Anda di halaman 1dari 33

PERTUMBUHAN MIKROBA DAN KONTROL MIKROORGANISME

SECARA FISIK DAN AGEN KIMIA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi


Dosen Pengampu: Mufti Ali., S.Pd., M.Pd.
Vita Meylani, M.Sc

Disusun Oleh:

Elsa Nurfauziah 182154026


Rika Sri Nurjanah 182154043
Rina Fitriani 182154081

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Mikrobiologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi. Banyak


penelitian lebih lanjut mengenai mikroorganisme terutama mengenai struktur
internalnya dengan mikroskop elektron. Penelitian tersebut mengungkapkan
adanya perbedaan dasar diantara miroorganisme. Perbedaan tersebut merupakan
salah satu kemajuan besar yang dicapai dalam mikrobiologi masa modern.
Penemuan-penemuan semacam itu akan memperluas pengetahuan
mengenai dunia mikroorganisme. Mengingat begitu luasnya dunia
mikroorganisme dalam kehidupan sehari-hari, diperlukanlah ilmu mikrobiologi
untuk mempelajari mikroorganisme tersebut.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................2


B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Makalah........................................................................................2
D. Kegunaan Makalah...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3

A. PERTUMBUHAN MIKROBA................................................................3
1. Siklus Sel Prokariotik.........................................................................3
2. Kurva Pertumbuhan............................................................................4
3. Matematika pertumbuhan...................................................................7
4. Pengukuran Pertumbuhan Mikroba....................................................8
5. Budidaya Pertumbuahn yang Berkelanjutan....................................11
6. Pengaruh faktor lingkungan terhadap Pertumbuhan.........................13
7. Pertumbuhan Mikroba di Lingkungn Alami.....................................20
8. Biofilm..............................................................................................21
9. Komunikasi Sel-Sel dalam Populasi Mikroba..................................24
B. KONTROL MIKROORGANISME SECARA FISIK DAN KIMIA......25
1. Antiseptik dan Disinfektan.................................................................25
2. Disinfeksi, Sanitasi, Strealisasi, dan Teknik Aseptis.........................26
3. Antibiotika.........................................................................................26
4. Pola Kematian Mikroba.....................................................................27
5. Kondisi yang Mempengaruhi Efektifitas Agen Antimikrobial..........27
6. Agen Fisika Yng digunakan Untuk Mengendalikan Mikroba...........28
7. Agen Kimia yang digunakan Untuk Mengendalikan Mikroba..........29
8. Evaluasi Efektifitas Agen Antimikroba.............................................30
BAB III PENUTUP.....................................................................................31
A. Kesimpulan.............................................................................................31
B. Saran.......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu yang mendasari kegiatan
mikrobiologi itu  berjalan lancar, seperti alat-alat laboratorium mikrobiologi
yang harus mendukung. Makhluk hidup yang ada dibumi tidak hanya terdiri
dari makhluk hidup yang dapat dilhat oleh mata telanjang saja, tetapi juga ada
mikroorganisme yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat menggunakan
teknik dan peralatan khusus yaitu dengan alat laboratorium mikroskop atau
dengan suatu medium untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme berukuran kecil yang merupakan jasad hidup yang
dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang dapat berperan sebagai kawan maupun lawan.
Mikroorganisme dapat berkembang biak secara alami atau dengan campuran
tangan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia
diantaranya melalui pertumbuhan menggunakan media.
Mikrobia memiliki peran yang besar untuk keseimbangan alam.
Selain menguntungkan yang dihasilkan, mikrobia juga dapat menimbulkan
kerugian besar, bahkan kematian, karena dapat menyebabkan agen penyebab
baik pada manusia, ternak, maupun tanaman budi daya, serta menyebabkan
kerusakan pada bahan pangan. Untuk mencegah kerugian akibat ditimbulkan
oleh mikrobia, maka penelitian mikrobiologi telah bertujuan untuk
mengembangkan cara mengendalikan aktivitas mikrobia secara lebih efisien
(Retnaningrum, Darmasiwi, & Siregar, 2018).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mempelajari
dan menambah wawasan melalui makalah yang berjudul
“PERTUMBUHAN MIKROBA DAN KONTROL
MIKROORGANISME SECARA FISIK DAN AGEN KIMIA”.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pertumbuhan mikroba?
2. Bagaimana kontrol mikroorganisme secara fisik dan agen kimia?

C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan:
1. Untuk mengetahui pertumbuhan mikroba.
2. Untuk mengetahui kontrol mikroorganisme secara fisik dan agen kimia.

D. Kegunaan Makalah
1. Secara Teoritis
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai pertumbuhan mikroba dan
kontrol mikroorganisme secara fisik dan agen kimia.
2. Secara Praktis
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai pertumbuhan mikroba dan kontrol mikroorganisme
secara fisik dan agen kimia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan konstituen seluler dan
dapat mengakibatkan peningkatan ukuran mikroorganisme, jumlah populasi,
atau keduanya. Di lingkungan alami, pertumbuhan seringkali sangat dibatasi
oleh persediaan nutrisi yang tersedia dan banyak faktor lingkungan lainnya.
Pertumbuhan bagi mikrobia tidak hanya diartikan sebagai penambahan
ukuran dan penambahan teratur semua komponen sel, tetapi juga meliputi
pembelahan sel menjadi dua anakan sel yang berbeda, atau dengan kata lain
penambahan jumlah individu sel.
1. Siklus Sel Prokariotik
Sebagian besar prokaryot bereproduksi dengan fisi biner, meskipun
beberapa procaryot mereproduksi dengan menumbuhkan. fragmentasi,
dan sarana lainnya (gambar 6.1). Pembelahan biner adalah jenis
pembelahan sel yang relatif sederhana: sel memanjang, mereplikasi
kromosomnya, dan memisahkan molekul DNA yang baru terbentuk
sehingga ada satu kromosom di setiap setengah sel. Akhirnya, septum
(atau dinding silang) terbentuk di midcell, membagi sel induk menjadi dua
sel progeni, masing-masing memiliki kromosom sendiri dan pelengkap
konstituen seluler lainnya.

a. Sel muda pada fase


awal siklus
b. Sel induk
mempersiapkan
pembelahan dengan
memperbesar
dinding sel,
membran sel, dan
volume
keseluruhannya.
c. Septum mulai
tumbuh ke dalam
saat kromosom
bergerak ke arah
ujung sel yang
berlawanan.
Komponen
sitoplasma lainnya didistribusikan ke dua sel yang sedang
berkembang.
d. Septum disintesis sepenuhnya melalui pusat sel, dan membran
sel menempel sendiri sehingga ada dua ruang sel yang terpisah.

3
Pada titik ini, sel-sel anak dibagi. Beberapa spesies terpisah sepenuhnya
seperti yang ditunjukkan di sini, sementara yang lain tetap melekat,
membentuk rantai, doublet, atau pengaturan seluler lainnya.

a. Replikasi dan Partisi Kromosom

Gambar 6.2 Siklus Sel dalam E.coli. Interval 60 menit antara divisi telah
diasumsikan untuk tujuan kesederhanaan (waktu aktual antara divisi sel
mungkin lebih pendek). E.coli mencari sekitar 40 menit untuk
mereplikasi DNA dan 20 menit setelah penghentian replikasi untuk
mempersiapkan pembagian. Posisi peristiwa pada garis waktu adalah
perkiraan dan dimaksudkan untuk menunjukkan pola umum kejadian.

Gambar 6.3 Siklus Sel E.coli Tumbuh Cepat. Saat sel siap untuk
replikasi, asal bermigrasi ke pusat sel dan protein yang membentuk
replisome berkumpul. Ketika replikasi berlangsung, kromosom yang
baru disintesis bergerak menuju kutub sehingga pada sitokinesis, setiap
sel anak hanya mewarisi satu kromosom.
Replikasi selesai di ujung, yang terletak tepat di seberang asal.
Dalam E. coli cell yang baru terbentuk, kromosom dipadatkan dan diatur
sehingga asal dan ujungnya berada di bagian yang berlawanan dari sel.

4
Pada awal siklus sel, asal dan ujungnya pindah ke midcell dan
sekelompok protein yang dibutuhkan untuk sintesis DNA berkumpul
untuk membentuk replisome pada titik asal. Replikasi DNA berlangsung
di kedua arah dari asal dan DNA adalah induk yang diperkirakan
berputar melalui replisome, yang tetap relatif stasioner. Ketika
kromosom progeni disintesis, dua asal usul yang baru terbentuk bergerak
ke arah ujung sel yang berlawanan, dan sisa kromosom mengikuti secara
teratur.
b. Sitokinesis
septation adalah proses pembentukan dinding silang antara dua
sel anak. Cytokinesis, sebuah istilah yang secara tradisional telah
digunakan untuk menggambarkan pembentukan dua sel anak eukariotik,
sekarang digunakan untuk menggambarkan proses ini dalam procaryote
juga. Septation dibagi menjadi beberapa langkah: (1) pemilihan lokasi
tempat pemisahan akan terbentuk; (2) perakitan struktur khusus yang
disebut cincin Z, yang membagi sel menjadi dua dengan penyempitan;
(3) hubungan cincin Z dengan membran plasma dan mungkin komponen
dinding sel; (4) perakitan mesin sintesis dinding sel; dan (5)
penyempitan cincin Z dan pembentukan septum.

