Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR

AKTIVITAS BIOKIMIA MIKROORGANISME

Dosen :
Arina Findo Sari, M.Si
Remila Selvany, M.Si.
Asisten Laboratorium :
Diah Lestari
Fatima Salsabila Zahra

Hari,Tanggal :
Rabu, 4 November 2020

Nama :
Piolinov Iskandar
NIM :
11190950000062
Kelas :
3B-2

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
2020 M / 1442 H
I. Tujuan
Mengetagui aktivitas biokimia pada mikroorganisme sehingga dapat diketahui sifat-sifat
yang khas dari mikroorganisme.

II. Metodologi
2.1. Uji Hidrolisis Polisakarida, Protein, dan Lemak
 Alat dan Bahan
 Tiga cawan petri steril
 Jarum ose
 Penangas air
 Tiga tabung media agar tegak yang masing-masing berisi media Starch
Agar, Tributyrin Agar dan Milk Agar
 Larutan Iodin/Lugol
 Biakan murni B. subtilis dan E. coli
 Prosedur Kerja

Tiga tabung media agar dicarikan Media agar tabung dituangkan
dalam penangas air dan biarkan ppada cawan petri dan didiamkan
suhunya turun sampai 38-40℃ agar mengeras

Biakan murni diinokulasikan pada Media agar pada cawan petri


suhu 30-35℃, selama 48-72jam dibagi dua dengan spidol

Media Starch Agar cawan ditetesi


larutan iodin dan diamati pada
bagian yang tidak bewarna
disekitar biakan

Daerah bening disekeliling biakan


pada media Tributyrin Agar dan
Milk Agar diamati

2.2. Fermentasi Karbohidrat


 Alat dan Bahan
 Jarum ose
 5 tabung media cair Glucose Phenol Red
 5 tabung media cair Lactose Phenol Red
 5 tabung media cair Sucrose Phenol Red
 Biakan murni B. subtilis, E. coli, dan Staphyloccus aureus
 Prosedur Kerja
Masing-masing biakan bakteri
diinokulasikan pada suatu seri media
dan disasakan satu setiap masing- Tabung-tabung tersebut
masing biakan disisikan satu tabung diinokulasi pada suhu 35℃,
pada setiap media untuk variable selama 48 jam
kontrol

Reaksi yang terjadi diamati dan


dibandingkan dengan variable
control. Diatanya dengan A=Asam;
G=Gas; AG=Asam dan Gas
2.3. Uji Produksi H2S
 Alat dan Bahan
 Jarum ose bulat dan lurus
 Media miring Kligler Iron Agar (KIA) atau Triple Sugar Iron Agar
(TSIA)
 Biakan bakteri
 Prosedur Kerja
Bakteri diinokulasikan masing-
Biakan diinkubasi pada suhu 30-
masing ke dalam media dengan cara
35℃ selama 7 hari
ditusuk (stab) dan digores

Reaksi pembentukan H2S diamati


dengan melihat adanya warna hitam
sepanjang tusukan

2.4. Uji Produksi Indol


 Alat dan Bahan
 Jarum ose
 3 tabung media cair Triptofan 1%
 Reagen Ehrlich atau Kovac
 Biakan E. coli dan Proteus vulgaris
 Prosedur Kerja
Biakan E. coli dan Proteus vulgaris
Satu tabung disisakan unutk
diinikolasikan ke dalam media dan
dijadikan kontrol
diberi label agar tidak tertukar

Kedua tabung ditetesi larutan Biakan diinikolasikan pada suhu


reagen Ehrlich untuk mengamatin 30-35℃ selama 48 jam
terjadinya indol

Tabung dikocok perlahan dan Adanya indol dapat diketahui


dibiarkan berada dalam posisi tegak dengan adanya warna merah tua di
supaya reagen dapat terkumpul di permukaan media dan tabung
permukaan media dibangdingakan dengan kontrol

2.5. Uji Katalase


 Alat dan Bahan
 Jarum ose
 Gelas objek
 Larutan H2O2 3%
 Biakan E. coli dan B. subtilis yang berumur 24 jam
 Prosedur Kerja
Gelas objek dibersihkan, lalu
Biakan bakteri B, subtilis diletakan
diteteskan beberapa larutan H2O2
dengan diambil sedikit dengan ose
3%

Biakan lalu diamati dengan melihat Lakukan hal sama dengan biakan
gelembung-gelembung O2 E. coli
2.6. Uji Hidrolisis Asam Sitrat
 Alat dan Bahan
 Jarum ose bulat
 Media Simons Citrate (SC)
 Biakan bakteri
 Prosedur Kerja
Bakteri diinokulasikan masing-
Biakan diinkubasi pada suhu
masing ke dalam media dengan cara
selama 3-5 hari
digores

Reaksi pembentukan H2S diamati


dengan melihat adanya warna hitam
sepanjang tusukan
2.7. Uji Methyl Red (MR)
 Alat dan Bahan
 Jarum ose
 Biakan bakteri
 Media Methyl Red
 Larutan Methyl Red
 Prosedur Kerja
Satu ose bakteri diinokulasikan Biakan diinokulasi pada 30℃
pada media MR selama 5-7hari

Perubahan warna yang terjadi Tabung tersebut ditetesi larutan


diamati Methyl Red

2.8. Uji Voges-Proskauer (VP)


 Alat dan Bahan
 Jarum ose
 Biakan bakteri
 Media Voges-Proskauer
 Larutan Barrit A (Alfa naftol) dan Barrit V (KOH 40%)
 Prosedur Kerja
Satu ose bakteri diinokulasikan Biakan diinokulasi pada 30℃
pada media VP selama 5-7 hari

Perubahan warna yang terjadi Tabung tersebut ditetesi larutan


diamati Methyl Red

2.9. Uji Oksidasi dan Fermentasi (OF)


 Alat dan Bahan
 Jarum ose lurus
 Biakan murni bakteri
 Media Oksidasi Fermentasi (Hugh & Leifson’s)
 Parrafin oil
 Prosedur Kerja
Satu ose biakan ditusuk diinokulasi Salah satu tabung ditutup dengan
3 seri media, 1 tabung kontrol paraffin oil seringgi 1 cm

Perubahan warna yang terjadi Biakan diinokulasi pada suhu


diamati ruang selama 7-14 hari
III. Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini, adapun data yang didapat sebagai berikut :
No Mikroorganism Gambar Referensi Keterangan
Uji Biokimia Hasil Gambar
. e yang diuji
1. Hidrolisis B. cereus (+) Terdapat daerah Sesuai
Pati bening

(Sumber : Dok. Kel. 1B1,


2019)
E. coli (-) Tidak terdapat Sesuai
daerah bening
(Sumber :
https://i1.wp.com/microbeonline.com/wp-
content/uploads/2020/03/Starch-Hydrolysis-
test.jpg?fit=1021%2C768&ssl=1)
(Sumber : Dok. Kel. 1B2,
2019)
Tidak sesuai
S. aureus +
(Terdapat zona
bening)

(Sumber : Dok. KelasA1,


2019)

(Sumber :
hhttps://pt.slideshare.net/shradhagoswami/133
4004-chandresh)
Tidak susai
S. typhii -
Tidak terdapat zona
bening
(kontaminasi)
(Sumber : Dok. KelasA2,
2019)
(Sumber: Nairetti et al., 2014)
Hidrolisis B. cereus (-) Bakteri tidak Tidak sesuai
Protein tumbuh dan tidak
terdapat daerah
bening

(Sumber : Dok. Kel. 1B1,


2019)

(Sumber :
https://www.researchgate.net/figure/Enzyme-
activity-of-Bacillus-cereus-strain-B48-
Colonies-produced-clear-zone-on-
agar_fig3_330291638)

E. coli (-) Tidak terdapat Tidak sesuai


daerah bening

(Sumber : Dok. Kel. 1B2,


2019)

(Sumber :
https://quizlet.com/38660779/microbiology-
terms-not-on-list-flash-cards/)
Sesuai
S. aureus -
Tidak terdapat zona
bening

(Sumber : Dok. KelasA1,


2019)

(Sumber :
https://www.researchgate.net/figure/Skim-
milk-agar-cultured-with-Saureus-which-
appeared-as-glistening-orange-
convex_fig2_279530026)

S. typhii -
Tidak terdapat zona
bening

(Sumber : Dok. KelasA2,


2019)
(Sumber: Moumi, 2018)
2. Fermentasi B. cereus Laktosa : tidak Laktos, sukrosa,
Karbohidrat terbentuk gas glukosa: assam dan
(glukosa, Sukrosa : terbentuk terbentuk gas
laktosa, gas
sukrosa) Glukosa : asam dan
gas
(Sumber : Dok. Kel. 2B2,
2019)
(Sumber: Cudmore & Lewis, 2013)
E. coli Laktosa : asam dan (+)
gas
Glukosa : asam dan
gas
Sukrosa : tidak
terbentuk gas (Sumber: Dok. Kel. 2B1,
2019) (Sumber: Tyrell, 2015)
Glukosa : + Sucrose: (+)
S. aureus Laktosa : + Lactose: (-)
Sukrosa : + Glucose: (+)

(Terdapat oksigen
pada tabung
durham) (Sumber : Dok. KelasA1,
(Sumber: Anonim, 2020)
2019)
S. typhii Glukosa : + Glukosa, laktosa,
Laktosa : - sukrosa: (+) ada
Sukrosa : - oksigen pada tabung
(Terdapat oksigen durham
dalam tabung
durham)
(Sumber : Dok. KelasA2,
2019)

(Sumber: Amiruddin et al., 2017)


3. Methyl Red B. cereus (+) Terjadi (-)
perubahan warna
media menjadi
kuning kemerahan

(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)

(Sumber: Cudmore & Lewis, 2013)


E. coli Tidak dilakukan pengujian +

(Sumber: Miller, 2009)


S. aureus - +
Media berubah
menjadi warna
orange

(Sumber : Dok. KelasA1, (Sumber: Bisht, 2017)


2019)
+ (+) media berubah
S. typhii Media berubah menajdi berwarna
menjadi warna merah
merah

(Sumber : Dok. KelasA2,


2019)
(Sumber: Amiruddin et al., 2017)
4. Voges- B. cereus (-) Warna media (-)
Proskauer tidak berubah
(VP) menjadi merah

(Sumber : Dok. Kel. 4B1,


2019)
(Sumber: Cudmore & Lewis, 2013)
E. coli (-) Warna media (-)
tidak berubah
menjadi merah

(Sumber : Dok. Kel. 4B2, (Sumber: Miller, 2009)


2019)
S. aureus (-) (+)
Terjadi perubahan
warna dari kuning
jernih menjadi
sedikit keruh.
(Sumber: Hayati et al., 2019)
(Sumber : Dok. KelasA1,
2019)
(-)
S. typhii (+)

Terjadi perubahan
warna dari kuning
menjadi jingga
keruh.
(Sumber : Dok. KelasA2,
2019) (Sumber: Amiruddin et al., 2017)
5. Produksi H2S B. cereus (-) Tidak ada warna +
hitam di sepanjang
tusukan, tidak
terbentuk H2S

(Sumber : Dok. Kel. 1B1,


2019) (Sumber: Anonim, 2020)
E. coli (-) Tidak ada warna +
hitam di sepanjang
tusukan, tidak
terbentuk H2S

(Sumber : Dok. Kel. 1B2,


2019) (Sumber: Anonim, 2020)
S. aureus (-) -
Tidak terdapat zona
hitam pada
sepanjang tusukan

(Sumber : Dok. KelasA1,


2019)

(Sumber: Anonim, 2018)


S. typhii (-) (-)
Terdapat zona hitam Tidak ada perubahan
pada sepanjang warna dan tidak ada
tusukan zona hitam pada
tusukan

(Sumber:Dok.KelasA2,2019)
(Sumber: Amiruddin et al., 2017)
6. Produksi B. cereus (+) Timbul warna (+) ada cincin merah
Indol merah tua di atas tua di permukaan
permukaan media

(Sumber : Dok. Kel. 2B2,


2019) (Sumber: Cudmore & Lewis, 2013)
E. coli (+) Timbul warna (+) ada warna merah
merah tua di atas tua di permukaan
permukaan media media

(Sumber: Dok. Kel. 2B1,


(Sumber: Kartikasari et al., 2019)
2019)
-
S. aureus (-)
Tidak terbentuk
cincin merah

(Sumber : Dok. KelasA1, (Sumber: Anonim, 2018)


2019)
S. typhii (-) (-) tidka terbentuk
Tidak membentuk cincin merah
cincin merah

(Sumber : Dok. KelasA2,


2019)
(Sumber: Amiruddin et al., 2017)
7. Sitrat B. cereus Tidak dilakukan pengujian +

E. coli (-) Tidak terjadi (-) tidak terjadi


perubahan warna perubahan warna pada
pada media media

(Sumber: Kartikasari et al., 2019)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)
S. aureus (-) -
Media tetap
berwarna hijau

(Sumber :Dok. KelasA1,


2019) (Sumber: Anonim, 2018)
(+) (+)
S. typhii Media berubah
menjadi warna biru

(Sumber : Dok.KelasA2, 201) (Sumber: Amiruddin et al., 2017)


8. Oksidasi dan B. cereus Tabung dengan
Fermentasi paraffin oil tidak
(OF) terjadi perubahan
warna.
Tabung tanpa
paraffin oil terjadi
perubahan warna
media dari hijau
menjadi biru (Sumber : Dok. Kel. 4B1,
2019)
E. coli Tabung dengan
paraffin oil terjadi
sedikit perubahan
warna media dari
hijau tua menjadi
hijau muda.
Tabung tanpa
paraffin oil terjadi
perubahan warna (Sumber : Dok. Kel. 4B2,
media dari hijau 2019)
menjadi biru.
S. typhii (+)
(Non Parafin) Terjadi perubahan
warna dari hijau tua
menjadi biru tua

(Sumber: Dok. Kel C, 2019)


S. typhii (-)
(Parafin) Tidak terjadi
perubahan warna
tetap berwarna hijau
tua

(Sumber: Dok. Kel. C, 2019)


9. Katalase B. cereus (+) Terbentuk (+)
gelembung O2

(Sumber: Horn, 2015)


(Sumber : Dok. Kel 3B1,
2019)
E. coli (+) Terbentuk
gelembung O2

(Sumber: Fattah, 2016)

(Sumber : Dok. Kel 3B1,


2019)
S. aureus (+)
Terbentuk
gelembung lebih
sedikit

(Sumber: Khadka, 2013)


(Sumber : Dok. KelasA1,
2019)
S. typhii (+)
Terbentuk
gelembung lebih
banyak

(Sumber : Dok. KelasA2,


2019)
IV. Pembahasan
Uji Hdirolisis Pati (Polisakarida) dan Protein
Uji hidrolisis pati (polisakarida) menggunakan media Media Starch Agar (MSA).
Menurut Iman dkk., (2014), mengatakan bahwa Media Starch Agar digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme amilolitik dimana terdiri dari 1% pati. Komposisi pembuatan
medium ini adalah pepton 6 g, meal extract 3 g, starch 2 g, agar 15 g, dan aquades 250 ml.
Pati yang ada pada MSA dipecah oleh amilase yang ditandai dengan perubahan warna yaitu
warna coklat jika hidrolisis pati tidak berlangsung sempurna, warna kuning (transparan) jika
berlangsung sempurna dan warna biru jika tidak memecah pati
Menurut Wahyuni dkk., (2014), dalam penelitiannya mengatakan hidrolisis pati
ditandai dengan adanya zona bening di sekitar daerah pertumbuhan bakteri setelah diberi
beberapa tetes larutan lugol iodin. Hal ini memberikan informasi bahwa kedua isolat bakteri
tersebut dapat menghasilkan enzim αamilase yang dapat menghidrolisis pati/ amilum menjadi
sakarida yang lebih sederhana lagi seperti maltosa dan glukosa.Pada hidrolisis pati, enzim
yang berperan adalah α-amilase yang bekerja memutuskan ikatan dengan konfigurasi α pada
pati. Hidrolisis pati oleh enzim α-amilase terbagi dalam dua jalur, yaitu hidrolisis amilosa dan
hidrolisis amilopektin. Berdasarkan data perolehan pengamatan uji hidrolisis pati
(polisakarida), Bacilus cereus pada MSA terdapat daerah bening di daerah sekitar tumbuh
yang hal tersebut sesuai dengan literature Cappucino dan Sherman (2014) yang mengatakan
Bacillus cereus dapat menghidrolisis pati karena dapat menghasilkan enzim amilase yang
berguna untuk membantu bakteri tersebut masuk kedalam sel. Bakteri E. coli tidak terdapat
daerah bening di sekitar daerah pertumbuhan yang hal tersebut sesuai dengan literature
Alariya et. al (2013) mengatakan bakteri E.coli tidak menghidrolisis pati sebab bakteri
tersebut tidak beraktivitas yang menghasilkan enzim amylase. Bakteri Staphylococcus aureus
terdapat zona bening di sekitar daerah pertumbuhannya yang hal tersebut tidak sesuai dengan
literature, Konuku et. al (2012) mengatakan Staphylococcus aureus tidak menghasilkan
enzim amylase sehingga tidak dapat menghidrolisis pati. Bakteri Salmonela typhii tidak
terdapat zona bening
Uji hidrolisis protein menggunakan media Skim Milk Agar (SMA). Menurut Safitri
dkk., (2018), mengatakan bahwa identifikasi morfologi bakteri penghasil protease dapat
dilihat dengan cara mengisolasi bakteri menggunakan media Skim Milk Agar (SMA). SMA
merupakan media yang terdiri dari PCA steril dan susu skim. Susu skim digunakan sebagai
sumber substrat. Selain itu susu skim juga mengandung protein tinggi sekitar 3,7% dan lemak
0,1%. Susu skim mengandung kasein yang dapat dipecah oleh mikroorganisme proteolitik
menjadi senyawa nitrogen terlarut sehingga pada koloni dikelilingi area bening.
Berdasarkan data perolehan pengamatan uji hidrolisis protein, Bacilus cereus pada
SMA tidak terdapat daerah bening di daerah sekitar pertumbuhan yang hal tersebut tidak
sesuai dengan literature Oktavia (2015) yang mengatakan Bacillus cereus dapat
menghidrolisis protein kasein susu karena dapat menghasilkan enzim protease sehingga
bakteri tersbut dikatakan proteolitik. Bakteri E. coli tidak terdapat daerah bening di sekitar
daerah pertumbuhan yang hal tersebut tidak sesuai dengan literature Winawarni (2006)
mengatakan bakteri E.coli termasuk dalam bakteri proteolitik yang dapat menghasilkan
enzim protease sehingga dapat menghidrolisis protein kasein susu. Bakteri Staphylococcus
aureus terdapat zona bening di sekitar daerah pertumbuhannya yang hal tersebut sesuai
dengan literature, Lestari (2020) mengatakan Staphylococcus aureus menghasilkan enzim
protease sehingga dapat menghidrolisis protein. . Bakteri Salmonella typhii tidak terdapat
zona bening

Uji Fermentasi Karbohidrat (glukosa, laktosa, sukrosa)


Menurut Wahyuni dkk,. (2014), Perubahan warna medium mejadi kuning disebabkan
karenaterdapatnya indicator brom timol blue (BTB) dalam medium. Dimana
penambahanindicator BTB ke dalam medium yang mengalami fermentasi karbohidrat jadi
asamdalam keadaan aerob, maka pH akan turun dan akhirnya indikator BTB ini akanberubah
warna menjadi kuning. Uji fermentasi karbohidrat dilakukan dengan menggunakan substrat
glukosa, laktosa, maltosa, dan sukrosa. Fermentasi merupakan proses degradasi anaerob
molekul gula (karbohidrat) atau nutrien lain untuk mendapatkan energi pada kondisi anaerob
(Pangestu dkk,. 2014).
Berdasarkan pengamatan, data diperoleh yaitu bakteri B. cereus mampu
mermfermentasikan gula berupa laktosa, sukrosa, dan glukosa, serta terdapat uap gas. Bakteri
E. coli mampu mermfermentasikan gula berupa laktosa, sukrosa, dan glukosa. Bakteri S.
aureus hanya dapat mempu memfermentasikan Sukrosa dan Glukosa. Bakteri S, typhi
mampu mermfermentasikan gula berupa laktosa, sukrosa, dan glukosa, serta terdapat uap gas.
Setiap bakteri memiliki karakteristik dan perbedaan dalam hal memfermentasikan suatu
karbohidrat, hal itu tergantung dari kebutuhan bahan karbon dan jenis suatu bakteri.

Uji Methyl Red (MR)


Menurut Sari dkk. (20119), uji methyl red dilakukan untuk mengetahui kemampuan
bakteri mengoksidasi glukosa dengan memproduksi asam dengan konsentrasi tinggi sebagai
hasil akhirnya dan hasil asam yang terbentuk berubah menjadi merah dengan
ditambahkannya reagen metil merah. Warna kuning menunjukan reaksi negatif dan warna
merah menunjukkan reaksi positif (Sari & Apridamayanti, 2014)
Berdasarkan data yang diperoleh, hanya bakteri B. cereus yang menunjukan hasil
negatif, hal tersebut dikarenakan bakteri tidak memiliki kemampuan oksidasi glukosa dan
tidak menghasilkan metabolisme asam. Sedangkan bakteri yang menunjukkan postif yaitu E.
coli, S. aureus, dan S. typhi, hal tersebut ketiga bakteri memiliki kemampuan untuk
mengoksidasi glukosa dan menghasilkan sisa metabolisme asam pada media.

Uji Voges-Proskauer (VP)


Uji VP yang merupakan pengujian untuk mendeteksi asetoin dalam kultur bakteri.
Pengujian ini dilakukan dengan penambahan alpha-naftol pada media VP yang telah
diinokulasikan bakteri. Hasil positif akan menunjukkan perubahan warna menjadi merah,
sedangkan warna kuning-coklat menunjukkan hasil negatif (Hemraj, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh bakteri S. aureus dan S. typhi menunjukkan
reaksi postiif yang menandakan adanya asetoin. Sedangkan pada bakteri B. cereus dan E. coli
menunjukan reaksi negatif. Menurut Sari dkk., (2019), mengatakan golongan Escherichia
akan menunjukan hasil negatif pada uji VP.

Uji Produksi H2S


Adanya H2S dapat diamati dengan menambahkan garam-garam logam berat kedalam
medium. Dikatakan positif apabila H2S bereaksi dengan senyawa-senyawa ini ditandai
dengan terbentuknya logam sulfit yang berwarna hitam. Dan dikatakan negatif apabila tidak
terbentuk logam sulfit yang berwarna hitam karena bakteriyang berada dalam medium
tersebut tidak dapat menghidrolisis logam-logam beratyang terkandung dalam
medium (Yulvizar, 2013)
Berdasarkan data yang diperoleh, Bakteri yang menunjukkan reaksi positif yaitu B.
cerus dan E. coli karena terdapat enapan bewarna hitam yang merupakan endapan logam
sulfat. Sedangkan bakteri S. aureus dan S. typhi menunjukkan reaksi negative

Uji Produksi Indol


Menurut Antriana (2014), uji indol dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri
memecah triptofan asam amino membentuk senyawa indol. triptofan dihidrolisis oleh
triptofanase untuk menghasilkan tiga kemungkinan produk akhir, salah satunya adalah indol.
produksi indol terdeteksi oleh reagen kovac atau ehrlich yang tersusun atas 4-p-benzaldehid
dimethylamino, reagen ini bereaksi dengan indol, sehingga menghasilkan senyawa berwarna
merah pada permukaan.
Berdasarkan data yang diperoleh, bakteri yang menunjukkan reaksi negative yaitu S.
aureus dan S. typhi. Sedangkan hasil positif terdapat pada bakteri B. cereus dan E.coli yang
hal tersebut menandakan kedua bakteri ini mampu memecah asama amino tiptofan.

Uji Sitrat
Dalam penelitiannya, Ulfa dkk. (2016) mengatakan uji sitrat dilakukan dengan
menginokulasi isolat pada media Simmon’s Citrate (SC). Pengujian ini bertujuan untuk
melihat kemampuan bakteri dalam menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon
dan energi. Hasil positif akan ditunjukkan dengan adanya perubahan warna media dari hijau
menjadi biru. Hal ini disebabkan karena penggunaan sitrat oleh bakteri menyebabkan asam
menghilang dari biakan sehingga terjadi peningkatan pH dan mengubah warna media dari
hijau menjadi biru.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, bakteri yang menunjukkan hasil negative yaitu
bakteri E. coli dan S. aureus karena bakteri tersebut tidak dapat menggunakan sitrat sebagai
sumber karbon. Sedangkan bakteri yang menunjukkan hasil positif yaitu B. cereus dan S.
typhi karena kedau bakteri tersebut mempunya toleran yang mampu menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon.

Uji Oksidasi dan Fermentatif (OF)


Uji Oksidatif/Fermentatif bertujuan untuk mengetahui sifat oksidasi atau fermentasi
bakteri terhadap glukosa dengan menggunakan dua tabung media yang salah satunya ditutup
dengan parafin cair, sehingga diharapkan didalam media tidak terdapat udara yang dapat
mendukung terjadinya fermentasi. Hasil yang diperoleh yaitu perubahan warna media
menjadi kuning, yang menunjukan sifat isolat memiliki sifar metabolisme fermentatif. Hal ini
di sebabkan oleh ketergantungan bakteri asam laktat terhadap fermentasi gula sebagai sumber
energi utama (Reimena dkk., 2017). Perubahan warna pada uji OF terjadi karena
pembentukan asam yang dihasilkan dari fermentasi ataupun oksidasi glukosa. Asam yang
terbentuk ini akan menurunkan pH media dan mengubah warna indikator menjadi kuning.
Jika bakteri tidak dapat memfermentasikan atau mengoksidasi glukosa maka warna indikator
tidak berubah seperti pada bakteri S.typhii (Retnowati, 2007).
Berdasarkan hasil pengamatan, bakteri B. cereus dihasilkan tabung dengan paraffin oil
tidak terjadi perubahan warna. Sedangkan pada tabung tanpa paraffin oil terjadi perubahan
warna media dari hijau menjadi biru. Pada bakteri uji selanjutnya yaitu E. coli menghasilkan
tabung dengan paraffin oil terjadi sedikit perubahan warna media dari hijau tua menjadi hijau
muda. Sedangkan tabung tanpa paraffin oil terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi
biru. Pada S. typhii tidak menggunakan paraffin dihasilkan reaksi positif yang ditandai
dengan perubahan warna dari hijau tua menjadi biru tua. Sedangkan pada yang menggunakan
paraffin tidak terjadi perubahan warna, tetap berwarna hijau tua yang menandai reaksi
negative.

Uji Katalase
Uji katalase merupakan salah satu uji biokimia dengan menggunakan prinsip
pemecahan hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air (H2O) dan oksigen (O2). Hidrogen
peroksida (H2O2) merupakan hasil respirasi aerobik yang bersifat racun terhadap sel mikroba
sehingga perlu didetoksifikasi yang hasil positifnya ditunjukkan dengan membentuk
gelembung-gelembung, yang berarti ada pembentukkan gas Oksigen (O2) sebagai hasil
pemecahan H2O2 (Komala dkk., 2012). Menurut Dewi (2013), Fungsi uji
katalase pada bakteri berbentuk kokus adalah untuk membedakan antara staphylococcus dan
streptococcus, dimana kelompokstaphylococcus bersifat katalase positif. Katalase merupakan
enzim yang mengkatalisa penguraian hidrogen peroksida menjadi H, O, dan O . karena bahan
ini menginaktifkan enzim dalam sel.
Berdasarkan hasil pengamatan pada uji katalase, semua bakteri menunjukkan reaksi
positif yang ditandai dengan adanya gelembung-gelembung berasal dari O2 yang merupakan
hasil dari H2O2 dari proses pemecahan. Tetapi bagi sebagian bakteri ada yang tidak dapat
hidup dengan H2O2 bahkan bersifat toksik bagi baketri tersebut

V. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa uji biokimia suatu
mikrooganisme dapat dilakukan untuk mengetahui karakterisasi dan identifikasi bakteri. Uji
biokimia biasanya menggunakan uji hidrolisis pati dan protein untuk mengetahui bakteri
tertentu dapat menghidrolisis senyawa pati dan protein tertentu. Uji fermentasi karbohidrat
digunakan untuk mengetahui sifat bakteri dalam memfermentasikan suatu karbohidrat
mampu atau tidak. Uji uji methyl red dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri
mengoksidasi glukosa dengan memproduksi asam dengan konsentrasi tinggi sebagai hasil
akhirnya dan hasil asam. Uji Voges-Proskauer (VP) pengujian untuk mendeteksi asetoin
dalam kultur bakteri. Uji TSIA digunakan untuk menghetahui apakah bakteri menghasilkan
H2S. Uji indol dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri memecah triptofan asam
amino membentuk senyawa indol. triptofan dihidrolisis oleh triptofanase untuk menghasilkan
tiga kemungkinan produk akhir, salah satunya adalah indol. Uji sitrat dilakukan dengan
menginokulasi isolat pada media Simmon’s Citrate (SC), pengujian ini bertujuan untuk
melihat kemampuan bakteri dalam menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon
dan energi. Uji Oksidatif/Fermentatif bertujuan untuk mengetahui sifat oksidasi atau
fermentasi bakteri terhadap glukosa dengan menggunakan dua tabung media yang salah
satunya ditutup dengan parafin cair, sehingga diharapkan didalam media tidak terdapat udara
yang dapat mendukung terjadinya fermentasi. Fungsi uji katalase pada bakteri berbentuk
kokus adalah untuk membedakan antara staphylococcus dan streptococcus, dimana
kelompokstaphylococcus bersifat katalase positif.

VI. Daftar Pustaka


Alariya, S.S., Sethi, S., Gupta, S., & Gupta, B.L. (2013). Amylase Activity of a Starch
Degrading Bacteria Isolated from Soil. Archives of Applied Science Research, 5 (1) :
15-24.
Amiruddin, R. R., Darniati, & Ismail. (2017). Isolasi dan Identifikasi Salmonella sp. pada
Ayam Bakar di Rumah Makan Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Jimvet, 1(3),
265-274.
Anonim. (2018). “Media Sulfide Indole Motility” dikutip dari
https://teknologilaboratoriummedik.blogspot.com/2016/11/media-sulfide-indole-
motility-sim.html (diakses 11 November 2020).
Anonim. (2020). “TSI Test Organism Slant Color Butt Color Gas Production H2S” dikutip
dari https://www.chegg.com/homework-help/questions-and-answers/2-tsi-test-
organism-slant-color-butt-color-gas-production-h2s-production-ecoli-b-subtilis--
q48055405 (diakses 11 November 2020).
Bisht, S. (2017). “Laboratory Diagnosis of Staphylococcus” dikutip dari
https://www.slideshare.net/SHALINIBISHT6/laboratory-diagnosis-of-staphylococcus
(diakses 11 November 2020).
Cappucino, J.G., & Sherman, N. (2014). Microbiology: A laboratory manual. 10th Ed.
Boston : Pearson Education
Cudmore C. & J. Lewis. (2013). “B. cereus Cudmore-Lewis” dikutip dari
https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/B._Cereus_Cudmore-Lewis (diakses 10
Novembr 2020).
Fattah, Samira. (2016). “Eschrichia coli” dikutip dari
https://pt.slideshare.net/HiwrHastear/escherichia-coli-lecture?smtNoRedir=1 (diakses
10 November 2020).
Hayati, Lail N., Wiwiek T., Ratih N. P., Sri C., Maya N. Y., Prima Ayu W. (2019). Isolasi
dan Identifikasi Staphylococcus aureus pada Susu Kambing Peranakan Etawah
Penderita Mastitis Subklinis di Kelurahan Kalipuro, Banyuwangi. Jurnal Medik
Veteriner, 2(2), 76-82.
Hemraj, V., Diksha, S., & Avneet, G. (2013). A review on commonly used biochemical
test for bacteria. Innovare  J Life  Sci, 1(1) : 1-7
Horn, M. (2015). “Medical Bacteriology Fourth Lap” dikutip dari
https://slideplayer.com/slide/7451627/ (diakses 11 November 2020).
Iman, Erni Rosilawati Sabar, Madya Adi Waskita, dan Mirni Lamid. (2014). Daya
Antibakteri Supernatan Isolat Bacillus Subtilis dari Tanah Terhadap Bakteri
Aeromonas Hydrophila dan Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. Veterinaria
Medika Vol. 7(2) : 106-113
Khadka, K. S. (2013). “Clinical Microbiology” dikutip dari
http://microbiollogy.blogspot.com/2013/06/clinical-microbiology.html (diakses 10
November 2020).
Konuku, Sushma Mahalakshmi Mangai Rajan, dan Sridevi Muruhan. (2012). Morphological
and biochemical characteristics and antibiotic resistance pattern of Staphylococcus
aureus isolated from grapes. International Journal of Nutrition, Pharmacology,
Neurological Diseases Vol. 2(1) ; 70-73
Lestari Diana dan Eddyson Giordan. (2020). Peptida Bioaktif Kasein Susu Kambing sebagai
Agen Antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Jurnal Agroindustri Halal Vol. 6(1)
: 28-38
Miller. (2009). “Methyl Red and Voges Proskauer” dikutip dari
https://www.asmscience.org/content/education/imagegallery/image.2742 (diakses 10
November 2020).
Moumi, S. H. (2018). “Isolation of Salmonella spp. From Raw Meat, Elucidation of Their
Antibiotic Susceptibility Pattern and Evaluation of The Antimicrobial Efficacy of
Oregano (Oregano vulgare) and Black Sesame (Sesamun indicum)” dikutip dari
https://www.semanticscholar.org/paper/Isolation-of-Salmonella-spp.-from-raw-meat
%2C-of-and-Moumi/6d4e9dd850f0e64a878c9c3631e5edcf0082d5df (diakses 11
November 2020).
Nairetti, D., M. Mironestu, & O. Tita. (2014). Antimicrobial Activity of Active
Biodegredable Starch Film on Pathogenin Microorganism. Annals of R. S. C. B., 19(1),
75-80.
Oktavia, Vini (2015). Produksi dan Optimasi Enzim Protease dari Bacillus cereus strain
TDB5B, TD5K, LS2B, dan Potensinya Sebagai Agen Pengempuk Daging. (Thesis).
Yogyakarta : Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada
Pangestu, Rahmat, Musjaya M. Gulli, dan Miswan. (2014). Deteksi Bakteri Resisten Merkuri
Pada Areal Tromol Pertambangan Emas Kelurahan Poboya Povinsi Sulawesi Tengah.
Biocelebes Vol. 8(1) : 1-9
Reimena Resti, Erina, Darniati, Fakhrurrazi, Darmawi, dan Hamdani Budiman. (2017).
Isolation and Identification of Lactic Acid Bacteria Genus Pediococcus from Sumatran
Orangutan (Pongo abelii) faeces at Kandi Zoo and Kinantan Zoo West Sumatera.
Jurnal Medika Veterinaria Vol. 11(1) : 59-65
Retnowati, Aquina. (2007). Uji Potensi Antibakteri Senyawa Yang Dihasilkan Bakteri Dalam
Susu Fermentasi Yakult Terhadap Escherichia coli Dan Enterococcus faecalis
[skripsi]. Yogyakarta : Fakultas Farmasi : Universitas Sanata Dharma.
Safitri, Radna, Sakti Imam Muchlissin, Ana Hidayati Mukaromah, Sri Darmawati, dan Stalis
Norma Ethica. (2018). Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Protease Bacillus Thutingiensis
irodi Pada Oncom Merah Pasca Fermentasi 24 Jsm. Seminar Nasional Edusaintek
FMIPA UNIMUS : 62-69
Sari, Dian Purnama , Rahmawati, dan Elvi Rusmiyanto. (2019). Deteksi dan Identifikasi
Genera Bakteri Coliform Hasil Isolasi dari Minuman Lidah Buaya. Jurnal Labora
Medika Vol. 3(1) 29-35
Sari, R & Apridamayanti P, (2014), Cemaran Bakteri Eschericia coli Dalam Beberapa
Makanan Laut yang Beredar di Pasar Tradisional Kota Pontianak, Artikel Jurnal Ilmiah
Farmasi, 2 (2): 14-19
Ulfa Atiqa, Endang Suarsini, dan Mimien Henie Irawati al Muhdhar. (2016). Isolasi dan Uji
Sensitivitas Merkuri pada Bakteri dari Limbah Penambangan Emas di Sekotong Barat
Kabupaten Lombok Barat. Proceeding Biology Education Conference Vol. 13(1) : 793-
799
Wahyuni, Sri, Lianto, dan Andi Khaeruni. (2014). Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri
Manolitikasal Bonggol Pohon Sagu. Jurnal Agroteknos Vol 4(3) : 174-179
Winarwi. (2006). Uji Viabilitas Bakteri dan Aktivitas Enzim Bakteri Proteolitik Pada Media
Carrier Bekatul. (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret
Yulvizar, Cut. (2013). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik pada Rastrelliger sp.
Biospesies Vol. 6(2) : 1-7

VII. Lampiran
1. Sebutkan salah satu kegunaan mengetahui aktivitas biokimia mikroorganisme ?
Jawab :
Untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan dan menguraikan
molekul yang kompleks seperti karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat. Selain itu
dilakukan pula pengamatan pada molekul-molekul sederhana seperti asam amino dan
monosakarida.
2. Apakah makromolekul yang membantu melaksanakan hidrolisis?
Jawab :
Makromolekul Karbohidrat, Protein, Lipid, dan Asam Nukleat

Anda mungkin juga menyukai