Anda di halaman 1dari 26

LANDASAN PSIKOLOGI SEBAGAI SALAH SATU LANDASAN

PENDIDIKAN DI INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan


Pendidikan Jurusan Pendidikan Biologi

Kelompok 3

Parmitasari Rachmat 172154037

Dila Lailatul Arafah 172154088

Nadhya Rahmawati 172154089

Annisa Alfathani 172154104

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN

ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Landasan Psikologi Sebagai Salah Satu Landasan Pendidikan Di
Indonesia” yang merupakan salah satu tugas mata kuliah Landasan Pendiidikan.
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Siliwangi.
Makalah ini disusun bertujuan untuk mengetahui manusia keragaman dan
kesetaraan. Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak H. Adang Danial ., Drs., M.Kes. dan Ibu Dede Nurul Qomariah S.pd.,
M.Pd .,dosen pengampu mata kuliah Landasan Pendidikan. Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi;
2. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan makalah ini; dan
3. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan motivasi dalam
menyelesaikan makalah ini;
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis berharap adanya kritik dan saran dari berbagai pihak, yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi para pembaca.

Tasikmalaya, 21 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Makalah

BAB II ISI

PENDAHULUAN
BAB I

iii
A. Latar belakang
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa
berarti mengalami perubahan, karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan
merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik, anak didik dan
lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara
psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu
memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan
maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami
landasan pendidikan dari sudut psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari
pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan
yang sangat sulit dipisahkan. Subjek dan objek pendidikan adalah manusia,
sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan
demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Proses pendidikan yang sangat panjang semenjak kelahiran anak didik
sampai tingkat puncak dalam jejang pendidikan memerlukan perhatian dan
kepedulian pada aspek psikologis atau kejiwaan. Memahami aspek kejiwaan
anak didik merupakan modal dasar tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang
telah direncanakan karena itu muncullah berbagai disiplin ilmu kejiwaan yang
satu sama lainnya saling keterkaitan secara kontinuitas.
Memahami kejiwaan anak sebagai anak manusia tidak akan lepas dari
dua unsur yakni jasmani dan rohani. Sedangkan jiwa manusia berkembang
sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Jiwa balita baru berkembang sangat
sedikit seiring dengan tubuhnya yang juga masih berkemampuan sangat
sederhana. Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya. Dengan
melalui tahap-tahap tertentu akhirnya anak itu mencapai kedewasaan, baik dari
segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.
Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan
psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para
penddik memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya,
sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif

iv
Penulisan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai
landasan psikologis, psikologis perkembangan, psikologis belajar, psikologis
sosial, kesiapan belajar dan aspek-aspek individu, dan perkembangan peserta
didik sebagai landasan psikologis.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian landasan psikologis dalam pendidikan?
2. Apa saja bentuk psikologi dalam pendidikan?
3. Apa kontribusi landasan psikologi pendidikan dalam proses belajar?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian landasan psikologi dalam pendidikan .
2. Untuk mengetahui bentuk psikologi dalam pendidikan
3. Untuk mengetahui landasaan psikologi pendidikan dalam proses belajar.

BAB II
ISI

A. Pengertian Psikologi Pendidikan

v
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos
berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar
belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya
berbeda atau tidak sama (menurut Gerungan dalam Khodijah : 2006) karena :
 Ilmu jiwa adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi
tentang jiwa itu.
 Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh
secara sistematis dengan metode-metode ilmiah
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang
ditampakkan dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan yang
pemanfaatannya untuk kepentingan manusia ataupun aktivitas-aktivitas
individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh melalui
suatu proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu serta mempelajari penerapan
dasar-dasar atau prinsip-prinsip, metode, teknik, dan pendekatan psikologis
untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan.

B. Landasan Psikologi Perkembangan


Perkembangan dapat dikatakana sebagai perubahan tingkah laku . Yang
tersusun dan teratur . perkembangan ini merupakan perubahan yang progresif
dan kontinyu dalam diri individu dari lahir sampai mati .
Perkembangan adalah perubahan perubahan yang bersifat kualitatf pada
aspek pemantangan fungsi dan organ individu . Namun terdapat pengertian
perkembangan menurut beberapa ahli :
a. Elizabeth hurlock ; perkmbangan merupakan serangkaian prubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dar proses perkembangan dan
pengalaman
b. F.J Monks; perkembangan menunjukkkan pada suatu proses ke arah yang
lebih sempurna dan tdak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembanagn
menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar
kembali.”
c. Desmita; perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang
semkain membesar, melainka ddalamnya juga terkandung serangkaian
prubahan yang brlangsung secara trus menerus dan bsifat tetap dari fungsi
fungsi jasmaniah dan rohaniah yang memliki indvidu menuju ketahap
kematangan melalu pertumbuhan , pemasakan dan belajar .
Sehingga dapat disimpulkan psikologi perkembangan adalah cabang
ilmu psikologi yang mempelajar tentang perubahan kematangan yang
terjad pada setiap individu dan lahir sampai mati.

vi
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-
pendekatan tersebut menurut Nana Syaodih (dalam Pidarta. 2009) antara lain:
1. Pendekatan pentahapan.
Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu.
Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-ciri
pada tahap-tahap yang lain.
2. Pendekatan diferensial.
Pendekatan ini dipandang individu-individu itu memiliki kesamaan-
kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang
membuat kelompok–kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan
dijadikan satu kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis
kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan
sebagainya.
3. Pendekatan ipsatif.
Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat
saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan
seseorang secara individual.
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling banyak dilaksanakan adalah
pendekatan pentahapan. Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu
bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus. Yang menyeluruh akan
mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor yang diperhitungkan
dalam menyusun tahap-tahap perkembangan, sedangkan yang bersifat
khusus hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun
tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg,
dan Erikson.

a. Prinsip-Prinsip Perkembangan
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Sejak terjadi
prosespembuahan hingga ajal tiba, manusia selalu berubah dan
mengalamiperubahan. Perubahan tersebut bisa menanjak, kemudian
berada dititik puncak kemudian mengalami kemunduran.Selama proses
perkembangan seorang anak ada beberapa ciriperubahan yang mencolok,
yaitu:
1. Perubahan fisik:
Perubahan tinggi badan, berat badan, dan organ dalam
tubuhlainnya misalnya otak, jantung, dan lain sebagainya.·Perubahan
proporsi, Misalnya perubahan perbandingan antarakepala dan tubuh
pada seorang anak.
2. Perubahan mental

vii
Perubahan yang meliputi : memori, penalaran, persepsi,
emosi,sosial, dan imajinasi.·Hilangnya ciri-ciri sikap sosial yang lama
dan berganti denganciri-ciri sikap sosial yang, misalnya egosentris
yang hilang bergantidengan sikap prososial.
b. Fase –fase Perkembangan
Fase perkembangan adalah penahapan atau periodesasi rentang
kehidupan manusa yang ditanda oleh ciri – ciri tingkah laku tertentu .
meskipun masing masing anak mmepunyai perkembangan yang berlainan
satu sama lain. Apabila dipandang secar umu m , ternyta terdapat bebebrapa
cir –ciri perkembanagn yang hampira sama antara anak yang satu dengan
anak yang lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian para ahli yang terlhat bahwa dasar yang
digunkan untuk mengadakan periodesasi perkembangan anak ternyata
berdab beda satu sama lain . secara garis besar terdapat empart dasar
pembagian fase fase perkembangan ini, yaitu: (1) fase fase perkembangan
berdasarkan ciri – ciri biologis. (2) konsep didaktis . (3) ciri ciri psikologis
. (4) kosnep tugas perkembangan . Berikut dikemukakan pendapat beberapa
ahli tentang keempat dasar pembagian fase perkembangan tersebut:
1) Periodeisasi Perkembangan Berdasarkan Ciri-ciri Biologis
Periodeisasi perkembangan ini diantaranya dikemukakan oleh
a) Aristoteles (384-322 S.M)
Ia membagi masa periodeisasi perkembangan selama 21 tahun
dalam 3 masa, yaitu:
1. Fase anak kecil (0-7 tahun), fase ini diakhiri dengan pergantian
gigi.
2. Fase anak sekolah (7-14 tahun), fase ini dimulai dari tumbuhnya
gigi baru sampai timbulnya gejala berfungsinya kelenjar-
kelenjar kelamin.
3. Fase remaja (pubertas) 14-21 tahun, disebut masa peralihan diri
anak menjadi orang dewasa. Fase ini dimulai dari bekerjanya
kelenjar-kelenjar kelamin sampai akan memasuki masa dewasa.
b) Maria Montessori
Menurut Maria, pembagian fase-fase perkembangan meliputi:
1. Periode I (0-7 tahun), yaitu periode penangkapan dan pengenalan
dunia luar dengan paca indra.
2. Periode II (7-12 tahun), yaitu periode abstrak dimana anak-anak
mulai menilai perbuatan manusia atas dasar baik dan buruk.
3. Periode III (12-18 tahun), yaitu periode penemuan diri dan
kepekaan sosial.(4) Periode IV (18 keatas), yaitu periode
pendidikan tinggi.

viii
2) Fase Perkembangan Berdasarkan Konsep Didaktis
Dasar yang digunakan untuk menentukan pembagian fase ini adalah
materi dan cara mendidik anak pada masa-masa tertentu. Pembagian ini
diantaranya dikemukakan oleh Johann Amos Comenius (seorang ahli
pendidikan di Moravia). Pembagian tersebut adalah:
a. 0-6 tahun: sekolah ibu, merupakan masa mengembangkan alat-alat
indra dan memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibu
b. 6-12 tahun: sekolah anak, merupakan masa anak mengembangkan
daya ingatanya dibawah pendidikan sekolah rendah.
c. 12-18 tahun: sekolah bahasa Latin (sekolah remaja), merupakan
masa mengembangkan daya pikirannya dibawah pendidikan sekolah
menengah. Pada masa ini mulai diajarkan bahasa latin sebagai
bahasa asing.
d. 18-24 tahun: sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa
mengembangkan kemaunnya dan memilih suatu lapangan hidup
yang berlangsung di bawah perguruan tinggi
3) Periodeisasi Perkembangan Berdasarkan Ciri-ciri Psikologis
Periodeisasai perkembangan psikologis didasarkan atas ciri-ciri
kejiwaan yang menonjol pada manusia. Periodeisasi ini dikemukakan
oleh beberapa ahli, diantaranya:
a. Oswald Kroh
Ciri-ciri psikologis yang digunakan sebagai dasar oleh Oswald
Krohadalah pandangannya terhadap anak-anak yang umumnya
memiliki keguncangan jiwa yang dimanifestasikan dalam bentuk sifat
trotz (keras kepala). Atas dasar ini ia membagi masa perkembangan
dalam 3 fase, yaitu:
1) Fase anak awal: Dari lahir (0-3 tahun). Pada akhir fase ini terjadi
trotzpertama, yang ditandai dengan anak serba membantah atau
menentang.
2) Fase keserasian sekolah: dari umur 3-13 tahun. Pada akhir masa
ini timbul sifat trotzkedua, dimana anak suka menentang kepada
orang lain, terutama kepada orang tuanya.
3) Fase kematangan: anak berumur 14-19 tahun. Pada fase ini anak
mulai menyadari kekurangannya dan kelebihannya, yang
dihadapi dengan sikap sewajarnya.

b. Kohnstamm membagi fase perkembangan manusia menjadi 5 fase,


yaitu:
1) Periode vital: umur 0-1,5 tahun, disebut juga fase menyusui.

ix
2) Periode estetis: umur 1,5-7 tahun, disebut juga fase pencoba dan
bermain.
3) Periode intelektual (fase sekolah): umur 7-14 tahun.
4) Periode sosial (remaja): umur 14-21 tahun.
5) Periode matang: umur 21 tahun keatas, disebut juga masa tua.

c. Erik Erikson
Tahapan perkembangan psikosoial ini menekankan perubahan
perkembangan psikososial sepanjang siklus kehidupan manusia.
Berikut delapan tahapan perkembangan manusia ditinjau dari segi
psikososial:
1) Percaya vs tidak percaya (0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada
seseorang baik orang tua maupun orang yang mengasuhnya
ataupun perawat yang merawatnya, kegagalan pada tahap ini
apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka
akan timbul rasa tidak percaya.
2) Tahap otonomi vs malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas
tumbuh kembangseperti dalam motorik kasar: anak mampu
berjinjit, memanjat,berbicara dan lain sebagainya, sebaliknya
perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya
terlalu dilindungi atau tidak diberikan atau kebebasan anak dan
menuntut tinggi harapan anak.
3) Tahap inisiatif vs rasa bersalah (3 – 6 tahun )
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari
pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya
melalui kemampuan indranya. Hasil akhir yang diperoleh adalah
kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan
timbul rasa bersalah pada diri anak.
4) Tekun vs rasa rendah diri (6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerjasama dan bersaing dalam
kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan
yang dilakukan bersama. Anak selalu berusaha untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan sehingga anak pada usia ini rajin dalam
melakukan sesuatu.Apabila dalam tahap ini anak terlalu
mendapat tuntutan dari lingkunganya dan anak tidak berhasil
memenuhinya maka akan timbul rasa inferiorty ( rendah diri ).
5) Tahap identitas dan kebingungan identitas ( 12-20 tahun)

x
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya
dalam fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan
menunjukkan identitas dirinya seperti siapa saya kemudian.
Apabila kondisi tidak sesuai dengan suasana hati maka dapat
menyebabkan terjadinya kebingungan dalam peran.
6) Keakraban vs keterkucilan (20-30 tahun)
Individu menghadapi tugas perkembangan relasi intim
dengan orang lain. Saat anak muda membentuk persahabatan
yang sehat dan relasi akrab dengan oranglain, maka keintiman
akan tercapai, namun bila tidak maka akan terjadi isolas.
7) Generativitas vs stagnasi ( 40-50 tahun )
Pada fase ini, seseorang akan memiliki perhatian terhadap
apa yang dihasilkan, keturunan, serta ide untuk generasi
mendatang. Namun, jika generativitas lemah, maka akan terjadi
stagnasi
8) Integritas diri vs keputusasaaan ( 50 tahun keatas)
Pada fase ini, seseorang akan mengevaluasi apa yang telah
dilalakukannya selama ia hidup. Jika manusia usia lanjut mampu
memelihara dan menyesuaikan diri dengan keberhasilan, maka ia
akan merasa sukses. Namun, jika ia menyelesaikan hanya tahap
sebelumnya secara negatif, maka cenderung akan menghasilkan
rasa bersalah atau kemurangan yang disebut Erikson sebagai
despair (putus asa).
4) Periodeisasi Perkembangan Berdasarkan Konsep Tugas
PerkembanganTugas perkembangan adalah berbagai ciri
perkembangan yang diharapkan timbul dan dimiliki setiap
manusia dalam periode perkembangannya. Periodeisasai ini
dikemukakan oleh Robert J. Havighurst, yaitu:
a. Periode bayi dan anak-anak: umur 0-6 tahun.
b. Periode sekolah: umur 6-12 tahun.
c. Periode remaja (adolecence) : umur 12-18 tahun.
d. Periode dewasa (early adulthood): umur 18-30 tahun.
e. Periode dewasa pertengahan (Midle age): umur 30-50 tahun.
f. Periode tua (latter maturity): umur 50 tahun keatas

4. Karakteristik Fase-fase Perkembangan Peserta Didik


a. Karakteristik Perkembangan bayi-anak usia dini
Kohnstamm, seorang ilmuwan bangsa Belanda, menyebut masa ini
dengan masa vital. Seorang anak mengalami perubahan yang pesat dalam
perkembangan jasmani dan psikisnya. Untuk mengimbangi proses

xi
perkembangan ini ia memerlukan pemenuhan kebutuhan seperti makanan
sehat, pakaian yang bersih, perawatan yang teratur dan lain sebagainya.
Pada saat bayi, seorang anak akan menghabiskan waktunya untuk tidur
dan ketika bangun aktivitas mereka banyak diisi dengan permainan
sensomotorik seperti tendangan, gerakan mengangkat tubuh, menggerakkan
jemari, berceloteh, menghisap jari .
Pola aktivitas bermain ini terus berlanjut sesuai dengan proses
perkembangannya.Pada usia ini, anak memiliki beberapa karakteristik
diantaranya meliputi:
1. Perkembangan Fisik1) Pada usia 0-12 bulan perkembangan fisik bayi
terjadi pada fungsi motorik halus dan kasar. Yakni bayi mulai bisa
mengangkat kepala, membalikan badan, merangkak, duduk dan berdiri,
berjalan lambat, memegang, mengambil, melempar, bertepuk tangan
dan lain sebagainya.
2. Pada usia 1-3 tahun, perkembangan motorik halus meliputi:
perkembangan fisik tangan yang biasanya ditandai oleh kemampuan
mencoret-coret dengan alat tulis dan menggambar bentuk-bentuk
sederhana (garis dan lingkaran tak beraturan) dan bermain dengan
balok. Adapun perkembangan motorik kasar ditandai dengan
kemampuan berjalan, mencoba memanjat
3. Pada usia 4-6 tahun, perkembangan motorik halus pada anak usia dini
ditandai dengan kemampuan anak yang mulai bisa mengontrol fungsi
motorik tanpa bantuan orang lain, belajar menggunting, menggambar,
melipat kertas. Perkembangan pada motorik kasar: berlari dengan
cepat, naik tangga, melompat

b. Perkembangan Kognitif
1. Usia 0-12 bulan: bayi bisa mengamati mainan, mengenal dan
membedakan wajah ayah dan ibu, memasukkan benda ke mulut.
2. Usia 1-3 tahun: mulai mengenal benda milik sendriri, mengenal
konsep warna dan bentuk, meniru perbuatan orang lain, menunjukkan
rasa ingin tahu yang besar dengan banyak bertanya, mengenal
makhluk hidup
3. Usia 4-6 tahun: dapat menggunakan konsep waktu, mengelompokkan
benda dengan berbagai cara (warna, ukuran dan bentuk), mengenal
macam-macam rasa, bau, suara, mengenal sebab-akibat, melakukan
uji coba sederhana, mengenal konsep bilangan, mengenal bentuk-
bentuk geometri, alat untuk mengukur, penambahan dan pengurangan
benda-benda.

xii
c. Perkembangan Sosial-Emosi
1. Usia 0-12 bulan: bayi bisa membalas senyuman orang lain, menangis
sebagai reaksi terhadap perasaanya yang tidak nyaman, tertawa dan
menjerit karena gembira, mengenal wajah anggota keluarga.
2. Usia 1-3 tahun: mulai dapat berinteraksi sosial dengan anggota
keluaraga atau orang yang sudah dikenal, menunjukkan reaksi emosi
yang wajar (marah, senang, sakit, takut).
3. Usia 4-6 tahun: mulai memiliki sikap tenggang rasa, bekerjasama,
dapat bermain dengan teman, berimajinasi, mulai belajar berpisah
dengan orang tua, mengenal dan mengikuti aturan merasa puas
dengan prestasi yang diperoleh.

d. Perkembangan spiritual Menurut James Fowler, perkembangan spiritual


pada periode ini berada pada tingkatan berikut:
1. Tahap primal faith. Tahap kepercayaan ini terjadi pada usia 0 sampai
2 tahun, yang ditandai dengan rasa percaya dan setia anak pada
pengasuhnya.
2. Tahap intituitive-projective faith.Berlangsung antara usia 2-7 tahun.
Pada tahap ini kepercayaan anak bersifat peniruan, karena
kepercayaan yang dimilikinya masih merupakan gabungan
pengajaran dan contoh-contoh dari orang dewasa.
3. Usia 1-3 tahun: mulai dapat berinteraksi sosial dengan anggota
keluaraga atau orang yang sudah dikenal, menunjukkan reaksi emosi
yang wajar (marah, senang, sakit, takut).
4. Usia 4-6 tahun: mulai memiliki sikap tenggang rasa, bekerjasama,
dapat bermain dengan teman, berimajinasi, mulai belajar berpisah
dengan orang tua, mengenal dan mengikuti aturan merasa puas
dengan prestasi yang diperoleh.

5. Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan


a. Faktor yang berasal dari dalam diri indvidu
Semejak dari dalam kandungan, janin tumbuh menjadi bssar dengan
sendirinya, dengan kodrat kodrat yang dikandunganya sendiri.di antara
faktor faktor di dalam diri sendiri. Faktor didalam diri sendri sangat
mempengaruhi trhadap perkembangan individu adalah :
1. Bakat dan pembawaan
Bakat meruapakan sesuatu yang dimiliki oleh setiap individu.
Bakat sering juga disebut juga dengan hal – hal yang menjadi
keahliannya. Tetapi sering dijumpai kata – kata “bakat
tersembunyi”. Dengan adanya hal tersebut sering juga kita

xiii
berfikiran apakah yang telah kita lakukan ini merupakan benar –
benar bakat kita atau kita hanya terbiasa melakukannya dan
sebenarnya kita memiliki bakat yang mungkin tidak dimiliki oleh
orang lain .
2. Sifat – sifat keturunan
Sifat keturunan ini sudah jelas terlihat merupakan sifat yang
diperoleh dari orangtua atau mungkin keluarga yang lebih tua. Sifat
keturunan ini merupakan sifat identik yang dimiliki ketika
seseorang dalam suatu ikatan keluarga. Hal ini dapat berupa
keturunan dari fisik dan mental. Misalnya fisik yaitu bentuk muka
, wajah, bentuk badan , suatu penyakit dll. Sedangkan sifat mental
seperti pemarah , pemalas , pendiam , pintar , dsb.
3. Dorongan dan instink
Dorongan adalah hal yang membuat seseorang untuk melakukan
suatu hal. Sedangkan naluri adalah kesanggupan atau ilmu
tersembunyi yang menyuruh atau membisiskan kepada manusia
bagaimana melaksanakan dorongan batin.
Instink adalah suatu sifat yang menimbulkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan tanpa didahului dengan latihan
.kemampuan instink merupakan pembawaan sejak lahir , yang
dalam psikologi kemampuan isntink termasuk kapabilitas , yaitu
kemampuan brbuat sesuatu dengan tanpa melalui belajar. Jenis
jenis tingkah laku manusia yang di golongkna instink adalah :
a) Melarikan diri karena perasaan takut
b) Menolak , karena jijik
c) Ingin tahu karena menakjubkan sesuatu
d) Melawan karena kemarahan
e) Merendahkan diri karena perasaan pengabdian
f) Mennjolkan diri karena adanya harga diri atau manja
g) Orang tua karena perasaan halus budi
h) Berkelamin karena kenginan untuk mendaptkan sesuatu yang baru
.
i) Berkumpul karena berkeinginan untuk mendaptkan sesuatu yang
baru
j) Mencapai sesuatu karena mendaptkn kemajuan
k) Membangun sesuatu karena mendaptkan kemajuan
l) Menarik perhatian orang lain karena ingin diperhatikan orang
lanin.
Tiap anak idlahirkan dengan dorongan instink yng di kandung
dalam jiwanya . ada dorongan yan selama perkembagna berlangsung

xiv
atau selama hidp manusia aktif terus memperngaruhi hidup kejiwaan ,
seperti dorongan mempertahankan diri, dorongan seksuil, dan
dorongan sosial.

b. Faktor yang berasal dari luar individu


Diantara faktor faktor luar yang mempengaruhi perkembangan
indiidu adalah :
1) Makanan
Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkmbangan indiidu. Makanan merupakan faktor yang sangat
penting bagi pertumuhan yang normal dari setiap individu . oleh sebab
itu dalam rangka perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi sehat
dan kuat, perlu diperhatikan makanan, tidak saja dari segi kuantitas
(jumlah) makanan yang dimakan, melainkan juga dari segi kualitas
(mutu) makana itu sendiri. Makanan yang banyak hanya dapat
mengeyangkan perut tetapi gizi yang cukup akan menjamin
pertumbuhan yang sempurna.
Makkana mempunyai pengaruh bsar terhadap pertumbuhan
jasmani manusia, tetapi terhadap prkembangan jiwa. .
2) Iklim
Iklim atau cuaca berpengaruh terhdap perkembangan dan
kehidupn anak. Ifat sifat iklim, alam dan udar mempngaruhi sifat sifat
individu dn jiwa bangsa yang berada dalam iklim yang bersangkutan.
Seseorang yang hidupdi dalam iklim tropis yang kaya raya msalnnya
akan terlihat jiwanya lebih tenang, lebih “nrimo”. Dibandingkan
dengan seseorang yang hidup dalam iklim dingn, kerena iklim tropis
keadaaan alamnya tidak “sekereas” di iklim dingin. Sehngga
perjuangan hidupnya pun cenderung lebih santai .
Hal ini terlihat pada besar tubuh seorang anak , kesehatan , dan
kematnagn usia yang dipengaruhi oleh banyaknya udara segar dan
bersih serta banyak dipengaruhi ioleh bnyaknya udara segar dan berih
serta sinar matahari yang iperolehnya khususnya pada tahun tahun
pertama yang diperoleh nya khususnya pada tahuntahupertama dari
kehidupannya .
Keadaan iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik
dan perkembanagn mental anak.
3) Kebudayaan
Misalnya latar belakang kebudayaan desa , keadaan jiwanya mash
murn, masih yakin akan kebesaran dan kekuasaan tuhan,akan terlihat
lebh tenang karena jiwanya masih berada dalam lingkungan kultur;

xv
kebudayaan bangsa sendiri yang mengandung petunjuk pentujuk dan
falsafah yang dramu dari pandangan hidup keagamaan . lain halnya
dengan seseorang yang hidup dalam kebuayaan kota yang sudah
dipengaruh oleh kebudayaan asing .
4) Ekonomi
Latar belakang ekonomi berpengaruh trhdap perkembnagn anak
.orantua yang lemah ekonominya yant itdak sanggup memenuhi
kebutuhan hidup anak dengan baik., sering kurang memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan anak ankanya . sehingga
menghambat pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak
anaknya. Bahkan tidak jarang tekanan ekonomi mengakibatkan pada
tekanan jiwa.
5) Kedudukan anka dalam lingkungan keluarga
Bila anak merpakan anak tunggal biasanya perhatian orang tua
tercurah kepada nya sehingga anak menjadi manja, kurnag bergauk
dengn orang lain, menarik perhatiandngan kekanak kanakkan . betu
pun sebaliknya seorang anka yang mempunya banyak saudara, jelas
orang tuanya akan sibuk membagi perhatian terhdap saudaranya itu.
3. Faktor Umum
Setelah membahas tentang faktor dari dalam dan dari luar ada juga
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Faktor umum ini merupakan gabungan antara faktor dari dalam dan
dari luar. Contohnya adalah sebagai berikut:
·Intelegensi
·Jenis kelamin
·Kesehatan
·Ras

6. Gambaran Umum tentang Aspek-Aspek Perkembangan Peserta Didik.


Perkembangan peserta didik adalah mata kuliah yang mempelajari
aspek-aspek perkembangan individu yang berada pada tahap usia sekolah
dasar dan sekolah menengah. Mata kuliah ini memberikan pemahaman
kepada mahasiswa calon guru tentang perkembangan peserta didik,
sehingga diharapkan mampu memberikan pelayanan pendidikan yang
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa yang dihadapinya.
Secara umum perkembangan peserta didik dapat dikelompokkan ke
dalam tiga aspek perkembangan, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan
psikososial.
a. Perkembangan aspek fisik

xvi
Perkembangan fisik atau yang disebut atau yang disebut juga
pertumbuhan biologis (biological growth) meliputi perubahan-
perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-
organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon, dll.), dan
perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan
tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan
perkembangan seksual), serta perubahan dalam kemampuan fisik
(seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).
b. Perkembangan aspek kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan
peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yang
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Perkembangan kognitif
ini meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan dengan
persepsi, pemikiran, ingatan, keterampilan berbahasa, dan pengolahan
informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan,
memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua
proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan menilai dan memikirkan lingkungannya.
c. Perkembangan Aspek Psikososial
Perkembangan psikososial adalah proses perubahan kemampuan-
kemampauan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial yang lebih luas. Dalam proses perkembangan ini peserta didik
diharapkan mengerti orang lain, yang berarti mampu menggambarkan
ciri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan dirasakan dan diinginkan
serta dapat menempatkan diri pada sudut pandang orang lain, tanpa
kehilangan dirinya sendiri, meliputi perubahan pada relasi individu
dengan orang lain, perubahan pada emosi dan perubahan kepribadian.

7. Karakteristik Umum Perkembangan Peserta Didik


Secara umum, buku ini mengetengahkan kajian psikologi
perkembangan, yang secara khusus membahas perkembangan anak usia
sekolah (SD) dan remaja (SMP & SMA). Aspek-aspek perkembangan yang
dibahas dalam buku ini secara garis besarnya meliputi perkembangan fisik-
motorik dan otak, perkembangan kognitif, dan perkembangan
sosioemosional. Masing-masing aspek perkembangan dihubungkan dengan
pendidikan, sehingga para guru diharapkan mampu memberikan layanan
pendidikan atau pertumbuhan strategi pembelajaran yang relevan dengan
karakteristik perkembangan tersebut.

xvii
a. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6
tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada pembagian
tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah berada dalam
dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun),
dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun).
Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda
dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau
melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu, guru hendaknya
mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan,
mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar
dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat
langsung dalam pembelajaran.
Menurut Havighurst, tugas perkembangan anak usia sekolah dasar
meliputi:
1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan
aktivitas fisik.
2. Membina hidup sehat.
3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.
4. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.
5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi
dalam masyarakat.
6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.
7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai.
8. Mencapai kemandirian pribadi

Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut,guna dituntut


untuk memberikan bantuan berupa:
1. Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan
keterampilan fisik.
2. Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya, sehingga
kepribadian sosialnya berkembang.
3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan
pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep.
4. Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai,
sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi
pegangan bagi dirinya.

xviii
b. Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah (SMP)
Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyaknya
ahli, anak usia sekolah menengah (SMP)
Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak
ahli, anak usia sekolah menengah (SMP) berada pada tahap
perkembangan pubertas (10-14 tahun). Terdapat sejumlah karakterisitik
yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu:
1. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
2. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
3. Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan
keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan
kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orangtua.
4. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma
dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
5. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan.
6. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
7. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri
sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.
8. Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.

Adanya karakteristik anak usia sekolah menengah yang demikian,


maka guru diharapkan untuk:
1. Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan
wanita ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi
dan fisiologi.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan
minatnya melalui kegiatan-kegiatan yang positif.
3. Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan
perbedaan individual atau kelompok kecil.
4. Meningkatkan kerja sama dengan orangtua dan masyarakat untuk
mengembangkan potensi siswa.
5. Tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa.
6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung
jawab.

c. Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA)


Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa
kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja

xix
sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja
ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:
1. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya
2. Dapat menerima dan belajar sosial sebagai pria atau wanita dewasa
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
3. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.
4. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya.
5. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan
minat dan kemampuannya.
6. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup
berkeluarga dan memiliki anak.
7. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan sebagai warga negara.
8. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
9. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman
dalam bertingkah laku
10. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas
Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja tersebut, menuntut
adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal
ini dapat dilakukan guru, di antaranya:
1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan
reproduksi, bahaya penyimpangan seksual dan penyalahagunaan
narkotika.
2. Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur
tubuh atau kondisi dirinya.
3.Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan
keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana
olah raga, kesenian, dan sebagainya.
4. Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
5. Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam
kondisi sulit dan penuh godaan.
6. Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
berpikir kritis, reflektif, dan positif.
7. Membantu siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap
wiraswasta.
8. Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran agama
terbuka dan lebih toleran.

xx
9. Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia
mendengarkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya.

C. Landasan Psikologi Belajar


Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang
relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan,
pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan
lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2).
Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan
suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus
secara sadar.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses
belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri
dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya
menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar. Para ahli psikologi
cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu
model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini
selanjutnya lazim disebut dengan Teori Belajar.
Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk
menghapal perkalian dan melatih soal-soal (disiplin mental). Teori Naturalis
bisa dipakai dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur
hidup. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan
perilaku-perilaku nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi
dan sebagainya.
Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi
yang rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan
untuk mengembangkan ide (Pidarta, 2007:218).
Morris L. Bigge membagi menjadi 3 teori belajar :
1. Teori disiplin mental (disiplin mental theistik, disiplin mental
humanistik, naturalisme, apersepsi)
- Secara herediter anak mempunyai potensi tertentu
- Belajar merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi tersebut
2. Teori behaviorisme (Teori S-R Bond (Thorndike), Conditioning
(Guthrie), Reinforcement (Skinner)
- Anak tidak membawa potensi apapun dari lahirnya
- Perkembangan ditentukan oleh faktor yang berasal dari lingkungan
- Bersifat pasif

xxi
3. Cognitive Gestalt Field (Insight / Gestalt Field, Goal Insight,
Cognitive Field)
- Menekankan pada unity, wholeness, integrity (keterpaduan)
- Bersifat aktif

1. Metode dalam Psikologi Belajar


Metode merupakan sarana penting lahirnya suatu teori. Metode
mempengaruhi ilmiah tidaknya ilmu pengetahuan. Seperti ilmu-ilmu lain,
psikologi belajar juga menggunakan metode tertentu untuk melahirkan
teori. Beberapa literatur psikologi menuliskan bahwa metode yang
digunakan dalam psikologi belajar tersebut adalah :
a. Metode introspeksi
Secara harafiah introspeksi diartikan dengan ‘melihat kedalam’.
Metode ini digunakan dengan cara melihat peristiwa-peristiwa
kejiwaan di dalam diri sendiri. Penyelidikan dengan metode ini
dilakukan secara sistimatis, terencana dan penuh kesadaran berdasar
norma-norma ilmiah. Metode ini dipandang memiliki kelemahan,
sangat subjektif karena yang diteliti adalah diri sendiri. Ketidakjujuran
sangat mungkin terjadi pada data yang diambil melalui metode ini.
Walau begitu metode ini mempunyai andil besar bagi perkembangan
psikologi belajar karena banyak gejala-gejala jiwa yang didapat melalui
metode ini.
Metode ini merupakan metode khas dalam psikologi karena hanya
manusia yang bisa melakukan introspeksi. Metode introspeksi dapat
ditingkat objektivitasnya dengan menggunakan metode introspeksi
eksperimental, misalnya dengan menambah jumlah subjek. Metode
introspeksi digunakan untuk menyelidiki kondisi kejiwaan melalui
pengamatan terhadap kondisi jiwa diri sendiri.
b. Metode ekstropeksi
Ekstropeksi artinya melihat keluar. Metode ekstropeksi digunakan
untuk menyelidiki kondisi kejiwaan dengan cara mengungkap kondisi
kejiwaan orang lain. Metode ini digunakan untuk mengatasi kelemahan
dari metode introspeksi. Yang menjadi objek penyelidikan bukan diri
sendiri melainkan orang lain, sehingga objektivitasnya lebih terjaga.
Walau begitu, metode ini sebagaimana metode introspeksi juga
mempunyai kelemahan karena kesimpulan yang diambil juga berdasar
metode introspeksi.
c. Questionare
Questionare sering disebut dengan angket. Digunakan sebagai
metode dalam psikologi belajar, dilakukan dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek penelitian. Angket adalah
daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis dan dijawab secara
tertulis pula. Pada umumnya angket meliputi beberapa bagian yaitu
bagian identitas dan bagian yang mengandung pertanyaan. Melalui
angket dapat diperoleh data tantang berbagai perilaku atau aktivitas
kejiwaan sebagai dasar lahirnya teori. Angket merupakan metode yang

xxii
praktis, hemat waktu, tenaga dan biaya. Dalam waktu yang relatif
singkat dan tenaga yang sedikit dapat mengumpulkan data yang banyak.
Disamping itu, angket dapat diberikan kepada subjek yang berada jauh
dari lokasi peneliti. Melalui angket, umumnya subjek penelitian lebih
leluasa menjawab.
a. Interview
Interview disebut juga wawancara. Interviuw sebagaimana
angket, juga dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan. Bila angket
dilakukan secara tertulis dan dijawab secara tertulis, maka
interview dilakukan secara lisan dan dijawab secara lisan pula.
Melalui interview, persoalan yang tidak jelas dapat diperjelas
melalui pertanyaan lisan, sehingga metode ini dapat digunakan
sebagai pelengkap.
b. Biografi
Biografi adalah catatan atau riwayat hidup seseorang,
Melalui metode ini diperoleh data tentang kehidupan seseorang
baik sikap, pandangan, kebiasaan-kebiasannya maupun harapan-
harapannya. Metode ini mengandung subjektivitas, walau begitu
dapat diatasi dengan menyelidiki biografi dari beberapa orang.
c. Metode klinis
Metode klinis untuk menemukan data adanya gangguan
atau penyimpangan klinis dalam diri subjek. Metode ini bisa
digunakan untuk melihat perilaku belajar pada anak-anak yang
teraganggu mentalnya, atau bagaimana proses belajar pada anak-
anak abnormal, bagaimana pola perilaku anak yang secara klinis
terbukti mengidap epilepsi.
d. Metode eksperimen
Eksperimen disebut juga percobaan. Metode ini ditempuh
dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan data yang
diharapkan. Peneliti bisa memberikan perlakuan atau treatmen
tertentu kemudian menguji hasilnya. Eksperimen dilakukan
dengan sengaja menciptakan kondisi tertentu agar muncul
fenomena ang diharapkan. Suasana penelitian dengan sengaja
ditimbulkan, perlakuan yang diberikan juga dilakukan dengan
sengaja dan terencana. Misalnya peneliti dengan sengaja
menciptakan suasana kompetisi untuk melihat etos usaha belajar
siswa, kemudian menguji hasilnya.
e. Metode testing
Metode testing bisa ditempuh melalui dua cara yaitu tes
psikologis serta tes prestasi. Teori-teori dalam psikologi belajar
bisa lahir melalui metode testing. Melalui tes yang standar akan
ditemukan kemampuan yang diharapkan atau dimiliki oleh subjek.
Misalnya untuk mengetahui perbedaan kecerdasan anak-anak yang
dibesarkan dalam lingkungan yang penuh gizi dengan kecerdasan
anak yang tinggal di daerah tandus. Kecerdasan anak tersebut bisa
dilihat melalui tes inteligensi.

xxiii
Tes prestasi digunakan untuk mengungkap prestasi belajar siswa.
Tes ini bisa dibuat oleh guru berdasar modifikasi dari tes prestasi yang
sudah banyak beredar. Untuk menghasilkan tes prestasi yang baik
seharusnya sudah ditempuh try-out serta diuji validitas dan
reliabilitasnya.

2. Fase fase belajar yang dikemukakan oleh Robert Gagne ada delapan fase,
yaitu:
a. Motivasi
Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus
sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.
Guru merupakan faktor yang penting untuk mengusahakan
terlaksananya fungsi- fungsi tersebut dengan cara memenuhi kebutuhan
siswa. Kebutuhan tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, kebutuhan
akan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan untuk diterima dan
dicintai, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan untuk merealsasikan
diri.
b. Apersepsi
Suatu tahapan pada diri siswa untuk memberikan perhatian pada
bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional bila
belajar akan terjadi, dimana dalam fase ini seseorang memperhatikan
stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami
stimulus tersebut untuk kemudian di tafsirkan sendiri dengan berbagai
cara.
c. Perolehan
Suatu tahapan pada diri siswa untuk memperhatikan informasi
yang relevan, maka siswa telah siap menerima pelajaran. Pada fase ini
seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum
diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang
diterima dengan pengetahuan sebelumnya.
d. Retensi
Fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan
dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui
pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat
dipindahkan ke memori jangka panjang, hal ini terjadi melalui
pengulagan kembali, praktek, elaborasi dan lain-lain.
e. Pemanggilan
Bahwa informasi dalam memori jangka panjang dapat hilang
sehigga bagian penting dari belajar adalah belajar untuk memperoleh
dari apa yang telah dipelajari untuk memanggil informasi yang telah
dipelajari sebelumnya. Untuk lebi daya ingat maka perlu informasi
yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan
baik atas pengelompokan menjadi kategori, konse sehingga lebih
mudah mengingat kembali
f. Generalisasi

xxiv
Penerapan tahapan atau fase transfer informasi, pada situasi-
situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta
mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.
g. Penampilan
Suatu tahapan pada diri siswa untuk memperlihatkan
kemampuan mereka bahwa siswa dapat belajar dari sesuatu melalui
penampilan yang tampak, seperti mempelajari struktur kalimat dalam
bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar.
h. Umpan balik
Suatu tahapan pada diri guru untuk memberikan umpan balik
kepada siswa sebagai perwujudan bahwa siswa telah mengerti atau
belum mengerti tentang apa yang diajarkan.

3. Manfaat mempelajari psikologi belajar


1. Memahami hakekat, ciri dan prinsip-prinsip belajar sehingga dapat
menentukan sikap yang tepat terhadap aktivitas belajar anak didik.
2. Mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar sebagai dasar berpijak dalam mengembangkan potensi anak.
3. Menumbuhkan pemahaman yang holistik terhadap anak didik baik
kelebihan maupun peluang hambatan yang bakal terjadi sehingga dapat
memperlakukan anak sesuai kemampuannya.
4. Dapat mengembangkan proses pembelajaran dengan mengacu pada
teori-teori belajar yang melandasi aktivitas belajar.
5. Memiliki dasar pijakan dalam menyusun strategi mengatasi hambatan-
hambatan belajar pada anak
6. Dapat melakukan diagnosis dan perbaikan belajar berdasar prinsip dan
hakekat diagnosis kesulitan belajar anak

xxv
26

Anda mungkin juga menyukai