Anda di halaman 1dari 110

KONSERVASI 

PADA TINGKAT 
POPULASI DAN  EKOSISTEM
• konservasi pada tingkat spesies tidak 
dapat terlepas dari konservasi tingkat 
populasi dan komunitas.
• Populasi adalah sekelompok individu 
spesies yang sama yang menempati suatu 
ruang, dan secara kolektif mempunyai 
sifat yang khas sebagai suatu kelompok
Minimum Viable Population (MVP)

• Suatu lingkungan yang ideal dan stabil 
dapat meningkatkan populasi sampai 
mencapai kemampuan daya dukung 
lingkungan. Pada kondisi tersebut rata 
rata angka kelahiran tiap individu akan 
setara dengan angka kematian dan tidak 
ada perubahan ukuran populasi yang 
berarti
• Minimum Viable Population (MVP) untuk 
mendifinisikan jumlah individu minimal yang 
diperlukan untuk menjaga kelangsungan 
hidup spesies. 
• MVP untuk satu spesies adalah ukuran 
terkecil dari suatu populasi yang (yang 
terisolasi penuh) yang memiliki peluang 99% 
untuk bertahan hidup selama 100 tahun, 
ditengah berbagai resiko bencana yang 
ditimbulkan. 
• MVP merupakan populasi terkecil yang 
diperkirakan memiliki peluang yang amat 
tinggi untuk bertahan hidup dimasa 
mandatangdalam jangka waktu yang relatif 
singkat. 
Minimum Dynamic area (MDA).

• MDA diperoleh dengan memperkirakan 
luas jelajah bagi individu individu atau 
kelompok
• Contoh: untuk mempertahankan  beruang 
gizzly di Canada diperlukan areal yang 
luasnya 49.000 km2 untuk 50 individu dan 
2.420.000 km2 untuk 100 individu.
HANYUTAN GENETIK

• Dalam populasi dengan individu 
kecil,frekwensi alel dapat berubah ubah 
dari satu generasi ke generasi berikutnya. 
Alel yang jarang dijumpai,  mempunyai 
probaliltas tingi untuk hilang pada generasi 
berikutnya atau dikenal dengan hanyutan 
genetik. 
• Rumus penurunan heterozigositas sebagai 
berikut:

∆ F=1/2 Ne

• Dimana  ∆ F  adalah penurunan jumlah 
individu yang memiliki alel yang berbeda 
untuk satu  sifat genetik, 
• dan Ne adalah jumlah populasi dewasa yang 
bebiak
• . Menurut rumus ini, populasi yang terdiri atas 
50 individu akan menunjukkan penurunan 
heterozigositas sebesar 1 % atau (1/2 x 50) 
untuk setiap generasi. 
• Satu populasi dengan jumlah 10 individu 
akan menunjukkan penurunan 5 %  atau (1/2 
x 10)  untuk setiap generasi.  
• Rumus diatas menunjukkan bahwa 
kehilangan keragaman genetik dapat terjadi 
pada populasi­populasi kecil yang terisolasi
• Populasi kecil yang mengalami hanyutan 
genetik lebih rentan terhadap tekanan 
yang merugikan misalnya tekanan silang 
dalam (inbreeding depression).
EFECTIVE POPULATION SIZE

• Adalah ukuran populasi yang paling efektif 
untuk menghasilkan keturunan
• Beberapa hal yang menyebabkan 
menurunnya nilai EPS adalah: 
perbandingan jumlah jantan­betina yang 
tidak seimbang, variasi luaran reproduktif; 
dan efek penciutan populasi
• Usia; kesehatan yang buruk; mandul; atau 
struktur sosial yang menghalangi individu 
individu tertentu menemukan pasanganya 
(misalnya pada kelompok primata, jantan 
lemah cenderung tidak mendapatkan 
pasangan betinanya) menyebabkan 
ukuran populasi efektif (efective population
size) lebih rendah dari ukuran populasi 
yang sebenarnya.
Population Viability Analysis (PVA)

