Setelah dilakukan tindakan penegakan hukumnya, maka harus ditindaklanjuti sebagai berikut:
a. Evakuasi satwa yang dilindungi terlebih dahulu dilakukan serah terima dari petugas penyerah (Wakil
Direktorat Jenderal PHPA/Kepala BKSDA/Unit KSDA/Taman Nasional alau PPNS) kepada
pembawa/pengangkut, dan dibuat berita acaranya.
b. Evakuasi satwa yang dilindungi lainnya, dilakukan dengan memperhatikan kondisi satwa yang dilindungi
tersebut.
c. Menggunakan cara-cara yang nyaman bagi satwa dimaksud dalam memperlakukan satwa sehingga tidak
mengalami gangguan fisik (luka) dan kejiwaan (stress).
d. Bagi satwa yang memerlukan pembiusan supaya dijaga agar satwa tetap sehat. Untuk maksud tersebut agar
digunakan teknik pembiusan yang baik dan benar, sesuai dengan tata cara yang lazim dalam ilmu kedokteran
hewan.
e. Evakuasi satwa harus dilakukan dengan menggunakan kandang- kandang transport (angkut) yang kuat dan
baik, yang ukurannya disesuaikan dengan satwa yang dievakuasi, sehingga kandang tidak mudah rusak dan
aman (tidak menimbulkan luka, dan sebagainya) bagi satwa yang dievakuasi.
f. Setelah satwa sampai ditempat tujuan (pusat reintroduksi), dilakukan serah terima dari pembawa kepada
pejabat unit kerja pusat reintroduksi) dan dibuat berita acaranya.
g. Selanjutnya penanganan satwa yang dilindungi menjadi tanggung jawab pusat reintroduksi satwa yang
dimaksud
Satwa-satwa yang diperoleh dari hasil penyitaan akan mendapatkan perawatan di PPS. Sebelum menghuni PPS, satwa
tersebut dimasukkan ke dalam kandang karantina terlebih dahulu untuk mendapatkan perawatan atas sakit atau luka
yang diderita hingga sembuh. Setelah mendapatkan perawatan, satwa-satwa itu harus diisolasi di kandang isolasi,
sehingga petugas PPS bisa melihat apakah satwa-satwa yang disita masih memiliki sifat buas dan liar atau tidak.
Sifat-sifat keliaran dan kebuasan tersebut bisa dijadikan patokan, apakah satwa-satwa itu bisa segera dilepas kembali ke
habitatnya atau harus ditahan sementara sambil petugas melatih supaya sifat liarnya muncul kembali. Apabila satwa itu
tidak mungkin dilepas, petugas akan segera menempatkan satwa-satwa tersebut di kandang perawatan. Tidak ada
ukuran waktu yang jelas dan pasti hingga berapa lama satwa-satwa liar itu ada di kandang perawatan. Begitu satwa
dinilai telah siap, petugas akan segera melepasliarkannya.
Khusus satwa yang sejak awal sudah tidak mungkin dilepas di habitatnya, petugas PPS akan menempatkan satwa-satwa
tersebut di penangkaran atau dilepas ke lembaga penangkaran lainnya. Apabila sejak awal satwa itu memungkinkan
untuk dilepas kembali ke habitat semula, petugas PPS akan segera memasukkan satwa ke kandang observasi.
Selanjutnya petugas dan dokter hewan akan mencermati, apakah satwa siap dilepas atau tidak. Ketika petugas
mencermati satwa tidak siap, satwa harus segera dimasukkan ke dalam kandang perawatan bersama satwa yang tidak
siap dilepas. Sebaliknya, apabila satwa siap, maka satwa itu akan segera mendapat sosialisasi mengenai cara-cara hidup
di alam bebas, cara memangsa makanan, hingga cara bergaul.
Pasal 21 Ayat (2) huruf a jo pasal 40 Ayat (2) UU. Nomor 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya jo Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tanggal 27 Januari 1999 tentang Pengawetan jenis tumbuhan
dan satwa liar (Lampiran PP No. 7 tahun 1999)