I. Tujuan Intruksional
1. Membersihkan bahan dari kotoran dan mengurangi jumlah bakteri dalam bahan
2. Memperlunak bahan dan mempermudah pengisian bahan ke dalam wadah
3. Mengeluarkan gas-gas yang terdapat dalam ruang-ruang sel, sehingga mengurangi
terjadinya pengkaratan kaleng dan memperoleh keadaan vacuum yang baik dalam
“headspace” kaleng
4. Memantapkan warna hijau sayur-sayuran
5. Tekstur bahan menjadi lebih baik
Cara melakukan blanching adalah, dengan merendam bahan hasil pertanian dalam air
panas (merebus) atau dengan uap air (mengukus). Mengukus dinamakan juga steam
blancing. Suhu blanching biasanya mencapai 820-930 C selama 3-5 menit, setelah
blanching cukup waktunya kemudian kawat keranjang diangkat dari panic dan cepat-cepat
didinginkan dengan air. Pengukusan tidak dianjurkan untuk sayut-sayuran hijau karena
bahan akan menjadi kusam.
Gambar 16 . Blanching pada lemon
- b. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah proses termal yang dilakukan pada suhu kurang dari 100oC, akan
tetapi dengan waktu yang bervariasi dari mulai beberapa detik sampai beberapa menit
tergantung dari tingginya suhu.
Pasteurisasi umumnya dikombinasikan dengan proses pengawetan lainnya seperti proses
fermentasi atau penyimpanan pada suhu rendah.
- Sterilisasi Komersial : produk yang telah mengalami proses sterilisasi dimana tidak ada
lagi mikroorganisme hidup, akan tetapi mungkin masih terdapat spora bakteri yang
setelah proses sterilisasi bersifat dorman.Sterilisasi Komersial untuk menginaktifkan
spora mikroba pembusuk khususnya yang anaerobik.
-
c. Penggorengan
Penggorengan merupakan proses dehidrasi dari bahan baik dari luar maupun keseluruhan
bahan. Media yang digunakan adalah minyak atau lemak sebagai media pindah panas.
Proses pindah panas terjadi dari permukaan penggorengan minyak dan dari minyak yang
panas menuju permukaan produk yang digoreng.
Selama penggorengan air mengalami penguapan dan permukaan produk yang digoreng
menjadi mengeras (terbentuk lapisan keras atau crust), sedangkan tekstur bagian dalam
mengeras
d. Pemasakan
Pemasakan merupakan proses termal yang bertujuan untuk meningkatkan cita rasa
produk.Pemasakan dapat mendestruksi atau menurunkan jumlah mikroba dan
menginaktifkan ensim yang tidak diinginkan. Daya cerna meningkat, perubahan warna
dan citarasa.
Kerugiannya adalah kerusakan zat gisi yang tidak tahan panas
Tujuan utama adalah untuk menginaktifkan sel-sel vegetatif dari mikroba patogen.
Proses pembekuan
Ketika temperatur produk makanan diturunkan hingga di bawah titik beku air, air
mulai membentuk kristal es. Pembentukan kristal es dapat disebabkan oleh kombinasi
molekul-molekul air yang disebut dengan nukleasi homogenik, atau pembentukan inti di
sekitar partikel tersuspensi yang dikenal dengan nama nukleasi heterogen Nukleasi
homogen terjadi dalam kondisi di mana zat terbebas dari zat pengotor yang pada umumnya
berperan sebagai inti ketika terjadi proses pembekuan. Nukleasi heterogen terjadi ketika
molekul-molekul air bersatu dengan agen nukleasi seperti benda asing, zat tak terlarut, atau
bahkan dinding pembungkus Nukleasi heterogen adalah tipe yang umum terjadi dalam
proses pembekuan makanan.Tipe ketiga dari proses nukleasi, yang disebut dengan
pembentukan inti sekunder, terbentuk ketika kristal-kristal membelah. Tipe kristalisasi ini
memberikan ukuran kristal yang seragam, dan umum terjadi pada proses pembekuan
makanan cair).Umumnya, dalam proses pembekuan makanan, temperatur berkurang mulai
dari temperatur awal di atas titik beku hingga beberapa derajat di bawah titik beku. Dalam
proses ini, temperatur di 0 hingga -5oC disebut zona kritis yang diperlukan oleh makanan
dalam pembentukan kristal-kristal es. Lamanya waktu yang diperlukan bagi makanan
dalam melalui zona kritis ini menentukan jumlah dan ukuran kristal es yang terbentuk.
