Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

CARA KEMBANG BIAK MIKROORGANISME DAN


CARA PENULARAN INFEKSI NOSOKOMIAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. AYU
2. CHESI
3. DHEA ANGGUN
4. DINA SINTIYA MURNI
5. MELISA
6. NABILA INSYRA
7. SEILA
8. YESPIKA

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Yance Hidayat,S.Kep,M.Kep

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
2024

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat terhadap
pembaca.

Bengkulu, 17 Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Pengertian Mikroorganisme.....................................................................................6
B. Cara Mikroorganisme Berkembang Biak................................................................7
C. Infeksi Nosokomial...............................................................................................11
D. Cara Penularan Infeksi Nosokomial......................................................................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................................17
A. Kesimpulan............................................................................................................17
B. Saran.......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang
memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia.
Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer (udara)
serta makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat
masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh
manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini
dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga
menimbulkan penyakit. Rumah sakit selain untuk rnencari kesembuhan
juga merupakan surnber dari berbagai penyakit, yang berasal dari
penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit
ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara,
air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupuu non medis
(Nugraheni, dkk, 2012). Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi
silang karena kuman-kuman, virus, dan sebagainya akan masuk ke dalam
tubuh penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan dengan
mudah (Darmadi, 2008). Penderita yang sedang dalam proses perawatan di
rumah sakit, baik dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan
penyakit dasar lebih dari satu, secara umum keadaan umumnya tentu
tidak/kurang baik, sehingga daya tahan tubuhnya menurun. Infeksi adalah
masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang
menyebabkan sakit yang disertai dengan gejala klinis baik lokal maupun
sistemik (Potter & Perry, 2005). Oleh karena itu, di dalam makalah ini
membahas tentang infeksi yang ada di rumah sakit atau biasa disebut
dengan infeksi nosokomial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu mikroorganisme ?
2. Bagaimana cara kembang biak mikroorganisme?

4
3. Apa itu infeksi nosokomial ?
4. Bagaimana cara penularan infeksi nosokomial?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu mikroorganisme
2. Mengetahui bagaimana cara kembang biak mikroorganisme
3. Mengetahui apa itu infeksi nosokomial
4. Mengetahui bagaimana cara penularan infeksi nosokomial

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mikroorganisme

Mikroorganisme (mikrob) atau jasad renik adalah organisme yang


berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat
bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik.
Mikroorganisme sering kali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel
banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih
terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak
terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme
meskipun tidak bersifat seluler. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme
disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut
mikrobiolog.

Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup


semua prokariota, protista, dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran
kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya,
meskipun banyak yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang
beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah semua
organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam cawan petri
atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri
secara mitosis.

Mikroorganisme berbeda dengan sel makrooganisme. Sel


makroorganisme tidak bisa hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian
dari struktur multiselular yang membentuk jaringan, organ, dan sistem
organ. Sementara, sebagian besar mikrooganisme dapat menjalankan
proses kehidupan dengan mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan
bereproduksi secara independen tanpa bantuan sel lain.

6
B. Cara Mikroorganisme Berkembang Biak

Reproduksi mikroba dapat terjadi secara aseksual dan secara


seksual (terjadi pada beberapa individu saja).Pada bakteri misalnya,
perkembangbiakan secara aseksual terjadi secara pembelahan biner, yaitu
satu sel induk membelah menjadi dua sel anak. Kemudian masing-masing
sel anak akan membentuk dua sel anak lagi, dan seterusnya sehingga
jumlahnya akan semakin berlipat ganda. Selama sel mebelah maka akan
terjadi keselarasan replikasi DNA sehingga tiap-tiap sel anak akan
menerima sedikit satu koloni (salinan) dari genom. Sebuah sel bakteri
dalam suatu lingkungan yang sesuai akan menjadi suatu koloni keturunan
melalui pembelahan biner. Baik pembelahan mitosis maupun meiosis tidak
terjadi pada prokariota dan inilah perbedaan mendasar lain antara
prokariota dan eukariota (Waluyo, 2004).

