Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2019 hlm.

35-46 ISSN: 2541-2280

KEMAMPUAN LITERASI SAINS ASPEK PROSES SAINS DAN


KETERAMPILAN COLLABORATIVE CALON GURU BIOLOGI
PADA PEMBELAJARAN FREE-INQUIRY

Dede Cahyati Sahrir


Jurusan Tadris Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jalan Perjuangan By Pass
Sunyaragi, Kota Cirebon Jawa Barat, telp/fax 0231-481264/0231-489926
e-mail: dedecahyati@syekhnurjati.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian kemampuan literasi
sains aspek proses sains dan keterampilan collaborative yang dimiliki oleh calon guru
biologi pada pembelajaran free-inquiry. Penelitian ini merupakan penelitian pre-
experimental dengan desain one-shot case study. Subjek penelitian adalah 31 mahasiswa
Jurusan Tadris Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang mengontrak mata kuliah
Protista dan Fungi. Pembelajaran dilakukan dengan strategi free-inquiry dan metode
kerja laboratorium. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen
berupa tes kemampuan literasi sains, lembar observasi kemampuan collaboration, dan
rubrik kinerja praktikum (aktivitas free-inquiry). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan literasi sains calon guru biologi pada aspek menjelaskan fenomena secara
ilmiah (baik), aspek mengidentifikasi permasalahan ilmiah (cukup), dan aspek
menggunakan bukti secara ilmiah (buruk). Sedangkan untuk keterampilan collaborative
calon guru biologi pada pembelajaran free-inquiry menunjukkan bahwa aspek
keterampilan collaborative calon guru biologi dalam kriteria proficient adalah aspek
bekerja produktif, aspek menunjukkan rasa hormat dan aspek berbagi tanggungjawab,
sedangkan aspek keterampilan collaborative calon guru biologi yang masih dalam
kriteria basic adalah berkompromi. Oleh karena itu, calon guru biologi harus
meningkatkan kemampuan literasi sains dan keterampilan collaborative mereka agar
dapat menjadi pendidik biologi yang kompeten dan mampu bersaing pada revolusi
industri era 4.0.
Kata Kunci: literasi sains, keterampilan collaborative, free-inquiry

ABSTRACT
This study aims to determine the extent to which achievement of scientific literacy ability
aspects of the scientific process and collaborative skills possessed by prospective biology
teachers in free-inquiry learning. This research is a pre-experimental study with a one-
shot case study design. The research subjects were 31 students of the Tadris Biology
Department of IAIN Sheikh Nurjati Cirebon who contracted Protista and Fungi courses.
Learning is done by free-inquiry strategy and laboratory work methods. Data collection
was carried out using instruments in the form of tests of scientific literacy skills,
collaboration skills observation sheets, and practical performance rubrics (free-inquiry
activities). The results showed that the ability of scientific literacy of prospective biology
teachers on aspects of explaining phenomena scientifically (good), aspects of identifying
scientific problems (sufficient), and aspects of using evidence scientifically (poorly).
Whereas the collaborative skills of prospective biology teachers in free-inquiry learning
show that the aspects of biology teacher prospective collaborative skills in the
professional criteria are aspects of productive work, aspects of showing respect and
aspects of sharing responsibility, while aspects of collaborative skills of prospective
biology teachers who are still in the basic criteria are compromise. Therefore,
prospective biology teachers must improve their scientific literacy skills and
collaborative skills in order to become competent biology educators and be able to
compete in the industrial revolution of the 4.0 era.
Keywords: scientific literacy, collaborative skills, free-inquiry

[35]
Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2019 hlm. 35-46 ISSN: 2541-2280

PENDAHULUAN Seseorang yang literat secara ilmiah tertarik


Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk membahas wacana yang berkaitan
penting dalam kemajuan suatu bangsa. dengan sains dan teknologi (OECD, 2016).
Supardi (2015) menyatakan bahwa Seseorang yang sudah menginternalisasi
pendidikan merupakan sebuah usaha sadar literasi sains bersedia untuk terlibat dalam
yang dalam pelaksanaanya harus terpola wacana mengenai sains dan teknologi
dengan baik, terencana dengan sistematis membutuhkan kompetensi menjelaskan
dan dapat dievaluasi cecara menyeluruh oleh fenomena secara saintifik; mengevaluasi dan
pendidik, dimana bertujuan untuk mendesain penyelidikan secara saintifik; dan
menumbuh-kembangkan potensi diri peserta menafsirkan data dan bukti secara saintifik
didik. Sistem pembelajaran pada era (Asyhari, 2017; OECD, 2016; Bahriah,
persaingan global sekarang ini memerlukan 2015). Kerangka literasi sains menurut PISA
desain pembelajaran sains yang berpusat mencakup 4 aspek yaitu Contexts,
kepada peserta didik untuk mendorong Knowledge, Competencies, dan Attitudes.
kemampuan berpikir kritis, deduktif dan Data PISA menunjukkan bahwa
induktif (Afandi, 2017; Gardiner, 2017; penguasaan literasi sains siswa Indonesia
Trilling, 2009). Hal ini dikuatkan oleh tergolong di bawah rata-rata skor
Wenning (2010) yang menyatakan bahwa di internasional. Hasil yang ditunjukkan dari
abad 21, guru bukanlah satu-satunya sumber tahun ke tahun belum menunjukkan
belajar bagi peserta didik. perubahan ke arah positif. Mengutip dari The
Pembelajaran biologi yang merupakan Organization for Economic Co-operation
salah satu rumpun pembelajaran sains masih and Development (OECD), dalam tiga
harus terus melakukan perbaikan dan inovasi pelaksanaan PISA terakhir, Indonesia
demi peningkatan kualitas pendidikan. memperoleh peringkat yang cenderung
Memasuki abad ke-21, dalam pembelajaran stagnan. Pada tahun 2009 Indonesia
biologi di Lembaga Pendidikan Tenaga mendapat peringkat ke-57 dari 65 negara
Keguruan (LPTK) dibutuhkan calon guru yang berkonstribusi dengan perolehan skor
biologi yang mampu menghadapi tantangan 383, selanjutnya pada tahun 2012 mengalami
global. Pemecahan berbagai permasalahan penurunan peringkat menjadi ke-64 dari 65,
terkait dengan isu-isu socioscientific, dan pada tahun 2015 Indonesia berada pada
perubahan lingkungan ekstrim dan tingkat 64 dari 72 negara yang ikut
persaingan global harus dibekalkan melalui berpartisipasi (OECD, 2010, 2013, 2016).
kemampuan literasi sains dalam Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
pembelajaran biologi. Membekali literasi bahwa kemampuan literasi sains peserta
sains pada siswa akan menjadikannya didik Indonesia masih sangat rendah. Oleh
problem solver yang berkarakter, mampu karena itu maka dibutuhkan alternatif
bersaing, berinovasi, kolaboratif, dan pembelajaran yang bertujuan untuk
memiliki krativitas tinggi dalam menghadapi meningkatkan kemampuan literasi sains
tuntutan zaman (Yuliati, 2017). Internalisasi calon guru biologi melalui penerapan
kemampuan literasi sains dapat menjadi pembelajaran biologi yang mendorong
dorongan penguasaan dan pengembangan pengembangan gagasan, keterampilan proses
kompetensi abad ke-21. sains dan sikap ilmiah secara holistik.
PISA (Programme for International Pembelajaran yang demikian akan
Student Assesment) mendefinisikan literasi memunculkan minat, curiosity, dan
sains sebagai kemampuan untuk terlibat antusiasme siswa akan sains secara umum,
dengan permasalahan terkait sains yang dan biologi secara khusus terutama pada
merupakan refleksi sebagai warga negara. aspek proses sains. Salah satu pembelajaran

[36]
Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2019 hlm. 35-46 ISSN: 2541-2280

