Anda di halaman 1dari 7

PENGANGKUTAN LIFE ANIMAL

DALAM UDARA

KELOMPOK 5

ANGGOTA :

1) DEWI RAHMA (10)


2) NABILA OCTAVIANA (23)
3) NOVI ANGGRAENI (24)
4) ROSA DIAH PRANESTI (28)
5) SINTYA DWI WULANDARI (32)
6) TANTRI FATIMAH (34)

MENERBITKAN TIKET PENERBANGAN DOMESTIK

( MTD )

XI USAHA PERJALANAN 1

SMK NEGERI 1 CILACAP


PENGANGKUTAN LIFE ANIMAL

Pengangkutan Hewan Melalui Udara adalah Dalam penyelenggaraan kegiatan


pengangkutan hewan agar dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan
dengan selamat maka diperlukan suatu sistem pengaturan yang terdiri dari
peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan ini dapat berupa
peraturan internasional maupun peraturan nasional.

Berikut Dasar Hukum Secara Internasional Mengenai Pengangkutan Hewan Melalui


Udara

1. The IATA Live Animal Regulations (LAR)

Menyebutkan peraturan umum untuk pengangkutan hewan lewat udara. LAR


menetapkan tipe kontainer yang digunakan dan prosedur penanganan yang harus
diikuti untuk spesies individual hewan. Perhatian khusus diberikan untuk
kenyamanan hewan, keamanan dari staff yang menangani hewan dan pencegahan
kerusakan pesawat.

2.The Washington Convention on International Trade in Endanger Species of Wild


Fauna and Flora (CITES):

Peraturan ini berisi aturan mengenai pembatasan impor atau ekspor spesies hewan
yang akan punah.

Peraturan nasional yang mengatur pengangkutan hewan melalui udara adalah


sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan


Tumbuhan.

Setiap hewan, ikan, dan tumbuhan yang akan diangkut dari suatu area ke area lain
harus melewati suatu prosedur yang dinamakan karantina. Di dalam Undang-
Undang ini dijelakan mengenai persyaratan karantina hingga tindakan karantina apa
yang akan dilewati bagi hewan, ikan, dan tumbuhan yang akan diangkut.

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

Hewan masuk kategori barang khusus yaitu barang yang karena sifat, jenis, dan
ukurannya memerlukan penanganan khusus sehingga pengangkutan hewan dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan diatur pada pasal 136,
137, 138 dan 139.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan.

Peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina


Hewan, Ikan, dan Tumbuhan terkhusus pada pelaksanaan karantina hewan. Dalam
Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai persyaratan bagi karantina hewan baik itu
di dalam negeri maupun luar negeri (ekspor-impor) hingga prosedur karantina
hewan itu sendiri.

4. Peraturan Menteri Perhubungan No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab


Pengangkut Angkutan Udara Jo. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 92 Tahun
2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun
2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara.

Peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang


Penerbangan. Dalam peraturan pemerintah ini dijelaskan mengenai tanggung jawab
pengangkut dalam hal ganti kerugian terhadap penumpang, bagasi maupun kargo.
Seperti yang kita ketahui pengangkutan hewan sebagai kargo.

5. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP. 152 Tahun 2012
Tentang Pengamanan Kargo dan Pos yang Diangkut dengan Pesawat Udara

Hal-hal yang harus diperhatikan pegiriman live animal adalah sebaga berikut :

1. Kesehatan dan kondisi hewan hidup tersebut.


Hanya hewan yang terlihat sehat dan dalam kondisi yang fit dapat melakukan
perjalanan ke tempat tujuan dengan menggunakan jasa angkutan udara. Shipper
harus menginformasikan apabila hewan dalam keadaan hamil atau baru melahirkan
dalam waktu 48 jam sebelum perjalanan. Mamalia yang dalam keadaan hamil tidak
dapat diterima untuk pengiriman, kecuali dilengkapi surat jaminan kesehatan dari
dokter hewan untuk menghindari resiko melahirkan selama dalam perjalanan.
2. Packing and Marking
Pengemasan untuk binatang harus bersih bebas dari kebocoran dan kontainer untuk
hewan harus dijamin, dapat mencegah binatang tersebut lolos dari kontainer tempat
pengiriman. Pengirim berkewajiban untuk menempelkan label yang jelas dan tahan
lama berisikan nama pengirim, alamat, dan sebagainya seperti yang tertera dalam
surat muatan udara, disetiap kemasan barang kiriman. Kemudian, kontainer tempat
binatang harus diberi tanda khusus untuk live animal berupa tag “LIVE ANIMAL” di
setiap kontainer. Kontainer tempat pengiriman hewan yang dapat menimbulkan
bahaya karena gigitan atau sengatan berbisa harus diberi tanda “POISONOUS”.
3. Food and Other Additional Articles
Makanan yang diperlukan oleh binatang selama perjalanan harus termasuk
perhitungan chargeable weight. Apabila makanan tersebut dikirimkan sebagai
kiriman terpisah, harus diberi tanda pada kemasannya.
4. Reservation
Harus ada kepastian dari reservasi yang dilakukan mengenai keberadaan ruang di
pesawat, kemungkinan connecting flight dan kepastian keberangkatan ke stasiun
tujuan.
5. Consolidation
Hewan tidak boleh dijadikan consol cargo dengan kargo lain selain hewan. Kalau
dijadikan consol dengan hewan, harus mengacu kepada IATA Live Animal
Regulations.
6. Documents
Dokumen kesehatan dan sertifikat suntikan rabies harus disertakan dalam
pengangkutan hewan melalui udara.
• Live tropical fish and other marine/river products
Pengiriman live fish, live tropical fish, dan marine products (coral, rumput laut, dan
lain-lain) harus mengandung air berkandungan garam yang cukup agar live animal
dapat hidup selama pengiriman.
Namun, kandungan air garam yang terlalu banyak dapat berisiko menyebabkan
korosi pada komponen pesawat.
• Live reptiles, small mammals
Live reptiles (snakes, lizards, turtles, etc) and small animals (mice squirrels, rodents,
bats, birds, etc) adalah jenis live animal yang sering dikirim melalui pengangkutan
udara. Kontainer untuk live animal seperti ini harus menjamin agar live animal harus
menjamin agar live animal tidak dapat lolos melalui celah-celah kecil yang ada di
kontainer karena gigitan atau cakarannya dapat merusak komponen kabel di
pesawat yang dapat mebahayakan penerbangan.
• Storage (Penyimpangan) Ibid, hal. 134.

 Kontainer yang digunakan harus aman secara terstruktur saat dimuat


dalam pesawat untuk mencegah bergesernya kemasan atau kandang hewan
ini yang dapat merusak pesawat.

Kontainer hewan-hewan jangan pernah diletakkan terbalik harus dilengkapi sticker


untuk peletakan posisi.

 Lantai konrainer hewan harus dialasi serpihan kayu atau serbuk gergaji
kayu.

 Hewan yang menunggu jadwal keberangkatan harus ditangani di tempat


yang bersih, kering, serta bebas dari tumpukan barang dan temperatur yang
sesuai dengan kondisi hewan tersebut harus dijaga.

Untuk melindungi hewan dari angin atau temperatur udara yang ekstrim, kandang
atau kemasan hewan harus selalu ditutup atau terlinduung sementara. Hal seperti ini
untuk melindungi hewan agar tidak mati atau lemas.

 Jauhi dari kiriman radio active.

 Mengikuti instruksi pengirim.

 Hewan yang bersala dari spesies yang berbeda sebaiknya jangan


diletakkan berdekatan.
 Hewan-hewan ini harus dimuat atau dibongkar sedekat mungkin dengan
pesawat.

• Stowage in aircraft of live animals (pemuatan hewan hidup di pesawat)

 Kontainer hewan diikat untuk menghindari bergeser saat tinggal landas,


mendarat ataupun selama penerbangan berlangsung.

 Penyusunan harus dibuat sedemikian rupa agar hewan ini dapat di


turunkan sesegera mungkin jika tiba di bandara tujuan.

 Kontainer atau kandang hewan ini harus ditaruh ditempat yang cukup
lapang agar terdapat sirkulasi udara yang cukup.

 Tergantung bagaimana kualitas kandang, penanganan harus tetap ekstra


hati-hati.

 Jika terjadi keterlambatan penerbabangan maka harus ditangani sesuai


insrtuksi pengirim.

 Hewan ditaruh sedemikian rupa jika pada penerbangan transit.

 Kontainer atau kandang tidak boleh ditaruh di bawah ventilasi udara


pesawat atau di bawah cahaya lampu.

 Hewan yang bermusuhan secara alam harus ditaruh berjauhan

 Jauhkan hewan yang berlainan jenis kelamin.

 Hewan-hewan harus dijauhkan dari cairan kimia atau bahan kimia

Setiap hewan yang akan dibawa atau dikirim dari suatu area ke area yang lain
dikenakan tindakan karantina berupa:

1. Pemeriksaan. Tindakan pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui


kelengkapan dan kebenaran isi dokumen serta untuk mendeteksi hama dan penyakit
hewan karantina atau organisme pengganggu tumbuhan karantina. Pemeriksaan
terhadap hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan dapat dilakukan
koordinasi dengan instansi lain yang bertanggung jawab di bidang penyakit
karantina yang membahayakan kesehatan manusia.

2. Pengasingan dan Pengamatan. Pengasingan dan Pengamatan dimaksudkan


untuk mendeteksi lebih lanjut terhadap hama dan penyakit hewan karantina atau
organisme pengganggu tumbuhan karantina tertentu yang karena sifatnya
memerlukan waktu lama, sarana dan kondisi khusus.

3. Perlakuan. Perlakuan dimaksudkan untuk menyucihamakan media pembawa


hama dan penyakit hewan karantina atau organisme pengganggu tumbuhan
karantina. Perlakuan diberikan terhadap media pembawa apabila setelah dilakukan
pemeriksaan atau pengasingan untuk diadakan pengamatan ternyata media
pembawa tersebut

• Tertular atau diduga tertular hama dan penyakit hewan karantina; atau

• Tidak bebas atau diduga tidak bebas dari organisme pengganggu tumbuhan
karantina.

4. Penahanan. Penahanan dilakukan apabila setelah dilakukan pemeriksaan


terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina atau organisme
pengganggu tumbuhan karantina ternyata persyaratan karantina atau pemasukan ke
dalam tau dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia
belum seluruhnya dipenuhi.

5. Penolakan. Penolakan dilakukan terhadap media pembawa hama dan penyakit


hewan atau organisme pengganggu tumbuhan karantina yang dimasukkan
kedalam atau dimasukkan dari suatu araea kearea lain di dalam wilayah negara
Republik Indonesia apabila ternyata

• Setelah dilakukan pemeriksaan diatas alat angkut, tertular hama dan penyakit
hewan karantina atau tidak bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina
yang ditetapkan oleh Pemerintah, atau busuk, atau rusak, atau merupakan jenis-
jenis yang dilarang pemasukannya; atau

• Persyaratan karantina seluruhnya tidak dipenuhi; atau

• Setelah dilakukan penahanan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi


dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi; atau

• Setelah diberi perlakuan diatas alat angkut, tidak dapat disembuhkan dan/atau
disucihamakan dari hama dan penyakit hewan karantina atau tidak dapat
dibebaskan dari organisme pengganggu tumbuhan karantina.

6. Pemusnahan. Pemusnahan dapat dilakukan terhadap media pembawa hama


dan penyakit hewan atau organisme pengganggu tumbuhan karantina yang
dimasukan ke dalam atau dimasukkan dari suatu area ke area lain di dalam wilayah
Negara Repbulik Indonesia ternyata

• Setelah media pembawa tersebut diturunkan dari alat angkut dan dilakukan
pemeriksan, tertular hama dan penyakit hewan karantina atau organisme
pengganggu tumbuhan karantina tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah, atau
busuk, atau rusak, atau merupakan jenis-jenis yang dilarang pemasukannya; atau

• Setelah dilakukan penolakan media pembawa yang bersangkutan tidak segera


dibawa keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh
pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan; atau
• Setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan, tertular hama dan penyakit
hewan karantina atau tidak bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina
tertentu yang ditatapkan oleh pemerintah; atau

• Setelah media pembawa tersebut diturunkan dari alat angkut dan diberi
perlakuan, tidak dapat disembuhkan dan/atau disucihamakan dari hama dan
penyakit hewan karantina atau tidak bebas dari organisme pengganggu tumbuhan
karantina.

7. Pembebasan. Pembebasan dilakukan terhadap media pembawa hama dan


penyakit hewan karatina atau organisme pengganggu tumbuhan karantina yang
dimasukkan ke dalam atau dimasukkan dri suatu area ke area lain di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia ternyata

• Setelah dilakukan pemeriksaan tidak tertular hama dan penyakit hewan karantina
atau bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina; atau

• Setelah dilakukan pengamatan dan pengasingan tidak tertular hama dan


penyakit hewan karantina atau bebas dari organisme pengganggu tumbuhan
karantina; atau

• Setelah dilakukan perlakuan dapat disembuhkan dari hama dan penyakit hewan
karantina atau dapat dibebaskan dari organisme pengganggu tumbuhan karantinal;
atau setelah dilakukan penahanan seluruh persyaratan yang diwajibkan telah dapat
dipenuhi.

Secara umum setiap hewan yang akan dimasukan atau dikeluarkan ke atau dari
dalam wilayah Negara Republik Indonesia dilengkapi sertifikasi kesehatan yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang dari negara atau daerah asal dan negara
atau daerah transit; dilengkapi surat keterangan asal dari tempat asalnya bagi
hewan yang tergolong benda lain; melalui tempat pemasukan dan pengeluaran yang
telah ditetapkan; dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina hewan di
tempat pemasukan atau tempat pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina.

Anda mungkin juga menyukai