Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN UPAYA KONSERVASI

Disusun oleh :

Siti Maesaroh (11210161000015)

Kelompok 12 :

Nabila Dhiya Futuha (11210161000023)

Siti Atiah (11210161000013)

Siti Fadhlatul Farihah (11210161000045)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021
A. TUJUAN
1. Mengidentifikasi keanekaragaman hayati di Indonesia
2. Menganalisis data hewan dan tumbuhan yang hampir punah
3. Menentukan upaya konservasi yang dapat dilakukan untuk menjaga keanekaragaman
hayati

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati?
2. Apa penyebab menurunnya keanekaragaman hayati secara terus menerus?
3. Bagaimana upaya konservasi yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestaria hewan
yang hampir punah tersebut?

C. HIPOTESIS
1. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman semua spesies tumbuhan, hewan
mikroorganisme, serta proses-proses ekosistem dan ekologis yang ada di suatu tempat.
2. Perusakan habitat, spesies invasive, eksploitasi berlebihan, dan polusi.
3. Dengan melakukan reboisasi (penghijauan), penangkaran, dan pelestariam in situ dan
ex situ.

D. LANDASAN TEORI
Menurut UU No. 5 tahun 1994 tentang keanekaragaman hayati, bahwa
keanekaragaman hayati ialah keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber,
termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks
ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di
dalam spesies, antara spesies dan ekosistem.
Keanekaragaman hayati dapat diartikan sebagai keanekaragaman makhluk hidup di
berbagai kawasan di muka bumi, baik di daratan, lautan, maupun tempat lainnya.
Keanekaragaman atau Diversitas adalah ciri suatu area yang menyangkut keragaman
organisme hidup, kumpulan organisme, komunitas biotik dan proses biotik yang masih
bersifat alamiah maupun yang sudah diubah oleh manusia (Leksono, 2016).
Indonesia merupakan salah satu pusat biodiversitas di bumi yang dikenal sebagai
negara mega-biodiversitas. Menurut Supriatna (2008), Indonesia menempati papan atas
dalam hal keanekaragaman hayati, yaitu urutan kedua dunia untuk mamalia, pertama dunia
untuk tumbuhan palmae, kelima dunia untuk burung, keempat dunia untuk reptil, keenam
untuk amfibi, keempat dunia untuk dunia tumbuhan, ketiga dunia untuk ikan air tawar
setelah Brazil dan Columbia.
Indonesia sebagai negara mega-biodiversity juga merupakan salah satu negara
dengan laju kepunahan spesies terbesar. Penyebabnya antara lain adalah kerusakan hutan,
perburuan dan perdagangan satwa langka di pasar gelap. Ketidaktahuan dan
ketidakpedulian menyebabkan lemahnya kontrol masyarakat yang memperparah kondisi
tersebut. Ironisnya pada saat ini sebagian besar masyarakat sudah tidak memperdulikan
lagi manfaat fundamental dari biodiversitas untuk hidupnya, demi masa lalu, sekarang dan
masa depan budaya dan ekonomi (Krutschinna & Streit, 2009).
Di seluruh biosfer, aktivitas manusia mengubah struktur trofik, aliran energi,
pendauran unsur kimia, dan gangguan alamiah yang merupakan proses-proses ekologis
yang menjadi gantungan kita dan semua spesies lain. Biodiversitas atau keanekaragaman
hayati dapat digolongkan ke dalam tiga tingkat utama: keanekaragaman genetis,
keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem (Campbell & Reece, 2010).
Keanekaragaman genetik dalam populasi adalah bahan mentah yang membuat
mikroevolusi dan adaptasi terhadap lingkungan memungkinkan untuk terjadi. Bila
populasi-populasi lokal hilang, maka jumlah individu dalam dalam spesiesnya pun
berkurang, dan demikian pula sumberdaya genetik bagi spesies tersebut. keanekaragaman
genetik yang luar biasa dari semua organisme di Bumi memiliki potensi manfaat yang
sangat besar bagi manusia. Banyak peneliti dan pemimpin bioteknologi merasa antusias
