Anda di halaman 1dari 38

KARANTINA

TUMBUHAN DI
INDONESIA

TIM DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH KARANTINA TUMBUHAN


KONTRAK KULIAH
• Mahasiswa diwajibkan hadir tepat waktu dengan maksimal keterlambatan 10 menit.
• Mahasiswa harus berpenampilan rapi (menggunakan kemeja dan sepatu), tidak berbicara dengan
rekannya di kelas, dan tidak mengganggu jalannya perkuliahan.
• Mahasiswa tidak diperkenankan menyalakan handphone di dalam kelas.
• Mahasiswa diwajibkan on camera saat pertemuaan menggunakan zoom meeting/google meet atau
sejenisnya.

Penilaian :
Tugas : 20%
Kuis : 5%
Keaktifan: 5%
UTS : 35%
UAS: 35%
PENGERTIAN KARANTINA

• Kata “karantina” berasal dari bahasa latin


“quarantum” yang berarti empat puluh.

Ini berasal dari lamanya waktu yang diperlukan


untuk menahan kapal laut yang berasal dari negara
yang tertular penyakit epidemis, seperti pes,
kolera dan demam kuning, dimana awak kapal dan
para penumpangnya dipaksa untuk tetap tinggal
terisolisasi di atas kapal yang ditahan di lepas pantai
selama empat puluh hari, yaitu jangka waktu
perkiraan timbulnya gejala penyakit yang dicurigai
MENURUT KAMUS UMUM BAHASA
INDONESIA, KARANTINA DIARTIKAN
SEBAGAI :

(1) tempat penginapan


yang terpaksa
berhubung dengan (2) tempat menahan sesuatu
kesehatan, atau (binatang, tanaman atau
pelanggaran masuk tumbuhan untuk mencegah
tanpa izin ke suatu tersebarnya penyakit dari
negara;
benda-benda itu) .
• Definisi lainnya dari karantina adalah : (1) tempat dimana sebuah alat angkut (kapal laut atau
pesawat terbang) ditempatkan; (2) pengisolasian atau pembatasan dalam perjalanan untuk
mencegah agar suatu penyakit menular, serangga hama dan lain-lain tidak menyebar; (3) suatu
keadaan dalam masa karantina; (4) suatu tempat dimana orang, binatang atau tanaman yang
berpenyakit menular diisolasi, atau dalam keadaan tidak dapat melakukan perjalanan; (5) periode
pengasingan, pengucilan masyarakat dan lain-lain; (6) diisolasi secara politik, komersial atau sosial.

• Dalam ISPM (International Standards for Phytosanitary Measures) nomor 5 mengenai Glossary of

Phytosanitary Terms, karantina (quarantine) didefinisikan sebagai “official confinement of

regulated articles for observation and reserach or for further inspection, testing and/or treatment”

(pengasingan resmi terhadap barang atau benda yang ditetapkan berdasarkan peraturan resmi, untuk

pengamatan dan penelitian atau untuk pemeriksaan, pengujian dan/atau perlakuan lebih lanjut).
Apa itu Karantina
Tumbuhan ????

Istilah lain dari karantina tumbuhan


adalah plant quarantine (dalam bahasa
Inggris), karantina tanaman (antara lain
digunakan di Malaysia), dan karantina
tumbuh-tumbuhan, yang digunakan di
Indonesia sejak kemerdekaan sampai
awal tahun 1980-an
• Dalam Undang-undang nomor 16 tahun 1992, tumbuhan didefinisikan
sebagai semua jenis sumberdaya alam nabati dalam keadaan hidup atau
mati, baik belum diolah maupun telah diolah. Selanjutnya dalam Penjelasan atas
Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan,
dijelaskan bahwa dalam pengertian tumbuhan, termasuk benih atau bibit tumbuhan,
hasil tumbuhan hidup, hasil tumbuhan mati yang belum diolah, dan hasil tumbuhan
mati yang sudah diolah.

