Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

LEUKOSIT DAN KOAGULASI DARAH

Dosen Pengampu :
Fahri Fahrudin, M.Si

Disusun oleh:
Jihan Alifya Faiqah (11190950000040)
Kenni Sondari (11190950000058)
Alyka Zahara (11190950000060)
Piolinov Iskandar (11190950000062)

Kelompok :1
Kelas : B2

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
2021 M / 1443 H
I. Tujuan
Dapat menghitung jumlah sel leukosit menggunakan metode bilik kamar hitung pada
haemocytometer dan dapat mengetahui jumlah leukosit pada probandus serta dapat
mengetahui rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk proses pembekuan darah manusia.

II. Dasar Teori


Leukosit menurut Saputro (2016) adalah komponen aktif sistem pertahanan tubuh
yang dibentuk sebagian di dalam sumsum tulang dan sebagian lagi di dalam organ limfoid
seperti timus, burasa fabriscius pada unggas, dan limpa. Leukosit mampu keluar dari
pembuluh darah dan menuju ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Leukosit berfungsi
sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap agen infeksi yang cepat dan kuat. Sistem
pertahanan tersebut dilakukan dengan cara menghancurkan antigen melalui fagositosis atau
pembentukan antibodi. Leukosit sebagian dibentuk di sumsum tulang dan sebagian di organ
limfoid seperti kelenjar limfe, timus, dan tonsil, kemudian akan diangkut menuju bagian
yang mengalami peradangan (Rahayu, 2018)
Menurut Indriani (2017), leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu agranular dan
granular. Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya
berbentuk bulat atau berbentuk ginjal. Leukosit granular mengandung granula spesifik (yang
dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam sitoplasmanya dan mempunyai
inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya.
Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik dan
jaringan limpatik yang berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi. Salah satu
mekanisme penghentian pendarahan adalah dengan terjadinya proses koagulasi darah
(Siswanto, 2017). Menurut Wijaya (2015), koagulasi adalah proses perubahan suatu zat
cairan atau larutan menjadi gumpalan atau zat padat secara keseluruhan ataupun sebagian.
Pada tubuh manusia koagulasi merupakan proses komplek pembentukan bekuan darah.
Koagulasi sendiri merupakan bagian dari system homeostasis. Koagulasi dimulai dengan
terdapatnya kerusakan pembuluh darah pada lapisan endothel. Trombosit kemudian
membentuk gumpalan untuk menutup daerah yang rusak; hal ini disebut hemostasis primer.
Hemostasis sekunder terjadi secara simultan dengan adanya protein dalam plasma disebut
faktor koagulasi untuk membentuk benang-benang fibrin yang memperkuat gumpalan dari
trombosit.
III. Metode Percobaan
3.1. Alat
 Pipet Thoma
 Kamar Hitung
 Mikroskop
 Lanset
 Kapas
3.2. Bahan
 Larutan Turk
 Alkohol 70%
 Sampel darah
3.3. Prosedur kerja
3.3.1. Menghitung jumlah leukosit
a. Bersihkan jari probandus, kamar hitung berseta cover glass menggunakan
alkohol 70%
b. Tusukkan jari probandus menggunakan lanset
c. Hisaplah darah yang keluar menggunakan pipet thoma sampai kedalam batas
tera 0,5 atau 1
d. Hisaplah larutan turk menggunakan pipet thoma sampai tanda tera 101
e. Goyangkan pipet dengan ibu jari dan telunjuk sampai homogen
f. Teteskan larutan diatas kamar hitung dan cover glass dengan
g. Diamkan selama 1-2 menit
h. Hitunglah leukosit pada bilik atau 4 kotak “W” yang dimulai pada kotak
sebelah kiri atas, kemudian berpindah kekotak sebelah kanan terus berulang
sampai kotak habis
i. Setelah seluruh kotak habis terhitung, hitunglah menggunakan rumus “n x p
x 1/0,4 = n x p x 2,5”
3.3.2. Menghitung proses koagulasi darah
3.3.2.1. Menghitung waktu pendarahan
a. Bersihkan jari probandus yang akan ditusuk dengan lanset
menggunakan alkohol 70%
b. Jari yang terluka kemudian teteskan kedalam kolom kertas saring
setiap interval 30 detik
c. Hentikanlah penempelan luka dengan kertas saat kertas sudah
menampilkan bitnik terkecil
d. Catatlah dan amati waktu pendarahan pada setiap probandus
3.3.2.2. Menghiung waktu pembekuan darah
a. Bersihkan permukaan jari perobandus menggunakan alkohol 70%
b. Setelah alcohol kering, tusukkan jari menggunakan lancet
c. Posisikan jari probandus menghadap vertikal bawah dan teteskan
darah sebanyak 2-3 tetes pada kaca benda
d. Celupkanlah jarum pentul pada tetesan darah diatas kaca benda
kemudian angkat jarum pentul setiap interval 30 detik
e. Catatlah dan amati waktu terjadinya pembentukkan tarikan benang-
benang fibrin

IV. Hasil dan Pembahasan


Perhitungan jumlah leukosit dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan
hemositometer (kamar hitung Improved Neubauer). Untuk mengambil darah probandus
digunakan blood lancet, darah yang digunakan adalah darah tetes ke-2 karena tetes pertama
telah terkena alkohol saat mensterilisasi jari tangan probandus. Kemudian darah diencerkan
dalam pipet thoma leukosit dan diberikan larutan turk, setelah itu dimasukkan dalam kamar
hitung sebanyak 1-2 tetes. Larutan turk merupakan bahan pemeriksaan leukosit manual
dengan komposisi : gentian violet, asam asetat glasial, aquadest. Asam asetat glasial pada
larutan turk berfungsi melisiskan eritrosit dan mempunyai kandungan asam dengan pH 2.4.
Sedangkan gentian violet berfungsi sebagai pemberi warna sehingga leukosit tampak jelas.
Untuk menghitung leukosit, digunakan kamar hitung W yang berjumlah 4 ruang di bagian
kanan atas dan bawah, serta kiri atas dan bawah hemositometer. Kamar hitung W terdiri dari
16 kotak w, dengan luas 1x1 mm3, volume 4 kotak W adalah 0.4 mm3, dan faktor ruang
hitung jumlah leukosit adalah 2,5. Darah yang diambil dengan pipet thoma sampai tanda tera
0,5, oleh karena itu pengenceran yang digunakan adalah 200. Untuk menghitung sel, dimulai
dari sudut kiri atas , ke kanan kemudian turun ke bawah dari kanan ke kiri dan seterusnya.
Bila sel menyinggung salah satu garis bidang , maka sel yang akan dihitung adalah sel yang
menyinggung garis batas atas dan garis batas kiri (Prasetyaswati, et al., 2020 ; Suba’iyah,
2018). Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1. . Hasil Perhitungan Jumlah Leukosit dan Nilai Koagulasi Darah
Probandus Jumlah sel darah putih Waktu koagulasi darah (detik)
Jumlah leukosit Pendarahan Beku darah
W1 W2 W3 W4
(mm3)
L1 17 26 19 17 39.500 480 360
L2 9 5 0 6 10.000 240 210
L3 2 4 8 11 12.500 270 231
L4 7 10 4 5 13.000 330 261
L5 12 21 23 27 41.500 510 267
P1 7 4 2 1 7.000 240 180
P2 8 2 9 3 11.000 210 210
P3 2 3 3 7 7.500 270 201
P4 12 8 8 5 16.500 300 217

Leukosit berjumlah lebih sedikit dibanding eritrosit dan trombosit. Pada orang dewasa
normal jumlah leukosit sekitar 4.000 – 11.000/mm3, bila jumlahnya melebihi dari
11.000/mm3, keadaan ini disebut leukositosis, bila jumlah leukosit kurang dari 4.000/mm3
disebut leukopenia (Gapar, 2015 ; Suba’iyah, 2018).
Berdasarkan tabel 1, terdapat beberapa probandus laki-laki yang memiliki jumlah
leukosit melebih batas normal, diantaranya pada probandus L1 (39.500/mm3), L3
(12.500/mm3), L4 (13.000/mm3), dan L5 (41.500/mm3). Sedangkan probandus L2 memiliki
jumlah leukosit normal yaitu 10.000/mm3. Pada probandus perempuan, P1,P2,P3 memiliki
jumlah leukosit normal yaitu 7.000 sel/mm3 (P1), 11.000 sel/mm3 (P2), dam 7.500 sel/mm3
(P3), sedangkan P4 memiliki leukosit diatas batas normal yaitu 16.500/mm3. Berdasarkan
hal tersebut, probandus L1,L3,L4, L5, dan P4 diduga mengalami leukositosis, yaitu
peningkatan jumlah sel darah putih dalam sirkulasi. Batas atas nilai kritis leukosit yaitu
30.000/mm³. Lekositosis hingga 50.000/mm³ mengindikasikan gangguan di luar sumsum
tulang. Nilai leukosit yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm³) dapat disebabkan oleh
leukemia (Prawesti, 2016). Leukositosis adalah suatu respon normal terhadap infeksi atau
peradangan. Keadaan ini dapat dijumpai setelah gangguan emosi, setelah anestesia atau
berolahraga, dan selama kehamilan. Peningkatan jumlah leukosit (lekositosis) menunjukkan
adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendiksitas,
tuberculosis, tonsillitis, dan lain-lain. Terdapat pula faktor-faktor yang mempengaruhi
leukositosis diantaranya Usia, Paritas, Proses inflamasi, Anemia, dan Jenis persalinan (Asrat,
2016 ; Wijayanti, 2017).
Pada praktikum jari tangan yang akan ditusuk dengan jarum dibersihkan dengan
alkohol 70%. Pemberian alkohol bertujuan untuk mencegah mikroorganisme lain masuk
bersamaan saat darah keluar dari jari. Jari yang tetusuk jarum akan langsung mengeluatkan
darah. Terjadinya pendarahan disebabkan sobeknya kapiler atau pembuluh darah.
Pengamatan pada waktu koagulasi darah berfokus pada waktu perdarahan da waktu beku
darah. Waktu perdarahan adalah adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari
pembuluh darah yang luka sampai terjadinya penyumbatan homeostatik pada daerah luka.
(Sabikis dkk., 2014).
Berdasarkan hasil yang diperoleh probandus pada 5 laki-laki dan 4 perempuan
memiliki rentang waktu perdarahan yang berbeda. waktu perdarahan paling lama yaitu 480
detik dan 510 detik pada probandus L1 dan L5. Sedangkan pada probandus L2, L3 dan L4
memiliki rentang waktu 240 detik, 270 detik dan 330 detik. Pada probandus P4 memiliki
rentang waktu paling lama yaitu 300 detik. Sedangkan pada probandus P1, P2 dan P3
memiliki rentang waktu 240 detik, 210 detik, dan 270 detik. Menurut Vander (2001) kisaran
waktu pendarahan normal berkisar 15 sampai 120 detik. Maka dari data tersebut waktu
peredaran darah pada laki-laki dan perempuan yang diuji diatas batas normal. Faktor-faktor
yang mempengaruhi waktu perdarahan yaitu besar atau kecilnya luka, suhu, status kesehatan
dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah. Selain itu menurut Cholid, dkk (2014)
Memanjangnya waktu perdarahan juga disebabkan karena jumlah trombosit menurun atau
jumlah trombosit yang meningkat abnormal, yaitu karena banyaknya trombosit muda
yang kurang reaktif sehingga fungsinya menurun.
Pembekuan darah terjadi ketika trombosit pecah yang disebabkan oleh sobeknya
kapiler darah, lalu trombosit mengeluarkan tromboplastin. Bersama-sama dengan ion
Catromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin akan mengubah
fibrinogen menjadi serat atau benang-benang fibrin yang dapat menjaring komponen-
komponen darah yang berukuran besar, sel darah merah, dan plasma sehingga terbentuk
bekuan darah (Durachim dan Dewi, 2018). Menurut Soewolo (1999) waktu pembekuan
darah terjadi saat munculnya serat-serat fibrin pada darah. Kisaran waktu normal pembekuan
darah yaitu 2 sampai 6 menit (Wulansari, dkk., 2019). Berdasarkan data yang diperoleh
waktu pembekuan darah probandus pada laki-laki dan perempuan adalah normal. Waktu
beku darah pada probandus L1, L2, L3, L4, dan L5 yaitu 360 detik, 210 detik, 231 detik, 261
detik, dan 267 detik dengan rentang waktu paling lama pada probandus L1. Sedangkan
pada probandus P1, P2, P3, dan P4 waktu beku darah yaitu 180 detik, 210 detik, 201 detik,
dan 217 detik dengan rentang waktu paling lama pada probandus P4. Faktor yang
mempengaruhi pembekuan darah yaitu protein pada plasma, tekanan darah, protombin,
fibrinogen, trombokinase, Vitamin K dan konsentrasi trombosit. Apabila proses pembekuan
darah melebihi batas waktu normal maka proses pembentukan bekuan darah terhambat.
Sehingga kemungkinan terjadinya kelaianan atau penyakit pada seseorang seperti penyakit
hemofilia (Kurniati, dkk., 2018)

V. Kesimpulan
Perhitungan jumlah leukosit dapat dilakukan secara manual yaitu dengan
menggunakan hemositometer (kamar hitung Improved Neubauer). Hasil menunjukan rata-
rata jumlah sel darah putih pada setiap probandus berbeda-beda. Kisaran normal sel darah
putih orang dewasa adalah sekitar 4.000 – 11.000/mm3. Berdasarkan hasil pengamatan,
probandus L2,P1,P2, dan P3 memiliki jumlah leukosit normal, sedangkan probandus
L1,L3,L4, L5, dan P4 diduga mengalami leukositosis. Koagulasi darah dengan menghitung
waktu perdarahan dan waktu beku darah pada probandus laki-laki dan perempuan
menunjukan hasil yang bervariasi. Rentang waktu normal perdarahan sekitar 15 detik sampai
2 menit dan rentang waktu normal beku darah sekitar 2 menit sampai 6 menit. Berdasarkan
hasil pengamatan waktu perdarahan pada probandus laki-laki dan perempuan, semua berada
diatas batas normal hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu besar atau kecilnya luka,
suhu, status kesehatan, aktivitas kadar hemoglobin dalam darah dan jumlah trombosit
menurun atau meningkat. Pada pengamatan waktu beku darah semua probandus laki-laki
dan perempuan berada dalam keadaan normal. Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu
protein pada plasma, tekanan darah, protombin, fibrinogen, trombokinase, Vitamin K dan
konsentrasi trombosit.

VI. Daftar Pustaka


Asrat, Devi Ekafitria. (2016). Perbedaan Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit Antara
Metode Manual Improved Neubauer Dengan Metode Automatic Hematology Analyzer
Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD Kota Kendari. (Karya Tulis Ilmiah). Kendari :
Politeknik Kesehatan Kendari.
Cholid, dkk. (2014). Perpanjangan Waktu Perdarahan pada Pemberian Perasan
BawangMerah (Allium ascalonicum). Jurnal Pustaka Kesehatan.Vol. 2(3) : 543-546.
Durachim, A. dan Dewi, A. (2018). Hemostasis. Jakarta : BPPSDMK.
Gapar.(2015). Hubungan Peningkatan Angka Leukosit Pada Pasien Stroke Hemoragik Fase
Akut Dengan Mortalitas Di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang. (Naskah Publikasi).
Pontianak : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tanjungpura.
Indriani, Mendi. (2017). Pengaruh Konsentrasi pH Buffer Giemsa terhadap Morfologi
Leukosit pada Preparat Sumsung Tulang. (Thesis Diploma). Semarang : Jurusan
Analis Kesehatan, Fakultas Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Prasetyaswati, Betty., Syarifah, & Martati Nur Utami. (2020). Hematologi Dasar. Jakarta :
PT Cipta Gadhing Artha
Prawesti, Dias Widi. (2016). Pemeriksaan Jumlah Leukosit Dan Hitung Jenis Leukosit Pada
Pasien Tuberkulosis Rawat Inap Di RSUD Ciamis. (Karya Tulis Ilmiah). Ciamis :
Program Studi D3 Analis Kesehatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Ciamis.
Rahayu, Yayuk Sri. (2018). Gambaran Jumlah Dan Jenis Lekosit Pada Penderita
Tuberculosis Paru. (Thesis Diploma). Semarang : Jurusan Analis Kesehatan, Fakultas
Kesehatan dan Keperawatan Universitas Muhamadiyah Semarang
Sabikis, dkk. (2014). Aktivitas Penghentian Pendarahan Luar Ekstrak Etanol DaunBerenuk
(Crescentia cujete L) Secara In-Vivo. Pharmaceutical Sciences and Research. Vol. 1
(2) : 134- 140.
Saputro, B., Sutrisna, R., Santosa, P., & Fathul, F. (2016). Pengaruh Ransum Yang Berbeda
Pada Itik Jantan Terhadap Jumlah Leukosit Dan Diferensial Leukosit Effect On
Differential Rations Duck Male To Total Leukocytes And The Differential Leukocyte.
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 4(3), 176–181.
Siswanto. (2017). Darah dan Cairan Tubuh. Denpasar: Universitas Undaya Press.
Soewolo. (1999). Fisiologi Manusia. Malang : FMIPA UNM.
Suba’iyah, et al. (2018). Perbandingan Larutan Turk Dengan Modifikasi Larutan Turk
Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia Swingle) Terhadap Jumlah Leukosit.
(Undergraduate thesis). Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang.
Vander, A. (2001). Human Physiology. New York : TheMC Graw-hill Companies
Wijaya, Eka. (2015). Hubungan Antara Koagulopati dan Kadar Serum Laktat Sebagai
Indikator Morbiditas dan Mortalitas pada Kasus Multipel Trauma di RSUP H. Adam
Malik Medan. (Tesis). Medan : Jurusan Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara.
Wijayanti, Fitri. (2017). Kejadian Leukositosispada Ibu Nifas (Studi Deskriptif Di RSUD
Tugurejo Semarang). (Undergraduate Thesis). Semarang : Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Wulansari, R., Wahdaniah, dan Suwono. (2019). Perbedaan Nilai Masa Pembekuan Darah
(Clotting Time) Dengan Menggunakan Tabung Kaca Dan Tabung Plastik Metode Lee
And White. Jurnal Laboratorium Khatulistiwa. Vol. 2 (2) : 64 – 66.