mengenai potensi yang dimiliki ‘bioprospecting’ genetik untuk pengembangan obat-obatan
baru, zat-zat kimia industri, dan produk-produk lain di masa depan (Simon et al., 2017).
Keanekaragaman genetik tidak hanya terdiri dari variasi individual dalam suatu
populasi, namun juga variasi generatis di antara populasi-populasi yang seringkali
diasosiasikan dengan adaptasi terhadap kondisi lokal. Jika sebuah populasi menjadi punah,
maka suatu spesies mungkin telah kehilangan sebagian dari keanekaragaman genetik yang
memungkinkan terjadinya mikroevolusi (Campbell & Reece, 2010).
Kesadaran publik tentang krisis biodiversitas berpusat pada keanekaragaman
spesies yang beraneka ragam spesies dalam suatu ekosistem atau di seluruh ekosistem.
seiring semakin banyak spesies yang hilang akibat kepunahan, keanekaragaman spesies
berkurang. U.S. Endangered Species Act (ESA) mendefinisikan spesies terancam punah
(endangered species) sebagai spesies yang ‘berada dalam bahaya kepunahan di seluruh atau
sebagian besar wilayah tempat hidupnya’. Kepunahan spesies dapat bersifat lokal;
misalnya, suatu spesies mungkin hilang di salah satu sistem sungai, namun sintas di sistem
yang berdekatan. Kepunahan global spesies berarti bahwa spesies tersebut hilang dari
semua ekosistem tempat ia hidup, dan tidak akan tergantikan selamanya (Campbell &
Reece, 2010).
Keanekaragaman ekosistem adalah komponen ketiga dari keanekaragaman hayati.
Ingatlah bahwa ekosistem mencakup organisme-organisme maupun faktor-faktor abiotik
di daerah tertentu. Oleh karena adanya jejaring interaksi di antara populasi-populasi dari
spesies-spesies yang berbeda-beda di dalam ekosistem, hilangnya satu spesies dapat
berefek negatif terhadap keseluruhan ekosistem. hilangnya ekosistem alami menyebabkan
lenyapnya jasa-jasa ekosistem (ecosystem service), fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh
ekosistem yang menguntungkan orang baik secara langsung atau tidak (Campbell & Reece,
2010).
Isu utama dalam konservasi adalah mencegah kepunahan yang dapat terjadi di
semua tingkatan keanekaragaman hayati baik ekosistem, spesies maupun genetik.
Kepunahan, terlebih yang bersifat massal, harus dicegah. Satu-satunya cara pencegahannya
adalah konservasi dalam arti luas, termasuk pengelolaan secara berkelanjutan. Dalam
mempertahankan stabilitasnya, ekosistem alam mempunyai tingkat ketahanan (resistensi)
dan daya lenting (resiliensi) dalam menghadapi gangguan atau tekanan dari luar (Grimm
& Wissel, 1994).
Secara geografis, kepunahan dapat terjadi di tingkat yang sangat lokal, yaitu satu
atau dua populasi di suatu tempat mengalami kepunahan tetapi masih dapat ditemui di
tempat lain. Kepunahan global terjadi apabila seluruh populasi di sebaran alami spesies
telah punah Selain itu, kepunahan juga dapat terjadi hanya di habitat alamnya (punah di
alam). Kepunahan ekologis dapat terjadi ketika suatu spesies hanya tinggal di dalam
populasi yang sangat kecil yang secara ekologis sudah tidak dapat bertahan hidup dalam
jangka panjang (tidak viable) (Indrawan, 2007).

E. BAHAN DISKUSI
1. Carilah sumber jurnal mengenai kenekaragaman hayati (Hewan dan tumbuhan) yang
terancam punah
2. Lakukan diskusi kelompok mengenai terancamnya keanekaragaman hayati tersebut.
Kemudian carilah status kepunahan spesies tersebut pada website:
https://www.iucnredlist.org/
3. Isilah tabel hasil diskusi pada poin G
4. Bahaslah upaya konservasi yang dapat dilakukan
F. HASIL DISKUSI
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan bersama anggota kelompok dengan
mencari hewan dan tumbuhan yang hampir punah statusnya yang didasarkan pada IUCN
(International Union for the Conservation of Nature) menghasilkan data yang terlampir
dalam tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 1. Keanekaragaman Hewan