Proses pembekuan yang cepat akan membentuk sejumlah besar kristal es berukuran kecil,
sedangkan pendinginan dalam waktu yang lambat akan membentuk sejumlah kecil kristal
es berukuran besar. Pembekuan yang lambat memberikan waktu bagi molekul-molekul air
untuk bermigrasi menuju inti yang akan bersatu dengannya untuk membentuk agregat
kristal es sehingga menghasilkan kristal es berukuran besar. Pembentukan kristal es
berukuran besar ini akan memengaruhi struktur makanan dan menyebabkan hilangnya
kualitas makanan. Kristal es yang besar akan menusuk dinding sel produk makanan dan
merusaknya. Kerusakan akan semakin besar dengan semakin lambatnya laju pembekuan).
Solusi terbaik adalah dengan mencegah terjadinya kristalisasi ini dengan risiko
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak makanan karena
temperatur yang masih memungkinkan bagi pertumbuhan mikroorganisme. Solusi dari
masalah tersebut adalah dengan menambahkan protein anti beku yang dapat menurunkan
titik beku air dan mencegah kristalisasi pada temperatur yang sangat rendah (Feeney dan
Yeh, 1998).
Semua produk makanan mengandung berbagai jenis zat terlarut. Sangat sulit untuk
menentukan pada temperatur berapa seluruh air dalam produk makanan akan membeku,
dikarenakan keberadaan zat terlarut dalam makanan menurunkan titik beku.
Laju pendinginan yang memengaruhi waktu pembekuan yang diperlukan produk makanan
kualitas produk makanan dapat didefinisikan oleh selisih antara temperatur awal produk
makanan dan temperatur akhir pembekuan dibagi dengan waktu. (oC/s). Dapat juga
didefinisikan dengan rasio dari selisih antara temperatur permukaan dan temperatur bagian
dalam produk makanan dengan waktu yang dibutuhkan bagi permukaan produk makanan
untuk mencapai temperatur 0oC dan bagian dalam produk makanan untuk mencapai
temperatur -5oC. Perkiraan waktu pembekuan adalah faktor utama dalam melakukan
pembekuan makanan. Waktu pembekuan menentukan kapasitas alat pendingin yang
dibutuhkan dalam melakukan pembekuan. Faktor yang memengaruhi lamanya proses
pembekuan adalah konduktivitas termal, kalor jenis, ketebalan, massa jenis, dan luas
permukaan produk makanan serta selisih temperatur antara produk makanan dengan
medium pendinginan dan resistansi laju pindah panas. Perkiraan waktu pembekuan
semakin sulit dilakukan karena konduktivitas termal, massa jenis, dan kalor jenis produk
makanan bervariasi bergantung pada temperatur awal, ukuran, dan bentuk dari makanan.
Semakin besar ukuran produk makanan, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pembekuan akan semakin lama. Hal ini dikarenakan meningkatnya kalor laten dan jumlah
kalor yang Alat pembekuanTipe peralatan yang digunakan untuk produk tertentu
ditentukan oleh berbagai faktor. Sensivitas produk, ukuran, dan bentuk produk makanan
serta kualitas akhir yang diperlukan, laju produksi, ketersediaan ruang, kapasitas investasi,
tipe media pendinginan yang digunakan, dan sebagainya. Peralatan pembekuan secara
umum dapat dikelompokan sebagai berikut:
Memanfaatkan kontak langsung dengan permukaan dingin; produk makanan, baik dalam
keadaan dikemas atau tidak, diekspos secara langsung dengan permukaan dingin, logam,
lempengan, dan sebagainya.