1. Perkembangbiakan Aseksual Pada Mikroba


a. Pembelahan Biner
Pembelahan sederhana yang membentuk 2 sel baru yang
identik. Dimana masing-masing sel anak akan membentuk
dua sel anak lagi, dan seterusnya sehingga jumlahnya akan
semakin berlipat ganda. Pembelahan Biner dapat dibagi
atas tiga fase, yaitu sebagai berikut;
1) Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang
tumbuh tegak lurus
2) Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding
melintang
3) Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik.
Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama
sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap
bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian
merupakan bentuk koloni.

7
Pembelahan biner ini terjadi pada bakteri, Amoeba,
Paramecium, Euglena, Entamoeba histolica, dsb.

b. Fragmentasi
Fragmentasi terjadi pada sel-sel yang disebut
hormogonium. Pemutusan bagian secara sederhana dan
bagian yang terpisah akan tumbuh menjadi sel baru.
Organisme yang matang pecah menjadi dua atau lebih
potongan atau fragmen.Fragmen kemudian tumbuh menjadi
organism lengkap.Contohnya terjadi pada Spirogyra.
c. Pembentukan spora aseksual
Proses pembentukan spora aseksual ini terjadi pada fungi
dimana terjadi melalui peleburan nucleus dari dua sel
induk. Spora aseksual yang berfungsi untuk menyebarkan
spesies dibentuk dalam jumlah besar. Terdapat lima jenis
spora aseksual yaitu konidiospora, sporangiospore, oidium,
klamidospora, dan blatospora.
2. Perkembangbiakan Seksual Pada Mikroba
Perkembangbiakan secara seksual pada mikroba umumnya
terjadi pada fungi (jamur) dan mikroalga serta secara terbatas
pada bakteri. Perkembangbiakan secara seksual ini dapat terjadi
secara :
a. Konjugasi
Pemindahan DNA secara langsung melalui kontak sel pada
kedua sel yang berdekatan. Misalnya konjugasi pada
bakteri Escherichia coli, protozoa yang bergerak dengan
menggunakan silia (Paramecium caudatum, Vorticella,
Balantidium coli)
b. Isogami

8
Peleburan dua gamet bila sel jantan dan sel betina
mempunyai bentuk dan ukuran yang sama.
Contohnya Chlorococcum, Chlamydomonas, Hydrodictyon
c. Anisogami
Peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama.
Contohnya pada Ulva
d. Oogami
Peleburan dua gamet yagn satu kecil dan bergerak (sebagai
sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur).
Contohnya Valva, Spirogyra, Aedogonium

3. Reproduksi Pada Bakteri


Bakteri berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Perkembangbiakan aseksual dilakukan dengan pembelahan
biner.Setiap sel membelah secara melintang dan sel hasil
pembelahan membentuk koloni bakteri.Bentuk koloni sangat
bervariasi tergantung pada arah pembelahan dan jenis
bakterinya. Pada kondisi yang memungkinkan bakteri akan
membelah diri dengan sangat cepat. Pada keadaan normal
bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali.
Jika pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan
delapan anakan sel.
Perkembangbiakan secara seksual dilakukan tanpa melibatkan
gamet dan peleburan sel, tetapi berupa pertukaran materi
genetic atau DNA. Materi genetic dapat berpindah dari satu
bakteri ke yang lain tanpa menghasilkan zigot. Proses
perpindahan materi genetic ini sering disebut rekombinasi
genetic. DNA hasil pertukaran materi genetic yang
mengandung gen kedua induk disebut DNA rekombinan.
Rekombinasi genetic dapat dilakukan dengan tiga metode
sebagai berikut:

9
a) Transformasi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu
bakteri ke bakteri lain. Pada proses transformasi tersebut
DNA bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari
sel bakteri penerima, tetapi tidak terjadi melalui kontak
langsung. Diduga transformasi ini merupakan cara bakteri
menularkan sifatnya ke bakteri lain. Misalnya pada
bakteri Pneumococci yang menyebabkan Pneumonia dan
pada bakteri patogen yang semula tidak kebal antibiotik
dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena transformasi.
Proses ini pertama kali ditemukan pada Streptococus
pneumonia oleh Frederick Grifith tahun 1982.
b) Transduksi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetik dari sel
bakteri satu ke bakteri lain dengan perantaraan virus
(bakteriofage). Selama transduksi, kepingan ganda DNA
dipisahkan dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima
oleh bakteriofage. Bila virus–virus baru sudah terbentuk
dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage
yang nonvirulen (menimbulkan respon lisogen)
memindahkan DNA dan bersatu dengan DNA inangnya,
Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA
bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru,
di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri
yang diinfeksinya.Virus yang terbentuk memiliki dua
macam DNA yang dikenal dengan partikel transduksi
(transducing particle). Proses inilah yang dinamakan
Transduksi. Cara ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan
Jashua Lederberg pada tahun 1952
c) Konjugasi

10
Konjugasi adalah pemindahan bahan genetic dari suatu sel
bakteri yang bertindak sebagai donor kepada sel bakteri
yang bertindak sebagai resipien.Bakteri yang memindahkan
bahan genetiknya disebut bakteri donor, sedangkan
penerimanya disebut bakteri resipien. Bahan genetic yang
dipindahkan dari bakteri donor akan bergabung dengan
bahan genetic bakteri resipien sehingga terjadi perubahan
sifat. Jika baktri resipien membelah akan dihasilkan sel
anakan bakteri dengan sifat baru. Pemindahan ini dikode
oleh plamid.Plasmid adalah unsure genetis ekstra
kromosomonal (diluar kromosom) dan dapat
melangsungkan replikasi di dalam sitoplasma sel bakteri.
Plasmid adalah potongan bundar DNA yang merupakan
gen tambahan. Bila plasmid ini dapat bereplikasi dan
terpadu ke dalam kromosom bakteri disebut episom.Hal ini
membedakan episom dari plasmid, karena plasmid tidak
terpadu ke dalam kromosom. Pada bakteri gram negative,
misalnya Escherichia coli, konjugasi terjadi dengan cara
perlekatan antara sel donor dengan sel resipien melalui phili
sex atau faktor F (faktor kesuburan atau fertility faktor).
Pada bakteri gram positif, misalnya Streptococus faeccalis,
perlekatan antara sel donor dan resipien tidak melalui phili.

C. Infeksi Nosokomial
Nosokomial berasal dari Bahasa Yunani, dari kata nosos yang yang
artinya penyakit, dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti
tempat untuk merawat atau rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial dapat
diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit
(Darmadi, 2008). Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga
merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi permulaan

11
infeksi dimana orang sakit dirawat. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada
penderita, tenaga kesehatan, dan juga setiap orang yang datang ke rumah
sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan
atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang
berstatus karier atau karena kondisi rumah sakit (Septiari, 2012).

D. Cara Penularan Infeksi Nosokomial

Untuk memastikan adanya infeksi terkait layanan kesehatan


(HealthcareAssociated Infections/HAIs) serta menyiapkan strategi
pencegahan dan pengendalian infeksi dibutuhkan pengertian infeksi,
infeksi terkait pelayanan kesehatan (Healthcare-Associated
Infections/HAIs), rantai penularan infeksi, jenis HAIs dan faktor risikonya
(Permenkes RI No. 27, 2017).

a. Penularan secara kontak Penularan ini dapat terjadi secara kontak


langsung, kontak tidak langsung, dan droplet. Kontak langsung
terjadi apabila sumber infeksi berhubungan langsung dengan
penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi virus
hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi jika
penularan pertumbuhan objek perantara (umumnya benda mati).
Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh
infeksi, misalnya kontaminasi alat-alat medis oleh mikroorganisme
(Septiari, 2012).
b. Penularan melalui common vehicle Penularan ini melalui benda
mati yang sudah terkontaminasi oleh kuman, sehingga dapat
menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun
jenisjenis common vehicle artinya darah atau produk darah, cairan
intravena, obatobatan, dan sebagainya (Septiari, 2012).
c. Penularan melalui udara, dan inhalasi Penularan ini terjadi jika
mikroorganisme memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga

12
akibatnya bisa mengenai pejamu pada jarak yang relatif jauh, dan
melalui saluran pernafasan. Contohnya mikroorganisme yang
terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus), dan
tuberculosis (Septiari, 2012).
d. Penularan dengan perantara vektor Penularan ini bisa terjadi secara
eksternal maupun internal. Dianggap penularan secara eksternal
apabila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari
mikroorganisme yang menempel pada tubuh vektor, contohnya
shigella, dan salmonella oleh lalat. Penularan secara internal
apabila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh vektor, dan dapat
terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasite malaria dalam
nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologis, contohnya
yersenia pestis pada ginjal (flea) (Septiari, 2012).

1. Mekanisme penularan menurut Darmadi (2008) Penyebab mikroba


patogen ketubuh manusia melalui mekanisme tertentu, yaitu
mekanisme penularan (Mode Of Transmission). Dalam garis besarnya,
mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu yang rentang
(Susceptable Host) melalui dua cara :
a. Transmisi Langsung (Direct Transmission) Penularan langsung
oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari pejamu.
Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, batuk,
berbicara, atau saat transfusi darah yang terkontaminasi mikroba
patogen.
b. Transmisi tidak langsung (indirect transmision) Penularan
mikroba patogen yang penularanya “media perantara” baik
berupa barang-barang air, udara, makanan/minuman, maupun
vektor.
1) Venicle borne Sebagai media perantara penularan adalah
barang/bahan yang kontaminasi seperti peralatan makan dan

13
minum, instrument bedah/kebidaan, peratalan laboratorium,
peralatan infus atau transfuse.
2) Vector-borne Sebagai media prantara penularan adalah
vector (serangga), yang memindakan mikroba pathogen ke
pejamu dengan cara berikut.
a) Cara mekanis Pada kaki serangga melekat
kotoran/sputum (mikroba patogen), lalu hinggap pada
makanan atau minuman, di mana akan masuk seluruh
cerna penjamu.
b) Cara biologis Sebelum masuk ke tubuh pejamu,
mikroba mengalami siklus perkembangbiakan dalam
tubuh vector/serangga,selanjutnya mikroba di pindahkan
kedalam tubuh pejamu melalui gigitan.
c) Food-borne Makanan dan miniman adalah media
perantara yang cukup evektif untuk menyebarkan
mikroba pathogen ke pejamu, yaitu melalui pintu masuk
(port d’entree) saluran cerna
d) Water-borne Tersedianya air bersih baik secara
kuantitatif maupun kualitatif-terutama untuk kebutuhan
rumah sakit.
2. Tahapan transmisi mikroba patoghen menurut Darmadi (2008)
Dalam riwayat penyakit, pejamu yang peka (susceptable host) akan
berinteraksi dengan mikroba patogen, yang secara alamiah akan
melewati 4 tahap, yaitu :
a. Tahap rentan Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif
sehat, namun peka atau labil, disertai faktor presdisposisi yang
mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan fisik,
perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dan lainlain. Faktor-
faktor presdisposisi tersebut mempercepat masuknya agen
penyebab penyakit (mikroba patogen) untuk berinteraksi dengan
pejamu.