• Dalam International Standard for Phytosanitary Measures (ISPM) nomor 5,


tumbuhan (plants) didefinisikan sebagai “living plants and parts, thereof, including
seeds and germplasm” (tumbuhan hidup dan bagian-bagiannya, termasuk benih dan

plasma nutfah).
Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2019 tentang Karantina Hewan,
Ikan dan Tumbuhan, karantina tumbuhan adalah sistem pencegahan masuk,
keluar dan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan Karantina; serta
pengawasan dan/atau pengendalian terhadap keamanan pangan dan mutu
pangan, keamanan pakan dan mutu pakan, produk Rekayasa Genetik,
Sumber Daya Genetik, Agensia Hayati, Jenis Asing Invasif, Tumbuhan Liar,
serta Tumbuhan Langka yang dimasukkan ke dalam, tersebarnya dari suatu
Area ke Area lain, dan/atau dikaeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Apa saja produk pertanian yang harus dilaporkan dan / atau diperiksa ke petugas
Karantina Pertanian?
Produk pertanian yang wajib dilaporkan dan / atau diperiksakan di karantina pertanian adalah
media pembawa hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) dan organism pengganggu
tumbuhan karantina (OPTK) sertabenda lain yang dapat membawa masuk dan / atau
menyebarkan HPHK dan OPTK, diantaranya adalah :
•Hewan, yaitu : semua binatang yang hidup di darat, baik dipelihara maupun yang hidup secara
liar, termasuk hewan yang dilindungi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
•Bahan asal hewan, yaitu : bahan yang berasal dari hewan yang dapat diolah lebih lanjut,
termasuk daging, susu, telur, bulu, tanduk, kuku, kulit, tulang dan mani
•Hasil bahan asal hewan, yaitu : bahan asal hewan yang telah diolah (kulit yang disamak setengah
proses, tepung tulang, tepung darah, tepung bulu, usus, organ-organ, kelenjar, jaringan serta
cairan tubuh hewan.
•Tumbuhan yaitu : semua jenis sumber daya alam hayati nabati dalam keadaan hidup atau mati,
baik belum diolah maupun telah diolah termasuk tumbuhan yang dilindungi, kecuali rumput laut
dan tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae)
Dalam kondisi seperti apa produk pertanian (komoditas wajib
periksa karantina pertanian) tersebut harus dilaporkan ke
karantina?

Komoditas wajib periksa karantina yang harus dilaporkan dan


diperiksakan ke petugas karantina pertanian bila hendak
dilalulintaskan antar area dan / atau antar Negara baik dengan alat
angkut pesawat udara maupun kapal laut.
Mengapa harus dikarantinakan, apa tujuannya?

Tujuan dilakukan tindakan karantina adalah untuk :


•Mencegah masuknya hama / penyakit hewan karantina, dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina dari luar negeri
kedalam wilayah Negara Republik Indonesia
•Mencegah tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina dari area ke area lain
di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
•Mencegah keluarnya hama dan penyakit hewan karantina dari
wilayah Negara Republik Indonesia
Bagaimana prosedur dan persyaratan ekspor dan / atau lalulintas
domestik komoditas pertanian?

Diantaranya :
•Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari Dokter Hewan Karantina
pelabuhan pengeluaran yang menerangkan:
• Asal daerah, jumlah dan jenis hewan, Berta status daerah tersebut
yang dalam kurun waktu tertentu tidak terjangkit hama dan penyakit
hewan karantina yang dapat ditularkan melalui hewan yang dimaksud
• Tidak menunjukkan gejala hama dan penyakit hewan menular
karantina, bebas ekto parasit dan dalam keadaan sehat
•Melalui pelabuhan / tempat pengeluaran yang telah ditetapkan
•Dilaporkan oleh pemilik atau kuasanya kepada petugas karantina hewan
sekurang-kurangnya 2 hari sebelum pengeluaran
•Diserahkan kepada petugas karantina hewan untuk dilakukan tindakan
karantina sesuai dengan permintaan negara tujuan
Bagaimana persyaratan karantina bila memasukkan / mengirim
/ mengeluarkan Media Pembawa melalui Bandara atau
Pelabuhan?

