PENDINGINAN (COOLING)
Oleh:
Nalia Anggraini
NIM. A1H008063
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahan pangan seperti telur, daging, ikan, sayur, maupun buah, tidak dapat
disimpan lama dalam suhu ruang. Masa simpan bahan pangan dapat diperpanjang
dengan disimpan pada suhu rendah, dikeringkan dengan sinar matahari atau panas
buatan, dipanaskan dengan perebusan, diragikan dengan bantuan ragi, jamur atau
bakteri, dan ditambah bahan-bahan kimia seperti garam, gula, asam, dan lain-lain.
(Menegristek, 2000).
Semua bahan hasil pertanian pada umumnya bersifat kamba (bulk), mudah
rusak (perishable) dan tidak tahan lama disimpan. Kegiatan yang dapat
memperpanjang masa simpan komoditas pertanian adalah pengeringan dan
pendinginan yang dapat dilaksanakan secara langsung atau dipadukan dengan
pengolahan bahan baku tersebut sehingga menjadi produk yang mempunyai daya
tahan simpan relatif tinggi. Untuk memudahkan proses transportasi dan distribusi
komoditas pertanian serta untuk menjaga supaya komoditas pertanian tersebut bisa
sampai ke tangan konsumen dengan selamat maka perlu dilakukan pengemasan.
Pengeringan, pendinginan dan pengemasan pada saat sekarang secara komersial telah
banyak dijumpai, tidak saja dalam usaha skala besar tetapi juga dalam usaha skala
kecil dan menengah.
Pengetahuan cara mengolah bahan pangan untuk memperpanjang masa
simpannya dapat digunakan oleh masyarakat yang tertinggal jauh dari pasar atau
untuk mengatasi kelebihan hasil panen. Hasil dan olahan bahan pangan tersebut dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau diperdagangkan. Selain untuk
memperpanjang umur simpan, pengolahan atau pengawetan bahan pangan juga
dimaksudkan untuk menganekaragamkan pangan, meningkatkan nilai gizi, nilai
ekonomi, dayaguna, memperbaiki mutu bahan pangan, dan mempermudah pemasaran
dan pengangkutan.
Metabolisme jaringan hidup merupakan fungsi dari suhu di sekelilingnya.
Organism yang hidup memiliki suhu optimum bagi pertumbuhannya. Suhu tinggi
cenderung merusak pertumbuhan organisme. Suhu yang terlalu rendah cenderung
menghambat metabolism. Suhu rendah mendekati titik beku air, sangat efektif dalam
mengurangi laju respirasi. Suhu tersebut bermanfaat untuk penyimpanan makanan
dalam jangka pendek. (Desroiser, 1998).
Pemanasan dan pendinginan produk pangan. persentase makanan olahan yang
tidak menerima perlakuan panas dan pendinginan sejak memasuki pabrik sangat
kecil. Pindah panas merupakan unit operasi yang terlibat dalam pemanasan dan
pendinginan, sehingga memerlukan perhatian yang cukup ketika merancang proses
untuk pabrik pengolahan.
B. Tujuan
I. TINJAUAN PUSTAKA
I. METODOLOGI
A. Alat
Timbangan digital
Refrigerator
Termometer
A. Bahan
Buah belimbing
A. Prosedur kerja
A. Hasil
A. Pembahasan
b) Kondenser
Kondenser memiliki fungsi sebagai “ pembuang “ atau memindahkan panas
dari bahan ke lingkungan. Suhu dan tekanan dalam kondensor meningkat, sehingga
refrigerant akan melepaskan energi dalamnya ke lingkungan, dan mengalami
kondensasi (mengembun). Panas dari refrigerant akan dipindahkan ke medium lain
seperti air atau udara.
c) Katup ekspansi
Katup ekspansi merupakan komponen utama untuk mengendalikan laju air
refrigerant sehingga suplai refrigerant konstan. Katup ekspansi memisahkan antara
saluran yang bertekanan tinggi dan saluran bertekanan rendah. Saluran antara
kompresor dan katup ekspansi yang melalui evaporator memiliki tekanan yang tinggi.
Sebaliknya, di dalam saluran antara kompresor dan katup ekspansi yang melalui
evaporator memiliki tekanan rendah. Perbedaan tekanan ini akan menyebabkan
refrigerant yang berbentuk cair pada tekanan tinggi akan sangat mudah menguap pada
bagian evaporator. Keadaan mudah menguap tersebut dimanfaatkan untuk mengambil
panas dari lingkungan di dalam evaporator.
d) Kompresor
Kompresor berfungsi untuk meningkatkan suhu dan tekanan dari refrigerant
setelah keluar dari evaporator. Melalui proses kompresi (penekanan) suhu refrigerant
dapat ditingkatkan sehingga melebihi suhu disekelilingnya.
Sistem refrigerasi kompressi mekanis harus mampu memindahkan atau
membawa panas dari ruangan dimana bahan disimpan melalui media perantara.
Media perantara untuk pemindahan panas ini disebut dengan refrigerant, yaitu zat
yang mudah berubah wujud dari cair menjadi gas akibat menerima panas dari
lingkungannya. Oleh karena itu refrigeran umumnya memiliki titik didih yang jauh
lebih rendah dari pada air. Diantara zat yang sering digunakan sebagai refrigerant
adalah ammonia dan Freon. Namun penggunaan Freon, terutama Freon 12 (R12)
sekarang ini dibatasi karena merusak lapisan ozon.
Sifat refrigerant yang penting adalah memiliki titik didih yang rendah. Titik
didih refrigeran dapat berubah tergantung pada perubahan tekanan nya. Refrigerant
juga haru memiliki panas laten yang tinggi untuk menguap. Panas laten yang tinggi
pemting untuk efisiensi dan mempercepat proses pendinginan, karena denagn panas
laten yang tinggi, jumlah kalor yang dapat dipindahkan per satuan waktu akan lebih
banyak. Sifat-sifat refrigerant yang lain adalah (a) memiliki titik beku dibawah suhu
penguapan, (b) memiliki suhu kritis yang cukup tinggi agar wujud refrigran dapat
berubah wujud dan mengambil kalor lebih efisien, (c) aman, tidak korosif, dan stabil
secara kimiawi, (d) mudah terdeteksi jika terjadi kebocoran refrigerant, dan (e) harga
yang murah untuk keperluan industri.
Proses pembuangan panas dari bahan di dalam system refrigerasi /
pendinginan dengan metode kompresi mekanis berlangsung secara terus menerus
dengan mengikuti suatu siklus refrigerasi / pendinginan. Pergerakan refrigerant dari
satu bagian ke bagian yang lain akan menyebabkan perubahan fase dari cair ke uap
dan sebaliknya. Perubahan ini disebabkan adanya siklus perubahan tekanan dan suhu
yang mengakibatkan refrigerant dapat mengambil atau melepaskan panas.
Pada system pendinginan perlu terdapat beberapa parameter. Parameter ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan dari mesin pendingin atau refrigerator.
Parameter yang sering digunakan adalah
a) panas yang dipindahkan dari produk ke refrigerant.
Jumlah panas yang berpindah dari bahan ke refrigerant dipengaruhi oleh
massa bahan pangan yang didinginkan, panas spesifik dari bahan pangan, dan
perubahan suhu yang diinginkan. Dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Q = m . cp. ∆T
dimana : Q = jumlah panas yang dihilangkan (joule / BTU)
m = massa bahan pangan (kg)
cp = panas spesifik bahan pangan (joule/kg0C)
∆T = perbedaan suhu bahan (T0-T1), dimana T0 adalah suhu awal
bahan, dan T1 adalah suhu bahan setelah pendinginan.
b) beban pendingin.
Beban pendinginan adalah total energy panas yang harus dihilangkan untuk
mendapatkan penurunan temperatur yang diinginkan. Satuan yang umum digunakan
untuk menyatakan jumlah panas yang dipindahkan adalah ton refregasi, yaitu laju
pembuangan panas untuk membekukan 1 ton air selama 24 jam. Untuk air, panas
yang diperlukan untuk perubahan wujud dari cair ke es adalah 12.000 BTU/jam yang
dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
( H 2 − H1 ) M
tonr =
12.000
bebanpendinginan
v=
H 2 − H1
v( H 3 − H 2 )
Qw =
γ
( H 2 − H1 )
COP =
( H3 − H2 )
h) kerja yang diperlukan untuk mendinginkan
Kerja yang diperlukan untuk pendinginan dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut :
P=
( H 2 − H1 ) M
γCOP
A. Kesimpulan
A. Saran
Waktu dari pelaksanaan praktikum, mungkin bisa dibuat lebih awal, sehingga
praktikan akan mempunyai waktu yang sesuai untuk melakukan pengamatan,
sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA