Spesimen satwa liar asli Indonesia yang diperoleh dengan cara pengam-
bilan atau penangkapan dari alam, dilakukan dengan ketentuan:
• Untuk kepentingan peningkatan varietas genetik dan/atau
penyelamatan jenis.
• Dilakukan oleh tenaga teknis terampil.
• Memperhatikan kelestarian, tidak menyebabkan kematian/luka.
• Tidak menyebabkan terganggunya populasi, habitat dan lingkungan.
• Memperhatikan kesejahteraan satwa (animal welfare).
• Hasil tangkapan ditampung di tempat yang telah ditentukan untuk
menghindari resiko gangguan kesehatan dan perilaku.
REHABILITASI SATWA
Pelepas-liaran (release):
• Pelepas-liaran satwa merupakan upaya pengembalian individu atau
kelompok satwa jenis tertentu dari tempat rehabilitasi ke habitat
alaminya.
• Strategi pelelepas-liaran:
‒ Soft-release: upaya pengembalian satwa ke alam liar secara berta-
hap dimana satwa mendapatkan dukungan, perlindungan, dan pem-
berikan pakan hingga mampu mengurus dirinya sendiri secara
penuh.
‒ Hard-release: pelepas-liaran satwa secara langsung ke alam liar
tanpa adanya dukungan lebih lanjut atau pemberian pakan kepada
satwa tersebut.
Tujuan Pelepas-liaran:
‒ Reintroduksi
‒ Restocking
Restocking:
Reintroduksi:
• Pelepas-liaran individu spesies tertentu ke dalam wilayah sebaran
aslinya dengan tujuan untuk membentuk populasi yang mampu
bertahan hidup dan melestarikan dirinya sendiri.
• Usaha untuk membangun kembali populasi spesies yang pernah ada
tetapi telah hilang atau punah dari wilayah sebarannya terdahulu
(Beck et al. 2007).
Prasyarat Pelepas-liaran Spesies:
1. Kondisi spesies:
‒ Individu yang akan dilepas-liarkan memiliki nilai genetik yang
tinggi yang mendekati induknya.
‒ Berada pada usia belum produktif atau reproduktif.
‒ Harus memiliki kondisi tubuh yang sehat dan bebas dari penyakit.
‒ Tidak memiliki cacat fisik yang menahun yang dapat menghambat
individu tersebut untuk bertahan hidup di alam.
‒ Telah memiliki kemampuan untuk mengenali, mencari, mengambil
dan memakan jenis-jenis pakan alaminya di alam liar.
‒ Memiliki kemampuan untuk mencari pasangan dan kawin
‒ Memiliki kemampuan untuk Waspada terhadap ancaman dan
gangguan
Owa jawa yang telah menemukan pasangan (Foto: Anton Ario)
Elang jawa dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi (Foto: APK)
Elang brontok yang masih mampu mendeteksi ancaman (Foto: APK)
Rusa timor yang sudah mengalami perubahan perilaku kewaspadaan (Foto: APK)
2. Kondisi habitat:
‒ Habitat pelepas-liaran merupakan daerah penyebaran alami atau
diketahui dalam sejarah hidupnya jenis tersebut pernah ada di
daerah tersebut.
‒ Areal pelepas-liaran merupakan kawasan hutan dilindungi.
‒ Memiliki daya dukung habitat yang cukup untuk kelangsungan
hidup populasi spesies yang dilepas-liarkan.
‒ Tidak terdapat populasi alami dari spesies yang akan dilepas-
liarkan atau jika telah ada kepadatan populasinya harus rendah dan
diketahui ukuran populasi, wilayah jelajah, struktur dan komposisi
populasi.
‒ Ancaman dari manusia tergolong rendah.
‒ Tidak terdapat potensi penyakit yang dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan satwa yang dilepasliarkan.
Sitaan/ Penyerahan Evakuasi
Rampasan Sukarela Bencana/Konflik
Penyerahan
Catatan
Sejarah Hidup
LEMBAGA Penangkapan
KONSERVASI dari Alam
REHABILITASI
Habituasi
Monitoring &
Evaluasi
Pelepas-liaran
(Release)
• Jika satwa atau kelompok satwa dianggap telah layak untuk dilepas-
liarkan, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah:
a). Evaluasi tapak pelepas-liaran
‒ Dilakukan untuk mengetahui kesesuaian habitat bagi spesies
yang akan dilepas-liarkan
‒ Dilakukan untuk mengidentifikasi:
• ketersediaan sumber pakan alami
• areal yang sesuai untuk shelter atau tempat bersarang
• air untuk mandi dan minum
• kelimpahan dan aksesibilitasnya sumber daya
• kondisi populasi di alam atau keberadaan satwa lain sebagai
pesaing atau predator bagi spesies yang dilepas-liarkan
‒ Mengidentifikasi ancaman yang mungkin timbul akibat satwa
peliharaan (misal anjing dan kucing hasil feral).
b). Pemeriksanaan peluang perubahan cuaca dalam jangka waktu
yang tertentu
‒ Perlu diketahui kondisi cuaca seperti suhu udara, kelembaban
udara, intensitas cahaya matahari, dan arah dan kecepatan
angin, agar satwa yang dilepas-liarkan tidak mengalami stres
‒ Kondisi cuaca yang menguntungkan adalah sekurang-
kurangnya berlangsung lima hari tanpa temperatur atau
kondisi yang ekstrim sebelum dilakukan pelepas-liaran.