip-prinsip
moral,legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
professional ketika tenaga kesehatan bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hokum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan. Prinsipjustice berarti bahwa setiap orang berhak atas
perlakuan yang sama dalam upaya pelayanan kesehatan tanpa
mempertimbangkan suku, agama, ras, golongan, dan kedudukan social
ekonomi. Idealnya perbedaan yang mungkin adalah dalam fasilitas, tetapi
bukan dalam hal pengobatan dan atau perawatan.
5. Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Tenaga kesehatan setia pada komitmennya dan menepati
janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan dan kesetiaan adalah
kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap kode etik
yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari tenaga kesehatan adalah
untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan
dan meminimalkan penderitaan. Prinsip akuntibilitas merupakan standar yang
pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang
tidak jelas atau tanpa terkecuali.

PENUTUP

4.1. Simpulan

Jadi, dapat disimpulkan mengenai pengetahuan genetika dalam kesehatan


lingkungan terhadap beberapa aspek berikut ini:
1. Interaksi faktor genetik terhadap lingkungan infeksi, apabila semakin
tinggi faktor genetik, maka semakin mudah penyakit itu muncul diimbangi
oleh tingginya lingkungan yang terinfeksi yang kemudian dapat
dipengaruhi genetik sehingga penyakit kronis bisa terjadi
2. Salah satu faktor yang terlibat yakni waktu. Dimana jangka waktu yang
bertambah akan mempengaruhi metabolisme, respon atau perubahan
molekuler setiap waktu yang mungkin saja dapat menimbulkan penyakit.
3. Beberapa riset penelitian mulai berkembang yang diawali penyakit yang
mewabah di U.S. maka dimulailah penelitian seperti project genom
manusia, variasi genetik, teknologi omics.
4. Masalah etika adalah fitur kehidupan yang konstan. Etika mengacu pada
versi moralitas yang lebih formal. Dalam kesehatan lingkungan, nilai-nilai
moral sangat penting untuk mencerminkan tradisi bioetika dan etika
lingkungan yang termasuk nonmaleficence, Beneficience, Confidentiality,
Justice, dan fidelity. Beberapa kode etik profesional relevan dengan
kesehatan lingkungan praktek.

4.2. Saran

Terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, antara lain:

1. Mempelajari konsep – konsep genetik dasar untuk dapat memahami


pengaruh terhadap lingkungan mengenai aspek kesehatan.

2. Memperluas wawasan penelitian mengenai genetika yang berkaitan


dengan kesehatan lingkungan

3. Menambah buku – buku pendukung untuk memantapkan konsep yang


akan dipelajari.
DAFTAR RUJUKAN

Achmadi Umar Fahmi, 2007. Horison Baru Kesehatan Masyarakat


Di Indonesia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Bertens, K. 2002. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Cet.


VII.

Franz Magnis-Suseno. 1987. Etika Dasar "Masalah-Masalah


Pokok Filsafat Moral", Pustaka Filsafat-Kanisisus, Yogyakarta.

Frumkin, Howard.2010. Environmental Health from Global to


Local.United States of America:Jossey-Bass A wiley imprint

Hanna , K. , and Coussens , C. 2001. Rebuilding the Unity of


Health and the Environment, A New Vision of
EnvironmentalHealth for the 21st Century: A Workshop
Summary for the Institute of Medicine ’ s Roundtable on
Environmental Health Sciences, Research, and Medicine .
Washington, D.C. : National Academies Press.

Keraf,A. Sonny. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: PT


Kompas Media Nusantara

Lane , S. D. , Rubinstein , R. A. , Cibula , D. , and Webster , N.


2000. “ Towards a Public Health Approach to Bioethics. ”
Annals of the New York Academy of Sciences, No,925, 25 –
36 .

Potter , J. D. 2004. “ Toward the Last Cohort . ” C ancer


Epidemiology, Biomarkers, and Prevention,. No. 13 , 895 –
897 .
Potter , V. R. 1971. Bioethics: Bridge to the Future. Upper Saddle
River, N.J. : Prentice Hall.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus


Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Cet. I.

Rosen , G. A.1993. History of Public Health. (Expanded ed.)


Baltimore, Md.n Johns Hopkins University Press

Triwibowo,C. 2014.Etika dan Hukum Kesehatan: Cetakan


Pertama.Yogyakarta: Muha Medika

Anda mungkin juga menyukai