Gambar 6.4 Protein Sitoskeletal yang


Terlibat dalam Sitokinesis pada
Bakteri Berbentuk Batang. (a)
Homin aktin MreB membentuk
filamen spiral di sekitar bagian
dalam sel yang membantu
menentukan bentuk sel dan dapat
berfungsi untuk memindahkan
kromosom ke kutub sel yang
berlawanan. (B) Protein seperti tubulin Ftsz berkumpul di tengah sel
untuk membentuk cincin Z, yang sangat penting untuk pemisahan.
MinCD, bersama dengan protein Min lainnya, berosilasi dari kutub ke
kutub, sehingga mencegah pembentukan cincin Z di luar pusat.
c. Replikasi DNA dalam Sel yang Tumbuh Cepat
Dalam sel ini, siklus sel membutuhkan waktu sekitar 60 menit
untuk menyelesaikan: 40 menit untuk replikasi dan partisi DNA dan
sekitar 20 menit untuk pembentukan septum dan sitokinesis.

Gambar 6.5 Pembentukan Peralatan Pembelahan Sel dalam E. coli. Alat


pembelahan sel terdiri dari banyak protein yang diperkirakan berkumpul

5
dalam urutan yang ditunjukkan. Prosesnya dimulai dengan polimerisasi
FtsZ untuk membentuk cincin Z. Kemudian FtsA dan ZipA (mungkin
ZapA dalam Bacillus subtilis) protein menempelkan cincin Z ke
membran plasma. Meskipun banyak protein diketahui sebagai bagian
dari peralatan pembelahan sel, fungsi dari relatif sedikit diketahui.
Fungsi
Jangkar Cincin Z ke membran plasma Tidak Dikoordinasikan septasi
dengan segregasi kromosom Diketahui Sintesis Peptidoglikan Tidak
Diketahui Hidrolisis sel anak peptidoglikan yang terpisah.

2. Kurva Pertumbuhan

Gambar 6.6 Kurva Pertumbuhan Mikroba dalam Sistem Tertutup.


Empat fase kurva pertumbuhan diidentifikasi pada kurva dan dibahas
dalam teks.
Pertumbuhan populasi dipelajari dengan menganalisis kurva
pertumbuhan kultur mikroba. Ketika mikroorganisme dibudidayakan
dalam media cair, mereka biasanya ditanam dalam kultur batch atau
sistem tertutup, yaitu, mereka diinkubasi dalam bejana kultur tertutup
dengan satu batch medium. Karena tidak ada media segar yang
disediakan selama inkubasi, konsentrasi nutrisi menurun dan konsentrasi
limbah meningkat. Pertumbuhan mikroorganisme yang bereproduksi
dengan pembelahan biner dapat diplot sebagai logaritma jumlah sel yang
hidup versus waktu inkubasi. Kurva yang dihasilkan memiliki empat
fase yang berbeda (gambar 6.6).
a. Fase Permulaan (Lag Phase)
Apabila suatu mikroba dimasukan kedalam medium baru,
mikroba tersebut tidak dapat segera membelah diri, tetapi
membutuhkan waktu terlebih dahulu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya dalam medium tersebut. Untuk melakukan adaptasi,
macam-macam enzim dan zat perantara dibentuk untuk
mengondisikan terjadinya pertumbuhan lebih lanjut. Pada fase ini,
metabolisme mikroba sangat aktif, sel-selnya mulai membesar, namun
belum membelah diri.
Panjang fase ini ditentukan oleh karakteristik spesies bakteri
dan kondisi medium. Beberapa spesies dapat beradaptasi pada
medium baru secara cepat, namun ada pula yang lambat. Umumnya

6
organisme yang berasal dari kultur yang telahlama yang telah
mengalami akumulasi hasil metabolisme akan beradaptasi lebih lama
apabila dipindahkan dimedium baru.
b. Fase eksponensial / fase pertumbuhan logaritma
Setelah berhasil melakukan adaptasi pada lingkungan baru,
mikrobia akan mulai membelah diri dengan pembelahan secara
eksponensial atau logaritmik (log). Fada fase ini, pembelahan terjadi
dengan kecepatan paling tinggi, dengan waktu generasi pendek dan
konstan. Selama fase ini metabolisme ini paling pesat, jadi sintesa
bahan sel sangat cepat dan konstan pula. Keadaan ini berlangsung
terus sampai salahsatu atau beberapa nutrien habis atau telah terjadi
penimbunan hasil hasil metabolisme yang bersifat racun yang
menyebabkan terlambatnya pertumbuhan. Pada bakteri aerob,
oksigen nutrien pembatasnya. Apabila mikrobia yang telah
mengalami pertumbuhan dan mencapai fase logaritma dipindahkan
ke medium baru dengan komposisi sama dengan medium semula,
maka kecepatan pertumbuhannya akan tetap pada fase pertumbuhan
logaritma dan tidak mulai lagi pada fase permulaan. Hal ini penting
sekali dalam proses permentasi yang digunakan dalm dunia industri
karena starter yang dipakai dalam poses pe rmentasi industri adalah
kiltur yang berada pada fase pertumbuhan logaritma.
c. Fase Stasioner
Pada fase ini, kadar nutrien pada medium mulai menurun,
dan sebaliknya, justru terjadi peningkatan zat sisa metabolisme yang
dapat menghambat pertumbuhan sel. Selain itu, terjadi peningkatan
mikrobia yang mati. Pada fase stasioner ini jumlah mikrobia yang
mengalami pertumbuhan adalah sama dengan jumlah mikrobia yang
mengalami kematian sehingga jumlah sel mikrobia yang hidup
dalam populasi akan menjadi konstan.
d. Fase Kematian
Fase kematian juga bisa dinyatakan sebagai sat fase yang
disebut fase menurun karena kecepatan pertumbuhan sel semakin
menunjukn penurunan, sedangka kecepatan kematian semakin
meningkat menurut deret ukur.hal ini juga disebabkan akumulasi
jumlah zat sisa metabolisme yang bersifat racun pada medium serta
nutrien yang telah menipis. Meskipun demikian, penurunan jumlah
sel hanya akan dapat mencapai jumlah minimum tertentu karena
jumlah sel masih akan tetap bertahan unuk waktu yang sangat lama
dalam medium.
3. Matematika Pertumbuhan
Selama fase eksponensial, masing-masing mikroorganisme
membelah dengan interval konstan. Dengan demikian populasi akan
berlipat ganda jumlahnya selama jangka waktu tertentu yang disebut
waktu generasi atau waktu penggandaan. Situasi ini dapat diilustrasikan
dengan contoh sederhana. Misalkan tabung biakan diinokulasi dengan
satu sel yang membelah setiap 20 menit (tabel 6.1). Populasi akan

7
menjadi 2 sel setelah 20 menit. 4 sel setelah 40 menit, dan sebagainya.
Karena populasi dua kali lipat setiap generasi, peningkatan populasi
selalu 2n di mana jumlah generasi. Peningkatan populasi yang dihasilkan
adalah eksponensial atau logaritmik (gambar 6.10).
Pengamatan ini dapat dinyatakan sebagai persamaan untuk waktu
generasi.
Let No= jumlah populasi awal
Nt = populasi pada waktu t
n= jumlah generasi dalam waktu t
Kemudian Inspeksi hasil Pada tabel 6.1 akan menunjukkan bahwa
Nt = N0x 2 n.
Memecahkan untuk n, jumlah generasi, di mana semua logaritma ke
basis 10,

Laju pertumbuhan selama fase eksponensial dalam kultur batch dapat


dinyatakan dalam konstanta laju pertumbuhan rata-rata (k).

4. Pengukuran Pertumbuhan Mikroba


Ada banyak cara untuk mengukur pertumbuhan mikroba untuk
menentukan tingkat pertumbuhan dan waktu generasi. Jumlah populasi
atau massa dapat diikuti karena pertumbuhan mengarah pada
peningkatan keduanya. Pengukuran Bilangan Sel yang paling tepat untuk
menentukan bilangan mikroba adalah melalui penghitungan langsung.
Menggunakan ruang penghitungan ini lebih mudah, murah, dan relatif
cepat; juga dapat memberikan informasi tentang ukuran dan morfologi
mikroorganisme. penghitungan Petroff-Hausser dapat digunakan untuk
menghitung procaryote; hemositometer dapat digunakan untuk
procaryotes dan eucaryotes. Procaryotes lebih mudah dihitung dalam
kamar-kamar ini jika diwarnai, atau ketika kontras fase atau mikroskop
fluoresensi digunakan. Jumlah mikroorganisme dalam sampel dapat
dihitung dengan memperhitungkan volume ruang dan setiap pengenceran
sampel yang diperlukan.
Mikroorganisme yang lebih besar seperti protista dan ragi dapat
secara langsung dihitung dengan penghitung elektronik seperti Coulter

8
Counter, meskipun belakangan ini flow cytometer digunakan. Suspensi
mikroba dipaksa melalui lubang kecil atau lubang di Coulter Counter.
Arus listrik mengalir melalui lubang, dan elektroda ditempatkan di kedua
sisi lubang mengukur hambatan listriknya. Setiap kali sel mikroba
melewati lubang, resistensi listrik meningkat (atau konduktivitas turun)
dan sel dihitung. Coulter Counter memberikan hasil yang akurat dengan
sel yang lebih besar.

