Anda di halaman 1dari 7

Nama : Parmitasari Rachmat

NPM : 172154037
Kelas : 3A
Mata Kuliah : Landasan Pendidikan

4 PILAR PENDIDIKAN MENURUT UNESCO

UNESCO (The International Commission on Education for the Twenty-first


Century ) memandang penting adanya perubahan paradigma pendidikan sebagai
instrument ke paradigma sebagai pengembangan manusia seutuhnya (all-rounded
humanbeings ).
Berdasarkan hal terasebut empat pilar pendidikan UNESCO
meliputi belajaruntuk memperoleh pengetahuan dan untuk melakukan
pembelajaran selanjutnya (learning to know ), belajar untuk memiliki kompetensi
dasar dalam berhubungan dengan situasi dan tim kerja yang berbeda-beda (learning
to do ), belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu dengan kepribadian
yang memiliki timbangan dan tanggung jawab pribadi (learning to be ), dan belajar
untuk mampu mengapresiasikan dan mengamalkan kondisi saling ketegantungan,
keanekaragaman, memahami dan perdamaian intern antar bangsa (learning to
livetogether )

A. Learning To Know (belajar untuk tahu)


Learning to know adalah bagian dari proses pembelajaran yang
memungkinkan pelajar/mahasiswa- nya untuk tidak sekedar memperoleh
pengetahuan tapi juga menguasai teknik memperoleh pengetahuan tersebut.
Pilar ini berpotensi besaruntuk mencetak generasi muda yang memiliki
kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi.Tidak hanya memperoleh
pengetahuan tapi juga menguasai teknik memperoleh pengetahuan tersebut.
Pilar ini berpotensi besar untuk mencetak generasi mudayang memiliki
kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi.Secara implisit,
Learning to know bermakna belajar sepanjang hayat (Life
longeducation). Asas belajar sepanjang hayat bertitik tolak atas keyakinan bahwaproses
pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik didalam maupun
diluar sekolah. Sehubungan dengan asas pendidikan seumur hidup berlangsung
seumur hidup, maka peranan subjek manusia untuk mendidik dan
mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrati
manusia. Dengan kebijakan tanpa batas umur dan batas waktu untuk belajar, maka kita
mendorong supaya tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab atas
pedidikan diri sendiri menyadari, bahwa:
1. Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak
dalamkandungan hingga manusia meninggal.
2. Bahwa untuk belajar, tiada batas waktu. Artinya tidak ada kata terlambat
atauterlalu dini untuk belajar.
3. Belajar/ mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian
integral/totalitas kehidupan (Burhannudin Salam, 1997:207).

Menurut Isjoni (2008:47), guru adalah orang yang identik dengan pihak
yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi
bangsa. Ditangan gurulah tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap dan
moralitasnya, sehinggamampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini
di masa yang akandatang. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh
sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama
dalam meningkatkan kemampuan belajar bagi siswanya, dan memperbaiki
kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam
pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-
mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola
proses belajar-mengajar.Guru bisa dikatakan unggul dan profesional bila
mampu mengembangkan kompetensi individunya dan tidak banyak
bergantung pada orang lain.Konsep learning to know ini menyiratkan makna
bahwa pendidik harus mampu berperan sebagai berikut:

a. Guru berperan sebagai sumber belajar


Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi
pembelajaran. Dikatakan guru yang baik apabila ia dapat menguasai materi
pembelajaran. dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagi sumber
belajar bagianak didiknya.
b. Guru sebagai Fasilitator
Guru berperan memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam
kegiatan proses pembelajaran.
c. Guru sebagai pengelola
Guru berperan menciptakan iklim blajar yang memungkinkan siswa
dapatbelajar secara nyaman. Prinsip-prinsip belajar yang harus
diperhatikan gurudalam pengelolaan pembelajaran, yaitu:
1. Sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus mempelajarinya
sendiri.
2. Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing.
3. Siswa akan belajar lebih banyak, apabila setiap selesai melaksanakan
tahapan kegiatan diberikan reinforcement.
4. Penguasaan secara penuh.Siswa yang diberi tanggung jawab, maka ia
akan lebih termotivasi untukbelajar.d)
d. Guru sebagai demonstrator
Guru berperan untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu
yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan
yang disampaikan.
e. Guru sebagai pembimbing
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari
adanya setiap perbedaan. Perbedaan inilah yang menuntut guru harus
berperan sebagaipembimbing.
f. Guru sebagai mediator
Guru selain dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang media
pendidikan juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan
media dengan baik.
g. Guru sebagai Evaluator
Yakni sebagai penilai hasil pembelajaran siswa. Dengan penilaian
tersebut,guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap pelajaran, serta ketepatan/ keefektifan metode mengajar
(Fakhruddin, 2010:49-61).

Kiat-kiat Agar Menjadi Guru Favorit menurut Fakhruddin


(2010:97) yaitu:
a. Sabar
b. Bisa menjadi sahabat
c. Konsisten dan komitmen dalam bersikap
d. Bisa menjadi pendengar dan penengah
e. Visioner dan missioner
f. Rendah hati
g. Menyenangi kegiatan mengajar
h. Memaknai mengajar sebagai pelayanani
i. Bahasa cinta dan kasih sayang
j. Menghargai proses.

B. Learning To Do (Belajar Untuk Melakukan)


Sasaran dari pilar ke dua ini adalah kemampuan kerja generasi muda.
Pesertadidik diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam situasi yang konkrit
yang tidak terbatas pada penguasaan keterampilan yang mekanistis melainkan
juga keterampil dalam berkomunikasi, berkerja sama, mengelola dan mengatasi
suatu konflik. Melalui penerapan pilar kedua ini, dimungkinkan mampu
mencetak generasi baru yang intelligent dalam bekerja dan mempunyai
kemampuan untuk berinovasi.Pendidikan membekali manusia tidak sekedar
untuk mengetahui, tetapi lebih jauhuntuk terampil berbuat/ mengerjakan
sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.
Sasaran dari pilar kedua ini adalah kemampuan kerja generasi muda untuk
mendukung dan memasuki ekonomi industry.
(Soedijarto, 2010). Dalam masyarakat industri tuntutan tidak lagi cukup
dengan penguasaan keterampilan motorik yang kaku melainkan kemampuan
untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan seperti “controlling, monitoring,
designing, organizing”. Peserta didik diajarkan untuk melakukan sesuatu
dalam situasi konkrit yang tidak hanya terbatas pada penguasaan ketrampilan
yang mekanitis melainkan juga terampil dalam berkomunikasi, bekerjasama
dengan orang lain,mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar kedua
ini, dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang intelligent dalam
bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi. Sekolah sebagai wadah
masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk
mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar
“Learning to do” dapat terealisasi. Secara umum, bakat adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yangakan datang. Sedangkan minat adalah kecendrungan dan kegairahan
yangtinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Meskipun bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan
berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Lingkungan
disini dibagi menjadi dua yaitu:
1. Lingkungan sosial
Yang termasuk dalam lingkungan social siswa adalah masyarakat
dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa
tersebut. Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.
2. Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah
dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat
belajar,dan keadaan cuaca. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa (Muhibbin Syah, 2004:138).
Sekolah juga berperan penting dalam menyadarkan peserta didik
bahwaberbuat sesuatu begitu penting. Oleh karena itulah peserta didik mesti
terlibat. aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Tujuannya adalah agar peserta didik terbiasa bertanggung jawab,
sehingga pada akhirnya, peserta didik terlatih untuk memecahkan masalah.
C. Learning To Live Together (Belajar Bersama Dengan Orang Lain)
Di zaman yang semakin kompleks ini, berbagai konflik makin
merebak seperti,konflik nasionalis, ras, dan konflik antar agama. Apapun
penyebabnya, semua konflik itu didasari oleh ketidak mampuan beberapa
individu atau kelompok untukmenerima suatu perbedaan. Itulah sebabnya,
Learning to live together menjadi pilar belajar yang penting
untuk menanamkan jiwa perdamaian. Kerjasama akan membangun
motivasi para siswa, mereka dapat lebih bergairah untuk belajar , karena
mereka dapat mengaktualisasi diri, ketika motivasi itu berkembang dan
motivasi yang terbangun secara internal , akan memberikan satu kekuatan
yang meningkatkan tujuan dari maksud pembelajaran tersebut.
Bahagian ini menyari dari buku Pada Chapter 1 . part 1 buku Models
of teaching , dijelaskan bahwa social models mengkombinasi antara belajar
(learning) dan masyarakat (society) . kedudukannya kearah pengajaran
dengan prilaku yang kooperatif (cooperative behavior) menstimulasi tidak
hanya secara social tapi juga intelektual, dan karenanya tugas interaksi
social dapat di desain untuk meningkatkan studi akademik.
Sesuai dengan penekanan dan titik beratnya aplikasi model ini
adalah untuk mengembangkan kecakapan individu pelajar dalam
berhubungan dengan oranglain atau masyarakat. Individu siswa dalam hal
ini dihadapkan oleh grtu dalam situasi yang demokratis didorong untuk
berprilaku produktif dalam bermasyarakat.
Salah satu model yang mengutamakan interaksi antara siswa dalam
situasi demokratis adalah model mengajar role playing karena banyak teori
social yang tidak hanya berpotensi meningkatkankemampuan rasional
siswa tapi juga juga sudah menerbitkan pertanyaan seriusadu kuat bentuk
pendidikan yang sudah ada disekolah.