No Nama Hewan Pemanfaatan Wilayah Status
Persebaran
1. Kalajengking hutan Sebagai hewan Seychelles Critically
Seychelles peliharaan dan sebagai kelompok pulau Endangered (CR)
(Lychas braueri) bahan obat. utama

2. Tarantula merak Sebagai hewan India Critically


(Poecilotheria peliharaan maupun Endangered (CR)
metallica) hewan pameran dam
sebagai obat tradisional.
3. Gajah Sumatra Bermanfaat dalam biang Bangldesh,India,In Endangered (EN)
(Elephas maximus) ekologi, ekonomi dan donesia, Laos,
sosial budaya. Malaysia,
Myanmar,Nepal,
Srilanka, Thailand,
Vietnam

4. Banteng Sebagai objek Kamboja, Endangered (EN)


(Bos javanicus) ekowisata, untuk bahan Indonesia,
pangan, dan bahan obat- Malaysia,
obatan tradisional. Myanmar,
Thailand, Vietnam
5. Owa Jawa Sebagai objek wisata. Indonesia (Jawa) Endangered (EN)
(Hylobates moloch)
6. Bekantan Sebagai objek Indonesia, Endangered (EN)
(Nasalis larvatus) ekowisata dan sebagai Malaysia, dan
hewan peliharaaan. Brunei
7. Jalak Bali Sebagai hewan Indonesia (Bali) Critically
(Leucopsar rothschildi) peliharaan. Endangered (CR)
8. Rusa Bawean Dagingnya Indonesia (Jawa) Critically
(Axis kuhlii) dimanfaatkan sebagai Endangered (CR)
bahan makannan warga
lokal pulau Bawean.
9. Sempidan Sumatra Sebagai hewan Indonesia Near Threatened
(Lophura inornata) peliharaan dan bahan (NT)
makanan bagi warga
lokal.
10. Iguana Biru Sebagai hewan Kepulauan Cayman Endangered (EN)
(Cylura lewisi) peliharaan. (Amerika Utara)

Tabel 2. Keanekaragaman Tumbuhan


No Nama Tumbuhan Pemanfaatan Wilayah Status
Persebaran
1. Digunakan sebagai Brunei Endangered (EN)
Resak Durian
bahan konstruksi atau Darussalam, Indon

(Cotylelobium burckii) bahan structural, dan esia (Kalimantan),


digunakan sebagai bahan Malaysia (Sarawak,
bakar. Sabah)

2. Pohon damar Endangered (EN)


Digunakan sebagai Brunei
(Agathis borneensis)
bahan konstruksi atau Darussalam,
bahan structural. Indonesia
(Kalimantan,
Sumatera),
Malaysia
(Sarawak,
Semenanjung
Malaysia, Sabah)

3. Kantong Semar Sebagai tanaman hias. Indonesia Critically


(Nepenthes clipeata) (Kalimantan) Endangered (CR)

4. Sarangan Kayunya dapat Indonesia Endangered (EN)


digunakan untuk (Sumatera, Jawa,
(Castanopsis argentea)
konstruksi bangunan kalimantan)
umum, pembuatan
furniture dan perahu,
serta pembuatan alat
musik dan Kacang-
kacangan yang
dihasilkan dikonsumsi
oleh masyarakat sekitar.
5. Anggrek selop Sebagai tanaman hias. Indonesia (Jawa) Endangered (EN)
(Paphiopedilum
glaucophyllum)
6. Titan Arum, Bunga Digunakan dalam bidang Indonesia Endangered (EN)
Bangkai kedokteran hewan dan (Sumatera)
(Amorphophallus manusia, serta
titanum) digunakan sebagai
tanaman peliharaan atau
tanaman hias.

7. Bayit Sebagai tanaman hias; Filiphina Endangered (EN)


(Cycas riuminiana) daun juga digunakan
dalam ritual keagamaan.

