Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“Konservasi Tingkat Spesies pada Tumbuhan”


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Konservasi
dosen: Indri Wulandari, S. Si., M. I. L.

Nama : Ghaida ‘Afifah Wahyu Putri


NPM : 140410200031
Kelas :A

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................3

1.3 Tujuan..........................................................................................................................3

1.4 Manfaat........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4

2.1 Pengertian Konservasi dan Konservasi Tumbuhan.....................................................4

2.2 Pengelompokkan Status Konservasi Tumbuhan Tingkat Spesies...............................4

2.3 Konservasi Tumbuhan Tingkat Spesies......................................................................5

2.4 Upaya Konservasi Tumbuhan Tingkat Spesies...........................................................6

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejumlah 369.000 spesies tumbuhan berbunga (Spermatophyta) telah berhasil
diidentifikasi di dunia (Widyatmoko, 2019). Menurut Silalahi (2016), keanekaragaman
tumbuhan yang tinggi akan mendukung kelestarian keanekaragaman hayati itu sendiri.
Semakin beranekaragam jenis yang hidup di dalam suatu ekosistem, semakin beraneka
pula kondisi lingkungan yang ada dan semakin banyak relung kehidupan yang tersedia.
Meningkatnya kemampuan manusia untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati yang
ada memajukan produksi pertanian, peternakan, dan perikanan yang pesat. Namun,
seiring dengan peningkatan tersebut timbul masalah-masalah baru yang mengancam
keberadaan tumbuhan (Krishnamurti, 2000). Berbagai ancaman terhadap
keanekaragaman tumbuhan, seperti hilangnya habitat, fragmentasi, degradasi,
eksploitasi berlebihan, spesies invasif, polusi, dan perubahan iklim, konservasi
tumbuhan menjadikan konservasi tumbuhan sebagai hal yang mendesak (Corlett, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu konservasi tumbuhan?
2. Seperti apa pengelompokkan status konservasi pada tumbuhan di tingkat spesies?
3. Mengapa konservasi tumbuhan pada tingkat spesies perlu dilakukan?
4. Apa saja upaya untuk melakukan konservasi tumbuhan pada tingkat spesies?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami mengenai konservasi tumbuhan
2. Untuk mengetahui pengelompokkan status konservasi pada tumbuhan di tingkat
spesies
3. Untuk mengetahui pentingnya konservasi tumbuhan pada tingkat spesies
4. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengkonservasi tumbuhan
pada tingkat spesies
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan mampu memperluas wawasan pembaca mengenai
konservasi khususnya pada tumbuhan di tingkat spesies, urgensi dari konservasi
tumbuhan, dan upaya untuk melakukan konservasi tumbuhan pada tingkat spesies.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konservasi
Konservasi merupakan upaya atau tindakan nyata yang dilakukan untuk
menyelamatkan, melindungi, dan melestarikan lingkungan sekitar secara bijaksana
(Helida, 2018). Secara umum, arti dari konservasi adalah pelestarian, yaitu melestarikan
atau mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan lingkungan secara
seimbang. Konservasi bertujuan untuk mewujudkan kelestarian sumber daya alam
hayati dan keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan serta mutu kehidupan manusia. Selain itu, konservasi juga membantu
melestarikan kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati serta ekosistemnya
secara seimbang (Rachman, 2012).
2.2 Pengelompokkan Status Konservasi Tumbuhan Tingkat Spesies
Suatu spesies tumbuhan dikategorikan sebagai tumbuhan langka ketika
populasinya semakin mengecil, laju individunya menurun secara drastis di alam liar,
dan sifatnya endemik. Kelangkaan suatu spesies tumbuhan langka dapat diketahui
melalui status konservasi yang ditentukan oleh International Union for Conservation of
Nature and Natural Resource (IUCN) dan Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) (Sumarto dkk., 2012).
Daftar kategori yang dikelompokkan oleh IUCN disebut juga dengan IUCN Red
List. Daftar kategori tersebut mengelompokkan taksa berdasarkan risiko terhadap
kepunahan global. Beberapa contoh kategori tersebut berdasarkan Sumarto dkk. (2012),
di antaranya:
1. Punah (Extinct) adalah status konservasi yang diberikan pada spesies ketika suatu
spesies dinyatakan punah ketika individu terakhir dari suatu spesies dinyatakan
telah mati.
2. Punah di Alam (Extinct in the Wild) adalah status konservasi yang diberikan pada
spesies ketika suatu spesies dinyatakan punah di alam dan hanya dapat ditemukan di
penangkaran tertentu.
3. Krisis (Critically Endangered) adalah status konservasi yang diberikan pada spesies
ketika suatu spesies dinyatakan kritis.
4. Genting (Endangered) adalah status konservasi yang diberikan pada spesies ketika
suatu spesies dinyatakan genting.

4
5. Rentan (Vulnerable) adalah status konservasi yang diberikan pada spesies ketika
suatu spesies memenuhi kriteria rentan.
6. Hampir Terancam (Near Threatened) adalah status konservasi yang diberikan pada
spesies yang tidak memenuhi kategori sangat terancam punah dan terancm punah.
7. Risiko Rendah (Lower Risk) adalah status konservasi yang diberikan pada spesies
ketika suatu spesies tidak memenuhi kriteria sangat terancam punah, terancm punah,
dan hampir terancam ketika dievaluasi.
8. Kekurangan Data (Data Deficient) adalah status konservasi yang diberikan pada
spesies ketika informasi mengenai keberadaan spesies tersebut kurang sehingga
tidak dapat dijadikan perkiraan terhadap risiko kepunahan spesies.
9. Tidak Terevaluasi (Not Evaluated) status konservasi yang diberikan pada spesies
ketika suatu spesies belum dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
2.3 Konservasi Tumbuhan Tingkat Spesies
Konservasi di tingkat spesies sangat penting karena meskipun alam mampu
mengembalikan dirinya ke tingkatan semula, ketika ancaman-ancaman yang datang
mulai tidak terkontrol pada tahap tertentu alam tetap akan kehilangan keanekaragaman
yang dimilikinya secara menyeluruh. Namun, jika spesies aslinya masih ada maka
komunitas biologi pun dapat kembali ke tingkat aslinya melalui konservasi. Sama
halnya dengan keanekaragaman tingkat genetik, jika suatu spesies punah, maka
informasi genetik yang terkandung di dalamnya pun akan ikut punah (Samedi, 2015).
Konservasi lahir karena sumber daya alam mengalami degradasi mutu secara
tajam sehingga timbul urgensi untuk melestarikan sumber daya alam tersebut.
Khususnya degradasi mutu yang terjadi pada spesies tumbuhan. Masih banyak spesies
tumbuhan yang belum dievaluasi dan beberapa spesies di antaranya telah dinyatakan
punah secara global. Perhatian terhadap konservasi tumbuhan pun sangat kurang bila
dibandingkan dengan konservasi terhadap hewan dan salah satu penyebab yang
memungkinkan adalah karena tumbuhan tidak memiliki daya tarik khusus seperti
kebanyakan jenis hewan (Goettsch et al., 2015). Padahal, meskipun hanya sebagian
kecil spesies tumbuhan yang dapat digunakan oleh manusia secara spesifik, banyak
tumbuhan spesies lain yang memiliki peran penting dalam ekosistem sehingga
keberadaannya harus dipertahankan. Berbagai ancaman terhadap keanekaragaman
tumbuhan, seperti hilangnya habitat, fragmentasi, degradasi, eksploitasi berlebihan,
spesies invasif, polusi, dan perubahan iklim, konservasi tumbuhan menjadikan
konservasi tumbuhan sebagai hal yang mendesak (Corlett, 2016).
5
2.4 Upaya Konservasi Tumbuhan Tingkat Spesies
2.4.1 Menyelesaikan Inventarisasi Daftar Tumbuhan Global
Menyelesaikan inventarisasi tumbuhan global merupakan hal yang sangat
mendesak karena dalam beberapa dasawarsa terakhir banyak tumbuhan yang telah
dinyatakan punah bahkan tanpa sempat diidentifikasi. Daftar tumbuhan spesies
global yang lengkap sangat diperlukan, termasuk 50.000-100.000 spesies yang
belum diidentifikasi dan dideskripsikan, ditentukan persebarannya, dan dianalisis
hubungan filogenetik dengan spesies lainnya untuk mencegah kepunahan suatu
spesies tanpa teridentifikasi (Diniz-Filho et al., 2013).
2.4.2 Menentukan Status Konservasi
Berdasarkan IUCN Red List, terdapat 94% spesies tumbuhan darat yang
belum dievaluasi secara global sehingga konservasi in situ dan ex situ dapat
ditargetkan secara efisien. Penilaian spesies demi spesies masih diperlukan dengan
cara melakukan penilaian regional dan nasional menggunakan kriteria IUCN Red
List. Penilaian tersebut dapat memberikan dasar untuk menargetkan pekerjaan
konservasi di suatu area (Sharrock et al., 2014).
2.4.3 Meningkatkan Sistem Perlindungan Wilayah
Lima belas persen dari permukaan tanah di bumi diperkirakan telah
dilindungi secara hukum untuk konservasi. Hanya saja, cakupannya sangat
bervariasi pada setiap ekosistem, seperti halnya efektivitas dari perlindungan yang
diberikan. Tinjauan umum mengenai efektivitas kawasan lindung dalam
konservasi menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati lebih banyak
dipertahankan dibandingkan dengan penggunaan lahan sebagai alternatif (Coetzee
et al., 2014). Selain itu, efektivitas pengelolaan secara umum pun meningkat.
Namun, tidak ada studi jangka panjang yang meyakinkan kemampuan manusia
untuk mempertahankan populasi tumbuhan yang terancam. Banyak kawasan
lindung yang gagal mencegah eksploitasi berlebihan terhadap tanaman atau hewan
yang dilindungi dan banyak pula tanaman atau hewan yang menjadi sasaran
perambahan oleh petani atau kebakaran yang disebabkan oleh manusia itu sendiri
(Corlett and Westcott, 2013).
Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut, melestarikan kawasan hutan yang
luas atau habitat lainnya dapat dilakukan. Jika tidak memungkinkan, restorasi
ekologi dapat digunakan agar mata rantai yang hilang di antara fragmen dapat
tercipta kembali sehingga kawasan pertanian lebih ramah terhadap satwa liar. Jika
6
lebih tidak mungkin lagi dan berada di daerah yang tidak memiliki topografi
curam, spesies tanaman yang rentan mungkin perlu dipindahkan secara artifisial
ke tempat yang lebih dingin atau lebih kering (Corlett, 2015).
Cara yang lebih efektif adalah dengan melakukan pemantauan tingkat
spesies pada konservasi in situ untuk memastikan bahwa tanaman yang layak dari
spesies yang terancam bertahan di dalam kawasan lindung. Jika terdeteksi adanya
penurunan, intervensi yang tepat, seperti pengelolaan habitat, pengendalian
spesies invasif, pencegahan eksploitasi berlebihan, dan translokasi terkelola ke
lokasi yang baru dapat dipertimbangkan. Idealnya, setiap spesies yang terancam
seharusnya memiliki rencana pengelolaan spesies yang terpisah (Heywood, 2015).
2.4.4 Konservasi secara in situ
Konservasi secara in situ dilakukan di dalam habitat aslinya. Konservasi
dengan cara ini memungkinkan terjadinya pertumbuhan flora secara alami dalam
habitatnya. Upaya ini dilakukan dengan tujuan menjaga keutuhan spesies secara
asli terutama dalam hal menjalankan perannya di ekosistem. Konservasi ini dapat
dilakukan di cagar alam, taman nasional, dan hutan lindung (Kuspriyanto, 2015).
2.4.5 Konservasi secara ex situ
Konservasi secara ex situ dilakukan dengan menjaga dan
mengembangbiakkan berbagai spesies tumbuhan di luar habitat aslinya.
Konservasi dengan cara ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan spesies,
melakukan pemeliharaan, pengawetan, dan pembudidayaan. Konservasi ini dapat
dilakukan di arboretum, kebun raya, taman hutan raya, dan kebun botani
(Kuspriyanto, 2015).
2.4.6 Konservasi secara in situ dan ex situ
Konservasi dengan cara ini dilakukan ketika habitat asli dari suatu spesies
tanaman mengalami kerusakan dan karakteristik pertumbuhan dari tanaman
tersebut terbatas (Kuspriyanto, 2015).