Gambar 6.12 Kamar Hitung Petroff-Hausser. (a) Tampak samping


ruangan yang memperlihatkan kaca penutup dan ruang di bawahnya yang
menahan suspensi bakteri. (B) Pandangan atas ruangan. Kotak terletak
di tengah slide. (c) Tampilan grid yang diperbesar. Bakteri di beberapa
kotak pusat dihitung, biasanya pada pembesaran 400X ke 500X. Jumlah
rata-rata bakteri dalam kotak ini digunakan untuk menghitung
konsentrasi sel dalam sampel asli. Karena ada 25 kotak yang meliputi
area 1 mm 2, jumlah total bakteri dalam I mm 2 ruangan adalah (angka /
kotak) (25 kotak). Ruangan itu 0,02 mm dan oleh karena itu, bakteri /
mm 3= (bakteri / kuadrat) (25 kotak) (50).
Jumlah bakteri per cm 3adalah 103 kali dari nilai ini. Misalnya,
anggap jumlah rata-rata per kotak adalah 28 bakteri: bakteri / cm 3= (28
bakteri) (25 kotak) (5O) (103) = 3,5 x 10 7.
Metode tradisional untuk menghitung mikroba secara langsung
dalam sampel biasanya menghasilkan kepadatan sel yang jauh lebih
tinggi daripada pelapisan metode yang dijelaskan selanjutnya karena
prosedur penghitungan langsung tidak memisahkan sel mati dari sel
hidup. Metode yang lebih baru untuk penghitungan langsung
menghindari masalah ini. Kit komersial yang menggunakan reagen

9
fluoresens untuk menodai sel hidup dan mati secara berbeda sekarang
tersedia, sehingga memungkinkan untuk secara langsung menghitung
jumlah mikroorganisme hidup dan mati dalam sampel Beberapa metode
pelapisan dapat digunakan untuk menentukan jumlah mikroba yang layak
dalam sampel. Ini disebut sebagai metode penghitungan yang layak
karena mereka hanya menghitung sel-sel yang hidup dan dapat
bereproduksi. Dua prosedur yang umum digunakan adalah teknik spread
plate dan teknik pour-plate. Dalam kedua metode ini, sampel bakteri
yang diencerkan atau mikroorganisme lainnya tersebar di atas permukaan
agar padat. Setiap mikroorganisme atau kelompok mikroorganisme
berkembang menjadi kaloni yang berbeda. Jumlah asli mikroorganisme
yang layak dalam sampel dapat dihitung dari jumlah koloni yang
terbentuk dan sampel diluton. Misalnya, Jika 1,0 ml pengenceran 1 x 10-
6
menghasilkan 150 koloni, sampel asli mengandung sekitar 1,5 x 106 sel
per ml. Biasanya penghitungan dibuat lebih akurat dengan menggunakan
penghitung koloni khusus. Dengan cara ini teknik spread-plate dan pour-
plate dapat digunakan untuk menemukan jumlah mikroorganisme dalam
sampel.
Pengukuran Massa Sel Meningkat
Pendekatan yang digunakan untuk mengukur massa sel adalah
dengan penentuan berat kering mikroba. Sel-sel yang tumbuh dalam
media cair dikumpulkan dengan sentrifugasi. dicuci, dikeringkan dalam
oven, dan ditimbang. Ini adalah teknik yang sangat berguna untuk
mengukur pertumbuhan jamur berfilamen. Namun, hal ini memakan
waktu, dan tidak terlalu sensitif. Karena berat bakteri sangat sedikit,
mungkin perlu centrifuge beberapa ratus mililiter kultur untuk
mengumpulkan jumlah yang cukup.
Spektrofotometri juga dapat digunakan untuk mengukur massa
sel. Metode ini lebih cepat dan sensitif. Hal ini bergantung pada fakta
bahwa sel-sel mikroba menyebarkan cahaya yang menyerang mereka.
Karena sel mikroba dalam suatu populasi berukuran kira-kira konstan,
jumlah hamburan berbanding lurus dengan biomassa sel yang ada dan
secara tidak langsung terkait dengan jumlah sel. Ketika konsentrasi
bakteri mencapai sekitar 10 juta sel (10 7) per ml. medium tampak agak
keruh atau keruh. Peningkatan konsentrasi lebih lanjut menghasilkan
kekeruhan yang lebih besar dan lebih sedikit cahaya yang ditransmisikan
melalui media. Tingkat hamburan cahaya dapat diukur dengan
spektrofotometer dan hampir linier terkait dengan konsentrasi sel pada
tingkat absorbansi rendah
.

10
Gambar 6.15 Kekeruhan dan Pengukuran Massa Mikroba. Penentuan
massa mikroba dengan pengukuran penyerapan cahaya. Ketika populasi
dan kekeruhan meningkat, lebih banyak cahaya yang tersebar dan
pembacaan absorbansi yang diberikan oleh spektrofotometer meningkat.
Meter spektrofotometer memiliki dua skala. Skala bawah menampilkan
absorbansi dan skala atas, persen transmitansi. Absorbansi meningkat
karena persen transmitansi berkurang.

5. Budidaya Mikroorganisme yang Berkelanjutan


Selain dengan sistem tertutup, Mikroorganisme dapat
ditumbuhkan dalam sistem terbuka, sistem dengan kondisi lingkungan
yang konstan dipelihara melalui penyediaan nutrisi yang berkelanjutan
dan pembuangan limbah. Kondisi ini dipenuhi di laboratorium oleh
sistem kultur berkelanjutan. Populasi mikroba dapat dipelihara dalam
fase pertumbuhan ekspansensial dan pada konsentrasi biomassa konstan
untuk perlod yang diperluas dalam sistem kultur berkelanjutan. Beberapa
cara yang digunakan dalam kultur ini adalah khemostat dan turbidostat
a. Khemostat
Khemostat merupakan alat yang digunakan daldm
mempelajarifhisiologi dan ekologi mikrobia dengan menggunakan
kultur continue. Prinsip dasar khemostatadalah
mikrobiaditumbuhkan dalam kondisi terkontrol didalam tabung
kultur yang mengandung medium yang diasuk secara teratur.
Khemostat terdiri atas tabung pertumbuhan (reservoir) yang
dilengkapi dengan saluran untuk menambahkan medium baru yang
steril kedalam tabung pertumbuhan dan saluran pembuangan
medium dengan kecepatan yang dapat diatur, serta aerasi. Setiap
volume mediu baru yang masuk kedalam reservoir akan sebanding
dengan volume medium yang keluar dari reservoir. Sehingga volume
kultur dalam reservoir akan selalu tetap. Dalam hal ini terdapat dua
faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan densitas populasi
sel dalam reservoir, yaitu:
1. Laju pegenceran medium
2. Konsentrasi nutrien yang berada dalam kadar terbatas untuk
pertumbuhan misalnya sumber c (sumber enersi), sumber N atau
faktor tumbuh

11
Dengan adanya nutrien terbatas akan epat diasimilasi sel sel
dalam khemostat, sehingga knsentrasi nutrien pembatas dalam
reservoir akan mendekati nol.meskipun demikian, khemostat
memiliki kelemahan bahwa sel sel yang tumbuh dalam reservoir
selalu berada dalam keadaan setengah kelaparan terhadap suatu
nutrien dan sel akan tumbuh pada kecepatan dibawah kecepatan
maksimal.

