DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. AYU
2. CHESI
3. DHEA ANGGUN
4. DINA SINTIYA MURNI
5. MELISA
6. NABILA INSYRA
7. SEILA
8. YESPIKA
DOSEN PENGAMPU :
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat terhadap
pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Pengertian Mikroorganisme.....................................................................................6
B. Cara Mikroorganisme Berkembang Biak................................................................7
C. Infeksi Nosokomial...............................................................................................11
D. Cara Penularan Infeksi Nosokomial......................................................................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................................17
A. Kesimpulan............................................................................................................17
B. Saran.......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang
memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia.
Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer (udara)
serta makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat
masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh
manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini
dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga
menimbulkan penyakit. Rumah sakit selain untuk rnencari kesembuhan
juga merupakan surnber dari berbagai penyakit, yang berasal dari
penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit
ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara,
air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupuu non medis
(Nugraheni, dkk, 2012). Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi
silang karena kuman-kuman, virus, dan sebagainya akan masuk ke dalam
tubuh penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan dengan
mudah (Darmadi, 2008). Penderita yang sedang dalam proses perawatan di
rumah sakit, baik dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan
penyakit dasar lebih dari satu, secara umum keadaan umumnya tentu
tidak/kurang baik, sehingga daya tahan tubuhnya menurun. Infeksi adalah
masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang
menyebabkan sakit yang disertai dengan gejala klinis baik lokal maupun
sistemik (Potter & Perry, 2005). Oleh karena itu, di dalam makalah ini
membahas tentang infeksi yang ada di rumah sakit atau biasa disebut
dengan infeksi nosokomial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu mikroorganisme ?
2. Bagaimana cara kembang biak mikroorganisme?
4
3. Apa itu infeksi nosokomial ?
4. Bagaimana cara penularan infeksi nosokomial?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu mikroorganisme
2. Mengetahui bagaimana cara kembang biak mikroorganisme
3. Mengetahui apa itu infeksi nosokomial
4. Mengetahui bagaimana cara penularan infeksi nosokomial
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mikroorganisme
6
B. Cara Mikroorganisme Berkembang Biak
7
Pembelahan biner ini terjadi pada bakteri, Amoeba,
Paramecium, Euglena, Entamoeba histolica, dsb.
b. Fragmentasi
Fragmentasi terjadi pada sel-sel yang disebut
hormogonium. Pemutusan bagian secara sederhana dan
bagian yang terpisah akan tumbuh menjadi sel baru.
Organisme yang matang pecah menjadi dua atau lebih
potongan atau fragmen.Fragmen kemudian tumbuh menjadi
organism lengkap.Contohnya terjadi pada Spirogyra.
c. Pembentukan spora aseksual
Proses pembentukan spora aseksual ini terjadi pada fungi
dimana terjadi melalui peleburan nucleus dari dua sel
induk. Spora aseksual yang berfungsi untuk menyebarkan
spesies dibentuk dalam jumlah besar. Terdapat lima jenis
spora aseksual yaitu konidiospora, sporangiospore, oidium,
klamidospora, dan blatospora.
2. Perkembangbiakan Seksual Pada Mikroba
Perkembangbiakan secara seksual pada mikroba umumnya
terjadi pada fungi (jamur) dan mikroalga serta secara terbatas
pada bakteri. Perkembangbiakan secara seksual ini dapat terjadi
secara :
a. Konjugasi
Pemindahan DNA secara langsung melalui kontak sel pada
kedua sel yang berdekatan. Misalnya konjugasi pada
bakteri Escherichia coli, protozoa yang bergerak dengan
menggunakan silia (Paramecium caudatum, Vorticella,
Balantidium coli)
b. Isogami
8
Peleburan dua gamet bila sel jantan dan sel betina
mempunyai bentuk dan ukuran yang sama.
Contohnya Chlorococcum, Chlamydomonas, Hydrodictyon
c. Anisogami
Peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama.
Contohnya pada Ulva
d. Oogami
Peleburan dua gamet yagn satu kecil dan bergerak (sebagai
sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur).
Contohnya Valva, Spirogyra, Aedogonium
9
a) Transformasi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu
bakteri ke bakteri lain. Pada proses transformasi tersebut
DNA bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari
sel bakteri penerima, tetapi tidak terjadi melalui kontak
langsung. Diduga transformasi ini merupakan cara bakteri
menularkan sifatnya ke bakteri lain. Misalnya pada
bakteri Pneumococci yang menyebabkan Pneumonia dan
pada bakteri patogen yang semula tidak kebal antibiotik
dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena transformasi.
Proses ini pertama kali ditemukan pada Streptococus
pneumonia oleh Frederick Grifith tahun 1982.
b) Transduksi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetik dari sel
bakteri satu ke bakteri lain dengan perantaraan virus
(bakteriofage). Selama transduksi, kepingan ganda DNA
dipisahkan dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima
oleh bakteriofage. Bila virus–virus baru sudah terbentuk
dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage
yang nonvirulen (menimbulkan respon lisogen)
memindahkan DNA dan bersatu dengan DNA inangnya,
Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA
bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru,
di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri
yang diinfeksinya.Virus yang terbentuk memiliki dua
macam DNA yang dikenal dengan partikel transduksi
(transducing particle). Proses inilah yang dinamakan
Transduksi. Cara ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan
Jashua Lederberg pada tahun 1952
c) Konjugasi
10
Konjugasi adalah pemindahan bahan genetic dari suatu sel
bakteri yang bertindak sebagai donor kepada sel bakteri
yang bertindak sebagai resipien.Bakteri yang memindahkan
bahan genetiknya disebut bakteri donor, sedangkan
penerimanya disebut bakteri resipien. Bahan genetic yang
dipindahkan dari bakteri donor akan bergabung dengan
bahan genetic bakteri resipien sehingga terjadi perubahan
sifat. Jika baktri resipien membelah akan dihasilkan sel
anakan bakteri dengan sifat baru. Pemindahan ini dikode
oleh plamid.Plasmid adalah unsure genetis ekstra
kromosomonal (diluar kromosom) dan dapat
melangsungkan replikasi di dalam sitoplasma sel bakteri.