yang dapat diterapkan pada perkuliahan siswa tidak memiliki pengalaman


protista dan fungi adalah pembelajaran free- melakukan kegiatan pencarian subjek
inquiry. sendiri (Cheon & Lee, 2018). Penelitian ini
Wenning (2010) menuliskan lebih menekankan kepada mendorong
pembelajaran berbasis inkuiri yang dikenal mahasiswa calon guru biologi untuk
dengan level kegiatan inkuiri (Hierarki of menentukan sendiri pengamatan yang
Inquiry) melalui jurnal “Levels of Inquiry: dilalukan, termasuk alat, bahan dan
Using inquiry sprectrum learning sequences prosedur yang harus mereka lakukan untuk
to teach science”. Level inkuiri yang dalam berinkuiri.
dikemukakan oleh Wenning dikelompokkan Kesulitan terbesar dalam melakukan
dalam lima level, yaitu: discover learning, free-inquiry adalah memutuskan apa yang
interactive demonstration, inquiry lesson, harus dieksplorasi (Lee, 2013). Sebagian
inquiry lab dan hypothetical inquiry. Urutan besar eksplorasi yang disajikan dalam buku
kelima level inkuiri didasarkan kepada teks memiliki topik dan konten khusus
kecerdasan intelektual siswa dan guru untuk dijeksplorasi, itulah sebabnya peserta
sebagai fasilitator. Masing-masing tahapan didik tidak memiliki pengalaman
inkuiri mempunyai perbedaaan karakteristik melakukan kegiatan pencarian subjek
sesuia dengan level kecerdasan siswa dan sendiri (Cheon & Lee, 2018). Agar
fasilitator. Peserta didik pada jenjang penyelidikan ilmiah bermakna, maka harus
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan mencakup proses menemukan dan
Universitas lebih sesuai menggunakan Level menyarankan masalah-masalah baru yang
Inquiry Laboratory hingga Hypothetical perlu ditelusuri sendiri oleh calon guru
Inquiry. Selanjutnya di dalam Level Inquiry biologi.
Laboratory dibedakan menjadi tiga yaitu: Menghadapi tantangan global pada abad
Guided Inquiry Laboratory, Bounded 21 yang serba terbuka, tidak hanya
Inquiry Laboratory, dan Free Inquiry keterampilan melek sains/ literasi sains
Laboratory. Free Inquiry mampu yang harus dikuasai calon guru biologi,
meningkatkan kemandirian dan kemampuan tetapi dibutuhkan juga keterampilan untuk
siswa untuk merancang dan bereksperimen bisa berkolaborasi dengan semua anggota
tanpa bantuan dari fasilitator. kelompok. Oleh karena itu, penting kiranya
Pentingnya inkuiri di sekolah sudah lama membekalkan keterampilan colaborative
ditekankan dalam sains, dan kurikulum kepada calon guru biologi. Kemampuan
2013 memperkenalkan proses inkuiri collaborative lebih dari sekedar
melalui pendekatan saintifik, tetapi belum bekerjasama, termasuk juga keterampilan
mampu mengaitkan dengan peningkatan mendengarkan secara aktif, merespon
literasi sains peserta didik. Salah satu dengan respect, mengutarakan ide dengan
alasannya adalah bahwa pertanyaan yang jelas melalui berbagai cara berkomunikasi,
disajikan dalam buku teks atau panduan serta menggunakan keterampilan tersebut
praktikum ditunjukkan proses pembelajaran untuk mencapai konsensus dan kompromi
konsep-konsep ilmiah terkait, dan terdiri (Greenstein, 2012). Artinya, diharapkan
dari kegiatan berbasis kinerja dimana siswa calon guru biologi mendapatkan
hanya mengikuti proses yang diberikan. pembelajaran yang mampu membekali
Sebagian besar eksplorasi yang disajikan mereka mengembangkan kemampuan
dalam buku teks memiliki topik dan konten collaborative yang mengharuskan calon
khusus untuk dijelajahi, itulah sebabnya guru biologi
terlibat dengan orang lain sebagai tim, kelompok dan memantau kemajuan melalui
berbagi pengetahun, mengatur pekerjaan komunikasi yang efektif dan saling

[37]
Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2019 hlm. 35-46 ISSN: 2541-2280

menghormati umpan balik yang diberikan (Bakken, et al., 2016; OECD 2016;
teman dalam kelompok. Mahasiswa calon Schleicher, 2012).
guru biologi tidak hanya cukup untuk Berdasarkan paparan diatas, masih
menjadi sarjana biasa, karena untuk dapat belum banyak peneliti yang mengkaji
sukses di tempat kerja dimasa depan penguasaan keterampilan collaborative dan
dimungkinkan akan sangat membutuhkan literasi sains pada aspek proses sains
keunggulan dalam bekerja dengan orang dengan penerapan free-inquiry calon guru
lain melalui berbagai situasi yang dinamais. biologi. Oleh karena itu, peneliti mencoba
Oleh karena itu, calon guru biologi tidak mengkaji lebih lanjut mengenai bagaimana
hanya harus mampu beradaptasi saja, tetapi kemampuan literasi sains aspek proses sains
harus terus belajar, berkembang dan dan keterampilan collaborative calon guru
memposisikan diri mereka di lingkungan biologi pada pembelajaran free inquiry.
global yang dapat berubah dengan cepat

METODE free-inquiry dan metode kerja laboratorium.


Metode harus dijelaskan dengan rinci Tahapan free-inquiry yang digunakan selama
agar memudahkan reviewer untuk dapat pembelajaran adalah orientasi oleh dosen,
menjawab beberapa pertanyaan berikut : (i) merumuskan masalah, berhipotesis,
penelitian termasuk eksperimental atau mengumpulkan data untuk menguji hipotesis,
eksplorasi?, (ii) metode harus dijelaskan mengkomunikasikan temuan dan
secara detail sehingga penelitian dapat menyimpulkan. Pengumpulan data dilakukan
direplikasi, (iii) apabila penelitian dengan menggunakan instrumen berupa tes
menggunakan metode peneliti sebelumnya, kemampuan literasi sains, lembar observasi
jelaskan secara singkat metode tersebut, dan kemampuan collaboration, dan rubrik kinerja
jika dimodifikasi jelaskan apa kebaruan dan praktikum (aktivitas free-inquiry). Analisis
hasil temuannya yang sedikit lebih berbeda data untuk aktifitas free-inquiry peserta didik
dari metode penelitian sebelumnya, (iv) dilakukan secara deskriptif kualitatif.
populasi dan sampel penelitian, disebutkan Aktifitas free-inquiry menunjukkan
darimana anda mendapatkan sampel keterlaksanaan sesuai dengan tahapan free-
tersebut. inquiry berdasarkan jumlah total siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian pre- Pengelompokkan keterlaksanaan aktifitas
experimental dengan desain one-shot case free-inquiry berdasarkan kategori yang
study, yaitu perlakuan yang diberikan diadaptasi dari Suryanti, et al., (2019), yaitu:
kepada satu kelompok yang kemudian akan rendah (0-35%), sedang (36-71%) dan tinggi
dilakukan pengamatan pada anggota (72-100%) .
kelompok tersebut untuk menilai pengaruh Instrumen tes kemampuan literasi sains
dari perlakuan tersebut. Subjek penelitian adalah dalam bentuk deskripsi dan
adalah 31 mahasiswa Jurusan Tadris merupakan adaptasi instrumen literasi ilmiah
Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang yang ada. Distribusi item tes disajikan pada
mengontrak mata kuliah Protista dan Fungi. Tabel 1.
Pembelajaran dilakukan dengan strategi