Gambar 6.16 Sistem Kultur Berkelanjutan: Chemostat. Diagram


skematis dari sistem. Medium segar mengandung sejumlah nutrisi
penting. Laju pertumbuhan ditentukan oleh laju aliran medium
melalui bejana biakan.
b. Turbidostat
Tipe kedua dari sistem kultur kontinu adalah turbidostat.
Prinsip dasar turbidostat mirip dengan khemostat, sedangkan
perbedaannya terletak pada cara pengaturan aliran medium kedalam
reservoir, serta komposisi medium dalam reservoir. Pada
thurbidostat, kecepatan aliran medium diatur oleh mekanisme
potoeektrik yang dimonitor melalui pengamatan kekeruhan medium
kultur yang menunjukan terjadinya pertumbuhan sel. Dengan
melihat kekeruhan medium kultur, apabila telah mencapai nilai
tertentu, medium baru akan mengalir kedalam reservoir dan akan
berhenti jika kekeruhan medium dalam tabung kultur mengalami
penurunan akibat kultur mengalami pengeceran. Hal ini berfungsi
untuk menjaga keseimbangan dengan kenaikan kekeruhan yang
disebabkn oleh pertumbuhan sel. Komposisi medium dalam
reservoir pada turbiostat ialah lengkap yang tidak terdapat nutrien
pembatas, sehingga sel selnya dapat tumbuh dengan kecepatan yang
aksimal. Pengatuan kecepatan pertumbuhan turbidostat diatur
dengan mengadakan variasi pada komposisi medium atau faktor
lingkungan pertumbuhan kultur.

12
6. Pengaruh Faktor Lingkungan TerhadapPertumbuhan
Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisik lingkungan
mereka. Pemahaman tentang pengaruh lingkungan membantu dalam kontrol
pertumbuhan mikroba dan studi distribusi ekologis mikroorganisme.
Kemampuan beberapa mikroorganisme untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang ekstrem dan tidak baik benar-benar luar biasa. Procaryotes hadir di mana
pun kehidupan bisa ada. Banyak habitat tempat prokariyott berkembang akan
membunuh sebagian besar organisme lain. Procaryotes seperti Bacillus
infernus bahkan mampu hidup lebih dari 1,5 mil di bawah permukaan bumi,
tanpa oksigen dan pada suhu di atas 60 ° C. Mikroorganisme yang tumbuh
dalam kondisi keras seperti itu sering disebut ekstrofil. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba diantaranya:
1. Zat terlarut dan Aktivitas Air
Karena membran plasma selektif memisahkan mikroorganisme dari
lingkungannya, mereka dapat dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi
osmotik di sekitar mereka. Jika mikroorganisme ditempatkan dalam
larutan hipotonik (satu dengan konsentrasi osmotik yang lebih rendah),
air akan masuk ke dalam sel dan menyebabkannya meledak. Sebaliknya
jika ditempatkan dalam larutan hipertonik (satu dengan konsentrasi
osmotik yang lebih tinggi), air akan mengalir keluar dari sel. Pada
mikroba yang memiliki dinding sel (mis., Sebagian besar prokariota,
jamur, dan alga), membran menyusut dari dinding sel - suatu proses
yang disebut plasmolisis. Dehidrasi sel dalam lingkungan hipertonik
dapat merusak membran sel dan menyebabkan sel menjadi tidak aktif
secara metabolik. Maka, penting agar mikroba dapat merespons
perubahan konsentrasi osmotik di lingkungan mereka. Misalnya,
mikroba di lingkungan hipotonik dapat mengurangi konsentrasi
metabolisme sitoplasma mereka. Ini dapat dicapai dengan
menggunakan badan inklusi. Beberapa bakteri dan archaea juga
memiliki saluran mechanasensitive (MS) dalam membran plasma
mereka. Dalam lingkungan hipotonik, membran membentang karena
peningkatan tekanan hidrastatik dan pembengkakan sel. Saluran MS
kemudian terbuka dan membiarkan zat terlarut untuk pergi. Dengan
demikian mereka dapat bertindak sebagai katup keluar untuk melindungi
sel agar tidak pecah. Karena banyak protista tidak memiliki dinding sel,
mereka harus menggunakan vakuola kontraktil untuk mengeluarkan air
berlebih. Banyak mikroorganisme, baik di lingkungan hipotonik atau
hipertonik, menjaga konsentrasi osmotik proloplasma mereka sedikit di
atas habitat dengan menggunakan zat terlarut yang kompatibel, sehingga
membran plasma selalu ditekan dengan kuat pada dinding sel mereka.
Zat terlarut yang kompatibel adalah zat terlarut yang tidak mengganggu
metabolisme dan pertumbuhan ketika pada konsentrasi intraseluler
tinggi.

13
2. PH
pH adalah ukuran aktivitas ion hidrogen dari suatu larutan.

Gambar 6.19 Skala pH. Skala pH dan contoh zat dengan nilai pH yang berbeda.
Mikroorganisme ditempatkan pada optima pertumbuhannya.

Gambar 6.19 menunjukkan bahwa habitat di mana mikroorganisme


tumbuh sangat bervariasi — dari pH 0 hingga 2 di ujung asam hingga
danau alkali dan tanah yang mungkin memiliki nilai pH antara 9 dan 10.
Tidak mengherankan bahwa pH secara dramatis mempengaruhi
pertumbuhan mikroba. . Asidofil memiliki pertumbuhan optimal antara
pH 0 dan 5,5; neutrofil, antara pH 5,5 dan 8,0; dan alkalofil lebih
memilih kisaran pH 8,0 hingga 11,5. Alkalofil ekstrim memiliki optima
pertumbuhan pada pH 10 atau lebih tinggi. Sebagian besar bakteri dan
protista adalah neutrofil. Kebanyakan jamur lebih menyukai lingkungan
yang lebih asam, sekitar pH 4 hingga 6; protista fotosintesis juga
tampaknya lebih menyukai sedikit keasaman. Banyak archaea adalah
asidofil.

14
Kebanyakan procaryotes mati jika pH internal turun jauh di bawah 5.0
hingga 5.5. Perubahan pH eksternal juga dapat mengubah ionisasi
molekul nutrisi dan dengan demikian mengurangi ketersediaannya bagi
organisme. Mikroorganisme merespons perubahan pH eksternal
menggunakan mekanisme yang mempertahankan pH sitoplasma netral.
Beberapa mekanisme untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kecil
dalam pH eksternal telah diusulkan. Netrofil nampak menukar kalium
dengan proton menggunakan sistem transportasi antiport. Alkalofil
ekstrim seperti Bacillus alcalophilus menjaga pH internal mereka lebih
dekat ke netralitas dengan menukar ion natrium internal dengan proton
eksternal. Mikroorganisme sering mengubah pH habitat mereka sendiri
dengan memproduksi produk-produk limbah asam atau dasar.
Mikroorganisme fermentatif membentuk asam organik dari karbohidrat,
sedangkan chemolithotrophs seperti Thiobacillus mengoksidasi
komponen sulfur yang berkurang menjadi asam sulfat. Mikroorganisme
lain membuat lingkungan mereka lebih basa dengan menghasilkan
amonia melalui degradasi asam amino.

3. Suhu atau temperature


Suhu lingkungan sangat mempengaruhi mikroorganisme, seperti semua
organisme lainnya. Memang, mikroorganisme sangat rentan karena suhu
mereka bervariasi dengan suhu lingkungan eksternal. Faktor terpenting
yang mempengaruhi pengaruh suhu terhadap pertumbuhan adalah
sensitivitas suhu dari reaksi yang dikatalisis oleh enzim. Setiap enzim
memiliki suhu di mana ia berfungsi secara optimal. Pada suhu di bawah
optimal, ia tidak lagi menjadi katalitik. Ketika suhu naik dari suhu
rendah ini, laju katalisis meningkat ke yang diamati untuk suhu optimal.
Suhu tinggi merusak mikroorganisme dengan mendenaturasi enzim,
pembawa transportasi, dan protein lainnya. Temperatur juga memiliki
efek signifikan pada membran mikroba. Pada suhu yang sangat rendah,
membran mengeras. Pada suhu tinggi, lapisan ganda lipid hanya
meleleh dan hancur. Singkatnya, ketika organisme di atas suhu
optimalnya, baik fungsi dan struktur sel terpengaruh. Jika suhu sangat
rendah, fungsinya terpengaruh tetapi tidak harus komposisi dan struktur
kimia sel.
Karena pengaruh suhu yang berlawanan ini, pertumbuhan mikroba
memiliki ketergantungan suhu yang cukup khas dengan suhu kardinal
yang berbeda — minimum, optimal, dan suhu pertumbuhan maksimum
(gambar 6.20). Meskipun bentuk kurva ketergantungan suhu dapat
bervariasi, suhu optimal selalu lebih dekat ke maksimum daripada
minimum.

15
Gambar 6.20 Suhu dan Pertumbuhan. Pengaruh suhu pada tingkat
pertumbuhan
Suhu kardinal untuk spesies tertentu tidak tetap kaku tetapi seringkali
bergantung pada faktor lingkungan lain seperti pH dan nutrisi yang
tersedia. Sebagai contoh, Crithidia fasciculate, seorang protista yang hidup
di usus nyamuk, akan tumbuh dalam medium sederhana pada 22 hingga 27
° C. Namun, tidak dapat dikultur pada 33 hingga 34 ° C tanpa penambahan
logam, asam amino, vitamin, dan lipid tambahan.