D. Learning To Be (Belajar Untuk Menjadi Diri Sendiri)


Makna dari pilar ini adalah muara akhir dari tiga pilar belajar (Learning
to know,learning to do, learning to live together).Dengan pilar ini, peserta didik
berpotensi menjadi generasi baru yang berkepribadian mantap dan mandiri.
Tiga pilar pertama ditujukan bagi lahirnya generasi muda yang mampu
mencariinformasi dan/ menemukan ilmu pengetahuan, yang mampu
melaksanakan tugas dalam memecahkan masalah, dan mampu bekerjasama,
bertenggang rasa, dan toleran terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil
dengan memuaskan akan menimbulkan adanya rasa percaya diri pada masing-
masing peserta di learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri).
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk
melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan
merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat.
Penguasaan pengetahuan danketerampilan merupakan bagian dari proses
menjadi diri sendiri (learning to be )(Atika, 2010).
Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman
terhadapkebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan
kaidah yangberlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil,
sesungguhnyamerupakan proses pencapain aktualisasi diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan menurut Djamal
(2007:101) yaitu:
1. Motivasi
Yaitu kondisi fisiologi dan psikologis yang terdapat dalam diri
seseorang yangmendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan/kebutuhan2).
2. Sikap
Sikap yaitu suatu kesiapan mental atau emosional dalam berbagai
jenistindakan pada situasi yang tepat.
3. Minat
4. Kebiasaan belajar
Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil belajar
mempunyai kolerasipositif dengan kebiasaan atau study habit. Kebiasan
merupakan carabertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-
ulang, yang padaakhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.
5. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri
yangmenyangkut perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut
berpengaruhterhadap orang lain.

Makna pilar ke empat ini adalah muara akhir dari tiga pilar pendidikan
diatas.Dengan pilar ini , peserta didik berpotensi menjadi generasi baru
yangberkepribadian mantap dan mandiri (Aezacan, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Yudie, Muhardi. 2012. Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO.
https://www.academia.edu/10611130/4_Pilar_Pendidikan_UNESCO?auto=downl
oad ( 22 Agustus 2019)

Anda mungkin juga menyukai