[38]
Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2019 hlm. 35-46 ISSN: 2541-2280

Tabel 1. Distribusi Pertanyaan Literasi Sains


Aspek
Literasi Indikator Nomor
Sains
Proses Sains Menjelaskan 1,5
fenomena ilmiah
Mengidentifikasi 2,6
permasalahan
ilmiah
Menggunakan bukti 3,4
ilmiah

Data yang diperoleh dianalisis dengan kriteria kemampuan literasi sains yang
menghitung persentase pencapaian ditunjukkan pada Tabel 2. Selanjutnya data
kemampuan literasi sains calon guru biologi yang diperoleh dianalisis setiap aspek dan
pada aspek proses sains. Persentase dibahas secara mendalam sehingga dapat
pencapaian kemampuan literasi sains diperoleh sebuah kesimpulan.
ditafsirkan secara deskriptif berdasarkan

Tabel 2. Kategori Literasi Sains


Persentase (%) Kriteria
80<%≤100 Sangat Baik
66<%≤79 Baik
56<%≤65 Cukup
40<%≤55 Buruk
0<%≤39 Sangat Buruk
(Novili et al., 2017)

Keterampilan Collaboration diukur rasa hormat (demonstrates respect),


menggunakan lembar observasi aktifitas berkompromi (compromises) dan berbagi
mahasiswa mengadaptasi rubrik yang tanggungjawab (shared responsibility).
dikembangkan oleh Greenstein (2012) Distribusi item pengamatan disajikan
dengan indikator mencakup bekerja secara pada tabel 3.
produktif (work productively), menunjukkan

Tabel 3. Distribusi Item Pengamatan Keterampilan Collaborative


Indikator Keterampilan Item
Collaborative Pengamatan
Bekerja produktif 1,5,9
Menunjukkan rasa hormat 2,6,10
Berkompromi 3,7,11
Berbagi tanggungjawab 4,8,12
(Greenstein, 2012)

Data yang diperoleh dianalisis dengan keterampilan collaborative yang disajikan


menghitung presentase pencapaian pada Tabel 4. Data yang diperoleh akan
keterampilan collaborative calon guru dianalisis setiap aspek untuk dapat
biologi. Selanjutnya pencapaian menghasilkan kesimpulan.
keterampilan collaborative diinterpretasi
secara deskriptif berdasrkan kriteria

[39]
Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2019 hlm. 35-46 ISSN: 2541-2280

Tabel 4. Kriteria Keterampilan Collaborative


Skor Kriteria
76-100 Exemplary
51-75 Proficient
26-50 Basic
0-25 Novice
(Greenstein, 2012)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bagian ini akan menjelaskan mengenai 1. Kemampuan Literasi Sains Aspek
keterampilan literasi aspek proses sains yang Proses Sains
dinilai dengan menggunakan tes Berdasarkan skor yang diperoleh dari tes
kemampuan literasi sains, keterampilan kemampuan literasi sains, pencapaian
collaborative mahasiswa yang akan dinilai kemampuan literasi sains calon guru biologi
dengan menggunakan lembar observasi di IAIN Syekh Nurjati Cirebon dapat dilihat
kegiatan mahasiswa dan rubrik kinerja pada Tabel 4.
praktikum setelah diimplementasikannya
free-inquiry dengan metode kerja
laboratorium.

Tabel 4. Profil Kemampuan Literasi Sains Calon Guru Biologi


Indikator Aspek Persentase Kriteria
Proses Sains (%)
Menjelaskan 68 Baik
fenomena ilmiah
Mengidentifikasi 58 Cukup
permasalahan
ilmiah
Menggunakan 32 Buruk
bukti ilmiah

Tabel 4 menyajikan data mengenai mengidentifikasi permasalahan ilmiah, serta


kemampuan literasi sains dalam bentuk aspek menggunakan bukti ilmiah masih
persentase. Berdasarkan kriteria persentase dalam kategori buruk.
pada Tabel 2, menunjukkan bahwa Aspek menjelaskan fenomena secara
kemampuan literasi sains calon guru biologi ilmiah calon guru biologi dalam kategori
di IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada aspek baik. Calon guru biologi sudah mampu
menjelaskan fenomena ilmiah adalah memecahkan masalah berdasarkan
sebesar 68%, aspek mengidentifikasi fenomena ilmiah yang ada dengan
permasalahan ilmiah sebesar 58%, dan menghubungkan konsep dan penerapan
aspek menggunakan bukti ilmiah hanya secara ilmiah. Menjelaskan fenomena secara
sebesar 32%. Hasil yang disajikan pada ilmiah cenderung mudah dilakukan karena
Tabel 4 menunjukkan aspek literasi sains sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
yang terukur belum maksimal. Aspek (Novili et al., 2017). Hal inilah yang
kompetensi calon guru biologi yang menjelaskan mengapa calon guru biologi
tergolong dalam kriteria baik adalah aspek tidak menghadapi kendala yang berarti
menjelaskan fenomena ilmiah, sedangkan dalam menyelesaikan masalah pada aspek
dengan kriteria cukup adalah aspek ini.

[40]
Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2019 hlm. 35-46 ISSN: 2541-2280

Saat mengidentifikasi permasalahan mengkomunikasikan alasan dari kesimpulan


secara ilmiah, calon guru biologi dituntut yang sudah dibuat. Pada aspek ini calon
untuk mampu mengetahui mana pertanyaan guru biologi belum mampu memaparkan
yang harus diselidiki secara ilmiah dalam bukti ilmiah dalam menyelesaikan masalah
situasi tertentu. Penyelidikan secara ilmiah literasi sains. Jawaban dari calon guru
ini meliputi menemukan informasi, biologi relatif pendek dan belum
mengidentifikasi kata kunci, argumentatif serta banyak yang belum
mengidentifikasi bagian dari penyelidikan menyertakan bukti nyata yang menguatkan
seperti variabel apa saja yang terlibat, jawabannya. Kemampuan menggunakan
dibandingkan, diubah atau dikendalikan bukti ilmiah dalam menjawab berbagai
sehingga dapat mengetahi informasi permasalahan sains merupakan salah satu
tambahan apa saja yang dibutuhkan agar kemampuan yang harus dimiliki guru
data yang diperoleh relevan (Pahrudin, et al., biologi ketika mengajar dikelas sehingga
2019; Wulandari & Sholihin, 2016). suasana diskusi akan berjalan dengan baik
Indikator yang terkait dengan penyelidikan sesuai yang diharapkan (Deta, 2017; Rahayu
ilmiah calon guru biologi belum mampu 2015).
menyelidiki pertanyaan secara ilmiah, Literasi merupakan jawaban dari tantang
sehingga mereka belum dapat memberikan revolusi industri 4.0 (Ahmad, 2018),
jawaban yang relevan. Hal tersebutlah yang terutama dalam pembelajaran sains yang
menjadi penyebab kemampuan literasi sains tidak terlepas dari masalah-masalah yang
calon guru biologi masih relatif rendah. muncul dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
Mengidentifikasi masalah ilmiah adalah karena itu, kemampuan literasi sains
dasar yang harus dikuasai oleh calon guru sangatlah penting untuk selalu
biologi sebelum dapat menguasai dikembangkan sehingga calon guru biologi
kemampuan literasi sains lebih lanjut mampu menjadi guru biologi yang unggul
(Pahrudin et al., 2019; Nasir & Abdullah, dan terkemuka sesuai visi Tadris Biologi
2018; Nehru & Syarkowi, 2017; Rahayu, IAIN Syekh Nurjati Cirebon serta mampu
2015). bersaing di era globalisasi ketika mereka
Aspek kemampuan literasi sains yang lulus nantinya.
masih tergolong kurang adalah
menggunakan bukti ilmiah. Novili et al., 2. Kemampuan Collaborative
(2017) menyatakan bahwa aspek Kemampuan collaborative calon guru
menggunakan bukti ilmiah mengaharuskan biologi disajikan pada Tabel 5.
calon guru biologi untuk dapat menafsirkan
temuan ilmiah sebagai bukti untuk mampu
membuat kesimpulan dan mampu

Tabel 5. Profil Keterampilan Collaborative Calon Guru Biologi


Indikator Aspek Skor Kriteria
Collaborative
Bekerja produktif 63 Proficient
Menunjukkan rasa 74 Proficient
hormat
Berkompromi 37 Basic
Berbagi 75 Proficient
tanggungjawab

[41]
Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2019 hlm. 35-46 ISSN: 2541-2280