Suhu kardinal sangat bervariasi antara mikroorganisme (tabel 6.5)

16
Gambar 6.21 Kisaran Suhu untuk Pertumbuhan Mikroba.
Mikroorganisme dapat ditempatkan di kelas yang berbeda berdasarkan
kisaran suhu mereka untuk pertumbuhan. Mereka diperingkat dalam
urutan peningkatan kisaran suhu pertumbuhan sebagai psikrofil,
psikrotrof, mesofil, termofil, dan hipertermofil. Kisaran perwakilan dan
optima untuk kelima jenis ini diilustrasikan di sini.

1) Psikrofil tumbuh dengan baik pada 0 ° C dan memiliki suhu


pertumbuhan optimal 15 ° C atau lebih rendah; maksimum ada di
sekitar 10 ° C. Mereka mudah diisolasi dari habitat Kutub Utara
dan Antartika; karena 90% lautan adalah 5 ° C atau lebih dingin, ia
merupakan habitat yang sangat besar bagi psikofil.
Chlamydomonas nivalis protista psikofilik sebenarnya dapat
mengubah lapangan salju atau gletser merah muda dengan spora
merah cerah. Psikrofil tersebar luas di antara taksa bakteri dan
ditemukan dalam genera seperti Pseudomonas, Vibrio,
Alcaligenes, Bacillus, Arthrobacter, Moritella, Photobacterium,
dan Shewanella. A archaeon psikofilik, Methanogenium, telah
diisolasi dari Danau Ace di Antartika. Mikroorganisme psikofilik
telah beradaptasi dengan lingkungannya dengan beberapa cara.
Enzim, sistem transportasi, dan mekanisme sintetik proteinnya
berfungsi dengan baik suhu rendah. Selaput sel mikroorganisme
psikofilik memiliki kadar asam lemak tak jenuh yang tinggi dan
tetap semifluida ketika dingin. Memang, banyak psikrofil mulai
bocor konstituen seluler pada suhu lebih tinggi dari 20 ° C karena
gangguan membran sel.
2) Banyak spesies dapat tumbuh pada 0 hingga 7 ° C walaupun
mereka memiliki optima antara 20 dan 30 ° C, dan maksimal
sekitar 35 ° C. Ini disebut psikrotrof atau psikrofil fakultatif.

17
Bakteri dan jamur psikrotrofik adalah faktor utama dalam
pembusukan makanan yang didinginkan seperti yang dijelaskan
dalam bab 40.
3) Mesofil adalah mikroorganisme dengan optima pertumbuhan
sekitar 20 hingga 45 ° C; mereka sering memiliki suhu minimum
15 hingga 20 ° C. Maksimal mereka sekitar 45 ° C atau lebih
rendah. Sebagian besar mikroorganisme mungkin termasuk dalam
kategori ini. Hampir semua patogen manusia adalah mesofil,
seperti yang mungkin diharapkan karena lingkungan mereka cukup
konstan 37 ° C.
4) Beberapa mikroorganisme adalah termofil; mereka dapat
tumbuh pada suhu 55 ° C atau lebih tinggi. Minimum pertumbuhan
mereka biasanya sekitar 45 ° C dan mereka sering memiliki optima
antara 55 dan 65 ° C. Sebagian besar adalah procaryotes meskipun
beberapa protista fotosintesis dan jamur termofilik (tabel 6.5).
Organisme ini tumbuh subur di banyak habitat termasuk kompos,
tumpukan jerami yang dipanaskan sendiri, saluran air panas, dan
mata air panas.
Termofil berbeda dari mesofil dalam banyak hal. Mereka
memiliki enzim yang lebih stabil terhadap panas dan sistem
sintesis protein, yang berfungsi dengan baik pada suhu tinggi.
Protein ini stabil karena berbagai alasan. Protein stabil panas
memiliki interior hidrofobik yang sangat terorganisir; lebih banyak
ikatan hidrogen dan ikatan nonkovalen lainnya memperkuat
struktur. Sejumlah besar asam amino seperti prolin juga membuat
rantai polipeptida kurang fleksibel. Selain itu, protein distabilkan
dan dibantu dalam pelipatan oleh protein pendamping khusus. Ada
bukti bahwa pada bakteri termofilik, DNA distabilkan oleh protein
mirip-histonel khusus. Lipid membran mereka juga cukup stabil
suhu. Mereka cenderung lebih jenuh, lebih bercabang, dan
memiliki berat molekul lebih tinggi. Ini meningkatkan titik lebur
lipid membran. Termofil purba memiliki lipid membran dengan
ikatan eter, yang melindungi lipid dari hidrolisis pada suhu tinggi.
Kadang-kadang lipid archaeal benar-benar menjangkau membran
untuk membentuk suatu lapisan tunggal yang kaku dan stabil.
5) Seperti disebutkan sebelumnya, beberapa termofil dapat tumbuh
pada suhu 90 ° C atau lebih dan beberapa memiliki maksimum di
atas 100 ° C. Procaryotes yang memiliki optima pertumbuhan
antara 80 ° C dan sekitar 113 ° C disebut hipertermofil. Mereka
biasanya tidak tumbuh jauh di bawah 55 ° C. Pyrococcus abyssi

18
dan Pyrodictium occultum adalah contoh hipertermofil laut yang
ditemukan di daerah panas dasar laut.
4. Konsentrasi Oksigen
Pentingnya oksigen untuk pertumbuhan suatu organisme berkorelasi
dengan metabolisme - khususnya, dengan proses memprosesesteston
menghemat energi yang dipasok oleh sumber energinya. Hampir semua
proses metabolisme hemat energi melibatkan pergerakan elektron
melalui sistem transpor elektron.
Organisme yang dapat tumbuh di hadapan O2 atmosfer adalah aerob,
sedangkan yang dapat tumbuh tanpa kehadirannya adalah anaerob.
Hampir semua organisme multiseluler sepenuhnya bergantung pada O2
atmosfer untuk pertumbuhan — yaitu, mereka adalah aerob obligat.
Oksigen berfungsi sebagai akseptor elektron terminal untuk rantai
transpor elektron dalam respirasi aerobik. Selain itu, eucaryotes aerobik
menggunakan O2 dalam sintesis sterol dan asam lemak tak
jenuh.Facultativeanaerobesdon tidak memerlukan O2, tetapi tumbuh
lebih baik di hadapannya. Di hadapan oksigen mereka menggunakan
respirasi aerobik.
5. Tekanan
Organisme yang menghabiskan hidupnya di darat atau di permukaan air
selalu mengalami tekanan 1 atm (atm), dan tidak pernah terpengaruh
secara signifikan oleh tekanan. Namun banyak procaryote hidup di laut
dalam (samudera 1.000 m atau lebih dalam) di mana tekanan hidrostatik
dapat mencapai 600 hingga 1.100 atm dan suhu sekitar 2 hingga 3 ° C.
Banyak dari procaryotes ini adalah barotolerant: peningkatan tekanan
mempengaruhi mereka tetapi tidak sebanyak mikroba yang tidak
toleran. Beberapa prokariota di usus invertebrata laut dalam seperti
amphipoda (udang-udang krustasea) dan holothuria (teripang) benar-
benar barofilik — mereka tumbuh lebih cepat dengan tekanan tinggi.
Mikroba ini mungkin memainkan peran penting dalam daur ulang
nutrisi di laut dalam. Barofil yang pulih dari parit Mariana dekat Filipina
(kedalaman sekitar 10.500 m) sebenarnya tidak dapat tumbuh pada
tekanan di bawah 400 hingga 500 atm ketika diinkubasi pada suhu 2 °
C. Sejauh ini, barofil telah ditemukan di antara beberapa genera bakteri
(mis., Photobacterium, Shewanella, Colwellia). Beberapa archaea adalah
termobarofil.
6. Radiasi
Banyak bentuk radiasi elektromagnetik sangat berbahaya bagi
mikroorganisme. Ini terutama berlaku untuk radiasi pengion, radiasi

19
dengan panjang gelombang yang sangat pendek dan energi tinggi, yang
dapat menyebabkan atom kehilangan elektron (terionisasi).
Dua bentuk utama pengion radiasi adalah (1) sinar X, yang diproduksi
secara buatan, dan (2) sinar gamma, yang dipancarkan selama peluruhan
radioisotop. Tingkat radiasi pengion yang rendah akan menghasilkan
mutasi dan secara tidak langsung dapat mengakibatkan kematian,
sedangkan tingkat yang lebih tinggi secara langsung mematikan.
Meskipun mikroorganisme lebih tahan terhadap radiasi pengion
daripada organisme yang lebih besar, mereka masih akan dihancurkan
oleh dosis yang cukup besar. Radiasi pengion dapat digunakan untuk
mensterilkan barang. Beberapa procaryotes (mis., Deinococcus
radiodurans) dan endospora bakteri dapat bertahan dalam dosis besar
radiasi pengion.
Berbagai perubahan dalam sel disebabkan oleh radiasi pengion; itu
merusak ikatan hidrogen, mengoksidasi ikatan rangkap, menghancurkan
struktur cincin, dan mempolimerisasi beberapa molekul. Oksigen
meningkatkan efek merusak ini, mungkin melalui generasi radikal
hidroksil (OH). Meskipun banyak jenis konstituen dapat terpengaruh,
masuk akal untuk menganggap bahwa penghancuran DNA adalah
penyebab kematian yang paling penting.
Radiasi ultraviolet (UV) dapat membunuh semua jenis mikroorganisme
dengan panjang gelombang pendek (sekitar 10 hingga 400nm) dan
energi tinggi. UVradiasi paling mematikan memiliki panjang gelombang
260 nm, panjang gelombang paling efektif diserap oleh DNA.
Mekanisme utama kerusakan UV adalah pembentukan dimer timin
dalam DNA. Dua timin yang berdekatan dalam untai DNA secara
kovalen bergabung untuk menghambat replikasi dan fungsi DNA

7. Pertumbuhan Mikroba Di Lingkungan Alami


Pertumbuhan mikroorganisme tergantung pada suplai nutrisi dan
toleransinya terhadap kondisi lingkungan yang hadir dalam waktu khusus. . Zat
penghambat di lingkungan juga dapat membatasi pertumbuhan mikroba. Sebagai
contoh, pertumbuhan yang cepat dan tidak terbatas terjadi jika mikroorganisme
terpapar nutrisi berlebih. Dengan demikian, dengan cepat gabungkan nutrisi dan
hasilkan dalam pelepasan produk beracun. Baik penipisan nutrisi dan produk-
produk beracun membatasi pertumbuhan lebih lanjut. Contoh lain terlihat
dengan mikroba yang tumbuh di lingkungan yang miskin nutrisi atau
oligotropik, di mana pertumbuhan mikroba dapat secara langsung dihambat oleh
berbagai zat alami termasuk fenolik, tanin, amoniak, etilen, dan senyawa sulfur
yang mudah menguap.

20
Gambar 6.26 Morfologi dan Penyerapan Nutrisi. Mikroorganisme dapat
mengubah morfologinya sebagai respons terhadap kelaparan dan berbagai faktor
pembatas untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk bertahan hidup. (a)
Caulobacter memiliki batang yang relatif pendek ketika fosfor banyak. (b)
Batangnya sangat panjang dalam kondisi terbatas fosfor.
Dalam menanggapi lingkungan oligotrofik dan persaingan yang ketat,
banyak mikroorganisme menjadi lebih kompetitif dalam penangkapan nutrisi
dan eksploitasi sumber daya yang tersedia. Seringkali morfologi organisme akan
berubah untuk meningkatkan luas permukaannya dan kemampuan untuk
menyerap nutrisi. . Kekurangan nutrisi menginduksi banyak perubahan lain
seperti yang dibahas sebelumnya (gambar 6.26). Misalnya, mikroorganisme
dapat mengalami proses metabolisme selangkah demi selangkah kecuali gen
pemeliharaan rumah tangga.
Banyak faktor yang dapat mengubah tingkat nutrisi di lingkungan
oligotropik. Mikroorganisme dapat menyerap nutrisi kritis yang membatasi,
seperti zat besi, membuatnya kurang tersedia untuk pesaing. Atmosfer dapat
menyumbangkan nutrisi penting dan mendukung pertumbuhan mikroba. Ini
terlihat di laboratorium serta lingkungan alam. Zat organik yang terbawa udara
telah ditemukan untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba dalam media encer,
dan pengayaan pertumbuhan media yang ditransmisikan melalui bakteri dapat
memungkinkan populasi mikroorganisme yang signifikan untuk berkembang.
Bahkan air suling, yang mengandung jejak bahan organik, dapat menyerap
senyawa satu karbon dari atmosfer dan menumbuhkan mikroorganisme.
Kehadiran nutrisi melalui udara dan pertumbuhan mikroba, jika tidak terdeteksi,
dapat mempengaruhi percobaan dalam biokimia dan biologi molekuler, serta
studi mikroorganisme yang tumbuh di lingkungan oligotropik.

8. Biofilm
Meskipun para ilmuwan mengamati sejak tahun 1940-an bahwa lebih banyak
mikroba di lingkungan akuatik yang ditemukan melekat pada permukaan
(sessile) daripada mengambang bebas (planktonik), hanya secara relatif baru saja
memperoleh perhatian dari ahli biologi ahli biologi. Mikroba yang melekat ini

21
adalah anggota komunitas kompleks yang terbungkus lendir yang disebut
biofilm. Biofilm ada di mana-mana di alam. Di sana mereka paling sering dilihat
sebagai lapisan lendir di atas batu atau benda lain di air

Gambar 6.27 Contoh Biofilm. Biofilm terbentuk pada hampir semua


permukaan yang terpapar mikroorganisme. (A) Biofilm pada permukaan
stromatolit di Walker Lake (Nevada, AS), danau alkali. Biofilm
terutama terdiri dari cyanobacterium Calothrix. (B) Foto yang diambil
selama operasi untuk menghapus sendi buatan berlapis biofilm. Bahan
putih terdiri dari nanah, sel bakteri dan jamur, dan sel darah putih
pasien.

Biofilm adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu


lingkungan kehidupan yang khusus dari sekelompok mikroorganisme, yang
melekat ke suatu permukaan padat dalam lingkungan perairan. Hal ini menjadi
mikrolingkungan yang unik dimana mikroorganisme dalam  biofilm berbeda
secara structural maupun fungsional dengan yang hidup bebas (planktonik).   
Biofilm memberi dampak kepada berbagai kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu
riset mengenai biofilm menjadi penting dan memperoleh popularitas. Biofilm
dapat tumbuh di berbagai permukaan, termasuk batu dan air, gigi, makanan, pipa,
alat-alat medis dan jaringan implant. Walaupun biofilm biasanya mengakibatkan
kerugian seperti infeksi, adakalanya dia juga menguntungkan. Contohnya biofilm
dapat untuk memurnikan air dengan cara menguraikan senyawa-senyawa
berbahaya dalam perairan. Sedangkan efek negative biofilm diantaranya adalah
kontaminasi air, makanan, gangguan terhadap alat pendistribusian panas, dan
kontaminasi peralatan medis serta jaringan implant seperti infeksi jantung buatan.
Kolonisasi ini dapat menimbulkan operasi ulang, amputasi bahkan kematian.
Dampak ini sudah menyita perhatian banyak peneliti dari egara-negara maju
tseperti Amerika, Australia, Inggris terutama bidang-bidang terkait dengan
mikrobiologi untuk menggali proses terjadinya biofilm,

22
Gambar 6.28 Formasi Biofilm

9. Komunikasi Sel-Sel dalam Populasi Mikroba


Didalam satu media sebelum kita menemukan kultur media yang tumbuh dalam
satu media terdapat berbagai macam bakteri, bisa bakteri e.coli bakteri
Salmonella dll. Interaksi bakteri tersebut mungkin bakteri Salmonella
mengeluarkan sesuatu yang tidak disukai bakteri e.coli sehingga bakteri e.coli
tersebut pergi, atau sebaliknya atau juga mereka saling berdampingan. Sehingga
dalam media tersebut akan terdapat zona-zona tertentu misalnya disuatu bagian
berwarna ungu, sebelah lagi warna ping
B. KONTROL MIKROORGANISME SECARA FISIK DAN AGEN KIMIA
Pengendalian pertumbuhan populasi mikrobia sangat penting dilakukan
untuk mencegah penyebaran penyakit, kerusakan bahan pangan, dan kontaminasi
pada suatu bahan. Agen kimiawi dan fisikawi berperan penting dalam
pengendalian mikrobia dan dapat dikelompokkan berdasarkan efek yang
ditimbulkan terhadap mikrobia sasaran. Apabila menyebabkan hambatan atau
penghentian pertumbuhan suatu mikroba, agen tersebut digolongkan ke dalam
agen mikrobioostatik. Apabila agen tersebut memiliki aktivitas yang dapat
mematikan mikroba, sehingga dapat mengurangi jumlah populasi mikroba,
disebut agen mikrobiosida. Mikrobiosida yang dipakai sangat bergantung pada
jenis mikrobia target, misalnya bakteriosida, bakteriostatik, fungisida, dan
algasida. Sementara itu, agen yang memiliki kemampuan membunuh berbagai
macam mikroba disebut germisida (Retnaningrum et al., 2018).