14
b. Tahap inkubasi Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen
mulai beraksi, namun tanda dan gejala penyakit belum tampak
(subklinis). Saat mulai masuknya mikroba patogen ke tubuh
pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit lainnya,
ada yang hanya beberapa jam, dan ada yang bertahun-tahun.
c. Tahap klinis Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang
dapat memunculkan tanda dan gejala (sign and symptoms)
penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan secara
bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan.
Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari dan masih
dapat diatasi dengan berobat jalan. Pada tahap selanjutnya,
penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat jalan, karena penyakit
bertambah parah, baik secara objektif maupun subjektif. Pada
tahap ini penderita sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas
sehari hari dan jika berobat, umumnya harus memerlukan
perawatan.
d. Tahap akhir penyakit Perjalanan penyakit pada suatu saat akan
berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut dapat berakhir dengan
5 alternatif, yaitu :
1) Sembuh sempurna: Penderita sembuh secara sempurna,
artinya bentuk dan fungsi sel/jaringan/organ/organ tubuh
kembali seperti sedia kala.
2) Sembuh dengan obat : Penderita sembuh dari penyakitnya
namun disertai adanya kecacatan. Cacat dapat berbentuk
cacat fisik, cacat mental, maupun cacat social.
3) Pembawa (carrier): Perjalanan penyakit seolah-olah
berhenti, ditandai dengan menghilangnya tanda dan gejala
penyakit. Pada kondisi ini agen penyebab penyakit masih
ada, dan masih potensial sebagai sumber penularan.
4) Kronis : Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda
dan gajala yang tetap atau tidak berubah (stagna).

15
5) Meninggal dunia : Akhir perjalanan penyakit dengan adanya
kegagalan fungsi-fungsi organ

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab


meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortility)
di rumah sakit sehingga dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di
negara berkembang maupun di negara maju. Infeksi ini dikenal pertama
kali pada tahun 1847 oleh Semmelweis dan saat ini tetap menjadi masalah
yang cukup menyita perhatian. Faktor yang memengaruhi terjadinya
infeksi nosokomial menurut Hidayat (2006) antara lain, sumber penyakit,
kuman penyebab, cara pembebasan sumber dari kuman, cara masuknya
kuman dan daya tahan tubuh. Sedangkan faktor yang memengaruhi
terjadinya infeksi nosokomial menurut Darmadi (2008), yaitu factor
instrinsik, factor keperawatan, dan factor mikroba. Proses terjadinya
infeksi nosokomial terjadi karena transmisi langsung dan tidak langsung.
Sedangkan tahapan terjadinya infeksi yaitu tahap rentan, tahap inkubasi,
tahap 18 klinis dan tahap akhir penyakit. Tahap akhir penyakit ini
menentukan keadaan penderita karena penderita dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan obat, menjadi pembawa sehingga masih memiliki potensi
sumber penularan atau kematian Pencegahan infeksi adalah mencegah dan
mendeteksi infeksi pada pasien yang beresiko infeksi. Pencegahan infeksi
nosokomial dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya resiko penularan infeksi mikroorganisme dari
lingkungan rumah sakit. Cara mencegahnya yaitu mencuci tangan,
penggunaan alat pelindung diri, praktik keselamatan kerja, perawatan
pasien, dan penggunaan antiseptic serta dekontaminasi.

B. Saran
Semoga bermanfaat kedepannya

17
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan, 1994.


Darmadi, 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya . Jakarta :
Salemba Medika.
Hidayat, A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Kosep dan
Asuhan Keperawatan 1 . Jakarta : Salemba Medika.
Maryunani, Anik. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK).
Jakarta : Trans Info Media (TIM).
Nasution, L. 2012. Infeksi Nosokomial. Medan : Jurnal Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Vol. 39. No.1 Tahun 2012: 36-41.
Nugraheni, dkk. 2012. Infeksi Nosokomial di RSUD Setjonegoro Kabupaten
Wonosobo. Semarang : Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11
/ No.1, April 2012.
Potter, P. A and Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Penerjemah Yasmin Asih,
dkk. Jakarta : Salemba Medika.
Salawati, Liza. 2012. Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang Intensive Care
Unit Rumah Sakit . Banda Aceh : Jurnal Kedokteran Syiah Kuala
Volume 12 Nomor 1 April 2012 Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit

18

Anda mungkin juga menyukai