Anda di halaman 1dari 3

Nama : Piolinov Iskandar Dosen Pengampu : Fahri Fahruddin, M. Si.

NIM : 11190950000062
Kelas : 3B-2 Tanggal Praktikum : 16 Maret 2021

PRAKTIKUM 1
TERMOREGULASI (TERMOLISIS) INDIVIDU

I. Tujuan Praktikum
Mengetahui keadaan suhu tubuh pada beberapa bagian tubuh dan pada berbagai keadaan.

II. Cara Kerja


2.1. Alat
- Termometer kopi
- 1 Gelas ukuran 200ml
- Teko pemanas air
- Sendok makan

2.2. Bahan
- Air keran
- Minyak goreng

2.3. Prosedur kerja


1) Disediakan 1 gelas ukuran 200ml
2) Teko pemanas air diisi dengan air keran
3) Kaitkan thermometer pada teko
4) Teko yang sudah berisi air dinyalakan atau dipanaskan
5) Air direbus hingga mendidih pada suhu 100oC pada thermometer
6) Air yang mendidih dituangkan ke gelas, dengan perlakuan
- Perlakuan 0 (P0) : Air panas 100mL (setengah dari volume gelas)
- Perlakuan 1 (P1) : Air panas 100 mL + 1 sdm minyak goreng
- Perlakuan 2 (P2) : Air panas 100 mL + 2 sdm minyak goreng
- Perlakuan 3 (P3) : Air panas 100 mL + 3 sdm minyak goreng
7) Setiap interval 5 menit dicek kondisinya, dengan kondisi :
- = tidak panas,
+ = hangat,
++ = panas,
+++ = sangat panas
8) Setiap perlakuan dilakukan cara yang sama
9) Gelas yang sudah dipakai setiap perlakuan dicuci dengan sabun dan dikeringkan
III. Hasil dan Pembahasan
Menurut Isnaeni (2019), Termoregulasi merupakan proses yang terjadi pada hewan untuk
mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan, paling tidak supaya suhu tubuhnya tidak
mengalami perubahan besar, seperti Hipotermia dan Overheat pada tubuh. Mempertahankan
suhu dengan mengontrol keseimbangan energy yang dihasilkan tubuh (thermogenesis) dan
dilepaskan (termolisis).
Suhu tubuh yang ekstrem dapat berpengaruh pada sistem pengaturan suhu tubuh
seseorang. Pada dasarnya, ketika suhu tubuh terpapar udara dingin yang ekstremtanpa baju
pelindung maka terjadikehilangan panas yang dapat meningkatkanhipotermi, jika tubuh
terpapar pada suhu panas yang ekstrem, maka akan terjadi hipotermi (Taylor, 1997)

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum, yaitu dengan melakukan perlakuan yang
berbeda-beda. Adapun data yang didapat sebagai berikut :
Pengamatan (Menit)
Perlakuan Ket.
0 5 10 15
P0 +++ ++ + - -
P1 +++ ++ ++ + -
P2 +++ +++ +++ ++ -
P3 +++ +++ +++ +++ -
Keterangan :
- = tidak panas,
+ = hangat,
++ = panas,
+++ = sangat panas

P0 P1 P2 P3

Setiap pada perlakuan air yang dilapisi atau ditutupi minyak, terlihat air dan minyak tidak
menyatu. Menurut Yuliana (2018), minyak dan air akan membentuk emulsi yang tidak stabil
jika dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan.
Pengamatan yang dilakukan dapat diketahui pada perlakuan control (P0) yaitu air yang
tidak dilapisi minyak, terjadi kehilangan panas drastis dalam waktu 15 menit. Perlakuan P1, P2,
dan P3 yaitu air yang dilapisi atau ditutupi minyak, tidak terjadi pelepasan panas yang cepat.
Perlakuan 3 (P3), memiliki kemampuan menahan panas sangat baik sehingga air yang suhunya
tinggi tidak turun dan cenderung tetap panas hingga waktu 15 menit.
Hal ini disebabkan pada penambahan minyak ini berfungsi untuk menahan suhu panas
awal yang dimiliki oleh air,dan berdasarkan teori bahwa massa jenis minyak lebih berat
dibandingkan dengan massa jenis air. Sehingga adanya penambahan minyak dapat membantu
memeperlambat penurunan suhu pada beaker glass tersebut (Soedjono, 1998).
Sama halnya dengan minyak, lapisan lemak yang berada pada tubuh hewan ataupun
manusia sangat penting untuk membantu mempertahankan system termoregulasi. Menurut
Satia (2010), mengatakan bahwa kulit, jaringan subkutan, dan terutama lemak dari jaringan
subkutan merupakan suatu penyekat panas dari tubuh. Lemak penting karena hanya
menyalurkan panas sepertiga kecepatan jaringan lain. Bila tidak ada darah yang mengalir dari
organ internal yang panas ke kulit, daya penyekat yang dimiliki oleh tubuh laki-laki normal
kira-kira sebanding dengan tiga perempat dari daya penyekat pada pakaian biasa. Pada
perempuan, penyekatan ini lebih baik. Oleh karena itu, kulit merupakan 'radiator panas' yang
efektif, dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme penyebaran panas yang paling efektif dari
initi tubuh ke kulit.

IV. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa minyak berada diatas
lapisan air dapat mempertahankan kondisi suhu air agar tidak terjadi pelepasan panas yang
cepat. Sebab, massa jenis minyak lebih berat dibandingkan dengan massa jenis air.
Sama halnya tubuh manusia, lemak berperan mempertahankan suhu tubuh agar
cenderung tetap, sehingga tidak ada pelepasan panas yang terjadi secara cepat yang dapat
berdampak buruk bagi tubuh. Seperti hipotermia saat kedinginan dan overheat saat kelelahan
akibat beraktivitas

V. Daftar Pustaka
Isnaeni, Wiwi. (2019). Fisiologi Hewan Edisi Revisi. Yogyakarta : PT. Kanisius
Satia, Graha Ali. (2010). Adaptaasi Suhu Tubuh Terhadap Latihan dan Efek Cedera di Cuaca
Panas dan Dingin. Jurnal Olahraga Prestasi Vol. 6 No. 2 : 123 - 134
Soedjono. (1998). Pengantar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : LPTK Press
Taylor L, La Mone. (1997). Fundamentals of nursing: the art and science of nursing care B.
Third Edition. Philadhelpia : Lippincott
Yuliana, Anna. (2018). Buku Ajar Biokimia Farmasi. Surabaya : Jakad Publishing

Anda mungkin juga menyukai