1. Antiseptik dan Disinfektan


Desinfeksi adalah pembunuhan, penghambatan, atau pengangkatan
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit. Tujuan utama adalah
untuk menghancurkan patogen potensial, tetapi desinfeksi juga secara
substansial mengurangi total populasi mikroba. Desinfektan adalah agen,
biasanya bahan kimia, yang digunakan untuk melakukan desinfeksi dan
biasanya hanya digunakan pada benda mati. Sanitasi terkait erat dengan
desinfeksi. Dalam sanitasi, populasi mikroba berkurang ke tingkat yang
dianggap aman oleh standar kesehatan masyarakat. Benda mati biasanya

23
dibersihkan dan didesinfeksi sebagian. Misalnya, pembersih digunakan untuk
membersihkan peralatan makan di restoran (Willey, Sherwood, & Woolverton,
2008).
Sering juga diperlukan untuk mengendalikan mikroorganisme pada atau
dalam jaringan hidup dengan agen kimia. Antisepsis [anti Yunani, melawan,
dan sepsis, pembusukan] adalah pencegahan infeksi atau sepsis dan dilakukan
dengan antiseptik. Ini adalah agen kimia yang diterapkan pada jaringan untuk
mencegah infeksi dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan patogen;
mereka juga mengurangi total populasi mikroba. Karena mereka tidak boleh
menghancurkan terlalu banyak jaringan inang, antiseptik umumnya tidak
toksik seperti desinfektan (Willey et al., 2008).

2. Disinfeksi, Sanitasi, Sterilisasi, dan Teknik Aseptis


Disinfeksi merupakan suatu usaha untuk menghilangkan atau
mengurangi populasi mikrobia pada suatu bahan dengan bantuan gabungan
disinfektan Sanitasi memiliki pengertian tentang cara yang meningkatkan
jumlah mikrobia hingga tidak menimbulkan masalah, baik dengan agen
kimiawi maupun agen fisikawi. Sterilisasi upaya untuk menghilanekan atau
mengaktifkan semua mikroba pada bahan atau alat yang digunakan dalam
analisis atau penelitian pada bidang mikrobiologi. Dalam melakukan analisis
atau penelitian mikrobiologi, ada hal-hal yang sangat perlu untuk
dipertimbangkan, yaitu kebersihan dan cara kerja yang aseptis. Cara kerja
yang aseptis dapat diselesaikan dengan menerapkan prinsip teknis aseptis.
Teknik aseptis merupakan upaya yang digunakan untuk mencegah kontaminasi
untuk mempertahankan kemurnian kultur suatu mikrobia atau kesterilan alat
dan bahan (Retnaningrum et al., 2018).

3. Antibiotika
Untuk menentukan cara yang paling efisien dalam mengendalikan
mikrobia, para ahli telah mempelajari perilaku populasi mikroba yang
dihadapkan pada berbagai agen penghambat pertumbuhan mikrobia, atau lebih
dikenal sebagai antibiotika. Aktivitas senyawa antibiotika dalam menghambat
pertumbuhan suatu mikrobia sangat bervariasi. Ada jenis antibiotika yang
dapat mencegah sintesis replikasi DNA, sintesis dinding sel, produk metabolit,
bahkan sintesis protein (Retnaningrum et al., 2018).

24
Ada antibiotika yang memiliki spektrum luas, tetapi ada pula yang
memiliki spektrum sempit. Antibiotika yang bergerak spektrum luas dapat
digunakan untuk melawan jenis mikrobia, termasuk bakteri gram positif dan
gram negatif. Sementara itu, antibotika yang berfungsi sebagai spekrum yang
terkontaminasi adalah antibiotik yang hanya dapat menyerang satu jenis atau
lebih kecil mikrobia.

4. Pola Kematian Mikroba


Populasi mikroba tidak terbunuh seketika saat terpapar agen yang
mematikan. Kematian populasi, seperti pertumbuhan populasi, umumnya
bersifat eksponensial atau logaritmik - yaitu, populasi akan berkurang dengan
fraksi yang sama pada interval yang konstan (tabel 7.1). Jika logaritma jumlah
populasi yang tersisa diplot terhadap waktu pemaparan mikroorganisme
terhadap agen, akan dihasilkan plot garis lurus (gambar 7.2). Ketika populasi
telah sangat berkurang, laju pembunuhan dapat melambat karena kelangsungan
hidup strain mikroorganisme yang lebih resisten (Willey et al., 2008).

Gambar 7.2 Pola Kematian Mikroba. Plot eksponensial para penyintas versus
menit paparan pemanasan pada 121 ° C. Dalam contoh ini, nilai D121 adalah 1
menit. Data berasal dari tabel 7.1.

5. Kondisi Yang Mempengaruhi Efektifitas Agen Antimikrobial


Penghancuran mikroorganisme dan penghambatan pertumbuhan
mikroba bukan hal yang sederhana karena efisiensi agen antimikroba (agen
yang membunuh mikroorganisme atau menghambat pertumbuhannya)
dipengaruhi oleh setidaknya enam faktor.
1. Ukuran populasi. Karena fraksi yang sama dari populasi mikroba terbunuh
selama setiap interval, populasi yang lebih besar membutuhkan waktu
lebih lama untuk mati daripada yang lebih kecil
2. Komposisi populasi. Efektivitas suatu agen sangat bervariasi dengan sifat
organisme yang sedang dirawat karena mikroorganisme sangat berbeda
dalam kerentanan. Endospora bakteri jauh lebih tahan terhadap sebagian
besar antimikroba agen daripada bentuk vegetatif, dan sel yang lebih muda
biasanya lebih mudah dihancurkan daripada organisme dewasa. Beberapa

25
spesies mampu bertahan dalam kondisi buruk lebih baik daripada yang
lain. Misalnya, Mycobacterium tuberculosis, yang menyebabkan
tuberkulosis, jauh lebih tahan terhadap agen antimikroba daripada
kebanyakan bakteri lain.
3. Konsentrasi atau intensitas agen antimikroba. Seringkali, tetapi tidak
selalu, semakin terkonsentrasi agen kimia atau intens agen fisik, semakin
cepat mikroorganisme dihancurkan. Namun, efektivitas agen biasanya
tidak langsung berkaitan dengan konsentrasi atau intensitas. Dalam jangka
pendek, sedikit peningkatan konsentrasi mengarah pada peningkatan
efektifitas yang eksponensial; melampaui titik tertentu, kenaikan mungkin
tidak meningkatkan tingkat pembunuhan sama sekali. Kadang-kadang
agen lebih efektif pada konsentrasi yang lebih rendah. Misalnya, 70%
etanol lebih efektif daripada 95% etanol karena aktivitasnya ditingkatkan
oleh keberadaan air.
4. Durasi paparan. Semakin lama populasi terpapar agen mikrobisida,
semakin banyak organisme yang terbunuh. Untuk mencapai sterilisasi,
durasi paparan yang cukup untuk mengurangi kemungkinan bertahan
hidup sampai 10 6 atau kurang harus digunakan
5. Suhu. Peningkatan suhu di mana suatu zat kimia bekerja sering
meningkatkan aktivitasnya. Seringkali zat desinfektan atau sterilisasi yang
lebih rendah dapat digunakan pada suhu yang lebih tinggi.
6. Lingkungan lokal. Populasi yang akan dikendalikan tidak terisolasi tetapi
dikelilingi oleh faktor-faktor lingkungan yang dapat menawarkan
perlindungan atau bantuan dalam penghancurannya. Misalnya, karena
panas membunuh lebih mudah pada pH asam, makanan dan minuman
asam seperti buah-buahan dan tomat lebih mudah dipasteurisasi daripada
makanan dengan pH lebih tinggi seperti susu. Faktor lingkungan penting
kedua adalah bahan organik, yang dapat melindungi mikroorganisme dari
pemanasan dan disinfektan kimia (Willey et al., 2008).

6. Agen Fisika yang Digunakan untuk Mengendalikan Mikroba


Pencegahan peradangan mikrobia pada permukaan dan bahan dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai agen pengendali, baik terdiri dari
agen fisikawi seperti panas, radiasi elektromagnetik, serta agen kimiawi
seperti disinfektan dan antibiotika. Upaya untuk membebaskan alat dan
bahan dari kehidupan mikrobia lain yang tidak diharapkan dikenal dengan
istilah sterilisasi. Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan dua, yaitu
sterilisasi fisik dan sterilisasi kimiawi. Sterilisasi fisik dapat dilakukan
dengan cara pemijaran (pembakaran), udara panas kering (oven), pendidihan
(uap air panas), uap udara panas bertekanan (autoclave), pasteurisasi,
refrigerasi, radiasi mengion, sinar UV, dan filterasi (Retnaningrum et al.,
2018).
Pengendalian fisikawi yang lazim dilakukan melalui derilisasi dengan
menggunakan sistem panas kering (oven), sedanglan cara paling efektif
dalam melawan mikrobia, khususnya bakteri pembentuk endospore,
dilengkapi dengan sistem panas terkanan panas. Endospore dapat digunakan

26
sebagai indikator keberhasilan dalam sterilisasi karena endospore merupakan
bentuk pertahanan suatu mikrobia untuk dapat hidup melawan lingkungan,
terutama suhu yang tinggi. Selama proses sterilisai, fase kematian terjadi
secara eksponensial. Masing-masing jenis mikrobia memiliki kecepatan
kematian dan resistensi terhadap antibiotika tertentu (Retnaningrum et al.,
2018).

