Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1  Latar Belakang........................................................................................................3
1.2  Rumusan Masalah..................................................................................................3
1.3  Tujuan.....................................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................4
a. Pengertian.................................................................................................................4
b. Penyebab infeksi.......................................................................................................4
C. Tipe Infeksi................................................................................................................5
d. Rantai Infeksi.............................................................................................................6
f. Pertahanan terhadap infeksi......................................................................................9
g. Respon Imun............................................................................................................12
h. Tanda-tanda infeksi.................................................................................................13
Pertanyaan Dan Jawaban..............................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................21
PENUTUPAN.................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan............................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau
teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi
klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan
keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap
mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam
fasilitas perawatan akut atau ambulatory. Dengan cara mempraktikan teknik
pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran
mikroorganisme terhadap klien.
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan
dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi
ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia. Infeksi
nosokomial itu sendiri dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh seseorang
selama di rumah sakit. Maka dari itu,pengetahuan tentang infeksi ini sangat
penting,karena dengan ini semua terlihat jelas tentang infeksi ini,faktor-faktor
yang mempengaruhi,serta bagaimana cara penanggulangan terhadap resiko akan
bahaya infeksi nosokomial.

1.2  Rumusan Masalah


a. Bagaimanakah managemen pencegahan infeksi ?
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi infeksi ?

1.3  Tujuan
-          Tujuan Umum :
Memahami tentang pencegahan dan pengendalian infeksi ?
-          Tujuan Khusus :
a.       Mengetahui managemen pencegahan infeksi.
b.      Mengetahui faktor yang memengaruhi infeksi.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Infeksi

a. Pengertian
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme
gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit
akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan
normal. (Potter & perry Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005)

b. Penyebab infeksi
Tipe mikroorganisme penyebab infeksi dibagi menjadi empat
kategori, yaitu :

1) Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan
spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan dapat
hidup didalam tubuhnya. Bakteri bisa masuk antara lain melalui udara,
tanah, air, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.

2) Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nukleat acid) karenanya harus
masuk dalam sel hidup untuk di produksi.

3) Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok
parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
4) Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
C. Tipe Infeksi

1) Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi
flora yang menetap/residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan
berkembang biak tetapi tidak bisa menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi
ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang
bagian tubuh/host manusia yang system pertahanannya tidak efektif dan
pathogen menyebabkan kerusakan jaringan.

2) Infeksi local
Spesifik dan terbatas pada bagian tubuh dimana mikroorganisme
tinggal.

3) Infeksi Sistemik
Terjadi bila microorganisme menyebar kebagian tubuh yang lain
dan menimbulkan kerusakan.

4) Bakterimia
Terjadi ketika didalam darah ditemukan adanya bakteri.

5) Septikimia
Multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik.

6) Infeksi akut
Infeksi yang muncul dalam waktu singkat.

7) Infeksi kronik
Infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam
hitungan bulan/tahun).
d. Rantai Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar
berbagai faktor yang saling mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir,
portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host atau penjamu yang
rentan.
Skema 2.1
Agen infeksi

Host/pejamu Reservoir

Portal de exit Portal de entry

Cara penularan
(Perry & Potter 2005)

1) Agen Infeksi
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain
bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme dikulit bisa
merupakan flora transient maupun resident. Mikroorganisme transient
normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan
berbiak dikulit. Organisme transient melekat pada kulit saat seseorang
kontak dengan objek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme
ini siap ditularkan kecuali dengan cuci tangan. Organisme residen tidak
dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan
detergen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama.
Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah
mikroorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit),
kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta
kerentanan dalam host/pejamu.

2) Reservoir (sumber mikroorganisme)


Adalah tempat dimana mikroorganisme pathogen dapat hidup baik
berkembang biak atau tidak. Yang bisa berkembang sebagai reservoir
adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain.
Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, terutama dikulit, mukosa,
cairan atau drainase. Adanya mikroorganisme pathogen dalam tubuh
tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir
yang didalamnya terdapat mikroorganisme pathogen bisa menyebabkan
orang lain bisa menjadi sakit (carier). Kuman dapat hidup dan
berkembang biak dalam reservoir jika karakteristik reservoirnya cocok
dengan kuman. Karakteristik tersebut adalah air, suhu, ph, udara dan
pencahayaan.

