Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN KOPING DENGAN TINGKAT KECEMASAN YANG

MENJALANI HEMODIALISA DIRUMAH SAKIT CUT MEUTIA


KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2023

Proposal Mini

Disusun Oleh:

Nama : Cut Marzianti Saputri


NPM : 19010637

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN TEKNOLOGI DAN SAINS
UNIVERSITAS BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
202
A. Latar belakang
Di Indonesia penderita yang mengalami penyakit gagal ginjak kronik dan
yang menjalani terapi hemodialisis mengalami peningkatan, dari survei yang
dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Wurara, Kanine &
Wowiling,2013) terdapat 18 juta orang di Indonesia menderita penyakit ginjal
kronik, data Indonesia Renal Regetry tahun 2007 jumlah pasien hemodialisis
2148 penduduk sedangkan tahun 2008 jumlah pasien hemodialisis mengalami
peningkatan yaitu 2260 penduduk.

Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor biologis


yaitu bersumber atau ditentukan oleh faktor bawaan maupun fisiologis yaitu
yang mempengaruhi atau terwujud pada gejala fisik terutama pada fungsi
sistem syaraf pusat, baik dari dalam pasien maupun dari luar pasien,
penerimaan terhadap pelaksanaan hemodialisis, sosial ekonomi, usia pasien,
kondisi pasien, lama dan frekuensi menjalani hemodialisis timbul karena
ancaman dari pasien sehingga menimbulkan respon psikologis dan perilaku
pasien yang dapat diamati, sedangkan ancaman diri pada pasien hemodialisis
dapat bersumber dari respon manusia (perawat), interaksi manusia dan
lingkungan yang terpapar oleh alat yang digunakan. Pasien yang mengalami
dialisis jangka panjang maka akan merasa khawatir atas kondisi sakitnya yang
tidak dapat diramalkan dan berefek terhadap gaya hidup (Rahman, Heldawati
& Sudirman,2014).

Upaya yang dapat dilakukan seseorang untuk mengatasi stres dan


kecemasan adalah dengan mengikuti PKMRS (Promosi Kesehatan Masyarakat
di Rumah Sakit) dan konseling, berkomunikasi dengan orang lain atau
keluarga, mampu menyelesaikan masalah dengan baik, melakukan teknik
relaksasi secara mandiri, melakukan aktivitas lain, olahraga, mengikuti
kegiatan kemasyarakatan, mengaji, mendengarkan ceramah dan lain
sebagainya. (Stuart dalam Taluta, Mulyadi & hamel,2014).

2
Berdasarkan Fenomena Diatas Peneliti Tertarik Untuk Melakukan
Penelitian Dengan Judul “Hubungan Koping Dengan Tingkat Kecemasan
Yang Menjalani Hemodialisa Dirumah Sakit Cut Meutia Kabupaten Aceh
Utara Tahun 2023

B. Variable

1. Independen
Variable independen dalam penelitian ini adalah Hubungan Koping
2. Dependen
Variable dependen dalam penelitian ini adalah Tingkat Kecemasan
Pasien Hemodialisa
C. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional yang menganalisis hubungan antara variabel dependen dan
independent dengan melakukan pengukuran sesaat.
D. Sampel penelitian
Sampel penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisa di RSU Cut
Meutia
E. Instrument
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan
kuesioner data demografi yang di lakukan kepada responden yang memenuhi
criteria inklusi dan eksklusi yang telah di tetapkan.
F. Analisa
Analisa data penelitian menggunakan uji chi square
G. Referensi
Butar Aguswina, Cholina Trisa Siregar.(2012). Karakteristik Pasien Dan Kualitas
Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa.
MedanUniversitas Sumatera Utara.
Gormon, L.G., & Sultan, D.F.,2008. Psychosocial nursing for general patient care.
Philadelpia: Davis Company.

3
HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI
SALURAN KEMIH DIRUMAH SAKIT CUT MEUTIA KABUPATEN
ACEH UTARA PADA TAHUN 2023

Proposal Mini

Disusun Oleh:

Nama : Cut Marzianti Saputri


NPM : 19010637

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN TEKNOLOGI DAN SAINS
UNIVERSITAS BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
2023

4
A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih merupakan jenis infeksi nosokomial yang
sering terjadi. Beberapa penelitian menyebutkan, infeksi saluran kemih
merupakan 40% dari seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan 80%
infeksi saluran kemih terjadi sesudah instrumentasi, terutama oleh
kateterisasi (Darmadi, 2008, p.124). Walaupun kesakitan dan kematian dari
infeksi saluran kemih berkaitan dengan kateter dianggap relatif rendah
dibandingkan infeksi nosokomial lainnya, tingginya prevalensi penggunaan
kateter urin menyebabkan besarnya kejadian infeksi yang menghasilkan
komplikasi infeksi dan kematian.
Berdasarkan survei di rumah sakit Amerika Serikat tahun 2002,
kematian yang timbul dari infeksi saluran kemih diperkirakan lebih dari
13.000 (2,3% angka kematian). Sementara itu, kurang dari 5% kasus
bakteriuria berkembang menjadi bakterimia. Infeksi saluran kemih yang
berkaitan dengan kateter adalah penyebab utama infeksi sekunder aliran
darah nosokomial. Sekitar 17% infeksi bakterimia nosokomial bersumber
dari infeksi saluran kemih, dengan angka kematian sekitar 10% (Gould &
Brooker, 2009).
Kateter urin adalah penyebab yang paling sering dari bakteriuria. Risiko
bakteriuria pada kateter diperkirakan 5% sampai 10% per hari. Kemudian
diketahui, pasien akan mengalami bakteriuria setelah penggunaan kateter
selama 10 hari. Infeksi saluran kemih merupakan penyebab terjadinya lebih
dari 1/3 dari seluruh infeksi yang didapat di rumah sakit. Sebagian besar
infeksi ini (sedikitnya 80%) disebabkan prosedur invasif atau instrumentasi
saluran kemih yang biasanya berupa kateterisasi (Smeltzer & Bare, 2005).
B. Variable

1. Independen

Variable independen dalam penelitian ini adalah Hubungan


pemasangan kateter
5
2. Dependen

Variable dependen dalam penelitian ini adalah Kejadian Infeksi


sauran Kemih

C. Desain penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
yang menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independent dengan
melakukan pengukuran sesaat.

D. Sampel penelitian

Sampel penelitian ini adalah pasien yang melakukan pemasangan kateter di


RSU Cut Meutia

E. Instrument

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan
kuesioner data demografi yang di lakukan kepada responden yang memenuhi
criteria inklusi dan eksklusi yang telah di tetapkan.

F. Analisa
Analisa data penelitian menggunakan uji chi square

G. Referensi
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Synder, S.J. (2010). Buku ajar keperawatan
fundamental (Esty wahyuningsih, penerjemah). Jakarta: EGC
Notoatmodjo S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan edisi Revisi. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta
Potter, P. A. & Perry A.G. (2005). Buku ajar keperawatan fundamental.(vols
1-2). Jakarta: EGC
Smeltzer S. C. & Bare B. G. (2005). Keperawatan medikal bedah (vols:2-3)
(Agung waluyo, penerjemah). Jakarta: EGC

6
HUBUNGAN LAMA MENDERITA TERHADAP KUALITAS HIDUP
PADA PASIEN ULKUSDIABETIK DIRUMAH SAKIT CUT MEUTIA
KABUPATEN ACEH UTARA PADA TAHUN 2023

Proposal Mini

Disusun Oleh:
Nama : Cut Marzianti Saputri
NPM : 19010637

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN TEKNOLOGI DAN SAINS
UNIVERSITAS BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
2023

7
A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes didefinisikan sebagai penyakit nomor 6penyebab
kematian di Indonesia dengan proporsi kematian sebesar 5,8 % setelah stroke
(Depkes, 2010). Kejadian ulkus diabetik ditemukan sekitar 4% dari insiden
diabetes di Indonesia yaitu 1,5% dengan angka kematian ulkus sebesar 17%-
32% dan kasus amputasi 15-30% (Samsuhidayat, 2004 dalam Hasneli, 2010).
Secara umum komplikasi Diabetes melitus di bagi menjadi 2 (dua), yaitu
komplikasi kronis (penyakit serebrovaskular, penyakit jantung koroner,
infeksi,hipertensi, penyakit arteri perifer, penyakit vaskular perifer, retinopati,
neuropati, dan ulkus kaki diabetik) serta komplikasi akut (hipoglikemi
hiperglikemia, hyperosmolar nonketotik dan hiperglikemia ketoasidosis)
(Black & Hawks, 2009).
Penderita diabetik memiliki masalah khususyaitu berkembangnya ulkus
pada tungkai bawah dan kaki. Ulkus dapat diartikan sebagai luka terbuka pada
selaput lendir atau permukaan kulit dan merupakan kematian pada jaringan
yang luas disertai invasif kuman saprofit. Ulkus biasanya hanya satu tempat
dan letaknya di tungkai bawah, paling sering di sebelah lateral. Pada umumnya
didahului oleh trauma atau gigitan serangga, dapat juga terjadi diatas penyakit
kulit yang sudah ada (Djuanda, 2010).
Penderita diabetes di seluruh dunia tahun 2004 lebih dari 220 juta orang,
diperkirakan terdapat 3,4 juta orang meninggal akibat kompliksi yang
disebabkan oleh gula darah yang tinggi. Diperkirakan populasi kematian
akibat diabetes meningkat menjadi dua kali lipat antara tahun 2005 sampai
2030 (WHO, 2011).

B. Variabel
1. Independen
Variable independen dalam penelitian ini adalah Hubungan lamanya
mendeita
8
2. Dependen
Variable dependen dalam penelitian ini adalah kualitas hidup pasien ulkus
diabetik
C. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional yang menganalisis hubungan antara variabel dependen dan
independent dengan melakukan pengukuran sesaat.
D. Sampel penelitian
Sampel penelitian ini adalah pasien menderita ulkus diabetic di RSU Cut
Meutia
E. Instrument
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi
dan kuesioner data demografi yang di lakukan kepada responden yang
memenuhi criteria inklusi dan eksklusi yang telah di tetapkan.
F. Analisa
Analisa data penelitian menggunakan uji chi square
G. Referensi
American Diabetes Association. (2015). Diabetes and Clasification of Diabetes
Mellitus, Diabetes Care, 8-16.
Brooker, C. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2010). Diabetes dapat dicegah. Dipetik Maret 15, 2017, dari
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1314-diabetes-
melitus-dapat-dicegah.html
Djuanda, A. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FK UI.
frykberb, G. (2002). Risk Factor, Pathogenesis and Management of Diabetic
Foot Ulcers. Iowa: Des Moines University.

Anda mungkin juga menyukai