Berdasarkan data yang disajikan pada Namun, aspek berkompromi masih berada
Tabel 5, menunjukkan bahwa kemampuan pada tahap keterampilan basic,dapat terlihat
collaborative calon guru biologi sudah dari keputusan dibuat untuk melanjutkan
cukup baik, berdasarkan empat aspek yang pekerjaan kelompok hanya jika sebagian
diukur, ada tiga indikator yang masuk pada besar anggota kelompok sudah
kriteria proficient, meskipun ada satu berkompromi. Greenstein (2012)
indikator yang masih menunjukkan menyatakan bahwa jika peserta didik sudah
keterampilan dengan kriteria basic. Aspek pada tahapan keterampilan tertinggi yaitu
keterampilan collaborative calon guru exemplary, maka seharusnya semua anggota
biologi dalam kriteria proficient adalah dalam kelompok bekerjasama secara
aspek bekerja produktif dengan persentase fleksibel untuk mencapai tujuan bersama.
63%, aspek menunjukkan rasa hormat Hasil yang sudah dipaparkan sebelumnya
sebesar 74% dan aspek berbagi menunjukkan bahwa keterampilan
tanggungjawab sebesar 75%. Aspek colllaborative calon guru biologi belum
keterampilan collaborative calon guru maksimal. Salah satu hambatannya adalah
biologi yang masih dalam kriteria basic tidak semua peserta didik dapat memahami
adalah berkompromi dengan persentase arti kolaborasi secara mendalam. Hal
hanya sebesar 37%. tersebut ditunjukkan oleh hasil pengamatan
Aspek bekerja secara produktif masih terdapat peserta didik yang dapat
menunjukkan hasil pada keterampilan menguraikan penjelasan dalam diskusi
proficient, hal ini ditunjukkan dengan dengan baik, namun mendominasi beberapa
kelompok sudah bekerjasama dengan baik aspek diskusi serta cenderung memilih-milih
dan sebagian besar dari anggota kelompok teman sebagai anggota kelompok. Sejalan
tetap mengerjakan tugas hingga dengan Le et al., (2018) yang menyatakan
terselesaikan. Setiapanggota kelompok bahwa jika elaborasi penjelasan lemah, akan
hampir semuanya mengerjakan bagian yang muncul dominasi siswa serta muncul
ditugaskan, meskipun masih ada anggota kecenderungan hanya memilih teman akrab
dalam kelompok yang sedikit berkonstribusi sebagai anggota kelompok. Fakta tersebut
dalam penyelesaian tugas. Beberapa menunjukkan bahwa dosen harus bisa
kelompok yang masih ditemukan terdapat menghadapi tantangan untuk dapat
anggotanya yang hanya mampu mengarahkan mahasiswa calon guru biologi
berkonstribuasi sedikit, berpengaruh agar dapat menyampaikan argumen secara
terhadap lamanya penyelesaian tugas. Aspek komprehensif, berbagi tanggungjawab
menunjukkan rasa hormat sudah secara efektif dan mengingatkan bahwa
menunjukkan keterampilan pada tahap semua anggota dalam kelompok adalah
proficient, hal ini dapat terlihat dari anggota rekan yang memiliki tujuan bersama
dalam kelompok mau mendengarkan dan (Indriwati et al., 2019). Melaksanakan kerja
berinteraksi dengan penuh penghargaan kelompok kolaboratif adalah untuk
selama kegiatan pembelajaran berjalan. mencapai saling ketergantungan positif
Begitu pula dengan apek berbagi antara siswa dalam kelompok (Sipayung, et
tanggungjawab sudah menunjukkan al., 2019; Lawrie et al., 2014). Pada
keterampilam tahap proficient, kebanyakan akhirnya, segala upaya seorang dosen dalam
anggota kelompok sudah mengerjakan tugas mendesain pembelajaran sedemikian rupa
bagian mereka meskipun di beberapa bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
kelompok masih terlihat terdapat anggota collaborative calon guru biologi di masa
kelompok yang belum menuntaskan tugas mendatang.
bagiannya.

[42]
Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2019 hlm. 35-46 ISSN: 2541-2280

3. Aktivitas Inquiry kata spontan, sedangkan lembar kerja siswa


Kegiatan inkuiri siswa dinilai digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan
menggunakan lembar observasi dan lembar menulis siswa. Hasil analisis pada
kerja siswa. Lembar observasi digunakan keseluruhan kegiatan penyelidikan
oleh pengamat untuk menandai siswa yang ditunjukkan pada Tabel 6.
menunjukkan kinerja spontan dalam kata- .

Tabel 6. Analisis Aktivitas Free-Inquiry Calon Guru Biologi


Mahasiswa
yang
Kategori
Melakukan
(%)
Respon terhadap 38 Sedang
pertanyaan orientasi
dari dosen
Merumuskan 60 Sedang
masalah
Berhipotesis 45 Sedang
Mengumpulkan data 61 Sedang
untuk menguji
hipotesis
Mengkomunikasikan 73 Tinggi
temuan
Menyimpulkan 31 Rendah

Tabel 6 menunjukkan aktivitas tahapan pembelajaran free-inquiry cukup baik.