3) Portal of exit
Mikroorganisme yang hidup didalam reservoir harus menemukan
jalan keluar untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi.
Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih
dahulu dari reservoirnya. Jika reservoirnya manusia, kuman dapat keluar
melalui saluran pencernaan, pernafasan, perkemihan, genetalia, kulit,
membrane mukosa yang rusak serta darah.

4) Cara penularan
Kuman dapat berpindah atau menular ke orang lain dengan
berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral,
fekal, kulit atau darahnya. Kontak tidak langsung melalui jarum atau
balutan bekas luka penderita, peralatan yang terkontaminasi, makanan
yang diolah tidak tepat, melalui vector nyamuk atau lalat.
5) Portal masuk
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam
tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya
kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi
portal masuk. Mikroba dapat masuk kedalam tubuh melalui rute yang
sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan
tubuh memperbesar kesempatan pathogen masuk kedalam tubuh.

6) Daya tahan hospes (manusia)


Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap
agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh
individu terhadap pathogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak
dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan
terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah
mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan
emosional), status nutrisi, terafi medis, pemberian obat dan penyakit
penyerta.

e. Proses Infeksi

Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien


tergantung dari tingkat infeksi, patogenisitas mikroorganisme dan
kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan
meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan
infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari system imun memberikan jaringan
kompleks mekanisme yang sangat baik yang jika utuh, berfungsi
mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel
ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon
spesifik maupun non spesifik bisa gagal dan hal tersebut bisa
mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-orang yang
mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari
segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang
dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik
disebut hospes yang terimunosupres.Ciri-ciri umum yang berkaitan
dengan hospes yang melemah adalah : infeksi berulang, infeksi kronik,
ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan
terhadap kanker tertentu.
Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut :
1) Periode inkubasi
Interval antara masuknya pathogen kedalam tubuh dan munculnya
gejala pertama.
2) Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik (malaise, demam
ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini,
mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu
menyebarkan penyakit ke orang lain.
3) Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap
jenis infeksi.
4) Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi.

f. Pertahanan terhadap infeksi

Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal


tubuh yang tinggal didalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari
beberapa pathogen. Setiap system organ memiliki mekanisme pertahanan
terhadap agen infeksius. Flora normal, system pertahanan tubuh dan
inflamasi adalah pertahanan non spesifik yang melindungi terhadap
mikroorganisme.

1) Flora normal
Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada
lapisan permukaan dan didalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran
gastrointestinal. Manusia secara normal mengekskresi setiap hari
triliyunan mikroba melalui usus. Flora normal biasanya tidak
menyebabkan sakit tetapi biasanya justru turut berperan dalam
memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme
penyebab penyakit untuk mendapatkan makanan. Flora normal juga
mengekskresi substansi antibakteri dalam usus. Flora normal kulit
menggunakan tindakan protektif dengan menghambat multiplikasi
organisme yang menempel dikulit. Flora normal dalam jumlah banyak
mempertahankan keseimbangan yang sensitive dengan mikroorganisme
lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang mengganggu
keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin beresiko
mendapatkan penyakit infeksi.

2) Pertahanan system tubuh


Sejumlah system organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap
mikroorganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal
sangat mudah dimasuki oleh mikroorganisme. Organisme pathogen
dengan mudah menempel pada permukaan kulit, di inhalasi melalui
pernafasan atau dicerna melalui makanan. Setiap system organ memiliki
mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur
dan fungsinya. Berikut ini adalah mekanisme pertahanan normal terhadap
infeksi :

3) Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan
menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial
ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi dan mengeliminasi patogen
atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan jaringan
tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri/nyeri
tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila
inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala demam,
leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar
limfe.
Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau
mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:

a) Respon seluler dan vaskuler


Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang cidera
berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk dala sirkulasi.
Peningkatan darah tersebut menyebabkan kemerahan pada inflamasi.
Gejala hangat lokal dihasilkan dari volume darah yang meningkat pada
area yanginflamasi. Cidera menyebabkan nekrosis jaringan dan akibatnya
tubuh mengeluarkan histamin, bradikinin, prostaglandin dan serotonin.
Mediator kimiawi tersebut meningkatkan permeabilitas pembuluh darah
kecil. Cairan, protein dan sel memasuki ruang interstisial, akibatnya
muncul edema lokal. Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakan
jaringan yang terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung syaraf yang
mengakibatkan nyeri.

b) Pembentukan eksudat inflamasi


akumulasi cairan dan jaringan mati serta SDP membentuk eksudat
pada daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa serosa (jernih seperti
plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah) atau purulen
(mengandung SDP dan bakteri). Akhirnya eksudat disapu melalui
drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma seperti fibrinogen
membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi untuk
mencegah penyebaran.

c) Perbaikan jaringan
Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel
baru mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai
karakteristik struktur dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya.
g. Respon Imun
Saat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan
diserang oleh monosit. Sisa mikroorganisme tersebut yang akan memicu
respon imun. Materi asing yang tertinggal (antigen) menyebabkan
rentetan respon yang mengubah susunan biologis tubuh. Setelah antigen
masuk dala tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan
memulai imunitas seluler atau humural.

1) Imunitas selular
Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B).
Limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor
antigen pada membran permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu
dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka
akan terjadi ikatan. Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk
membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka. Limfosit
yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan antigen dan
melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi makrofag untuk
menyerang antigen.

2) Imunitas humoral
Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan
sintesa imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B
plasma dan sel B memori akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan
satu antigen. Sel B mensintesis antibodi dalam jumlah besar untuk
mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori untuk
mempersiapkan tubuh menghadapi invasi antigen.

3) Antibodi
Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi
imunoglobulin A, M, D, E, G. Imunoglobulin M dibentuk pada saat
kontak awal dengan antigen, sedangkan IgG menandakan infeksi yang
terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan imunisasi.

4) Komplemen
Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah.
Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen
diaktifkan, maka akan terjadi serangkaian proses katalitik.

5) Interferon
Pada saat tertentu diinvasi oleh virus. Interferon akan mengganggu
kemampuan virus dalam bermultiplikasi.

h. Tanda-tanda infeksi
Tanda-tanda infeksi menurut Abrams, 1995; Rukmono, 1973;
Mitchell & Cotran, 2003 antara lain :

1) Rubor
rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di
daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul,
terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan.
Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan
kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini
disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena
peradangan akut.

2) Kalor
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan
akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab
darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang
mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal.

3) Dolor
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat
bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh
tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.

4) Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstitial.

5) Functio laesa
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang
(Dorland, 2002). Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah
dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme
terganggunya fungsi jaringan yang meradang.
Pertanyaan Dan Jawaban

1. Ega kartikasari (1920011)

Sebutkan dan jelaskan cara penyebaran penyakit infeksi secara tidak


langsung ?

1. Benda yang terkontaminasi

Beberapa jenis kuman dapat hidup pada benda tertentu, seperti keran air, gagang
pintu, dan bahkan handphone. Penularan bisa terjadi ketika Anda menyentuh
benda yang telah terkontaminasi kuman atau benda milik penderita penyakit
infeksi.

Mikroorganisme penyebab infeksi juga bisa menyebar melalui penggunaan barang


pribadi, misalnya handuk, sikat gigi, dan pisau cukur, secara bergantian dengan
orang lain.

2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi

Sembarangan mengonsumsi makanan dan minuman juga dapat menyebabkan


Anda tertular penyakit infeksi. Berbagai jenis kuman, virus, dan parasit banyak
ditemukan dalam makanan atau minuman, terutama daging dan telur yang tidak
dimasak hingga matang atau makanan dan minuman yang tidak dipasteurisasi.

Contoh penyakit infeksi yang terjadi melalui metode ini adalah diare, keracunan
makanan, anthrax, flu babi, dan flu burung.

