Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“ KERUSAKAN SEL HOS OLEH MIKROBA “

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 10

 SINTA RAMAYANI (20482014015)

DOSEN PENGAMPU : LISNAWATI SIMANJUNTAK, M.Pd

PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AS-SYIFA KISARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjat kan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa
pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul “Kerusakan Sel Hos oleh Mikroba“ bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi. Pada makalah dijelaskan tentang Ruang Lingkup
Kerusakan Sel Hos oleh Mikroba secara terbuka.

Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Kisaran, 23 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………..


i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….


ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..………..


iii

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG ………………………………………………………..


4
2. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………….
4
3. TUJUAN ……………………………………………………………………...
4

PEMBAHASAN

1. MIKROBA PATOGEN ……………………...……….………………...……


5
2. EKSOTOKSIN ………………………………….……………………………
6
3. TRANSMISI MIKROBA KEDALAM SEL HOST ………….………………..
7
4. MEKANISME KERUSAKAN SEL HOST OLEH MIKROBA ………......... 9
5. TAHAPAN INVASI MIKROBA ………………………….…………….......
10
6. CONTOH MIKROBA PATOGEN PENYEBAB KERUSAKAN ……………
14

PENUTUP

iii
KESIMPULAN ………………………………………………………..................
18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan
bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga
faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen), faktor
manusia atau pejamu (host), dan faktor lingkungan (Mazni R, 2008).
Data World Health Statistics menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian
khusunya balita disebabkan oleh penyakit infeksi (seperti diare, pneumonia, campak,
malaria) dan malnutrisi. Menurut UNICEF penyakit infeksi merupakan penyebab
kematian utama. Dari 9 juta kematian pada balita per tahunnya di dunia, lebih dari 2
juta di antaranya meninggal akibat penyakit ISPA.
WHO melaporkan lebih dari 50% kasus penyakit infeksi berada di Asia
Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan, tiga per empat kasus penyakit infeksi
pada balita berada di 15 negara berkembang.

2. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana mekanisme penyebaran bakteri didalam tubuh host serta mekanisme


perusakan sel tubuh host oleh mikroba ?

3. TUJUAN
Memahami mekanisme penyebaran bakteri didalam tubuh host serta mekanisme
perusakan sel tubuh host oleh mikroba

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. MIKROBA PATOGEN
Mikroba patogen adalah mikroba yang mampu menyebabkan penyakit. Mikroba
patogen dapat menyebar melalui populasi manusia dalam berbagai cara. Pengobatan
infeksi yang disebabkan bakteri patogen melibatkan penggunaan antibiotik, yaitu obat
yang telah diformulasikan khusus untuk membunuh bakteri. Saat ini organisme
multidrug resistant/MDR (MDRO) merupakan sebuah masalah yang sedang dihadapi
dunia dalam bidang kesehatan. Menurut Badan Kesehatan Dunia/WHO (2014) di seluruh
dunia terjadi peningkatan signifikan jenis bakteri yang resisten terhadap beberapa obat
antibakteri (Multidrug Resistant/MDR).

Tingginya tingkat Multidrug resistant/MDR (MDRO) menyebabkan penundaan


dan keterbatasan opsi pengobatan antibiotik. Keterbatasan ini sering menyebabkan
kegagalan dalam pengobatan sehingga mengakibatkan kematian. Beberapa cara telah
dilakukan untuk mendapatkan senyawa bioaktif penghambat pertumbuhan bakteri namun
belum banyak sumber senyawa yang mampu menghentikan organisme multidrug
resistant/MDR ini. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan pencarian sumber-sumber
senyawa baru yang berpotensi dan efektif mengendalikan jamur dan bakteri multidrug
resistant/MDR. Salah satu alternatif adalah dengan memanfaatkan sekresi kulit katak dari
kelompok anura yang mengandung Antimicrobial peptides (AMP).