• Analisis daya hidup populasi.
• menentukan apakah suatu spsies mempuyai 
kemampuan untuk bertahan hidup di suatu 
lingkungan.
• Suatu analisis yang mengkaitkan kisaran 
kebutuhan spesies dengan sumber sumber 
yang tersedia dalam lingkungan dengan 
tujuan untuk mengidentifikasi tahap tahap 
hidup spesis yang rentan terhadap 
perubahan lingkungan
Pendekatan Ekosistem Dan Wilayah 
Biogeografi
• Salah satu cara untuk menentukan 
keberhasilan program konservasi 
ekosistem adalah dengan 
membandingkan prioritas prioritas 
keanekaragaman hayati dalam kawasan 
konservasi yang telah ada atau sedang 
diusulkan.
• Dalam rangka menetapkan prioritas 
konservasi, IUCN beserta organisasi 
internasional lainnya telah menetapkan 
ekosistem eskosistem kunci di dunia yang 
memiliki keanekaragaman hayati dan tingkat 
endemisitas yang tinggi. Wilayah wilayah ini 
dikenal dengan istilah wilayah hot spot 
konservasi.  Untuk tumbuhan, telah 
diidentifikasi 12 hotspot tropika yang 
mncakup 145 spesies tumbuhan.
 
KONSERVASI 
PADA TINGKAT  
SPESIES
spesiasi
Ø yaitu suatu rangkaian evolusi yang sangat 
panjang yang memisahkan spesies tetua 
dengan spesies keturunannya. 
Ø Spesiasi  dimulai dari satu jenis mahluk hidup 
yang beradaptasi terhadap perubahan 
lingkungannya.  Kompetisi dan seleksi 
alamlah yang menyebabkan keturunan 
menyesuaikan diri secara morfologi, fisiologi 
dan genetik.  
Ø Penyesuaian diri bertahap, dari generasi ke 
generasi dan memakan waktu sangat panjang ini 
pada akhirnya menyebabkan keturunan tersebut 
memiliki perbedaan morfologi, fisiologi dan 
genetik dengan tetuanya.  Sebagai akibatnya, 
perkawinan antara spesies tetua dengan 
keturunannya yang sudah berubah, tidak dapat 
dilakukan.
Ø  Hilangnya satu spesies di muka bumi, berarti 
hilang satu karya evolusi yang prosesnya jutaan 
tahun.  
. “Dan Allah telah menciptakan semua jenis 
hewan dari air. Maka sebagian dari mereka ada 
yang berjalan di atas perutnya dan sebagian 
berjalan dengan dua kaki sedang sebagian 
berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan 
apa yang dikehendakiNya, sesungguhnya Allah 
maha kuasa atas segala sesuatu” (QS An Nur: 
45).  
Al­Quran surat Shad ayat 27 : ” Kami tidak 
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada 
diantaranya dengan bathil. Yang demikian itu 
adalah anggapan orang orang kafir, maka 
celakalah orang orang kafir itu karena mereka 
akan masuk neraka (QS Shad:27).  
3 kriteria spesies yang mendapat 
prioritas konservasi :
 
Umbrellaspecies,
flagshipspecies 
keystonespecies
1. Umbrellaspecies diberikan untuk  spesies 
yang memiliki penyebaran yang luas yang 
membutuhkan banyak spesies lain; spesies 
ini  membutuhkan area yang luas sehingga 
perlindungan jenis ini juga melindungi hewan 
lain yang juga menempati daerah yang 
sama.
 Contoh :Banteng (Bos javanicus)  di 
Taman Nasional Meru Betiri 
2. Flagshipspecies, spesies yang menarik, 
unik, endemik atau khas suatu daerah yang 
merupakan penciri dari daerah tersebut. 
Contoh: Harimau Sumatra (Pantera tigris
sumatrae), Gajah Sumatra  ( 
      Elephas maximus sumatrensis) 
      dan orang utan (pongo 
      pigmaeus).
3. Keystone species :  spesies memainkan 
peranan yang penting di dalam struktur, 
fungsi atau produktifitas dari habitat atau 
ekosistem.
Contoh : kekelawr gua
Beberapa spesies perlu mendapat
perlindungan karena rentan terhadap
kepunahan. Ciri ciri yang spesies yang rentan
terhadap kepunahan adalah:
� Spesies dengan kisaran geografi sangat 
sempit
� Spesies dengan hanya satu atau beberapa 
populasi
� Spesies berukuran populasi kecil
� Spesies dengan kepadatan populasi rendah.
� Spesies yang memerlukan kisaran tempat 
tingal yang luas
� Spesies yang memiliki ukuran tubuh besar
� Spesies dengan laju perkembangan populasi rendah.
� Spesies yang tidak efektif berdispersi.
� Spesies dengan keragaman genetik kecil
� Spesies dengan persyaratan relung khusus.
� Spesies yang selalu ditemukan di lingkungan yang 
stabil.  
� Spesies yang membentuk kelompok sementara atau 
tetap.
� Spesies yang dipanen atau diburu
IUCN (International Union Concervation 
Nation)1984, 1988

