PENDAHULUAN
Penyakit keterbelakangan mental dalam spesifikasinya ada yang disebut dengan down
syndrome. Penyakit down syndrome ini disebabkan karena faktor keturunan atau kesalahan pada
pembelahan kromosom. Selain itu, banyak juga faktor yang menyebabkan penyakit down syndrome
ini. Diantara kita mungkin tidak banyak mengenal dan tidak memahami akan adanya penyakit ini,
sehingga sering terjadi pada anak karena ketidaktahuan kita selama ini.
Anak dengan syndrome Down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipenya dan
mempunyai kecerdasan yang terbatas , yang terjadi akibat adanya jumlah kromoson 21 yang
berlebih. Diperkirakan bahwa materi genetic yang berlebih itu terletak pada bagian lengan bawah
dari kromoson 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya menghasilkan suatu perubahan
homeostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan perkembangan fisik dan susunan saraf
pusat.
Sindrom Down (bahasa Inggris: Down syndrome) merupakan kelainan genetik yang terjadi
pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi
klinis yang cukup khas. Pada tahun 1970-an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari
kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan
istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama
Kelainan bawaan sejak lahir yang terjadi pada 1 diantara 700 bayi. Mongolisma (Down‟s
Syndrome) ditandai oleh kelainan jiwa atau cacat mental mulai dari yang sedang sampai berat.
Tetapi hampir semua anak yang menderita kelainan ini dapat belajar membaca dan merawat
dirinya sendiri.
Down Syndrom merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi pada
manusia. Diperkirakan 20 % anak dengan down syndrom dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35
tahun. Synrom down merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom
X. Syndrom ini juga disebut Trisomy 21, karena 3 dari 21 kromosom menggantikan yang normal.
Sebanyak 95 % kasus syndrom down disebabkan oleh kelebihan kromosom.
Saat ini jumlah anak-anak yang lahir dengan berbagai kelainan kromosom semakin besar sekali,
bahkan sangat sedikit dari penderiata semacam ini yang mampu bertahan hidup kecuali kolompok
anak penderita down sindrom yang dari penampilannya biasa disebut “mongol”. Saat ini sangat
besar kemungkinan untuk mereka bertahan hidup dengan baik sampai usia dasawarsa kedua atau
ketiga
Oleh karena itu, perlu kiranya disusun sebuah makalah yang membahas mengenai Down
Syndrome, sehingga bisa sebagai referensi bagi masyarakat dan tenaga kesehatan dalam melakukan
pencegahan dini terhadap kemungkinan adanya down syndrome pada anak sehingga anak spesial
tersebut bisa ditangani lebih dini
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Down Syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak
yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat
kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan ( Wikipedia
indonesia). Sindrom Down (bahasa inggris:Down Syndrome) adalah suatu kumpulan gejala akibat
dari abnormalitas kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri selama
meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom. Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh
Langdon Down pada tahun 1866.
Sindrom Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan kromosom yang
menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan kelainan fisik (medicastore). Anak
dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan mempunyai
kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21 yang berlebihan ( Soetjiningsih )
2.2 ETIOLOGI
Selama satu abad sebelumnya banyak hipotesis tentang penyebab Down syndrome yang
dilaporkan. Tetapi semenjak ditemukan adanya kelainan kromosom pada syndrome Down pada
tahun 1959, maka sekarang perhati lebih dipusatkan pada kejadian “non disjunctional” sebagai
penyebabnya yaitu:
Genetik
Diperkirakan terdapat predisposisi genetik terhadap kasus down syndrome. Bukti yang mendukung
teori ini adalah berdasarkan atas hasil penelitian epidiomologi yang menyatakan adanya
peningkatan risiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan down syndrome.
Radiasi
Radiasi dikatakan merupakan salah satu penyebab terjadinya “non disjunctional” pada syndrome
down ini. Uchidi 1981 ( dikutip Pueschel dkk) menyatakan bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan
anak dengan down syndrome , pernah mengalami radiasi di daerah perut sebelum terjadinya
konsepsi. Sedangkan peneliti lain tidak mendapatkan adanya hubungan antara radiasi dengan
penyimpangan kromosos.
Infeksi
Infeksi juga dikatakan sebagai salah satu penyebab sindrom down. Sampai saat ini belum ada
peneliti yang mampu memastikan bahwa virus dapat mengakibatkan terjadinya “non disjuction”.
Autoimun
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid. Penelitian Fialkow 1996
dikutip Pueschel dkk) secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan autoantibodi tiroid pada
ibu yang melahirkan anak dengan syndrome down dengan ibu control yang umurnya sama.
Umur ibu
Apabila umur ibu di atas 35 tahun , diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat
menyebabkan terjadinya “non disjunctional” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom
21 dan 15. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, perubahan konsentrasi
reseptor hormone, peningkatan secara tajam kadar LH ( Luteinizing hormone) dan FSH (Follicular
Stimulating hormone) secara tiba-tiba sebelum dan selama menopause, dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya “non disjunction.” Bagi ibu- ibu yang berumur 35 tahun ke atas, semasa
mengandung mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak Down Syndrom. Sembilan
puluh lima penderita down syndrom disebabkan oleh kelebihan kromosom 21. Keadaan ini
disebabkan oleh “non dysjunction” kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana semasa
proses pembahagian sel secara mitosis pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan sempurna.
Di kalangan 5 % lagi, kanak-kanak down syndrom disebabkan oleh mekanisme yang dinamakan
“Translocation“. Keadaan ini biasanya berlaku oleh pemindahan bahan genetik dari kromosom 14
kepada kromosom 21. Bilangan kromosomnya normal iaitu 23 pasang atau jumlah kesemuanya 46
kromosom. Mekanisme ini biasanya berlaku pada ibu-ibu di peringkat umur yang lebih muda.
Sebagian kecil down syndrom disebabkan oleh mekanisme yang dinamakan “mosaic”.
Umur Ayah
Selain pengaruh umur ibu terhadap syndrome down, juga dilaporkan adanya pengaruh umur ayah.
Penelitian sitogenetik pada orang tua dari anak dengan syndrome down mendapatkan bahwa 20-
30% kasus ekstra kromoson 21 bersumber dari ayahnya, tetapi korelasinya tidak setinggi dengan
umur ibu.
Faktor lainnya seperti intramagnetik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus masih
didiskusikan kemungkinan sebagai penyebab dari syndrome down.Gangguan intragametik yaitu
gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi Translokasi kromosom 21 dan 15. Organisasi nukleus
yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga menyebabkan kesalahan DNA menuju ke RNA.
Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam kandungan.
2.3 PATHOFISIOLOGI
Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat
membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
2.8 PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi
kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami
kemunduran dari sistem penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat tonus
otot-otot yang lemah. Dengan demikian penderita harus mendapatkan dukungan maupun
informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai.
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap Down syndrome dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
Konseling Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat
membantu mengurangi angka kejadian Sindrom Down.
Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal juga
sebagai “ homologous recombination “ sebuah gen dapat dinonaktifkan.
3. Pendidikan
Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkungan yang
memadai bagi anak dengan syndrom down, yang bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus
serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar anak mampu mandiri seperti
berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi.
Taman Bermain
Misalnya dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain dengan
temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.
Anjurkan orang tua untuk memeriksakan pendengaran dan penglihatan secara rutin
Gali pengertian orang tua mengenai syndrom down
1. Beri penjelasan pada orang tua tentang keadaan anaknya
2. Beri informasi pada orang tua tentang perawatan anak dengan syndrom down
Berikan motivasi pada orang tua agar memberi lingkungan yang memadai pada anak
1. Dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik kasar dan halus serta
pentunjuk agar anak mampu berbahasa
2. Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam aktivitas sehari-
hari.