8. Aras Atlas Untuk membangun Algeria; Morocco Endangered (EN)


(Cedrus atlantica) produksi ex-situ,
digunakan sebagai bahan
kimia, dan sebagai bahan
konstruksi atau bahan
structural.
9. Meranti Putih (Shorea Digunakan dalam Indonesia Endangered (EN)
javanica) produksi pernis, untuk (Sumatera)
mendempul perahu dan
untuk memproduksi
obor dan sebagai bahan
konstruksi atau bahan
structural.
10. Mulanje Cedar Digunakan sebagai Malawi Critically
(Widdringtonia bahan konstruksi atau Endangered (CR)
whytei) bahan structural, untuk
membuat kerajinan
tangan dan perhiasan,
dan sebagai bahan bakar.

G. PEMBAHASAN
Berdasarkan pada hipotesis dan rujukan-rujukan yang saya baca dapat
membuktikan bahwa hipotesis benar. Yang mana dalam keanekaragaman hayati terdiri dari
bermacam-macam spesies yang berbeda-beda yang mencakup semua kehidupan di biosfer
yang akan menunjang keberlanjutan kehidupan manusia. Sehingga, keanekaragaman
hayati dapat dipandang sebagai fondasi ketahanan kesehatan dan pangan manusia karena
mendukung berfungsinya ekosistem di mana manusia bergantung untuk mendapatkan
sumber pangan, air bersih, mengatur iklim, banjir dan mengendalikan penyakit.
Seiring berjalannya waktu keanekaragaman hayati mengalami penurunan secara
berkelanjutan dimana hal ini terjadi akibat dari berkembangnya teknologi yang semakin
maju sehingga mengharuskan tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan menurunnya
keanekaragaman hayati di suatu tempat tertentu, bahkan dapat menyebabkan kepunahan
terhadap suatu populasi atau ekosistem tertentu.
Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan menurunnya keanekaragaman hayati
adalah penghancuran habitat, spesies invasif, eksploitasi berlebihan dan polusi. Yang mana
dalam penghacuran habitat merupakan ancaman terbesar yang akan mengakibatkan hilang
atau menurunnya suatu keanekaragaman hayati, yang termasuk dalam hal ini adalah adanya
agrikultur, pembangunan perkotaan, perhutanan, dan pertambangan. Dari contoh-contoh
yang sudah disebutkan tersebut jika dilakukan secara terus-menerus yang akan meluas,
sehingga akan menyebabkan hilangnya habitat yang akan menurunkan keanekaragaman
hayati di tempat tertentu.
Selanjutnya, ada spesies invasif dimana dalam hal ini jika manusia mengintroduksi
suatu populasi spesies yang tidak terkontrol akan mengakibatkan kekacauan karena hasil
dari introduksi tersebut akan bersaing, memangsa, atau bahkan memparasiti spesies-spesies
asli setempat, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya keanekaragaman
hayati spesies-spesiesnya karena akan semakin berkurang.
Adanya eksploitasi yang dilakukan secara berlebihan akan mengakibatkan
menurunnya keanekaragaman hayati, dimana tindakan-tindakan yang termasuk ke dalam
eksploitasi secara berlebihan yaitu pemanenan komersial, penangkapan, dan olahraga
berburu secara berlebihan. Dalam pemanenan komersial dilakukan dengan tujuan untuk
keuntungan diri sendiri yang mana hasil dari penangkapan akan diperjualbelikan yang
mana jika hal ini dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan hilangnya spesies-
spesies tertentu yang dapat mengakibatkan kepunahan. Begitu juga dengan olahraga
berburu, dimana dalam berburu dilakukan dengan penembakan atau panah yang akan
mengakibatkan matinya hewan yang diburu, jika dilakukan secara berlebihan dan terus
menerus akan mengakibatkan hilangnya suatu spesies. Serta, adanya polusi udara dan air
memberikan kontribusi terhadap penurunan populasi ratusan spesies di tingkat dunia,
dimana dari kedua polusi tersebut akan dapat memicu turunnya hujan asam yang akan
menyebabkanpada menurunnya keanekaragaman hayati.
Namun, dengan adanya faktor-faktor yang dapat menurunkan keanekaragaman
hayati dapat dilakukan upaya-upaya untuk mencegah hal tersebut terjadi. Yang pertama
dapat dilakukan dengan reboisasi, yang mana dalam reboisasi dilakukan pemulihan lahan
yang rusak dengan menanam kembali tanaman atau pohon yang ada di wilayah tertentu
sehingga dengan dilakukannya reboisasi ini dapat memulihkan kembali habitat-habitat
yang ada di tempat tersebut. Kedua, dapat dilakukan dengan memperkembangbiakkan
secara terkontrol hewan dan tumbuhan tertentu (penangkaran) yang nantinya hasil dari
perkembangbiakkan tersebut dilepaskan kembali ke habitat, sehingga populasinya dapat
terjaga.
Selanjutnya, cara yang ketiga yaitu dengan perlindungan alam yang mana dalam
hal ini dapat dilakukan dengan pelestarian in situ maupun ex situ. Dengan dilakukannya
perlindungan ini agar ekosistem dan kelestarian sumber daya alamnya tetap terjaga
produktivitasnya. Pada pelestarian in situ dilakukan di habitat asli suatu populasi hewan
atau tumbuhan tertentu. Contohnya taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, dan
hutan lindung. Adapun dalam pelestarian ex-situ dilakukan dengan memindahkan hewan
atau tumbuhan dari habitat aslinya ke tempat lain. Contohnya kebun botani, kebun
binatang, dan plasma nutfah. Walaupun dilakukan dengan cara yang berbeda, namun
tujuannya tetap sama yaitu mempertahankan dan menjaga kelestarian produktivitas suatu
populasi tertentu untuk mencegah menurunnya keanekaragaman hayati.
Berdasarkan pada hasil diskusi yang terlampir pada tabel, terdapat 10 hewan dan
10 tumbuhan yang keberadaanya sudah dikategorikan ke dalam hewan dan tumbuhan yang
hampir punah. Adapun hewan tersebut anatara lain Kalajengking hutan Seychelles (Lychas
braueri), Tarantula merak (Poecilotheria metallica), Gajah Sumatra (Elephas maximus),
Banteng (Bos javanicus), Owa Jawa (Hylobates moloch), Bekantan(Nasalis larvatus),
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi), Rusa Bawean (Axis kuhlii), Sempidan Sumatra
(Lophura inornata), dan Iguana Biru (Cylura lewisi). Dari hewan-hewan tersebut dapat
diketahui statusnya ada yang Endangered (EN), Critically Endangered (CR), dan Near
Threatened (NT). Hewan yang termasuk ke dalam status Critically Endangered (CR) atau
genting dimana dalam status ini sudah dianggap memiliki resiko yang sangat ekstrim tinggi
menjadi punah di alam, status Endangered (EN) atau dalam bahaya kepunahan dimana
dalam status ini spesies yang termasuk menghadapi resiko yang sangat tinggi akan
kepunahannya di alam, dan status Near Threatened (NT) atau mendekati terancam yang
mana dalam kategori ini suatu spesies termasuk dalam mendekati terancam.
Dari penjelasan-penjelasan hewan dan status tersebut, dapat kita ketahui bahwa
tidak semua hewan memiliki status yang sama. Adapaun untuk melestarikan hewan-hewan
yang hampir punah tersebut dapat dilakukan dengan upaya upaya konservasi yang sudah
dijelaskan pada penjelasan sebelumnya yaitu dengan penangkaran ataupun pelestarian in
situ dan ex-situ agar populasi habitat tetap terjaga. Selain itu, terdapat pula pemanfaatannya
dalam kehidupan manusia seperti sebagai bahan makanan bagi manusia, sebagai bahan atau
obyek wisata, sebagai bahan obat-obatan tradisional bahkan bisa sebagai hewan peliharaan.
Selain itu, terdapat 10 tumbuhan Resak Durian (Cotylelobium burckii), Pohon
damar (Agathis borneensis), Kantong Semar (Nepenthes clipeata), Sarangan (Castanopsis
argentea), Anggrek selop (Paphiopedilum glaucophyllum), Titan Arum, Bunga Bangkai
(Amorphophallus titanum), Bayit (Cycas riuminiana), Aras Atlas (Cedrus atlantica),
Meranti Putih (Shorea javanica), dan Mulanje Cedar (Widdringtonia whytei). Dari
tumbuhan yang disebutkan termasuk ke dalam Endangered (EN) atau dalam bahaya
kepunahan dimana dalam status ini spesies yang termasuk menghadapi resiko yang sangat
tinggi akan kepunahannya di alam dan Critically Endangered (CR) atau genting dimana
dalam status ini sudah dianggap memiliki resiko yang sangat ekstrim tinggi menjadi punah
di alam. Dengan diketahuinya status tersebut, sudah seharusnya kita menjaga dan
melestarikannya dengan cara yang tepat untuk mencegah dari hilangnya keanekaagaman
tersebut.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari adanya berbagai macam tumbuhan yaitu
dapat digunakan sebagai tanaman hias, sebagai bahan makanan bagi manusia, tanaman
yang berkayu dapat digunakan sebagai bahan bangunan bahkan sebagai bahan bakar, dapat
bermanfaat di bidang Kesehatan misalnya kedokteran dan farmasi (sebagai bahan obat-
obatan tradisional ataupun modern yang dibuat di laboratorium), dapat digunakan untuk
membuat alat music bahkan perahu, serta adapula yang digunakan dalam ritual keagamaan.
Dari manfaat-manfaat yang terdapat dalam keanekaragaman tumbuhan ini sudah sangat
jelas terlihat bahwa semuanya berkaitan dengan keberlangsungan hidup manusia, sehingga
sudah sepantasnya kita menjaga kelestariannya agar tetap terjaga dan berkembang.