•Dilengkapi sertifikat kesehatan dari Negara asal dan negara transit


•Melalui tempat-tempat pemasukan / pengeluaran yang telah
ditetapkan
•Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ditempat-
tempat pemasukan dan pengeluaran untuk keperluan tindakan
karantina (Bandar Udara, PelabuhanLaut, Pelabuhan Sungai,
Pelabuhan Penyeberangan, Kantor Pos dan Pos Perbatasan
Sejarah Karantina Tumbuhan

Pelaksanaan karantina telah di mulai sejak abad ke-14 yang


bertujuan untuk melindungi kota-kota di Venesia dari
penyakit yang dibawa oleh awak kapal yang berasal dari
Eropa. Pada tahun 1374 kapal-kapal yang akan berlabuh di
Pelabuhan Venezia yang berasal dari pelabuhan-pelabuhan
Eropa yang telah terinfeksi penyakit berbahaya “Bubonic
Plague” diharuskan berada di laut selama 40 hari sebelum
merapat ke daratan Venesia. Perlakuan 40 hari tersebut
telah cukup waktu untuk mengidentifikasi dan
memperlakukan penyakit hingga dalam kondisi normal.
Kapal-kapal yang telah dikarantina selama 40 hari akan
diberi bendera berwarna kuning yang menunjukkan bahwa
kapal tersebut telah diperbolehkan berlabuh di daratan
Venesia.
SEJARAH KARANTINA TUMBUHAN DI INDONESIA

Pada Tahun 1877 sudah dicetuskan peraturan


perundang undangan yang berkait dengan karantina
(tumbuhan), yakni Ordonansi 19 Desember 1877
(Staatsblad No.262) tentang larangan pemasukan
tanaman kopi dan biji kopi dari Srilanka. Pada tahun
1914 sebagai tindak lanjut dari Ordonansi 28 Januari
1914 (Staatsblad No.161) penyelenggaraan kegiatan
perkarantinaan secara institusional di Indonesia
secara nyata baru dimulai oleh sebuah organisasi
pemerintah bernama Instituut voor Plantenzekten en
Cultures (Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman dan
Budidaya).
Pada tahun 1930 pelaksanaan kegiatan operasional karantina di pelabuhan-Pelabuhan
diawasi secara sentral oleh Direktur Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman dan
Budidaya, serta ditetapkan seorang pegawai Balai yang kemudian diberi pangkat
sebagai Plantenziektenkundigeambtenaar (pegawai ahli penyakit tanaman).

Pada tahun 1939 Dinas karantina tumbuh-tumbuhan


(Planttenquarantine Diest) menjadi salah satu dari 3 seksi dari Balai
Penyelidikan Penyakit Tanaman (Instituut voor Plantenziekten).

Pada tahun 1957 dengan Keputusan Menteri Pertanian, dinas


tersebut ditingkatkan statusnya menjadi Bagian.
Pada tahun 1961 BPHT diganti namanya menjadi LPHT (Lembaga
Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman) yang merupakan salah satu dari
28 lembaga penelitian dibawah Jawatan Penelitian Pertanian.

Tahun 1966 dalam reorganisasi dinas karantina tumbuhan tidak lagi


ditampung dalam organisasi Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3)
yang merupakan penjelmaan LPHT.

Kemudian Karantina menjadi salah satu Bagian di dalam Biro


Hubungan Luar Negeri Sekretariat Jenderal Departemen
Pertanian.
Pada tahun 1969, status organisasi karantina tumbuhan diubah kembali dengan
ditetapkannya Direktorat Karntina Tumbuh-tumbuhan yang secara operasional
berada dibawah Menteri Pertanian dan secara administratif di bawah Sekretariat
Jenderal.
Dengan status Direktorat tersebut, status organisasi karantina tumbuhan meningkat
dari eselon III menjadi eselon II.

Pada tahun 1974, organisasi karantina diintegrasikan dalam wadah Pusat


Karantina Pertanian dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Tahun 1980 berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 453 dan No. 861 tahun
1980, organisasi Pusat Karantina Pertanian (yang notabene baru diisi karatina
tumbuhan ex Direktorat Karantina Tumbuhan), mempunyai rentang kendali
manajemen yang luas.

Pusat Karantina Pertanian pada masa itu terdiri dari 5 Balai (eselon III), 14 Stasiun
(eselon IV), 38 Pos (eselon V)dan 105 Wilayah Kerja (non structural)yang tersebar
diseluruh Indonesia.
Pada tahun 1983 Pusat Karantina Pertanian dialihkan kembali dari Badan Litbang
Pertanian ke Sekretariat Jenderal dengan pembinaan operasional langsung di
bawah Menteri Pertanian .

Namun kali ini kedua unsur karantina (hewan dan tumbuhan) benar-benar
diintegrasikan.

Pada tahun 1985 Direktorat Jenderal Peternakan menyerahkan pembinaan unit


karantina hewan, sedangkan Badan Litbang Pertanian menyerhkan pembinaan
unit karantina tumbuhan, masing-masing kepada Sekretariat Jenderal
Departemen Pertanian.

Pada tahun 2001 terbentuklah Badan Karantina Pertanian, Organisasi eselon I di


Departemen Pertanian melalui Keppres No. 58 Tahun 2001.
Karantina Pertanian di Indonesia merupakan
tanggung jawab Departemen Pertanian yang
pelaksanaannya oleh Badan Karantina Pertanian,
Organisasi Eselon I lingkup Departemen Pertanian.
Badan Karantina Pertanian dipimpin oleh seorang
Kepala Badan. Di tingkat Pusat, Kepala Badan
Karantina Peratanian dibantu oleh 4 pejabat eselon II,
10 pejabat eselon III dan 24 pejabat eselon IV.
Ditingkat lapangan Kepala Barantan dibantu oleh
Kepala UPT terdiri atas 39 UPT Karantina Hewan, 43
UPT Karantina Tumbuhandan 1 Balai Uji standar.
Dasar Hukum
Karantina Tumbuhan
Dasar hukum pelaksanaan pemantauan OPT/OPTK adalah:

a. Undang-Undang RI No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan
b. Keputusan Presiden No. 2 Tahun 1977 tentang Ratifikasi Amandemen International Plant Protection Convention.
c. Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan
d. Peraturan Menteri Pertanian No. 299/Kpts/OT.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian.
e. Peraturan Menteri Pertanian No.341/Kpts./OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pertanian.
f. Peraturan Menteri Pertanian No.37/Kpts/HK.310/4/2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pelaksanaan Tindakan
Karantina Tumbuhan Tertentu oleh Pihak Ketiga.
g. Keputusan Menteri Pertanian No. 499/Kpts./ OT.210/8/ 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai dan Stasiun
Karantina Tumbuhan.
h. Keputusan Menteri Pertanian No. 618/Kpts/OT. 140/12/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Karantina
Tumbuhan.
i. Keputusan Menteri Pertanian No. 680/Kpts./ OT.140/11/ 2004 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Pertanian
No. 618/Kpts./ OT. 140/12/2003 Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Karantina Tumbuhan.
j. Keputusan Menteri Pertanian No. 38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan
Daerah Sebarnya.
k. Keputusan Menteri Pertanian No. 264/Kpts/OT.140/4/2006 tentang Penetapan Focal Point Organisasi Perlindungan
Tumbuhan Nasional (National Plant Protection Organization)
DAERAH SEBARAN ORGANISME PENGGANGGU
TANAMAN (OPT) DI INDONESIA
2016
Menurut Sudiono, 2013
Menurut Sudiono, 2013
Penyebaran Hama Baru pada Jagung

• Sejak pertama sekali ditemukan di Sumatera Barat pada bulan Maret 2019
sampai bulan April 2020, serangan ulat grayak Spodoptera frugiperda pada
jagung sudah menyebar di 32 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Palembang, Lampung, Banten,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara,
Papua dan Papua Barat. Penyebaran ulat grayak yang sangat cepat dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ngengat mempunyai kemampuan
terbang yang jauh, terbawa melalui alat transportasi dan keadaan iklim yang
sesuai
Penyebaran Hama Baru pada Jagung
Menurut
Triwahyu dan
Suryaminasih
, 2009
Menurut Manti 2004
dalam Prosiding Seminar
Nasional Hortikultura

Anda mungkin juga menyukai