VII. Lampiran
7.1. Lampiran Pertanyaan
1) Jelaskan konsekuensi paling serius, jika terjadi penurunan fagositosis professional !
Jawab :
Penurunan fungsi fagosit pada neutrofil dan makrofag yang sangat menurunkan
kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme yang masuk. Jadi, tubuh
organisme tersebut akan mudah terkena penyakit dan waktu penyembuhannya lebih
lama akibat lamanya pembersihan dari mikroorganisme tubuh itu sendiri. Sebab
fagosit professional merupakan sel yang berperan pada proses fagositosis yaitu
polimorfonuklear (PMN) dan monosit.
Fagosit profesional meliputi banyak jenis sel darah putih(seperti neutrofil, monosit,
makrofag, sel mast, dan sel dendritik)
2) Apa yang dimaksud dengan sel darah putih imatur? Dan apa yang terjadi jika
seseorang SDP imatur dalam jumlah cukup tinggi?
Jawab :
Sel imatur adalah sel-sel darah yang abnormal akan dihasilkan oleh sumsum
tulang terutamasel darah putih (leukosit). Sel darah putih yang imatur dan berlebih
merupakan penyakit kanker jaringan yaitu Leukimia limfosis, yang karena jumlah
sel imatur leukosit banya apabila menyusup ke berbagai organ seperti sumsum tulang
belakang dan mengganti unsur sel yang normal sehingga mengakibatkan jumlah
eritrosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sel sehingga timbunya pendarahan dan
berujung pada kematian.

7.2. Lampiran Perhitungan


L1 = n x p x 2.5 butir darah
= ( 17+26+19+17 ) x 200 x 2.5 = 79 x 500 = 39.500 sel/mm3
L2 = n x p x 2.5 butir darah
= ( 9+5+0+6 ) x 200 x 2.5 = 20 x 500 = 10.000 sel/mm3
L3 = n x p x 2.5 butir darah
= ( 2+4+8+11 ) x 200 x 2.5 = 25 x 500 = 12.500 sel/mm3
L4 = n x p x 2.5 butir darah
= ( 7+10+4+5 ) x 200 x 2.5 = 26 x 500 = 13.000 sel/mm3
L5 = n x p x 2.5 butir darah
= ( 12+21+23+27 ) x 200 x 2.5 = 83 x 500 = 41.500 sel/mm3
P1 = n x p x 2.5 butir darah
= ( 7+4+2+1 ) x 200 x 2.5 = 14 x 500 = 7.000 sel/mm3
P2 = n x p x 2.5 butir darah
= ( 8+2+9+3 ) x 200 x 2.5 = 25 x 500 = 11.000 sel/mm3
P3 = n x p x 2.5 butir darah
= ( 2+3+3+7 ) x 200 x 2.5 = 15 x 500 = 7.500 sel/mm3
P4 = n x p x 2.5 butir darah
= ( 12+8+8+5 ) x 200 x 2.5 = 25 x 500 = 16.500 sel/mm3

Anda mungkin juga menyukai