Antimicrobial peptides (AMP) adalah suatu grup molekul yang diproduksi oleh
sel-sel dan jaringan mahluk hidup yang berperan penting sebagai sistem pertahanan
tubuh. AMP dapat digunakan sebagai alternatif antibiotik konvensional karena dapat
membunuh bakteri yang telah resisten terhadap antibakteri konvensional (Singh dan Rai,
2012) dan resistensi alami bakteri terhadap AMPs sangat jarang ditemukan (Sang dan
Blecha, 2008). Salah satu kelompok hewan yang banyak menghasilkan AMPs adalah
kelompok Anura. Kulit anura menghasilkan lendir yang mengandung AMPs untuk
melindungi tubuh dari serangan mikroba patogen.

Sel host adalah inang tempat bakteri / mikroba melekat dan hidup melalui proses
transmisi. Terdapat berbagai jenis mikroba didalam tubuh inang / manusia baik itu

6
bakteri yang menguntungkan ( microbiota ) ataupun bisa mikroba pathogen yang dapat
menyebabkan kerusakan sel pada host / inang. Sehingga bakteri tersebut menyebabkan
timbulnya penyakit-penyakit dalam tubuh host.

Patogen (Bahasa Yunani: "penyebab penderitaan") adalah agen biologis yang


menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme
parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal
hewan atau tumbuhan multiselular. Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme
uniselular dari semua kerajaan biologi.

Helicobacter pylori bakteri patogen pada pencernaan manusia

2. EKSOTOKSIN

Eksotoksin adalah racun diekskresikan oleh mikroorganisme seperti


bakteri,jamur,ganggang dan protozoa. Eksotoksin dapat memnyebabkan kerusakan pada
host dengan menghancurkan sel sel atau mengganggu metabolisme sel normal. mereka
sangat ampuh dan dapat menyebabkan kerusakan besar pada tuan rumah.
Eksotoksin merupakan protein bakteri yang diproduksi dan dikeluarkan ke
lingkungan selama pertumbuhan bakteri patogen. Ada beberapa cara eksotoksin untuk
dapat menimbulkan penyakit. Pertama eksotoksin dikeluarkan ke makanan, akibatnya
manusia terserang penyakit asal makanan. Kedua, eksotoksin dikeluarkan ke permukaan
mukosa menyerang sel inang atau dapat terbawa ke sistem peredaran darah untuk
menyerang jaringan yang rentan. Ketiga, bakteri patogen membentuk abses (luka) dan
7
mengeluarkan eksotoksin untuk merusak jaringan sehingga mempermudah pertumbuhan
bakteri.

3. TRANSMISI MIKROBA KEDALAM SEL HOST

1. Transmisi Langsung
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari
pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya droplet
nuclei saat bersin, batuk, berbicara atau saat transfusi darah dengan darah yang
terkontaminasi mikroba patogen.

2. Transmisi Tidak Langsung


Penularan mikroba patogen yang memerlukan media perantara baik berupa
barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor.

a. Vehicle Borne
Sebagai media perantara penularan adalah barang/bahan yang terkontaminasi
seperti peralatan makan, minum, alat-alat bedah/kebidanan, peralatan laboratorium,
peralatan infus/transfusi.

8
b. Vektor Borne
Sebagai media perantara adalah vektor (serangga) yang memindahkan mikroba
patogen ke pejamu adalah sebagai berikut:

• Cara Mekanis
Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum mikroba patogen, lalu hinggap pada
makanan/minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke saluran cerna pejamu.