Plasmid adalah potongan bundar DNA yang merupakan
gen tambahan. Bila plasmid ini dapat bereplikasi dan
terpadu ke dalam kromosom bakteri disebut episom.Hal ini
membedakan episom dari plasmid, karena plasmid tidak
terpadu ke dalam kromosom. Pada bakteri gram negative,
misalnya Escherichia coli, konjugasi terjadi dengan cara
perlekatan antara sel donor dengan sel resipien melalui phili
sex atau faktor F (faktor kesuburan atau fertility faktor).
Pada bakteri gram positif, misalnya Streptococus faeccalis,
perlekatan antara sel donor dan resipien tidak melalui phili.
C. Infeksi Nosokomial
Nosokomial berasal dari Bahasa Yunani, dari kata nosos yang yang
artinya penyakit, dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti
tempat untuk merawat atau rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial dapat
diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit
(Darmadi, 2008). Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga
merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi permulaan
11
infeksi dimana orang sakit dirawat. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada
penderita, tenaga kesehatan, dan juga setiap orang yang datang ke rumah
sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan
atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang
berstatus karier atau karena kondisi rumah sakit (Septiari, 2012).
12
akibatnya bisa mengenai pejamu pada jarak yang relatif jauh, dan
melalui saluran pernafasan. Contohnya mikroorganisme yang
terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus), dan
tuberculosis (Septiari, 2012).
d. Penularan dengan perantara vektor Penularan ini bisa terjadi secara
eksternal maupun internal. Dianggap penularan secara eksternal
apabila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari
mikroorganisme yang menempel pada tubuh vektor, contohnya
shigella, dan salmonella oleh lalat. Penularan secara internal
apabila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh vektor, dan dapat
terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasite malaria dalam
nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologis, contohnya
yersenia pestis pada ginjal (flea) (Septiari, 2012).
13
minum, instrument bedah/kebidaan, peratalan laboratorium,
peralatan infus atau transfuse.
2) Vector-borne Sebagai media prantara penularan adalah
vector (serangga), yang memindakan mikroba pathogen ke
pejamu dengan cara berikut.
a) Cara mekanis Pada kaki serangga melekat
kotoran/sputum (mikroba patogen), lalu hinggap pada
makanan atau minuman, di mana akan masuk seluruh
cerna penjamu.
b) Cara biologis Sebelum masuk ke tubuh pejamu,
mikroba mengalami siklus perkembangbiakan dalam
tubuh vector/serangga,selanjutnya mikroba di pindahkan
kedalam tubuh pejamu melalui gigitan.
c) Food-borne Makanan dan miniman adalah media
perantara yang cukup evektif untuk menyebarkan
mikroba pathogen ke pejamu, yaitu melalui pintu masuk
(port d’entree) saluran cerna
d) Water-borne Tersedianya air bersih baik secara
kuantitatif maupun kualitatif-terutama untuk kebutuhan
rumah sakit.
2. Tahapan transmisi mikroba patoghen menurut Darmadi (2008)
Dalam riwayat penyakit, pejamu yang peka (susceptable host) akan
berinteraksi dengan mikroba patogen, yang secara alamiah akan
melewati 4 tahap, yaitu :
a. Tahap rentan Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif
sehat, namun peka atau labil, disertai faktor presdisposisi yang
mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan fisik,
perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dan lainlain. Faktor-
faktor presdisposisi tersebut mempercepat masuknya agen
penyebab penyakit (mikroba patogen) untuk berinteraksi dengan
pejamu.
14
b. Tahap inkubasi Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen
mulai beraksi, namun tanda dan gejala penyakit belum tampak
(subklinis). Saat mulai masuknya mikroba patogen ke tubuh
pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit lainnya,
ada yang hanya beberapa jam, dan ada yang bertahun-tahun.
c. Tahap klinis Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang
dapat memunculkan tanda dan gejala (sign and symptoms)
penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan secara
bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan.
Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari dan masih
dapat diatasi dengan berobat jalan. Pada tahap selanjutnya,
penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat jalan, karena penyakit
bertambah parah, baik secara objektif maupun subjektif. Pada
tahap ini penderita sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas
sehari hari dan jika berobat, umumnya harus memerlukan
perawatan.
d. Tahap akhir penyakit Perjalanan penyakit pada suatu saat akan
berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut dapat berakhir dengan
5 alternatif, yaitu :
1) Sembuh sempurna: Penderita sembuh secara sempurna,
artinya bentuk dan fungsi sel/jaringan/organ/organ tubuh
kembali seperti sedia kala.
2) Sembuh dengan obat : Penderita sembuh dari penyakitnya
namun disertai adanya kecacatan. Cacat dapat berbentuk
cacat fisik, cacat mental, maupun cacat social.
3) Pembawa (carrier): Perjalanan penyakit seolah-olah
berhenti, ditandai dengan menghilangnya tanda dan gejala
penyakit. Pada kondisi ini agen penyebab penyakit masih
ada, dan masih potensial sebagai sumber penularan.
4) Kronis : Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda
dan gajala yang tetap atau tidak berubah (stagna).
15
5) Meninggal dunia : Akhir perjalanan penyakit dengan adanya
kegagalan fungsi-fungsi organ
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga bermanfaat kedepannya
17
DAFTAR PUSTAKA
18