free-inquiry yang mencakup Kriteria literasi sains pada aspek proses
mengkomunikasikan hasil temuan tertinggi sains mencakup menjelaskan fenomena
(73%); sedangkan kategori rata-rata untuk secara ilmiah (baik), aspek mengidentifikasi
aktivitas menjawab pertanyaan orientasi permasalahan ilmiah (cukup), dan aspek
dari dosen (38%), merumuskan masalah menggunakan bukti secara ilmiah (buruk).
60%), berhipotesis (45%), mengumpulkan Aspek kemampuan literasi sains yang harus
data untuk menguji hipotesis (61%); dan ditingkatkan terutama adalah menggunakan
kategori rendah untuk menyimpulkan bukti secara ilmiah. Skor literasi sains yang
(31%). Rata-rata aktivitas inkuiri dalam diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan
kategori cukup (51%). Data pada Tabel 6 literasi sains calon guru bilogi masih perlu
menunjukkan aktivitas inkuiri selama ditingkatkan. Sedangkan untuk keterampilan
mengikuti pembelajaran free-inquiry collaborative calon guru biologi pada
dengan metode kerja laboratorium. pembelajaran free-inquiry menunjukkan
bahwa aspek keterampilan collaborative
KESIMPULAN calon guru biologi dalam kriteria proficient
Berdasarkan hasil analisis dan adalah aspek bekerja produktif, aspek
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa menunjukkan rasa hormat dan aspek berbagi
secara keseluruhan, kemampuan literasi tanggungjawab, sedangkan aspek
sains dan keterampilan collaborative calon keterampilan collaborative calon guru
guru biologi di IAIN Syekh Nurjati Cirebon biologi yang masih dalam kriteria basic
pada adalah berkompromi.

[43]
Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2019 hlm. 35-46 ISSN: 2541-2280

Oleh karena itu, calon guru biologi harus penilaian literasi sains yang berbasis nilai-
meningkatkan kemampuan literasi sains nilai islam dan budaya pada calon guru
dan keterampilan collaborative mereka biologi pada lingkungan Perguruan Tinggi
agar dapat menjadi pendidik biologi yang Keagamaan Islam Negeri (PTKAIN), (2)
kompeten dan mampu bersaing pada untuk melihat pengaruh secara jelas
revolusi industri era 4.0. Sebagai tindak penggunaan model pembelajaran tertentu
lanjut dari penelitian ini, maka untuk terhadap literasi sains ataupun
penelitian selanjutnya hendaknya: (1) keterampilan collaborative sebaiknya
penelitian dapat dikembangkan ke arah menggunakan penelitian kuasi eksperimen
model pembelajaran dan perangkat dengan kelas kontrol.

DAFTAR PUSTAKA Korean Association for Science


Afandi and Sajidan. (2017) Stimulasi Education, 38(6), 865–874.
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Surakarta: UNS Press, p 23. Deta, U. A. (2017). Peningkatan
Pemahaman Materi Kuantisasi
Ahmad, I. (2018). Proses Pembelajaran Besaran Fisis Pada Calon Guru
Digital dalam Era Revolusi Industri Fisika Menggunakan Metode Diskusi
4.0. Direktur Jenderal Pembelajaran Kelas dan Scaffolding. Jurnal Ilmiah
dan Kemahasiswaan. Kemenristek Pendidikan Fisika Al-Biruni, 6(2),
Dikti. 201-207.

Asyhari, A. (2017). Literasi Sains Berbasis Gardiner, M. I. Rahayu, M. A. Abdullah,


Nilai-Nilai Islam dan Budaya S. Effendi, Y. Darma, T. Dartanto, C.
Indonesia. Jurnal Ilmiah Pendidikan D. Aruan. Era disrupsi (Jakarta :
Fisika Al-Biruni, 6(1), 137–148. AIPI) p.11. (2017).
https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.
v6i1.1584. Greenstein, L. (2012). Assesing 21st
century skills: a guide to evaluating
Bahriah, E. S. (2015). Kajian Literasi Sains mastery and authentic learning.
Calon Guru Kimia Pada Aspek United States: SAGE Publication.
Konteks Aplikasi Dan Proses Sains.
Edusains, 7(1), 11–17. Indriwati, S. E., Susilo, H., & Hermawan,
https://doi.org/10.15408/es.v7i1.1395 I. M. S. (2019). Improving students‟
motivation and collaborative skills
Bakken, S., Bielinski, J., Johnson, C. K., & through Remap Jigsaw learning
Rosen, Y. (2016). Animalia: combined with modelling activities.
Collaborative science problem Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia,
solving learning and assessment. In 5(2), 177–184.
Handbook of Research on https://doi.org/10.22219/jpbi.v5i2.78
Technology Tools for Real-World 88.
Skill Development (Vol. 1, pp. 360–
384). https://doi.org/10.4018/978-1- Lawrie. G. A., et al,. (2014). Technology
4666-9441-5.ch014 Supported Facilitation And
Assessment Of Small Group
Cheon, M., & Lee, B. (2018). Analysis of Collaborative Inquiry Learning In
Characteristics of Scientific Inquiry Large FirstYear Classes. Journal of
Problem Finding Process in Small Learning Design, 7(2): 1-16.
Group Free Inquiry. Journal of the

[44]
Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2019 hlm. 35-46 ISSN: 2541-2280

Le, H., Janssen, J., & Wubbels, T. (2018). [online]. Tersedia:


Collaborative learning practices: http://dx.doi.org/10.1787/978926409
Teacher and student perceived 1450-en [ 20 Mei 2012].
obstacles to effective student
collaboration. Cambridge Journal of OECD. 2013. PISA 2012 Results: What
Education, 48(1), 103–122. doi: Students Know and Can Do –
https:// Student Performance in Reading,
doi.org/10.1080/0305764X.2016.125 Mathematics and Science (Volume I)
9389. [online]. Tersedia:
http://dx.doi.org/10.1787/978926409
Lee, B. (2013). Pre-service Science 1450-en.
Teachers‟ Difficulties in the „Inquiry
Mentoring‟ Program. Journal of Pahrudin, A., Irwandani, Triyana, E.,
Korea Association of Science Oktarisa, Y., & Anwar, C. (2019).
Education, 33(7), 1300-1311. The analysis of pre-service physics
teachers in scientific literacy: Focus
Nasir, M., & Abdullah, E. (2018). on the competence and knowledge
Bounded Inquiry Laboratory aspects. Jurnal Pendidikan IPA
Terhadap Kemampuan Literasi Sains Indonesia, 8(1), 52–62.
Mahasiswa. BIOEDUKASI (Jurnal https://doi.org/10.15294/jpii.v8i1.157
Pendidikan Biologi), 9(2), 91. 28.
https://doi.org/10.24127/bioedukasi.v
9i2.1604. Rahayu, S. (2015). Meningkatkan
Profesionalisme Guru Dalam
Nehru, N., & Syarkowi, A. (2017). Mewujudkan Literasi Sains Siswa
Analisis Desain Pembelajaran Untuk Melalui Pembelajaran Kimia/Ipa
Meningkatkan Literasi Sains Berkonteks Isu-Isu Sosiosaintifik
Berdasarkan Profil Penalaran Ilmiah. (Socioscientific Issues). Semnas
Wahana Pendidikan Fisika, 2(1), 20– Pendidikan Kimia & Sains Kimia di
24. Fakultas Pendidikan MIPA FKIP
Universitas Negeri Cendana.
Novili, W. I., Utari, S., Saepuzaman, D., &
Karim, S. (2017). Penerapan Schleicher, A. (2012). Preparing Teachers
Scientific Approach dalam Upaya and Developing School Leaders for
Melatihkan Literasi Saintifik dalam the 21st Century.
Domain Kompetensi dan Domain https://doi.org/10.1787/97892641745
Pengetahuan Siswa SMP pada Topik 59-en
Kalor. Jurnal Penelitian
Pembelajaran Fisika, 8(1), 57-63. Sipayung, H. D., Rahmatsyah, Sani, R. A.,
Bunawan, W., & Lubis, R. H.
OECD (2016), PISA 2015 Results (Volume (2019). Pengaruh Model
I): Excellence and Equity in Pembelajaran Collaborative Inquiry
Education, PISA, OECD Publishing, Terhadap Keterampilan 4C Siswa di
Paris. SMA. 8(1), 29–38.
http://dx.doi.org/10.1787/978926426
6490-en. Suryanti, E., Fitriani, A., Redjeki, S., &
Riandi, R. (2019). Prospective
OECD. 2010. PISA 2009 Results: What biology teachers‟ inquiry ability in
Students Know and Can Do – free inquiry learning of molecular
Student Performance in Reading, biology. Journal of Physics:
Mathematics and Science (Volume I) Conference Series, 1157(2).

[45]
Jurnal Bio Educatio, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2019 hlm. 35-46 ISSN: 2541-2280

https://doi.org/10.1088/1742- sequences to teach science. Journal


6596/1157/2/022103. Physics Teacher of Education. 5(4)
p.11-19. (2010).
Supardi, U.S. (2015). Arah Pendidikan di
Indonesia dalam Tataran Kebijakan Wulandari, N., & Sholihin, H. (2016).
dan Implementasi. Formatif: Jurnal Analisis Kemampuan Literasi Sains
Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(2), 111– Pada Aspek Pengetahuan dan
121. Kompetensi Sains Siswa SMP Pada
https://doi.org/10.30998/formatif.v2i Materi Kalor. Edusains, 8(1), 66–73.
2.92 https://doi.org/10.15408/es.v8i1.1762

Trilling, B. and Fadel, C. “21st Century Yuliati, Y. (2017). Literasi Sains dalam
Skills,” Jossey-Bass, p. 256, (2009) Pembelajaran IPA. Jurnal
Wenning, C. J. 2010. Levels of inquiry: Cakrawala Pendas, 3(2), 21–28.
Using inquiry spectrum learning

[46]

Anda mungkin juga menyukai