• Cara Bologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus perkembangbiakkan
dalam tubuh vektor/serangga, selanjutnya mikroba dipindahkan ke tubuh pejamu melalui
gigitan.

c. Food Borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif untuk
menyebarnya mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui saluran cerna.

d. Water Borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif, terutama untuk
kebutuhan rumah sakit adalah mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi,
dan bakteriologis diharapkan terbebas dari mikroba patogen sehingga aman untuk
dikonsumsi. Jika tidak, sebagai media perantara, air sangat mudah menyebarkan mikroba
patogen ke pejamu, melalui pintu masuk saluran cerna atau yang lainnya.

e. Air Borne
Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap orang, namun adanya udara yang
terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dideteksi. Mikroba patogen
dalam udara masuk ke saluran nafas pejamu dalam bentuk droplet nuclei yang
dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau bersin, bicara atau bernafas, melalui mulut
atau hidung. Sedangkan debu merupakan partikel yang dapat terbang bersama partikel
lantai/tanah. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang
tertutup seperti di dalam gedung, ruangan/bangsal/kamar perawatan, atau pada
laboratorium klinik.

9
4. MEKANISME KERUSAKAN SEL HOST OLEH MIKROBA
Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka akan berinterksi dengan
mikroba patogen yang secara alamiah akan melewati 4 tahap:

1. Tahap Rentan

Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat namun peka atau labil,
disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit seperti umur,
keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dan lain-lain. Faktor
predisposisi tersebut mempercepat masuknya mikroba patogen untuk berinteraksi
dengan pejamu.

2. Tahap Inkubasi

Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen mulai bereaksi, namun


tanda dan gejala penyakit belum tampak. Saat mulai masuknya mikroba patogen ke
tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit disebut inkubasi.
Masa inkubasi satu penyakit berbeda dengan penyakit lainnya, ada yang hanya
beberapa jam, dan ada pula yang bertahun-tahun.

3. Tahap Klinis

Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat memunculkan tanda


dan gejala penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan secara
bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan. Penderita masih
mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Jika bertambah parah, penderita sudah tidak
mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari.

4. Tahap Akhir Penyakit

Perjalanan penyakit dapat berakhir dengan 5 alternatif, yaitu:

10
a. Sembuh sempurna

Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi


sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti sedia kala.

b. Sembuh dengan cacat

Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat


dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.

c. Pembawa ( carrier )

Perjalanan penyakit seolah–olah berhenti, ditandai dengan menghilangnya


tanda dan gejalan penyakit. Pada kondisi ini agen penyebab penyakit masih ada, dan
masih potensial sebagai sumber penularan.

d. Kronis

Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau
tidak berubah.

e. Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsi–fungsi organ.

5. TAHAPAN INVASI MIKROBA


Sebagai agen penyebab penyakit, mikroba patogen memiliki sifat–sifat khusus
yang sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit lainnya.8 Sebagai makhluk
hidup, mikroba patogen memiliki ciri–ciri kehidupan, yaitu :
a. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang
biak.
b. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya.

11
c. Bergerak dan berpindah tempat.

Ciri–ciri kehidupan mikroba patogen tersebut di atas, merupakan sifat–sifat


spesifik mikroba patogen dalam upaya mempertahankan hidupnya. Cara
menyerang/invasi ke pejamu/ manusia melalui tahapan sebagai berikut.:
1. Sebelum pindah ke pejamu (calon penderita), mikroba patogen hidup
dan berkembang biak pada reservoir (orang/penderita, hewan, benda–
benda lain).

2. Untuk mencapai pejamu (calon penderita), diperlukan adanya


mekanisme penyebaran.

3. Untuk masuk ke tubuh pejamu (calon penderita), mikroba patogen


memerlukan pintu masuk (port d’entrée) seperti kulit/mukosa yang
terluka, hidung, rongga mulut, dan sebagainya.Adanya tenggang waktu
saat masuknya mikroba patogen melalui port d’entrée sampai
timbulnya manifestasi klinis, untuk masing – masing mikroba patogen
berbeda–beda.

4. Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat terserang oleh


mikroba patogen, namun berbeda mikroba patogen secara selektif
hanya menyerang organ–organ tubuh tertentu dari pejamu/target organ.

5. Besarnya kemampuan merusak dan menimbulkan manifestasi klinis


dari mikroba patogen terhadap pejamu dapat dinilai dari beberapa
faktor berikut.

a. Infeksivitas
Besarnya kemampuan mikroba patogen melakukan invasi, berkembang biak
dan menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal pada jaringan tubuh pejamu.

12
b. Patogenitas
Derajat respons/reaksi pejamu untuk menjadi sakit.

c. Virulensi
Besarnya kemampuan merusak mirkoba patogen terhadap jaringan pejamu.

d. Toksigenitas
Besarnya kemampuan mikroba patogen untuk menghasilkan toksin, di mana
toksin berpengaruh dalam perjalanan penyakit.

e. Antigenitas
Kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya mekanisme pertahanan
tubuh/antibodi pada diri pejamu. Kondisi ini akan mempersulit mikroba patogen itu
sendiri untuk berkembang biak, karena melemahnya respons pejamu menjadi sakit.

Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah tindakan


yang paling utama. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara memutuskan
rantai penularannya. Rantai penularan adalah rentetan proses berpindahnya mikroba
patogen dari sumber penularan (reservoir) ke pejamu dengan/tanpa media
perantara.10 Jadi, kunci untuk mencegah atau mengendalikan penyakit infeksi adalah
mengeliminasi mikroba patogen yang bersumber pada reservoir serta mengamati
mekanisme transmisinya, khususnya yang menggunakan media perantara.

Sebagai sumber penularan atau reservoir adalah orang/penderita, hewan,


serangga (arthropoda) seperti lalat, nyamuk, kecoa, yang sekaligus dapat berfungsi
sebagai media perantara. Contoh lain adalah sampah, limbah, ekskreta/sekreta dari
penderita, sisa makanan, dan lain–lain. Apabila perilaku hidup sehat sudah menjadi
budaya dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari–hari, serta sanitasi
lingkungan yang sudah terjamin, diharapkan kejadian penularan penyakit infeksi
dapat ditekan seminimal mungkin.

13
Kejadian, dan berbagai efek infeksi rumah sakit pada dasarnya bergantung
pada mikroorganisme, tuan rumah (pasien dan staf), lingkungan, dan pengobatan.

1. Mikroorganisme agen infeksi


Walaupun sebenarnya setiap infeksi dapat diperoleh dari pasien atau staf
rumah sakit ada beberapa organisme patogen tertentu yang terutama berkaitan dengan
infeksi rumah sakit, dan beberapa jarang menyebabkan infeksi dalam lingkungan lain.
Peranan mereka sebagai penyebab infeksi rumah sakit bergantung pada patogenitas
atau virulensi (kemampuan dari spesies atau strain menyebabkan penyakit), dan
jumlah mereka juga bergantung pada ketahanan pasien. Dan karena banyak pasien di
dalam rumah sakit yang resistensinya kurang disebabkan oleh penyakit atau
pengobatan mereka. Organisme yang relatif tidak berbahaya pada orang sehat dapat
menyebabkan penyakit dalam rumah sakit.

2. Tuan rumah (pasien atau anggota staf)


Kerentanan tuan rumah, dan virulensi (derajat patogenitas suatu
mikroorganisme). Seseorang pasien dapat memiliki resistensi umum yang lemah,
misalnya pada bayi sebelum antibodi terbentuk, dan apabila jaringan yang
menghasilkan antibodi belum sempurna dikembangkan atau resistensi lemah mungkin
berhubungan dengan suatu penyakit (seperti diabetes atau leukemia yang tidak
terkendali atau luka bakar yang parah), atau dengan gizi yang buruk, atau dengan
bentuk pengobatan tertentu seperti penggunaan obat-obatan imunosupresif yang
diberikan untuk mencegah penolakan organ yang ditransplantasi atau kemoterapi
kanker. Resiko infeksi diantara anggota staf melalui kontaminasi dengan darah, dan
eksudat (campuran serum, sel atau sel yang rusak keluar dari pembuluh darah ke
dalam jaringan biasanya akibat radang), pasien dengan hepatitis B (HBV), dan HIV.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat toleransi, dan respon tubuh pasien
adalah:
a. Umur
b. Status imunitas penderita
c. Penyakit yang diderita
d. Obesitas dan malnutrisi

14
e. Orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan, dan steroid
f. Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk
melakaukan diagnosa dan terapi

3. Lingkungan
Tempat ketika pasien ditangani mempunyai suatu pengaruh penting pada
kemungkian infeksi yang diperolehnya serta pada sifat infeksinya. Berbagai lokasi
rumah sakit yang berbeda mempunyai infeksi tersendiri. Suatu tujuan dalam
pengendalian infeksi rumah sakit adalah untuk meminimalkan infeksi dari bahaya
mikroba patogen yang didapat di luar rumah sakit.

6. CONTOH MIKROBA PENYEBAB KERUSAKAN SEL HOST

Definisi Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk coccus yang


merupakan salah satu mikrofilaria normal didalam rongga mulut dan gigi. Bakteri ini
bersifat patogen yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan penyakit pada
manusia. Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab karies pada gigi yang
apabila tidak segera ditangani, karies dapat menyebabkan abses pada gigi bahkan
kematian gigi (jawetz et al, 2012).

Taksonomi Staphylococcus aureus menurut Brooks dkk (2005) adalah

sebagai berikut :

Domain : Bacteria

Kerajaan : Eubacterria

Phylum : Firmicutes

Class : Cocci

Ordo : Bacillales

15
Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk coccus

berdiamter 0,7-1,2 µm, tersusun secara berkemlompok yang tidak teratur seperti

anggur, tidak membentuk spora dan tidak motil. Bakteri ini tumbuh pada suhu

optimum 370C teteapi tidak membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-

250C) (Brooks et al, 2008).

Gambar 2.Staphylococcus aureus (Brooks et al, 2008)


Staphylococcus aureus merupakan bakteri aerob. Organisme ini paling mudah
berkembang pada media bakteriologik dalam lingkungan aerobic atau mikroaerofilik.
Paling cepat tumbuh pada suhu 370C, koloninya membentuk warna abu-abu hingga
kuning tua kecoklatan. Staphylococcus aureus memproduksi katalase yang
membedakannya dengan Streptococcus. Staphylococcus aureus memfermentasi banyak
karbohidrat secara lambat, menghasilkan asam laktat namun tidak menghasilkan gas
(warsa, 1994).

Menurut Jawetz dkk (2007), menyatakan bahwa Staphylococcus aureus dapat


menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berbiak dan melalui pembentukan
banyak zat ekstraseluler. Berbagai zat yang berperan sebagi faktor virulensi dapat
berupa protein termasuk enzim dan toksin. Zat-zat tersebut adalah:

16
a. Eksotoksin, yaitu eksotoksin C yang dihasilkan Staphylococcus
aureus seringkali dihubungkan dengan sindrom syok toksik.Pada manusia, toksin ini
menyebabkan demam, syok ,ruam kulit dan gangguan multisistem organ dalam tubuh.

b. Leukosidin, yaitu suatu zat yang dapat larut dan mematikan sel
darah putih dari berbagai spesies binatang yang berkontak. Leukosidin antigen tetapi
tidak panas dari pada eksotoksin.

c. Enterotoksin, merupakan suatu zat dapat larut yang dihasilkan


oleh strain-strain tertentu Staphylococcus diantaranya Staphylococcus aureus.
Enterotoksin adalah suatu protein dengan berat molekul 3,5x10-4, yang tahan terhadap
pendidihan selama 30 menit atau enzim-enzim usus dan termasuk salah satu dari enam
tipe antigen. Sebagai penyebab keracunan makanan, enterotoksin dihasilkan
Staphlococcus aureus tumbuh pada makanan karbohidrat tinggi.

d. Koagulase dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, yaitu suatu


protein yang menyerupai enzim dan dapat mengumpulkan plasma oksalat atau sitrat
dengan bantuan suatu faktor yang terdapat dalam banyak serum. Enterase yang
dihasilkan dapat meningkatkan aktivitas pengumpulan, sehingga terbentuk deposit
fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat menghambat fagositosis.

e. Katalase, yaitu enzim yang berperan pada daya tahan bakteri


terhadap fagositosis. Tes adanya aktivitas katalase menjadi pembeda genus
Staphylococcus dan Streptococcus.

f. Hemolisin merupakn toksin yang dapat membentuk suatu zona


hemolisis disekitar koloni bakteri. Hemolisin Staphylococcus aureus terdiri dari alfa
hemolisin, beta hemolisin, dan delta hemolisin.

g. Zat-zat ekstraseluler lain, misalnya faktor penyebar,


stafilokinase yang mengakibatkan fibrinolisa tetapi bekerja jauh lebih lambat dari pada
streptokinase proteinase, lipase dan β-laktamase; tosin eksofoliatif yang menyebabkan
sindroma scalled skin di bawah pengaruh plasmid dan suatu toksin yang bertanggung
jawab untuk sindrom syok toksik yang paling sering ditemukan pada wanita yang
menggunakan tampon pada saat haid.

17
Menurut Jawetz dkk (2007), mekanisme infeksi dari Staphylococcus aureus
yaitu :

a. Perlekatan pada protein sel inang

Struktur sel Staphylococcus aureus memiliki protein permukaan yang


membantu penempelan bakteri pada sel inang. Protein ini adalah laminin dan
fibronektin yang membentuk metriks ekstraseluler pada permukaan epitel dan endotel.
Selain itu, beberapa galur mempunyai ikatan protein fibrin atau fibrinogen yang mampu
meningkatkan penempelan bakteri pada darah dan jaringan.

b. Invasi

Invasi Staphylococcus aureus terhadap jaringan inang melibatkan sejumlah


besar kelompok protein ekstraseluler. Beberapa protein yang berperan penting dalam
proses invasi satphylococcus aureus adalah α- toksin, β-toksin, γ-toksin, δ-toksin,
leukosidin, koagulase, stafilokinase dan beberap enzim seperti protease, lipase,
DNAase dan enzim pemodifikasi asam lemak.

c. Perlawan terhadap ketahanan inang

Staphyloccus aureus memiliki kemampuan mempertahankan diri terhadap


mekanisme pertahanan inang. Beberapa faktor pertahanan diri yang dimilik
staphylococcus aureus adalah simpai polisakarida, protein A dan leukosidin.

d. Pelepasan beberapa jenis toksin

Pelepasan beberapa jenis toksin dari Staphylococcus aureus diantaranya adalah


eksotoksin, superantigen, dan toksin eksfoliatin.

18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

 Sel host adalah inang tempat bakteri / mikroba melekat dan hidup melalui proses
transmisi. Terdapat berbagai jenis mikroba didalam tubuh inang / manusia baik itu
bakteri yang menguntungkan ( microbiota ) ataupun bisa mikroba pathogen yang dapat
menyebabkan kerusakan sel pada host / inang. Sehingga bakteri tersebut menyebabkan
timbulnya penyakit-penyakit dalam tubuh host.
 Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan bersifat
sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang
saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen), faktor manusia atau pejamu
(host), dan faktor lingkungan.
 Mikroba patogen adalah mikroba yang mampu menyebabkan penyakit. Mikroba
patogen dapat menyebar melalui populasi manusia dalam berbagai cara. Pengobatan
infeksi yang disebabkan bakteri patogen melibatkan penggunaan antibiotik, yaitu obat
yang telah diformulasikan khusus untuk membunuh bakteri.

19

Anda mungkin juga menyukai