1. Extinct (punah): species yg tidak ditemukan 
lagi di alam
2. Endangerad (genting) : species yang 
mempunyai kemungkinan tinggi untuk punah
3. Vulnerable (Rentan) : Species yang genting 
dlm waktu dekat krn populasinya menurun 
dan sebaranya menyusut
4. Rare (langka): species yang jumlah 
pupulasi rendah
5. Insufficiently known (Belum cukup dikenal)
Mace and Lande (1991)
1. Critically (kritis) : kemungkinan 50% punah 
dalam waktu 5 tahun atau 2 generasi
2. Endangered (genting) : kemungkinan 20%­
50% untuk punah dalam 20 tahun atau 10 
generasi
3. Vulnerable (rentan) : 10 – 20 % punah 
dalam waktu 100 tahun
IUCN 1994
1. Extinc (punah)
2. Extinc in the wild (punah di alam) : 
spesies hanya ditemukan di perkebunan 
atau penangkaran
3. Critically endangered ( Kritis) : Resiko 
tinggi untuk punah dalam waktu dekat
4. Endangered (genting) Mengalami resiko 
kepunahan sangat tinggi
5. Vulnerable ( rentan): Tidak tergolong 
kritis namun memiliki resiko punah
6.Lower risk ( resiko relatif rendah)
a. tergantung upaya konservasi
b. Nyaris terancam
c. Kekhawatiran minimal

7. Kurang data
8. Tidak dievaluasi.
IUCN (International Union for Conservation of 
Nature) :
1. Extinct (EX; Punah) adalah status 
konservasi yag diberikan kepada spesies 
yang terbukti  (tidak ada keraguan lagi) 
bahwa individu terakhir spesies tersebut 
sudah mati. Dalam IUCN Redlist tercatat 
723 hewan dan 86 tumbuhan yang berstatus 
Punah. Contoh satwa Indonesia yang telah 
punah diantaranya adalah; Harimau Jawa 
dan Harimau Bali.
2. Extinct in the Wild (EW; Punah Di Alam Liar) 
adalah status konservasi yang diberikan 
kepada spesies yang hanya diketahui 
berada di tempat penangkaran atau di luar 
habitat alami mereka. Dalam IUCN Redlist 
tercatat 38 hewan dan 28 tumbuhan yang 
berstatus Extinct in the Wild.
3. Critically Endangered (CR; Kritis) adalah 
status konservasi yang diberikan kepada 
spesies yang menghadapi risiko kepunahan 
di waktu dekat. Dalam IUCN Redlist tercatat 
1.742 hewan dan 1.577 tumbuhan yang 
berstatus Kritis.
 
4. Endangered (EN; Genting atau Terancam) 
adalah status konservasi yang diberikan 
kepada spesies yang sedang menghadapi 
risiko kepunahan di alam liar yang tinggi 
pada waktu yang akan datang. Dalam IUCN 
Redlist tercatat 2.573 hewan dan 2.316 
tumbuhan yang berstatus Terancam.
5. Vulnerable (VU; Rentan) adalah status 
konservasi yang diberikan kepada spesies 
yang sedang menghadapi risiko kepunahan 
di alam liar pada waktu yang akan datang. 
Dalam IUCN Redlist tercatat 4.467 hewan 
dan 4.607 tumbuhan yang berstatus Rentan.
6. Near Threatened (NT; Hampir Terancam) 
adalah status konservasi yang diberikan 
kepada spesies yang mungkin berada dalam 
keadaan terancam atau mendekati terancam 
kepunahan, meski tidak masuk ke dalam 
status terancam. Dalam IUCN Redlist 
tercatat 2.574 hewan dan 1.076 tumbuhan 
yang berstatus Hampir Terancam.
7. Least Concern (LC; Berisiko Rendah) adalah 
kategori IUCN yang diberikan untuk spesies 
yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke 
dalam kategori manapun. Dalam IUCN 
Redlist tercatat 17.535 hewan dan 1.488 
tumbuhan yang berstatus Contoh satwa 
Indonesia yang berstatus Terancam antara 
lain; Ayam Hutan Merah, Ayam Hutan Hijau, 
dan Landak.
8. Data Deficient (DD; Informasi Kurang), Sebuah 
takson dinyatakan “informasi kurang” ketika 
informasi yang ada kurang memadai untuk 
membuat perkiraan akan risiko kepunahannya 
berdasarkan distribusi dan status populasi. 
Dalam IUCN Redlist tercatat 5.813 hewan dan 
735 tumbuhan yang berstatus Informasi kurang. 
Contoh satwa Indonesia yang berstatus 
Terancam antara lain; Punggok Papua, 
Todirhamphus nigrocyaneus,
9. Not Evaluated (NE; Belum dievaluasi); 
Sebuah takson dinyatakan “belum 
dievaluasi” ketika tidak dievaluasi untuk 
kriteria­kriteria di atas. Contoh satwa 
Indonesia yang berstatus Terancam antara 
lain; Punggok Togian,
� SK Mendagri no 522.4/1458/SJ tanggal 2 Juni 
1990 tentang flora dan fauna maskot propinsi. 
Terdapat 27 maskot untuk masing­masing 
propinsi. Contohnya maskot propinsi 
Sumatera Barat adalah andalas (Morus
macroura) untuk flora dan burung kuau 
(Argusianus argus) untuk faunanya
Pembentukan flora dan fauna maskot bertujuan:

a. sebagai upaya pengenalan suatu daerah


dipandang dari keunikan suatu jenis tumbuhan
dan satwa asli/khas yang terdapat di daerah
sehingga menggambarkan ciri khas daerah.
b. diharapkan dapat meningkatkan rasa ikut memiliki
dan menanamkan kebanggaan terhadap suatu
jenis tumbuhan dan satwa,
c. meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat
berperan secara aktif dalam upaya melestarikan
keberadaannya
d. serta sebagai sarana peningkatan promosi
kepariwisataan daerah.
Keppres no 4 tahun 1993 tentang satwa dan 
bunga nasional”

Satwa Nasional, 
1. Komodo (Varanus komodoensis), sebagai 
satwa nasional;
2. Ikan Siluk Merah (Sclerophages formosus), 
sebagai satwa pesona; dan
3. Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), sebagai 
satwa langka.
Bunga nasional :
a. Melati (Jasminum sambac), sebagai puspa 
bangsa;
b. Anggrek bulan (Palaenopsis amabilis), 
sebagai puspa pesona; dan
c. Padma Raksasa (Rafflesia arnoldi), sebagai 
puspa langka.
NILAI KEANEKARAGAMAN 
HAYATI
Ø Ekosistem memiliki sifat­sifat ekologi atau 
memainkan fungsi yang tergantung pada 
organisme didalamnya. Terjadi keterkaitan 
yang erat pada tingkat makro. 

Ø ketika nilai keanekaragaman hayati 
didifinisikan. Suatu keanekaragaman 
hayati dapat memiliki nilai ganda, 
meskipun semua menfaatnya tidak dapat 
dimaksimalkan dalam waktu yang 
bersamaan. 
Nilai Antropocentris dan Nonantropocentris

• Nilai keanekaragaman hayati berdasarkan 
kegunaannya bagi manusia disebut nilai
antropocentris,
• nilai berdasarkan kegunaannya bagi selain 
manusia disebut nilai non
antropocentris.
NILAI ANTROPOSENTRIS

1.  Nilai Benda (thing value).
Suatu keanekaragaman hayati yang 
dinilai berdasarkan manfaat ‘kebendaannya’ 
bagi manusia. 
2. Nilai jasa (service value)
Dari sisi kemanfaatan bagi 
manusia, keanekaragaman 
hayati dapat dinilai 
berdasarkan jasa (service) 
yang diberikan bagi manusia. 
3. Nilai estetika
•  Sadar atau tidak disadari setiap manusia 
memiliki kesukaan atau terhadap hal hal 
yang indah dan eksotik.  
• Berbagai keanekaragaman hayati 
memberikan manfaat memenuhi kebutuhan 
manusia akan rasa tersebut.  
• Nilai estetika keanekaragaman hayati 
terkadang dapat dikonversi ke dalam mata 
uang. Misalnya  seekor burung murai bisa 
dihargai 50 juta rupiah karena memiliki suara 
merdu. 
4. Nilai religi (Religious value)
   Nilai religi dari suatu keanekaragaman 
hayati  adalah nilai keanekaragaman hayati 
dari sudut pandang kepercayaan akan 
kekuatan gaib baik animisme, dinaminsme 
maupun agama. 
• Hewan Babi  memiliki nilai religi tersendiri 
karena Allah SWT jelas menyebutkannya 
dalam Al­Quran surat Al Baqarah ayat 
173: “ Sesungguhnya Allah SWT hanya 
mengharamkan bagimu bangkai, darah 
dan daging babi dan binatang yang ketika 
disembilih disebut nama selain Allah. 
NILAI NON ANTROPOCENTRIS 
(bio sentris)
• nilai keanekaragaman hayati dari sudut 
pandang bukan manusia.
•  Suatu keanekaragaman hayati memiliki 
nilai karena bermanfaat bagi anggota 
ekosistem atau mahluk hidup lain selain 
manusia. 
Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati.

1. Nilai kegunaan konsumtif
Ø Diberikan kepada keanekaragaman dalam 
ekosistem yang digunakan oleh 
masyarakat. 
Ø  Nilai kegunaan komsumtif biasanya tidak 
dapat terditeksi dalam pasar nasional 
maupun internasional, karena masyarakat 
menggunakannya secara langsung tanpa 
melewati jalur perdagangan. 
2. Nilai kegunaan produktif. 
Ø Diberikan pada keanekaragaman hayati 
yang 
diambil di alam kemudian dijual ke 
pasar  pada tingkat nasional maupun 
internasional
Berdasarkan apakah keanekaragaman hayati 
dapat dikonversi dengan mata uang, dapat 
dibedakan nilai ekonomi langsung dan nilai 
ekonomi tidak langsung.

• Nilai ekonomi tidak langsung ini diberikan 
pada keanekaragaman hayati yang 
memberikan manfaat ekonomi tanpa 
harus memanen atau mengurangi 
jumlahnya di alam.  (contoh : hutan 
lindung, ekosistem pegunungan dan 
pantai)
• “Kami tidak menciptakan langit dan bumi 
dan apa yang ada  di antara keduanya 
dengan bermain main. Kami tidak 
menciptakan keduanya melaikan dengan 
haq, tetapi kebanyakan dari mereka tidak 
mengetahui”  (QS. Ad­Dhukan: 38­39). 
PENYEBAB HILANGNYA 
KEANEKARAGAMAN HAYATI
1. Hilangnya habitat dan fragmentasi.
2.   Invasi spesies pendatang (introduction
spesies).
3. Eksploitasi berlebihan.
4. Pencemaran udara, tanah dan air.
5. Perubahan iklim global.
6. Budidaya tanaman dengan monokultur.
PENGELOLAAN KAWASAN 
PERLINDUNGAN
Dasar penetuan katagori kawasan adalah :  

1. Ciri­ciri  biologi
2. Kadar perlakuan pengelolaan yang 
diperlukan 
3. Kadar toleransi atau kerapuhan 
ekosistem
4. Tipe pemanfaatan yang sesuai tujuan 
peruntukan
5. Tingkat permintaan dan kepraktisan 
pengelolaan
Kawasan dinilai berdasarkan kriteria fisik dan 
klimatik; perhitungan sosial­ekonomi; dan 
keunikan atau kelayakan pengelolaan (FAO):