7. Agen Kimia yang Digunakan untuk Mengendalikan Mikroba


Agen fisik umumnya digunakan untuk mensterilkan objek. Bahan
kimia, di sisi lain, lebih sering digunakan dalam desinfeksi dan antisepsis.
Penggunaan agen kimia yang tepat sangat penting untuk keselamatan
laboratorium dan rumah sakit (Teknik & Aplikasi 7.2). Bahan kimia juga
digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam makanan, dan bahan
kimia tertentu digunakan untuk mengobati penyakit menular (Willey et al.,
2008).
Fenolik
Fenol adalah antiseptik dan desinfektan yang pertama digunakan
secara luas. Pada 1867 Joseph Lister menggunakannya untuk mengurangi
risiko infeksi selama operasi. Saat ini fenol dan fenolik (turunan fenol) seperti
kresol, xilenol, dan ortofenilfenol digunakan sebagai desinfektan di
laboratorium dan rumah sakit. Lysol disinfektan komersial terbuat dari
campuran fenolat. Fenolik bertindak dengan mendenaturasi protein dan
mengganggu membran sel. Mereka memiliki beberapa keuntungan nyata
sebagai disinfektan: fenolat bersifat tuberculocidal, efektif dengan adanya
bahan organik, dan tetap aktif pada permukaan lama setelah aplikasi. Namun,
mereka memiliki bau yang tidak menyenangkan dan dapat menyebabkan
iritasi kulit (Willey et al., 2008).
Alkohol
Alkohol adalah desinfektan dan antiseptik yang paling banyak
digunakan. Mereka adalah bakterisida dan fungisida tetapi bukan sporisida;
beberapa virus yang mengandung lipid juga dihancurkan. Dua germisida
alkohol yang paling populer adalah etanol dan isopropanol, biasanya
digunakan pada sekitar 70 hingga 80% konsentrasi. Mereka bertindak dengan
mendenaturasi protein dan mungkin dengan melarutkan lipid membran.
Halogen
Sebuah halogen adalah salah satu dari lima elemen (fluor, klor, brom,
yodium, dan astatin) dalam kelompok VIIA dari tabel periodik. Mereka ada
sebagai molekul diatomik dalam keadaan bebas dan membentuk senyawa
seperti garam dengan natrium dan sebagian besar logam lainnya. Yodium
halogen dan klorin adalah agen antimikroba yang penting. Yodium digunakan
sebagai antiseptik kulit dan membunuh dengan mengoksidasi konstituen sel
dan protein sel yodium. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, bahkan dapat
membunuh beberapa spora (Willey et al., 2008).

27
Klorin adalah desinfektan biasa untuk persediaan air kota dan kolam
renang dan juga digunakan di industri susu dan makanan. Ini dapat diterapkan
sebagai gas klor, natrium hipoklorit (pemutih), atau kalsium hipoklorit, yang
semuanya menghasilkan asam hipoklorat (HClO) dan kemudian atom
oksigen. Hasilnya adalah oksidasi bahan seluler dan penghancuran bakteri
dan jamur vegetatif, meskipun tidak spora (Willey et al., 2008).
Logam Berat
Selama bertahun-tahun ion logam berat seperti merkuri, perak,
arsenik, seng, dan tembaga digunakan sebagai germisida. Ini sekarang telah
digantikan oleh kuman yang kurang beracun dan lebih efektif (banyak logam
berat lebih bakteriostatik daripada bakterisida). Ada beberapa pengecualian.
Di beberapa rumah sakit, larutan perak nitrat 1% ditambahkan ke mata bayi
untuk mencegah gonore mata. Perak sulfadiazine digunakan pada luka bakar.
Copper sulfate adalah algisida yang efektif di danau dan kolam renang
(Willey et al., 2008).
Logam berat bergabung dengan protein, seringkali dengan kelompok
sulfhidrilnya, dan menonaktifkannya. Mereka juga dapat mengendapkan
protein sel (Willey et al., 2008).
Aldehida
Kedua aldehida yang biasa digunakan, formaldehid dan glutaraldehid
(gambar 7.11), adalah molekul yang sangat reaktif yang bergabung dengan
asam nukleat dan protein dan menonaktifkannya, mungkin dengan molekul
pengikat silang dan alkilasi (gambar 7.12). Mereka sporicidal dan dapat
digunakan sebagai bahan kimia steril. Formaldehida biasanya dilarutkan
dalam air atau alkohol sebelum digunakan (Willey et al., 2008).
Gas Sterilisasi
Banyak benda sensitif panas seperti cawan petri plastik sekali pakai
dan jarum suntik, komponen mesin jantung-paru, jahitan, dan kateter
disterilkan dengan gas etilen oksida (gambar 7.11). Etilen oksida (EtO)
adalah mikrobisida dan sporisida dan membunuh dengan menggabungkan
dengan protein sel. Ini adalah agen sterilisasi yang sangat efektif karena cepat
menembus bahan kemasan, bahkan membungkus plastic (Willey et al., 2008).

8. Evaluasi Efektifitas Agen Antimikroba


Untuk mengetahui kekuatan agen kimiawi dalam melawan mikrobia,
harus melawan agen kimiawi standar yang telah diketahui tentang
aktivitasnya, misalnya fenol disinfektan. Ada beberapa cara untuk
membandingkannya, tetapi salah satu yang paling baik dengan pengujian
koefisien fenol. Koefisien fenol merupakan salah satu prioritas bagi mikrobia
uji yang sama. Sebagai contoh, jika beberapa germisida dapat beralih antara
standar Staphylococcus aureus dengan pengenceran 1: 250, sedangkan fenol
dapat memutus standar yang sama dengan pengenceran 1:60, maka persentase
fenol germisida yang tersedia adalah 250/60 (= 4,2). Nilai koefisien fenol ini
mentransformasikan germisida yang menggantikan lebih baik 4,2 kali fenol
dalam penggantian S. aureus secara in vitro (Retnaningrum et al., 2018).

28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
didefinisikan sebagai peningkatan konstituen seluler dan dapat
mengakibatkan peningkatan ukuran mikroorganisme, jumlah populasi, atau
keduanya. Pertumbuhan mikroorganisme yang bereproduksi dengan
pembelahan biner dapat diplot sebagai logaritma jumlah sel yang hidup
versus waktu inkubasi. Kurva yang dihasilkan memiliki empat fase yang
berbeda. Selama fase eksponensial, masing-masing mikroorganisme
membelah dengan interval konstan maka dari itu populasi akan berlipat ganda
jumlahnya selama jangka waktu tertentu yang disebut waktu generasi atau
waktu penggandaan.
Ada banyak cara untuk mengukur pertumbuhan mikroba untuk
menentukan tingkat pertumbuhan dan waktu generasi. Jumlah populasi atau
massa dapat diikuti karena pertumbuhan mengarah pada peningkatan
keduanya. Pengukuran Bilangan Sel yang paling tepat untuk menentukan
bilangan mikroba adalah melalui penghitungan langsung. Menggunakan
ruang penghitungan ini lebih mudah, murah, dan relatif cepat; juga dapat
memberikan informasi tentang ukuran dan morfologi mikroorganisme.
Penghitungan. Selain dengan sistem tertutup, Mikroorganisme dapat
ditumbuhkan dalam sistem terbuka, sistem dengan kondisi lingkungan yang
konstan dipelihara melalui penyediaan nutrisi yang berkelanjutan dan
pembuangan limbah. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba diantaranya adalah nutrisi, suhu, ph, tekanan, radiasi,
konsentrasi oksigen dan zat terlarut.
Pengendalian pertumbuhan populasi mikrobia sangat penting dilakukan
untuk mencegah penyebaran penyakit, kerusakan bahan pangan, dan
kontaminasi pada suatu bahan. Agen kimiawi dan fisikawi berperan penting
dalam pengendalian mikrobia dan dapat dikelompokkan berdasarkan efek
yang ditimbulkan terhadap mikrobia sasaran. Agen fisika dalam mencegah
peradanga mikroba diantaranya adalah panas, radiasi elektromagnetik, serta
agen kimiawi seperti disinfektan dan antibiotika. Agen fisika dalam
mencegah peradanga mikroba diantaranya alhohol, fenolik dan halogen.
Kematian populasi, seperti pertumbuhan populasi, umumnya bersifat
eksponensial atau logaritmik - yaitu, populasi akan berkurang dengan fraksi
yang sama pada interval yang konstan
B. Saran
Masih terdapat kekurangan dalam konren materi mengnai pertumbuhan
mikroba, sehingga bagi para pembaca diharapkan tidak hanya membaca dari
satu sumber. Semoga pembaca dapat memperbaiki makalah kali ini, karena
makalah ini masih jauh dari kesempurnaa.

29
DAFTAR PUSTAKA

Retnaningrum, E., Darmasiwi, S., & Siregar, A. R. (2018). Bahan Ajar


Mikrobiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Willey, J. M., Sherwood, L. M., & Woolverton, C. J. (2008). Microbiology
(Seventh Ed). New York.

iii

Anda mungkin juga menyukai