3. Gigitan serangga
Banyak penyakit infeksi yang menular melalui gigitan serangga, misalnya gigitan
nyamuk yang membawa virus atau parasit penyebab infeksi. Contoh penyakit
infeksi akibat gigitan serangga ini adalah demam berdarah, malaria, filariasis
(kaki gajah), chikungunya, penyakit Lyme dan infeksi virus Zika.

2. Nabilqis (1920026)

Lebih bahaya manakah infeksi virus dengan infeksi bakteri?

Sampai saat ini, sebenarnya belum ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa salah
satu dari infeksi virus dan bakteri lebih berbahaya bagi kesehatan. Keduanya bisa
menjadi sangat berbahaya, tergantung pada jenis dan seberapa banyak jumlahnya
di dalam tubuh.

Akan tetapi, bila dilihat dari sifat dan tingkat keparahan dampak yang
ditimbulkannya, virus cenderung lebih susah untuk disembuhkan atau
membutuhkan waktu yang lama. Ukuran virus bisa mencapai 10 hingga 100 kali
lebih kecil daripada bakteri. 

Hal ini membuat virus bisa memasukkan DNA yang dimilikinya ke dalam sel
tubuh atau mengambil alih sel-sel tubuh. Ketika sel-sel tersebut membelah diri,
maka ‘lahirlah’ sel yang sudah terinfeksi virus. Inilah yang membuat infeksi virus
lebih susah untuk disembuhkan.

Selain itu, virus juga bisa mengambil alih sel yang sedang berkembang. Dengan
kata lain, ia bisa menginfeksi bakteri di mana kondisi ini disebut
jugadengan Bacteriophages. Karena itu, infeksi virus cenderung lebih berbahaya
daripada bakteri. 

Namun, hal ini bukan berarti infeksi bakteri tidak berbahaya. Sebab, bakteri juga
bisa menjadi “bandel” dan sulit untuk diatasi bila sudah kebal dengan antibiotik. 

3. Rara Ayu (1920033)


Infeksi bakteri adalah kondisi yang dapat dicegah. Beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah infeksi bakteri adalah:

Rutin mencuci tangan setelah beraktivitas.

Menerima vaksin.

Menjaga kebersihan ketika mempersiapkan makanan.

Melakukan hubungan seksual yang aman.

Tidak berbagi barang pribadi, seperti handuk atau baju.

4. Nabila (1920025)

sebutkan faktor yang mempengaruhi proses infeksi

Faktor-faktor yang memengaruhi proses infeksi adalah :

1. Sumber Penyakit.

Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan dengan cepat atau
lambat.

2. Kuman Penyebab.

Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan


mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, dan virulensinya.

3. Cara Membebaskan Sumber dari Kuman.

Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi
atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, penyinaran (cahaya), dan
lain-lain.

4. Cara Penularan.

Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara, dapat
menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.

5. Cara Masuknya Kuman.

Proses penyebaran kuman berbeda, tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk
melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit, dan lain-lain.
6. Daya Tahan Tubuh.

Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau
mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tubuh yang
buruk dapat memperburuk proses infeksi.

Selain faktor-faktor di atas, terdapat faktor lain sperti status gizi atau nutrisi,
tingkat stres pada tubuh, faktor usia, dan kebiasaan yang tidak sehat.

5. Dinda Fadjrin (1920009)

Jika ingus bayi berwarna hijau, apakah itu pertanda infeksi yg disebabkan
oleh bakteri?

Ingus yang berwarna hijau atau kuning bukanlah indikasi primer yang
membutuhkan antibiotik untuk penanganannya. Saat flu, sangat normal jika ingus
menjadi kental dan berubah warna dari kuning ke hijau. Biasanya gejala ini akan
berlangsung sekitar 10 hari. Jika gejala ini berlangsung lebih dari 10 hari, disertai
dengan kenaikan suhu badan hingga 39°C selama 3-4 hari, maka bisa jadi infeksi
disebabkan oleh bakteri, atau disebut bacterial sinusitis. 