Memanfaatkan media udara sebagai media pendinginan; udara dalam temperatur yang
sangat dingin digunakan dalam mendinginkan produk makanan. Air blast, spray udara,
fluidized bed juga termasuk dalam metode tersebut.
Menggunakan cairan sebagai coolant. Dalam hal ini, cairan yang bertemperatur sangat
rendah, titik didih yang rendah, serta memiliki konduktivitas termal yang tinggi digunakan
dalam mendinginkan produk makanan. Cairan disemprotkan ke produk atau produk
direndam ke dalam cairan. Termasuk dalam metode ini adalah cryogenic.
Adalah tipe pembekuan yang umum, yaitu ruang pendingin yang diisi oleh udara yang
didinginkan. Keuntungannya adalah, dengan memanfatkan aliran konveksi, temperatur
dingin dapat disebarkan hingga ke sudut ruangan secara efisien, namun koefisien transfer
panas konvektif udara cenderung kecil sehingga pembekuan perlu dilakukan dalam waktu
yang lebih lama akibat rendahnya laju transfer panas. Semakin besar ruangan, semakin
kecil kalor yang dapat dipindahkan dalam satuan waktu tertentu. Hilangnya berat dari
produk juga dapat terjadi akibat kontak langsung antara produk dan air yang mampu
mengangkat kandungan air dalam produk makanan, terutama jika temperatur dan
kelembaban memungkinkan.
Sirkulasi udara dapat dilakukan secara alami maupun secara mekanis dengan menggunakan
kipas.
Umumnya, produk makanan direndam dalam cairan pendingin yang didinginkan. Cairan
yang digunakan berupa cairan yang memiliki titik didih rendah namun memiliki
kemampuan menyerap panas yang tinggi, misalnya glikol atau cairan lainnya yang disebut
coolant. Makanan cair juga dapat didinginkan dengan cara ini asalkan dikemas terlebih
dahulu sebelum direndam. Umumnya tidak ada kontak langsung antara produk makanan
dengan cairan pendingin, karena berisiko merusak kualitas produk makanan. Penyemprotan
makanan juga termasuk metode ini, dengan menggunakan cairan pendingin yang sejenis.
Makanan dialirkan dengan konveyor, lalu dilakukan penyemprotan. Setelah dilakukan
penyemprotan, umumnya produk makanan dibekukan dengan memanfaatkan media udara
seperti aliran udara dingin. Cara ini menjadikan makanan menjadi beku lebih cepat
dibandingkan tanpa cairan pendingin.
Dengan metode cryogenic, makanan dapat dibekukan dengan cara yang cepat. Makanan
direndam dalam cairan cryogenik yang disebut dengan cryogen. Cryogen yang umum
digunakan misalnya nitrogen cair dan karbon dioksida cair. Nitrogen cair memiliki titik
didih yang sangat rendah, yaitu -196oC, sedangkan karbon dioksida cair memiliki titik didih
-79oC. Cryogen cenderung tidak berbau, tidak berwarna, dan inert sehingga tidak akan
bereaksi dengan bahan makanan padat walau pendinginan dilakukan dalam keadaan tanpa
dikemas dan memengaruhi kualitas makanan kecuali terhadap temperatur dinginnya itu
sendiri. Selain itu, cryogen memiliki laju transfer panas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan cairan pendingin lainnya.
Pada proses pembekuan dengan cryogenic, pendinginan awal perlu dilakukan untuk
mencegah keretakan akibat turunnya temperatur secara drastis karena volum produk
makanan mengalami perubahan volum yang sangat cepat ketika terendam dalam cryogen.
Mempertahankan temperatur sangat mungkin karena cryogen yang menguap memiliki
koefisien transfer kalor konvektif yang sangat tinggi. Modifikasi terbaru dari pendingin
cryogenic adalah pendingin cryomechanical yang menggabungkan metode perendaman
produk dalam cairan cryogen dan metode mekanik yaitu menggunakan konveyor tipe
sprayer, spiral, ataupun belt yang memanfaatkan uap cryogen. Hal ini akan mengurangi
waktu pendinginan, mengurangi hilangnya berat produk makanan, meningkatkan kualitas
produk, dan meningkatkan efisiensi
Pendinginan akan mengurangi aktivitas air pada makanan. Mikroorganisme tidak dapat
tumbuh pada kondisi aktivitas air yang rendah dan temperatur di bawah nol. Organisme
patogen tidak bisa tumbuh pada temperatur di bawah 5 oC, namun tipe organisme lainnya
memiliki respon yang berbeda. Sel vegetatif ragi, jamur, dan bakteri gram negatif akan
hancur pada temperatur rendah, namun bakteri gram positif dan spora jamur diketahui tidak
dipengaruhi oleh temperatur rendah. Protein akan mengalami denaturasi dalam temperatur
dingin yang mengakibatkan perubahan penampilan produk, tapi nilai nutrisinya tidak
terjadi walau terjadi denaturasi selama berat tidak berkurang. Pembekuan tidak
memengaruhi kandungan vitamin A, B, D, dan E, namun memengaruhi kandungan vitamin
C.
o. Kaporit (Calsium hypochlorit atau hypochloris calsiucus atau chlor kalkatau kapur klor)
Merupakan campuran dari calsium hypochlorit, -chlorida da -oksida, berupaserbuk putih
yang sering menggumpal hingga membentuk butiran. Biasanyamengandung 25~70 % chlor
aktif dan baunya sangat khas.Kaporit yang mengandung klor ini digunakan untuk
mensterilkan air minumdan kolam renang, serta mencuci ikan.
p. Natrium Metabisulfit
Natrium metabisulfit yang diperdagangkan berbentuk kristal. Pemakaiannyadalam
pengolahan bahan pangan bertujuan untuk mencegah prosespencoklatan pada buah
sebelum diolah, menghilangkan bau dan rasa getirterutama pada ubi kayu serta untuk
mempertahankan warna agar tetapmenarik.Natrium metabisulfit dapat dilarutkan bersama-
sama bahan atau diasapkan.Prinsip pengasapan tersebut adalah mengalirkan gas SO2 ke
dalam bahansebelum pengeringan. Pengasapan dilakukan selama + 15 menit.
Maksimumpenggunaannya sebanyak 2 gram/kg bahan. Natrium metabisulfit
yangberlebihan akan hilang sewaktu pengeringan.
q. Nitrit dan Nitrat
Terdapat dalam bentuk garam kalium dan natrium nitrit. Natrium nitritberbentuk butiran
berwarna putih, sedangkan kalium nitrit berwarna putihatau kuning dan kelarutannya tinggi
dalam air.Nitrit dan nitrat dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging danikan
dalam waktu yang singkat. Sering digunakan pada danging yang telahdilayukan untuk
mempertahankan warna merah daging.Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1 % atau
1 gram/kg bahan yangdiawetkan. Untuk nitrat 0,2 % atau 2 gram/kg bahan. Apabila lebih
darijumlah tersebut akan menyebabkan keracunan, oleh sebab itu pemakaiannitrit dan nitrat
diatur dalam undang-undang. Untuk mengatasi keracunantersebut maka pemakaian nitrit
biasanya dicampur dengan nitrat dalamjumlah yang sama. Nitrat tersebut akan diubah
menjadi nitrit sedikit demisedikit sehingga jumlah nitrit di dalam daging tidak berlebihan.
r. Sendawa
Merupakan senyawa organik yang berbentuk kristal putih atau tak berwarna,rasanya asin
dan sejuk. Sendawa mudah larut dalamair dan meleleh padasuhu 377oC. Ada tiga bentuk
sendawa, yaitu kalium nitrat, kalsium nitrat dannatrium nitrat. Sendawa dapat dibuat
dengan mereaksikan kalium khloridadengan asam nitrat atau natrium nitrat. Dalamindustri
biasa digunakan untukmembuat korek api, bahan peledak, pupuk, dan juga untuk pengawet
bahan pangan. Penggunaannya maksimum sebanyak 0,1 % atau 1 gram/kg bahan.
s. Zat Pewarna
Zat pewarna ditambahkan ke dalam bahan makanan seperti daging,sayuran, buah-buahan
dan lain-lainnya untuk menarik selera dankeinginankonsumen. Bahan pewarna alam yang
sering digunakan adalah kunyit,karamel dan pandan. Dibandingkan dengan pewarna alami,
maka bahanpewarna sintetis mempunyai banyak kelebihan dalam hal
keanekaragamanwarnanya, baik keseragaman maupun kestabilan, serta
penyimpanannyalebih mudah dan tahan lama. Misalnya carbon black yang sering
digunakanuntuk memberikan warna hitam, titanium oksida untuk memutihkan, dan
lainlain.Bahan pewarna alami warnanya jarang yang sesuai dengan yangdinginkan.
Metode pengawetan makanan baik yang alami atau yang buatan akan mempengaruhi
kualitas gizi yang terkandung, terutama vitamin dan mineral – zat gizi yang mudah rusak
jika diawetkan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, mengkonsumsi bahan pangan
segar adalah cara terbaik untuk mendapatkan asupan nutrisi optimal.
Antimikroba
Bahan makanan yang mempunyai kelembapan yang tinggi memungkinkan
pertumbuhan mikroorganisme yang cepat, sedangkan bila makanan yang memiliki
kelembapan yang rendah dapat menyebabkan kehilangan sejumlah air, dan pada sayuran
dapat mengakibatkan kelayuan. Komposisi atmosfer akan mempengaruhi penyimpanan.
Jika karbondioksida bertambah sebagai komponen atmosfer, lalu kerusakan akan
diperkecil. Maksimal konsentrasi karbondioksida tergantung dari pangan yang disimpan.
Untuk daging konsentrasi yang digunakan 10% sedangkan untuk bahan pangan berupa
sayuran yang lebih baik adalah 5% dan 10% sedangkan untuk telur 2,5% (Gaman dan
Sherrington, 1992).
Zat pengawet yang dipakai dalam industri pengolahan bahan pangan terdiri dari dua
golongan yakni zat pengawet organik dan zat pengawet anorganik. Menurut Winarno
(1992)dalam pengolahan bahan pangan, kebanyakan zat pengawet yang digunakan adalah
zat pengawet organik karena lebih mudah dibuat. Bahan organik digunakan baik dalam
bentuk asam maupun dalam bentuk garamnya. Zat pengawet golongan ini yang sering
dipakai adalah asam asetat, asam propionat, asam benzoat, dan asam sorbat, termasuk
epoksida.
Sebagai salah satu contohnya adalah asam sorbat yang dapat mencegah
pertumbuhan mikroba dengan mencegah kerja dari suatu enzim dehidrogenase terhadap
asam lemak. Struktur α-diena yang ada pada asam sorbat dapat mencegah dan menghambat
oksidasi asam lemak. Sebaliknya, hewan yang termasuk golongan tingkat tinggi dapat
memetabolisasi asam sorbat seperti asam lemak biasa. Contoh lainnya yaitu asam benzoat
yang penggunaannya sangat luas dan sering pada pengolahan makanan yang asam. Asam
benzoat digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Asam benzoat akan
lebih efektif bekerja bila berada pada pH 2,5 - 4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar,
maka sering digunakan dalam bentuk garam Natrium benzoat. Sedangkan pada bahan,
garam benzoat terurai menjadi bentuk yang lebih efektif, yaitu bentuk asam benzoat yang
tak dapat terdisosisasi.
Pada golongan zat pengawet anorganik, yang masih sering dipakai adalah sulfit,
nitrat dan nitrit. Penggunaan sulfit dalam bentuk gas SO2, garam Na, atau Kalium sulfit,
bisulfit dan metabisulfit. Dikatakan sebagai pengawet karena bentuknya yang efektif
adalah asam sulfit yang tidak terdisosiasi dan terutama terbentuk pada pH kurang dari 3.
Molekul yang dimiliki sulfit lebih mudah menembus dinding dari sel mikroba, yang
bereaksi dengan asetaldehida membentuk senyawa yang tidak dapat difermentasi oleh
enzim mikroba, kemudian mereduksi ikatan disulfida enzim kemudian bereaksi dengan
keton hingga akhirnya membentuk hidroksisulfonat yang dapat menghambat mekanisme
pernafasan.
Garam nitrit dan nitrat pada umumnya digunakan dalam proses curing daging
untuk memperoleh warna yang baik dan juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Pada daging , nitrit akan membentuk nitroksida dimana dengan pigmen daging akan
membentuk nitrosomioglobin yang berwarna merah cerah.. Salah satu contoh adadalah
pembuatan picle, caranya
1. Disiapkan mentimun muda yang keras dan baik.
2. Dibersihkan dari kotoran tanpa dicuci, hanya direndam sebentar dalam air untuk
menghilangkan tanah yang melekat pada kulit mentimun. Apabila mentimun dicuci akan
mempengaruhi waktu fermentasi.
3. Mentimun dimasukkan ke dalam toples kaca yang berisi larutan garam dapur 10%
sampai terendam. Tutup toples dengan kain tipis dan biarkan terjadi fermentasi selama 2 –
4 minggu. Setiap minggu garam ditambahkan ¼ - ½ % sampai mencapai 16%.
4. Selama fermentasi kepekatan larutan garam harus diamati dan lapisan putih pada
permukaan harus dibuang. Suhu fermentasi dijaga ± 25 ºC.
5. Setelah fermentasi selesai, mentimun diangkat dan direndam dalam larutan garam 16%
atau dapat langsung dikonsumsi.
Penggunaan zat pengawet antimikroba yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan
tidak sesuai dengan aturan yang telah dianjurkan pemerintah dalam berbagai peraturan-
peraturan tentang pangan akan dapat mengakibatkan timbulnya penyakit kanker dalam
tubuh manusia, lever maupun gangguan pencernaan. Adanya gangguan pernafasan bisa
juga menjadi akibat penggunaan zat antimikroba yang berlebihan. Sangatlah disarankan
agar penggunaannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dan bila memungkinkan,
penggunaan bahan pengawet kimia sebaiknya seminimal mungkin agar dapat terhindar dari
gangguan-gangguan dalam tubuh .
Susunan makanan bisa jadi tidak seimbang karena komponen penyusun makanan
tersebut sudah rusak. Penyebabnya tentu cukup banyak seperti adanya kontak langsung
bahan pangan dengan peralatan yang cukup keras atau adanya benturan terhadap bahan
pangan saat dipanen, perlakuan penyimpanan yang tidak baik dan tidak memenuhi standar
penyimpanan terhadap bahan pangan tersebut.
Pengawet Buatan yang bebahaya
Menurut penelitian Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan, banyak produk makanan
yang menggunakan pengawet buatan seperti berbagai macam mie basah, ikan asin, tahu
baik di pasar tradisional maupun di pasar swalayan.
a. Asam Salisilat
Zat ini biasanya ditemukan pada buah dan sayur yang berfungsi untuk memperpanjang
masa pengawetan. Asam salisilat tidak akan pudar sekalipun sayur atau buah telah dicuci,
karena telah meresap ke dalam jaringan-jaringan makanan tersebut. Asam salisilat
sebenarnya hanya baik digunakan sebagai obat lotion (tubuh bagian luar). Konsumsi pada
asam salisilat dapat menimbulkan gangguan lambung, pusing, berkeringat, mual, dan
muntah. Efek dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan kekurangan zat besi,
kemerahan dan gatal-gatal pada kulit. Konsumsi dalam jumlah besar mengakibatkan
pendarahan pada lambung.
b. Formalin
Penggunaan formaln sebenarnya bukan untuk makanan, tetapi untuk bahan antiseptik,
germisida, dan pengawet non-makanan. Fungsi sebenarnya daripada formalin adalah
sebagai antibakteri pembunuh kuman, pembersih lantai, kapal, gudang, pakaian, pembasmi
serangga, pengeras lapisan gelatin dan kertas, pembuatan pupuk urea, produk parfum,
pengawet produk kosmetik, pengeras buku, bahan insulasi buku, pencegah korosi untuk
sumur minyak, bahan perekat produk kayu lapis, pengawet pembersih rumah tangga, cairan
pencuci piring, pelembut, pewarna sepatu, shampoo mobil, lilin, karpet, menghilangkan
bakteri pada sisik ikan, pengobatan penyakit ikan, dan pengawetan mayat.
Formalin biasa digunakan para pedagang agar mengawetkan makananannya dalam jangka
waktu yang lebih lama, sehingga jika dagangannya tidak habis hari ini, dapat digunakan
lagi untuk hari berikutnya. Makanan yang biasa dipakaikan formalin antara lain : mie
basah, bakso, tahu, ikan asin, dan sebagainya. Kandungan formalin yang tinggi pada tubuh
dapat menekan fungsi sel dalam tubuh dan menyebabkan kematian sel yang berujung pada
kerusakan organ tubuh. Konsumsi formalin juga dapat mengakibatkan kanker saluran
pencernaan, peningkatan resiko kanker tenggorokan, sinus, dan hidung.
c. Boraks
Selain sebagai pengawet makanan yang berbahaya, borak juga dapat digunakan untuk
pengenyal makanan. Makanan yang biasanya ditambahkan boraks adalah : bakso, lontong,
mie, kerupuk, dan berbagai makanan tradisional. Konsumsi boraks yang berulang kali
dapat mengakibatkan keracunan yang ditandai dengan mual, muntah, diare, menurunnya
suhu tubuh, lemah, sakit kepala, dan dapat menimbulkan shock serta kematian untuk
konsumsi boraks dalam dosis tinggi.
d. Air Terusi
Difungsikan dengan tidak baik oleh produsen sebagai salah satu bahan pengawet makanan.
Dapat ditemukan juga pada bakso yang bercirikan ada kilauan warna biru.
1. Pengolahan Hasil Pertanian dapat dilakukan dengan Proses Pemanasan (proses termal)
seperti pengalengan, pasteurisasi. Jelaskan cara pengolahan hasil tersebut
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Teknologi Fermentasi untuk Meningkatkan Kualitas Biji
Kakao Indonesia. [Online] http://ditjenbunpertanian.go.id. [Diakses 2 May 2016].
Dwiguna,Adi,2015. http://adidwiguna.blogspot.co.id/2015/02/pasca-panen-hasil-pertanian.html.
Diakses tanggal tanggal 03 Desember 2017.
Maulz.2014. https://maulzxxx.wordpress.com/2014/10/08/9-manfaat-melakukan-pengolahan-
pasca-panen/. Diakses tanggal tanggal 30 November 2017.
Nuhung, A. I., . 2006 . Membangun Pertanian Masa Depan Suatu Gagasan Pembaharuan.
Semarang. Aneka Ilmu
Reijntjes, C., B. Haverkort, and Waters-Bayer. Pertanian Masa Depan Pengantar untuk
Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar rendah. Terj. Y. Sukoco. Yogyakarta.
Kanisius. 1999.
Rustiadi, E., dan Pranoto. . 2007. Agropolitan. Membangun Ekonomi Perdesaan Bogor. crestpent
Press
Solberg, M. 1978. Food Science. In DN Lapedes (ed) Mc Graw Hill Encyclopedia of Food,
Agriculture and Nutrition. McGraw Hill Book, Co. New Jersy.
Stewart, Robert E. (1979). Seven decades that changed America: a history of the American
Society of Agricultural Engineers, 1907-1977. St. Joseph, Mich.: ASAE.