7
BAB III
KESIMPULAN
Keanekaragaman hayati merupakan sumber pokok kehidupan bagi manusia. Akan
tetapi, pemanfaatan keanekaragaman hayati, khususnya pada spesies tumbuhan menjadi
semakin terancam. Hal tersebut menjadi permasalahan serius yang perlu diperhatikan oleh
seluruh pihak. Konservasi tumbuhan dengan cara menyelesaikan daftar inventarisasi
tumbuhan global, menentukan status konservasi, meningkatkan sistem perlindungan wilayah,
sistem konservasi in situ, sistem konservasi ex situ, dan sistem konservasi secara in situ dan
ex situ dapat menjadi solusi yang efektif bagi permasalahan ini.

8
DAFTAR PUSTAKA
Coetzee, B. W. T., Gaston, K. J., and Chown, S. L. 2014. Local scale comparisons of
biodiversity as a test for global protected area ecological performance: a meta-
analysis. PLoS ONE, 9(8), e105824. DOI: 10.1371/journal.pone.0105824.
Corlett, R. T. 2016. Plant diversity in a changing world: Status, trends, and conservation
needs. Plant Diversity, 38(1), 10–16. doi:10.1016/j.pld.2016.01.001
Corlett, R.T. 2015. Plant movements in response to rapid climate change, in: Peh, K.S.-H.,
Corlett, R.T., Bergeron, Y. (Eds.), The Routledge Handbook of Forest Ecology.
Routledge, Oxford, pp. 517-526.
Corlett, R.T., and Westcott, D.A. 2013. Will plant movements keep up with climate change?
Trends Ecol. Evol. 28, 482-488.
Diniz-Filho, J. A., Loyola, R. D., Raia, P., Mooers, A. O., and Bini, L. M. 2013. Darwinian
shortfalls in biodiversity conservation. Trends Ecol. Evol. 28, 689-695.
Goettsch, B., Hilton-Taylor, C., Cruz-Piñón, G., et al. 2015. High proportion of cactus
species threatened with extinction. Nat. Plants DOI: 10.1038/nplants.2015.142
Helida, A. 2018. Penumbuhkembangan sikap konservasi pada siswa sekolah dasar di Kota
Palembang. Suluh Abdi: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 13-18.
Heywood, V. H., 2015. In situ conservation of plant species – an unattainable goal? Israel J.
Plant Sci.
Krishnamurti, Y. 2000. Perlindungan keanekaragaman hayati dan permasalahannya.
MIMBAR: Jurnal Sosial dan Pembangunan, 16(1), 55-62.
Kuspriyanto. 2015. Upaya konservasi keanekaragaman hayati dikawasan lindung di
Indonesia. Metafora, 1(2), 134–142.
Rachman, M. 2012. Konservasi nilai dan warisan budaya. Indonesian Journal of
Conservation, 1(1), 30-39.
Samedi, S. 2015. Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia: rekomendasi
perbaikanundang-undang konservasi. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 2(2), 1-
28.
Sharrock, S., Oldfield, S., Wilson, O. 2014. Plant Conservation Report 2014: A Review of
Progress in Implementation of the Global Strategy for Plant Conservation 2011-2020.
Secretariat of the Convention on Biological Diversity and Botanic Gardens
Conservation International, Richmond, U.K.
Sumarto, S., Simbala, H., Komeri, R., Siahaan, R., dan Siahaan, P. 2012. Biologi Konservasi.
Bandung: PT. Patramedia Grafindo.
9

Anda mungkin juga menyukai