1. Prioritas satu, diberikan kepada kawasan 
yang memiliki kepentingan nasional yang 
utama, yang mengandung percontohan 
yang paling bernilai atau merupakan satu 
satunya yang mungkin dilindungi dari 
berbagai tipe habitat yang ada. 
2. Prioritas dua, diberikan kepada suatu 
kawasan yang merupakan areal penting 
untuk mengisi gap gap yang lebih kecil 
dalam keseluruhan liputan perlindungan. 
3. Prioritas tiga, diberikan kepada kawasan 
yang memiliki kepentingan pelestarian 
rendah, yang umumnya tidak memiliki 
daya tarik nasional, namun cukup 
memberikan perlindungan pada tingkat 
regional.
Selain pertimbangan diatas, suatu kawasan 
perlindungan dapat dikaji berdasarkan 
aspek ekologi,sosial, ekonomi, regional, dan  
pragmatik. 
Berdasarkan aspek ekologi:

1. Keanekaragaman, varietas atau 
kekayaan (richness) ekosistem, habitat, 
komunitas dan spesies. 
2. Alamiah, apakah   ekosistem asli dan  
tidak ada  gangguan atau perusakan oleh 
manusia. 
3. Ketergantungan, apakah suatu spesies 
tergantung pada habitat  yang ditempati, 
atau suatu ekosistem tergantung pada 
proses ekologis yang terjadi di daerah 
tersebut. 
4. Perwakilan (Representativeness),  apakah  
kawasan tersebut  mewakili suatu tipe 
habitat, proses ekologis, komunitas biologis, 
kondisi fisiografis atau karakteristik alam 
lainnya. 
5. Keunikan,  apakah  kawasan tersebut dihuni 
oleh  spesies langka atau spesies endemik 
yang terdapat hanya di satu daerah; atau 
kawasan tersebut memiliki keunikan tipe 
ekosistem, misalnya gua karst. 
6. lntegritas, apakah suatu  kawasan yang  
merupakan sutu unit yang berkaitan
7. Produktivitas, apakah kawasan tersebut   
menyumbangkan keuntungan­
keuntungan kepada spesies lain 
termasuk manusia. 
8. Kerentanan (Vulnerability), apakah 
kawasan tersebut rentan terhadap 
kerusakan oleh peristiwa alam atau 
aktivitas manusia. 
Bedasarkan aspek sosial:

1. Penerimaan masyarakat, yaitu tingkat 
dukungan masyarakat  lokal. 
2. Kesehatan masyarakat, yaitu tingkat 
kebersihan kawasan konservasi laut dari 
pencemaran atau penyakit pada 
manusia. 
3. Rekreasi, yaitu apakah kawasan trsebut 
digunakan untuk rekreasi oleh 
masyarakat sekitar. 
4. Budaya, yaitu nilai­nilai agama, sejarah, 
artistik atau nilai­nilai lainnya di lokasi. 
5. Estetika, apakah kawasan trsebut 
memiliki keindahan, panorama laut, 
daratan, atau lainnya. 
6. Konflik kepentingan, apakah kawasan 
tersebut merupakan daerah lindung yang 
akan mempengaruhi ke­giatan 
masyarakat lokal. 
7. Penyelamatan, yaitu bagaimanakah 
tingkat  tingkat bahaya terhadap manusia 
, misalnya arus deras, ombak, 
rintangan/halangan dasar laut, 
gelombang dan bahaya­bahaya lain.
6)  Berdasarkan aspek regional, suatu 
kawasan dikaji atas dasar 
pertimbangan berikut:
• Perwakilan  wilayah, apakah suatu 
kawasan mewakili sifat­­sifat 
wilayah, baik kondisi alam, proses 
ekologis atau lokasi budaya.  (3)
• Pengaruh subwilayah, apakah suatu 
kawasan  mengisi gap dalam 
jaringan daerah­daerah lindung dari 
perspektif subwilayah. (3)
SEJARAH GERAKAN 
KONSERVASI
FILSAFAT MANUSIA

Imperialisme biologis

I versus not I
Filsafat ekonomi
Mentalitas frontier

 Filsafat Religi
Ø     Berlatar belakang kekhawatiran penipisan 
dan pemusnahan sumber daya alam :

Ø Dimulai di Amerika   

Ø Terjadi dalam 3 gelombang  
Gelombang I ( 1901 – 1909)

• Dibawah kepemimpinan Theodore 
Roosevelt
• Melakukan inventarisasi sumber daya 
alam dan pencanangkan perundang 
undangan pengelolaan sumber daya alam
• Menarik 200 juta are tanah milik swasta 
dan umum  dan merubahnya sebagai 
lahan “cadangan”.
Gelombang II ( 1933­ 1941)

• Dibawah kepemimpinan Franklin D. Rooselvelt
• Mencangakan program Public Works 
Administration.   Sebagai program 
pengembangan sumber daya alam.  Salah satu 
kegiatannya Prairie State Forestry Project : 
Penanaman pohon pelindung (shelterbelt) 
sepanjang garis bujur 100 untuk mengurangi 
efek angin dari wilayah pertanian.
Gelombang III ( 1962 – sekarang )

• Dipimpin : John F. Kennedy
• Mencanangkan pengawetan wilayah hutan 
rimba, pengembangan sumber daya 
kelautan dan pengawetasn sumberdaya 
air tawar.
• Tahun 1970 penerusnya : Jimmy Carter   
Membentuk EPA (Environmental 
Protected Area)  
GERAKAN KONSERVASI DUNIA
• 15 desember 1979 : Sidang umum PBB 
mencanangkan strategi konservasi alam.
• IUCN  1981:  Sustainable yield.
• Puncak : Earth Summit   5 Juni 1992.  Rio 
de jenero.  Dihadiri 100 negara termasuk 
Indonesia. 
• Menghasilkan lima dkumen utama.
Lima dokumen earth summit :

1. Pendidikan konservasi
2. Peran aktif dalam dunia politik
3. Pengelola komunitas biologi
4. Motivasi kegiatan konservasi
5. Praktisi efektif bagi kegiatan konservasi
Gerakan Konservasi di Indonesia

1. UU no 4 tahun 1982 : Ketentuan pokok 
Pengelolaan lingkungan hidup
2. GBHN tiap pelita.
KATAGORI KAWASAN 
PERLINDUNGAN
PERTIMBANGAN DALAM PENETAPAN 
KAWASAN PERLINDUNGAN
• Ciri kawasan yang dilindung : ciri biologi 
dan fisik
• Tingkat (kadar) perlakuan yang diperlukan
• Tingkat kerapuhan ekosistem
• Tipe pemanfaatan kawasan
• Kepraktisan pengelolaan 
Kriteria penetapan kawasan 
lindung
• Keunikan ekosistem
• Species khusus (flag ship species), nilai, 
kelangkaan atau keterancaman
• Habitat dengan keanekaragaman species 
yang tinggi
• Landscape dengan ciri geofisik yang 
bernilai estetik
• Fungsi perlindungan
• Peninggalan budaya
Penentuan kawasan perlindungan
• Membuat undang undang perlindungan 
kawasan
• Merencanakan strategfi pengelolaan
• Membuat keputusan pengelolaan yang 
tepat
• Mengawasi tipe dan intensitas 
pemanfaatan
• Menentukan manfaat perlindungan 
kawasan (evaluasi)
Tipe kawasan perlindungan
Katagori Kawasan Perlindungan
 
Tujuan pengelolaan 
I II III IV V V VII VIII I X
 
I X
Mempertahankan  1 1 1 1 2 3 1 2 1 1
contoh ekosistem 
dalam kondisi 
alaminya
Mempertahankan  3 1 1 2 2 2 1 2 1 1
keanekaragaman 
ekologis dan 
pengaturan 
lingkungan

Melestarikan  1 1 1 1 2 3 1 3 1 1
sumber daya plsma 
nutfah
Pendidikan,  1 2 1 1 2 3 2 2 1 1
penelitian dan 
pemantauan 
lingkungan
Melestarikan  2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
kawasan tangkap 
air
Melindungi  3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
kawasan hilir dan 
mengendalikan 
erosi
Keterangan :
1. Tujuan utama  pengelolaan
2. Tujuan penting
3. Sebagai tujuan bila memungkinkan

I. Cagar alam mutlak


II. Taman nasional
III. Monumen alam
IV. Suaka margasatwa
V. Landskap dan bentanganalam dilindungi
VI. Cagar sumber daya
VII. Cagar budaya
VIII. Kawasan pengelolaan manfaat ganda
IX. Cagar biosfir
X. Taman warisan dunia
Kawasan Perlindungan di Indonesia

1. Tamana nasional : Kawasan luas yang relatif


tidak terganggu yang mempunyai nilai alam yang
menonjol dengan kepentingan pelestarian yang
tinggi, potensi rekreasi besar, mudah dicapai dan
manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut.
(contoh: TN komodo, TN gunung leuser, TN GP)
2. Cagar alam : Umumnya kecil, habitat rapuh dan
tidak terganggu dengan kepentingan pelestarian
tinggi, habitat species langka, keunikan alam.
Kawasan ini memerlukan perlinduungan mutlak.
(contoh : CA Bantimurang, CA sangeh, CA Telaga
warna, CA Leuweng sancang, CA Guci)
3. Suaka margasatwa : Umumnya kawasan 
berukuran sedang atau luas dengan habitat 
stabil yang relatif utuh serta memiliki 
kepentingan pelestarian hewan dengan 
prioritas sedang atau tinggi.  (Contoh : TM 
Cikepuh, TM waykambas, TM Bali barat, TM 
Muara angke)
• Taman wisata:  Kawasan alam dengan 
landskap kecil, menarik, mudah dijangkau, 
tingkat pelestarian rendah, pengelolaan 
berorientasi rekreasi. (Contoh : Situ 
gunung, Gunung Papamdayan, Carita, 
Megamendung)
6. Taman Buru : Habitat alam atau semi alami,
berukuran sedang sampai besar memiliki potensi
satwa yang dapat diburu yaitu jenis satwa besar
(babi hutan, rusa, sapi liar, dan ikan) yang
populasinya cukup besar, dimana terdapat minat
untuk berburu. Memiliki kepentingan pelestarian
rendah dan tidak terancam oleh perburuan.
(Contoh: Lingga isac, Gunung Masigit, dataran
bena)
6. Hutan lindung : Kawasan alami atau
hutan tanaman berukuran sedang
sampai besar pada lokasi curam,
mudah terkena erosi, dan diperlukan
guna melindungi tangkapan air.
KONSEP DASAR 
BIOLOGI KONSERVASI
• Konservasi sumber daya alam  hayati 
meliputi kegiatan pemanfaatan secara 
rasional dan bijaksana sumber daya alam.
Konservasi sumber daya alam didifisnisikan 
sebagai suatu upaya pengelolaan sumber daya 
alam yang menjamin :

Ø Perlindungan terhadap berlangsungnya 
proses proses ekologis dan sistem  
penyangga kehidupan .

Ø Pengawetan sumber daya alam dan 
keanekaragaman sumber plasma nutfah.
Ø Pemanfaatan secara lestari sumber daya 
alam dan lingkungannya. 
Sumberdaya alam adalah :
• Semua kekayaan alam yang meliputi 
ekosistem sebagai suatu tatanan kesatuan 
secara utuh menyeluruh , termasuk 
didalamnya sumber daya hayati dan 
sumber daya non hayati yang dapat 
dimanfaatkan secara langsung ataupun 
tidak langsung bagi kesejahteraan 
manusia. 
• Sumber daya alam dapat berupa sumber 
daya alam hayati, sumber daya alam non 
hayati dan sumberdaya buatan. 
Sumber daya alam hayati meliputi semua 
variasi di dalam komunitas biologi dan 
ekosistem serta interaksi antar tingkatan 
tersebut.
• Konservasi sumber daya 
alam hayati meliputi 
kegiatan perlindungan, 
pengawetan, pemeliharaan, 
rehabilitasi, introduksi, 
pelestarian, pemanfaatan 
serta pengembangan 
keanekaragaman hayati. 
Keanekaragaman hayati meliputi tiga 
tingkatan yaitu : 
Ø Tingkat spesies mencakup seluruh organisme di bumi. 
Keanekaragaman spesies menyediakan bagi manusia 
sumber daya dan alternatifnya.

Ø Tingkat genetik mencakup variasi genetik di dalam 
spesies, di antara populasi yang terpisah secara 
geografik dan antara induvidu dalam populasi.
Keanekaragaman genetik diperlukan oleh setiap species 
untuk menjaga vitalitas reproduksi, ketahanan terhadap 
penyakit dan kemampuan beradaptasi terhadap 
perubahan lingkungan.

Ø Tingkat komunitas mencakup variasi di dalam 
komunitas.
Keanekaragaman komunitas mewakili tanggapan 
spesies secara kolektif pada kondisi lingkungan yang 
berbeda. 

Anda mungkin juga menyukai