6. erny anggarda 1920014

dalam kasus infeksi bakteri ,obat paling mujarab saat ini adalah dengan
pengonsumsian antibiotika, Mengapa antibiotika dapat menjadi obat yang
sangat manjur untuk mengatasi infeksi ?

karena dalam antibiotika tsb berisi bakteri baik yang dinrancang untuk mengatasi
bakteri yang telah menginfeksi tubuh kita tersebut

7. Fitri Anggraeni (1920051)

Bagaimana cara kita untuk mencegah terjadinya infeksi

Beberapa upaya yang dapat dilakukan guna mengurangi risiko terjadinya infeksi
adalah:

-Melakukan pemeriksaan secara rutin.


-Menghindari kontak dengan hewan liar.

-Melakukan vaksinasi sesuai jadwal.

-Menerapkan kehidupan seks yang sehat.

-Menjaga kebersihan.

-Tidak berbagi pakai barang pribadi, seperti sikat gigi, handuk, atau sepatu.

-Tidak jajan sembarangan.

8. Nanda Ayu WJ / 1920027

Bagaimana respon tubuh terhadap infeksi?

Respon yang sering terjadi adalah peradangan. Mekanisme terjadinya radang


merupakan mekanisme fisiologis tubuh. Radang atau inflamasi merupakan
mekanisme pertahanan tubuh sebagai respon jaringan terhadap pengaruh merusak
baik bersifat lokal maupun yang masuk ke dalam tubuh.

Ketika proses peradangan (inflamasi) berlangsung, terjadi reaksi vascular di mana


cairan elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit) dan mediator kimia
berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses terjadinya peradangan
(inflamasi) dengan tanda tanda kalor, dolor, rubor, tumor dan functiolaesa

9. Fanani 1920001

Bagaimana upaya kita sebagai perawat dalam pencegahan resiko infeksi?

Seperti yang dikatakan sebelumnya, upaya yang perlu dilakukan perawat dalam
pencegahan resiko infeksi adalah selalu menjaga kebersihan tangan, kebersihan
diri petugas kesehatan dan pasien, penanganan linen dan peralatan perawatan
pasien dengan tepat, pengontrolan lingkungan, penanganan benda-benda tajam,
dan penempatan pasien selama dalam fasilitas kesehatan, serta penggunaan alat
pelindung diri (Personal Protective Equipments), seperti sarung tangan, apron dan
masker. Tindakan tindakan ini tentunya sesuai deng SOP yang ditetapkan oleh
Rumah Sakit sehingga perawat yang bertugas dapat menerapkan program PPI
dengan baik dan dapat memutus rantai infeksi yang terdaat di Rumah Sakit.
Upaya dalam pengendalian dan pencegahan infeksi bagi perawat sampai saat ini
merupakan komponen penting dalam membuat citra suatu fasilitas layanan
kesehatan (fasyankes) terutama Rumah Sakit. Hal ini karena ada kaitannya dengan
kepuasan pasien terhadap keterampilan yang dimiliki perawat dalam upaya
mengurangi rantai infeksi Rumah Sakit dan kecepatan proses penyembuhan
pasien ketika di rawat di Rumah Sakit

10. Yusuf 1920044

Mengapa pada usia lansia lebih rentan terinfeksi virus?

Jawab: Seiring pertambahan usia, tubuh akan mengalami berbagai penurunan


akibat proses penuaan, mulai dari menurunnya produksi pigmen warna rambut,
produksi hormon, kekenyalan kulit, massa otot, kepadatan tulang, kekuatan gigi,
hingga fungsi organ-organ tubuh.

Sistem imun sebagai pelindung tubuh pun tidak bekerja sekuat ketika masih
muda. Inilah alasan mengapa orang lanjut usia (lansia) rentan terserang berbagai
penyakit,
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme
gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan
Penyebab infeksi : Bakteri, Virus, Parasit

Tipe Infeksi : kolonisasi, Infeksi Local, Infeksi Sistemik, Bakterimia, Septikimia, Infeksi
Akut, Infeksi Kronik
Daftar Pustaka

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/0910712026/bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai