Anda di halaman 1dari 6

KEPUNAHAN

A. Pengertian
Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari sebuah spesies atau
sekelompok takson. Waktu kepunahan sebuah spesies ditandai dengan matinya individu
terakhir spesies tersebut, walaupun kemampuan untuk berkembang biak tidak ada lagi
sebelumnya. Tetapi dikarenakan wilayah sebaran sebuah spesies atau takson yang bisa
sangat luas, sehingga sangat sulit untuk menentukan waktu kepunahan. Kesulitan ini
dapat berujung kepada suatu fenomena yang dinamakan takson Lazarus, di mana
sebuah spesies dianggap telah punah tetapi muncul kembali.
Kepunahan merupakan ancaman nyata bagi berbagai makhluk hidup. Sayangnya,
kepunahan yang menimpa puluhan bahkan ratusan spesies hewan dan tumbuhan di
seluruh dunia bukanlah karena seleksi alam, di mana yang kuat yang menang.
Kepunahan itu lebih karena seleksi buatan manusia, di mana yang tak terjamah tangan
manusia yang bisa bertahan hidup.
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan, banyaknya spesies yang
hilang dapat memengaruhi kondisi kehidupan manusia. Melebarnya kota-kota, lahan
pertanian, dan infrastruktur merupakan alasan utama sulitnya menahan kerusakan
keanekaragaman hayati. PBB juga melaporkan, saat ini sistem alami seperti hutan dan
lahan basah telah rusak. Proses alami seperti pemurnian udara dan air juga hilang.
Menurut hasil penelitian Global Species Assessment (GSA) tahun 2004, sekitar
15.589 spesies yang terdiri dari 7.266 spesies satwa dan 8.323 spesies tumbuhan dan
lumut kerak, diperkirakan berada dalam resiko kepunahan. Belum lagi ditambah
dengan jenis makhluk hidup lain yang tidak teridentifikasi.
S.L. Pimm dalam The Future Of Biodiversity mengemukakan bahwa laju
kepunahan spesies saat ini adalah 10 hingga 100 kali lipat dari laju kepunahan alami.
Bila tingkat laju kepunahan berlanjut atau terus meningkat, jumlah spesies yang

menjadi punah dalam dekade berikut bisa berjumlah jutaan. Sebagian besar orang
hanya berpikir hanya spesies mamalia berukuran besar dan burung yang terancam
kepunahan, tapi sebenarnya kestabilan seluruh ekosistem menjadi terganggu dengan
punahnya spesies kunci pada salah satu rantai makanan.
Gangguan atau kerusakan pada berbagai ekosistem yang paling menonjol dan
yang menyebabkan komponen yang menyusun ekosistem, yaitu keanekaragaman
varietas (genetic, variety, atau subspecies diversity), keanekaragaman jenis (species
diversity) juga ikut terganggu. Akibatnya, terjadilah kepunahan varietas atau jenis
hayati yang hidup di dalam ekosistem. Pada akhirnya, baik secara langsung ataupun
tidak langsung, manusia yang sangat tergantung pada kelestarian ekosistem tapi berlaku
kurang bijaksana terhadap lingkungannya, akan merasakan berbagai akibatnya.
Kerusakan lingkungan, khususnya di Indonesia, telah terjadi pada berbagai tempat dan
berbagai tipe ekosistem. Misalnya, pada ekosistem pertanian, pesisir dan lautan.
Ancaman kepunahan satwa liar juga telah terjadi di mana-mana.
Hilangnya satu spesies dari muka bumi berarti berkurangnya kekayaan alam,
sekaligus menjadi isu moral bagi pihak yang berpendapat manusia sebagai penanggung
jawab kelestarian lingkungan, sekaligus pihak yang mendukung hak hidup untuk semua
spesies hewan.
Kepunahan suatu spesies yang menjadi mangsa atau pemangsa dalam suatu
ekosistem berdampak pada peningkatan atau penurunan jumlah populasi spesies lain.
Begitu seterusnya, hingga semua spesies musnah dan ekosistem menjadi rusak dan
tidak bisa kembali seperti semula. Selain itu, setiap spesies memiliki materi genetik
yang unik yang tersimpan dalam DNA, dan menghasilkan bahan kimia yang unik
sesuai instruksi genetik yang dimiliki. Bahan kimia dari tumbuhan, misalnya sangat
berpotensi untuk digunakan sebagai senyawa obat-obatan dalam industri farmasi.
Sudah sangat banyak bukti yang menunjukkan betapa lingkungan telah semakin
rusak dan beraneka ragam spesies yang semakin punah. Banyak hal sederhana yang

dapat kita lakukan untuk penyelamatan lingkungan yang juga bermanfaat untuk
penyelamatan makhluk hidup lainnya.

kepunahan satu spesies, membuka jalan

kepunahan spesies lainnya termasuk kita manusia.


B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kepunahan
A. Daya regenerasi yang rendah
Banyak hewan yang butuh waktu lama untuk masuk ke tahap berkembang
biak, biasa memiliki satu anak perkelahiran, butuh waktu lama untuk merawat
anak, sulit untuk kawin, anaknya sulit untuk bertahan hidup hingga dewasa, dan
sebagainya. Tumbuhan tertentu pun juga terkadang membutuhkan persyaratan
situasi dan kondisi yang langka untuk bisa tumbuh berkembang. Hal tersebut
menyulitkan spesies yang memiliki daya regenerasi / memiliki keturunan rendah
untuk memperbanyak dirinya secara signifikan. Berbeda dengan tikus, ayam,
lalat, kelinci, dll yang mudah untuk melakukan regenerasi.
B. Campur tangan manusia
Adanya manusia terkadang menjadi malapetaka bagi keseimbangan
makhluk hidup di suatu tempat. Manusia kadang untuk mendapatkan sesuatu
yang berharga rela membunuh secara membabi buta tanpa memikirkan regenerasi
hewan atau tumbuhan tersebut. Gajah misalnya dibunuhi para pemburu hanya
untuk diambil gadingnya, harimau untuk kulitnya, monyet untuk dijadikan
binatang peliharaan, dan lain sebagainya.
Perubahan areal hutan menjadi pemukiman, pertanian dan perkebunan juga
menjadi salah satu penyebab percepatan kepunahan spesies tertentu. Mungkin di
jakarta jaman dulu terdapat banyak spesies lokal, namun seiring terjadinya
perubahan banyak spesies itu hilang atau pindah ke daerah wilayah lain yang
lebih aman.
C. Bencana alam besar
Adanya bencana super dahsyat seperti tumbukan meteor seperti yang terjadi
ketika jaman dinosaurus memungkinkan banyak spesies yang mati dan punah
tanpa ada satu pun yang selamat untuk meneruskan keturunan di bumi. Sama

halnya dengan jika habitat spesies tertentu yang hidup di lokasi yang sempit
terkena bencana besar seperti bancir, kebakaran, tanah longsor, tsunami,
tumbukan meteor, dan lain sebagainya maka kepunahan mungkin tidak akan
terelakkan lagi.
D. Terdesak oleh populasi lain yang kuat
Kompetisi antar predator seperti macan tutul dengan harimau mampu
membuat pesaing yang lemah akan terdesak ke wilayah lain atau bahkan bisa
mati kelaparan secara masal yang menyebabkan kepunahan.
C. Kepunahan Massal
Kepunahan massal

adalah

peristiwa

menurunnya

keanekaragaman

dan

keberlimpahan kehidupan makroskopis secara tajam. Hal ini terjadi ketika laju
kepunahan

meningkat

berbanding

dengan

laju

spesiasi.

Karena

mayoritas

keanekaragaman dan biomassa bumi ada pada organisme mikroba, namun sulit diukur,
kepunahan massal hanyalah merujuk pada pemantauan yang mudah terpantau dan tidak
memiliki efek terhadap keanekagaraman dan kelimpahan kehidupan keseluruhan bumi.
Lebih dari 97% spesies yang pernah hidup telah punah, namun kepunahan terjadi
dengan laju yang berbeda-beda. Berdasarkan catatan fosil, laju latar kepunahan di Bumi
adalah sekitar dua sampai lima familia avertebrata dan vertebrata laut setiap juta tahun.
Fosil organisme laut sering digunakan untuk mengukur laju kepunahan karena
catatannya yang lebih unggul dan mempunyai jangkauan stratigrafi yang lebih besar
daripada organisme darat
Sejak bermulanya kehidupan di Bumi, telah terjadi beberapa kejadian kepunahan
massal yang melebihi laju kepunahan latar. Peristiwa kepunahan yang terbaru, peristiwa
kepunahan Kapur-Tersier, terjadi 65 juta tahun yang lalu Peristiwa ini menarik
perhatian karena peristiwa ini menandakan kepunahan hampir semua spesies
dinosaurus, yang pada periode tersebut merupakan hewan yang paling dominan. Pada
540 juta tahun terakhir, telah terdapat 5 peristiwa kepunahan besar yang memunahkan
lebih dari 50% spesies.

Perkiraan jumlah kepunahan massal pada 540 juta tahun terakhir ini berkisar
antara lima sampai dengan dua puluh. Perbedaan ini berakar dari perbedaan batasanbatasan yang digunakan untuk merujuk pada suatu kejadian kepunahan sebagai "besar"
atau "utama" dan perbedaan pada data yang digunakan untuk mengukur
keanekaragaman.
D. Istilah Kepunahan dan Status Konservasi IUCN RedList
International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources atau
biasa disingkat sebagai IUCN adalah sebuah organisasi international yang mengatur
tentang berbagai topik yang membahas tentang konservasi atau perlindungan sumber
daya alam dan hutan. IUCN secara rutin membuat kategori status konservasi yang
disebut sebagai IUCN Red List of Threatened Species (IUCN Red List) yang
merupakan daftar status kelangkaan untuk spesies yang terancam kepunahan. Kriteria
yang dibuat untuk mengevaluasi kelangkaan spesies ini juga sudah diatur secara khusus
dan telah dipercaya sebagai panduan yang memiliki pengaruh terbesar dalam bidang
konservasi.
Kategori status konservasi dalam IUCN Red List atau istilah-istilah kepunahan
yang dirilis oleh IUCN tersebut dibagi menjadi sembilan kategori. Berikut merupakan
ulasan beberapa kategori istilah status kepunahan suatu spesies.
1. Extinct (EX, arti: punah)
Terbukti bahwa individu terakhir dari spesies itu telah mati atau benar-benar
punah. Contoh: harimau Jawa dan harimau Bali.
2. Extinct in the Wild (EW, arti: punah di alam liar)
Kategori spesies yang hanya ada di luar habitat mereka dan di penangkaran.
Tidak ada yang tersisa di alam liar.
3. Critically Endangered (CR, arti: kritis)
Beresiko punah dalam waktu dekat. Contoh: badak jawa, harimau sumatera,
orang utan sumatera, rusa bawean.
4. Endangered (EN, arti: genting atau terancam)
Beresiko punah di alam liar yang diprediksi tinggi pada masa yang akan datang.
Contoh: anoa, banteng, tapir, trenggiling.
5. Vulnerable (VU, arti: rentan)

Menghadapi resiko punah di alam liar di waktu mendatang. Contoh: merak hijau,
kasuari, kakaktua Maluku.
6. Near Threatened (NT, arti: hampir terancam)
Berada dalam keterancaman atau mendekati ancaman kepunahan namun tidak
masuk ke status terancam. Contoh: Punai Sumba, alap-alap dori.
7. Least Concern (LC, arti: berisiko rendah)
Berada dalam keterancaman atau mendekati ancaman kepunahan namun tidak
masuk ke status terancam. Contoh: Punai Sumba, alap-alap dori.
8. Data Deficient (DD, arti: kurangnya data)
Informasi yang belum cukup akan resiko kepunahannya. Contoh: punggok papua.
9. Not Evaluated (NE, arti: belum dievaluasi)
Belum melalui proses evaluasi untuk kriteria tersebut. Contoh: punggok togian.

Anda mungkin juga menyukai