H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa semua spesies,
populasi dan ekosistem yang mencakup biosfer termasuk ke dalam keanekaragaman hayati.
Yang mana keanekaragaman hayati ini harus kita jaga dengan baik sehingga akan tetap
lestari. Adapun hal-hal yang dapat mengakibatkan merosotnya keanekaragaman hayati
adalah perusakan habitat, spesies invasif, eksploitasi secara berlebihan, dan polusi
(mencakup udara dan air). Selain itu, dengan adanya hal-hal yang dapat menyebabkan
merosotnya keanekaragaman hayati dapat dilakukan upaya-upaya untuk mencegah
merosotnya keanekaragaman tersebut. Dapat dilakukan dengan memulihkan kembali lahan
yang rusak melalui reboisasi sehingga habitat dapat tercipta kembali, penangkaran, dan
pelestarian in situ maupun ex-situ. Dari upaya-upaya tersebut, jika dilakukan dengan
Langkah-langkah yang tepat dapat mencegah merosotnya keanekaragaman hayati yang ada
sehingga akan tetap terjaga. Oleh karena itu, hipotesis yang ada mampu menjawab semua
pertanyaan sehingga dapat terbukti benar.

I. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., & Reece, J. B. (2010). Biologi (8th ed.). Jakarta: Erlangga.

Grimm, V., & Wissel, C. (1994). Babel, or the ecological stability discussions: an inventory
and analysis of terminology and guide for avoidingconfusion. Oecologia, 323-334.

Indrawan, M., Primack, R.B & Supriatna, J. 2012. Biologi Konvservasi. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Krutschinna, J & Streit, B. 2009. The Biodiversity Network Bio Frankfrut. An Innovative
Strategic Approach to Integrative Research, Conservation and Education. Biorisk. 3. 21-
25.

Leksono, S.M. 2016. Pengaruh Pembelajaran Mini Riset Berbasis Kearifan Lokal Terhadap
Kemampuan Penguasaan Materi Biologi Konservasi. Proceeding Biology Education
Conference, 13(1): 575-578.

Mochamad Indrawan, et.al., Biologi Konservasi, (2007), hal 87

Samedi. (2015). Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia. Jurnal Hukum Lingkungan


Indonesia, 2(2), 3.

Simon, E. J., Dickey, J. L., Hogan, K. A., & Reece, J. B. (2017). Intisari Biologi (6th ed.).
Jakarta: Erlangga.

Supriatna, J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Undang-Undang tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity


(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati). UU No. 5
Tahun 1994.

Anda mungkin juga menyukai