Anda di halaman 1dari 39

PERTUMBUHAN

MIKROBA
Kelompok 3 / 4B
• Nanda Alifia F (11190950000050)
• Lingga Heru P (11190950000053)
• Agahari Lindi P (11190950000054)
• Lala Sabila (11190950000055)
• Kenni Sondari (11190950000058)
• Piolinov Iskandar (11190950000062)
I

• Pertumbuhan bakteri merupakan factor terpenting


dalam mengetahui beberapa aspek fisiologis, hal ini
berkaitan dengan karakteristik dari pertumbuhan
yang mencerminkan kejadian fisiologis suatu
PERTUMBUHAN
bakteri MIKROBA
• Untuk mengetahui aspek fisiologis,kita sebagai
peneliti dapat melakukan manipulasi pertumbuhan
dengan menggunakan kultur terus menerus agar
fase perbanyakan tetap terjaga dalam waktu yang
lama.
Proses Kompleks Pertumbuhan
I
Mikroba

A. Proses masuknya nutrient ke dalam sel

B. Konversi nutrient menjadi energi

C. Replikasi Kromosom

D. Peningkatan Ukuran Sel

E. Pembelahan Sel
Proses masuknya nutrient dan
I konversi ke energi dan komponen
yang diperlukan

Mikroba menghasilkan
exoenzymes untuk mendegradasi
substrat yang terdapat di
lingkungan.

Substrat diuraikan menjadi


senyawa yang lebih sederhana dan
diabsorbsi kedalam sel melalui
system transport dan masuk ke
jalur metabolisme untuk
dimanfaatkan
I

Transportasi senyawa melalui


membrane plasma
I

Pembelahan Sel dan


Pertumbuhan Populasi
One Generation

• Setelah komponen dan system enzim lengkap, sel


mikroba mulai membelah diri dengan waktu
yang sudah ditentukan
• (generation time) Waktu yang diperlukan oleh
satu sel untuk membelah diri menjadi dua sel
baru
• Generation time ini dapat berbeda pada satu
spesies yang sama dikarenakan kondisi
lingkungan yang berbeda.
II

PENGUKURAN
PERTUMBUHAN
MIKROBA
Untuk mengukur pertumbuhan dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu :
Perhitungan langsung
Perhitungan tidak langsung
Perhitungan Langsung II

A. Metode turbidimetri

Jumlah sel bakteri dihitung dengan


mengetahui kekeruhan (turbiditas).bila
semakin keruh kultur,semakin banyak
jumlah sel.

Here you could describe the topic of (-) kekurangan dari metode ini tidak dapat
the section membedakan sel mati dan hidup
Perhitungan Langsung II

B. Metode Total Count

Metode ini memakai mikroskop dan wadah yang


diketahui volumenya, jika setetes kultur dimasukkan
ke dalam hemasitometer yang telah diketahui
volumenya, maka jumlah sel dapat dihitung.

(-) tidak dapat membedakan sel hidup dan mati dan


tidak dapat digunakan pada jumlah sel yang sangat
sedikit (kurang dari 10^6 se/ml.
Perhitungan Langsung II

C. Metode Berat Kering

Kultur disaring (sentrifugasi) dan bagian yang


mengendap dari hasil sentrifugasi dikeringkan.

(-) kekurangan dari metode ini tidak dapat


membedakan sel mati dan hidup
Perhitungan Tidak Langsung II

A. Metode Viable Count (TPC)

Kultur diencerkan sampai tanda batas dan


ditumbuhkan Kembali pada media agar setiap sel
tumbuh menjadi 1 koloni (biasanya 4-12
jam).pengenceran bertahap dibutuhkan agar
colony forming unit (cfu) antara 30-300/ml.
(-) kekurangan dari metode ini
jumlah sel terhitung lebih kecil dari
sebenarnya dan tidak dapat
diaplikasikan pada bakteeri yang
tumbuh lambat
FASE PERTUMBUHAN

Fase
Stasionerl
Number of Cells (log)

Fase
Eksponensial
Fase
Kematian

Fase Lag
Time

III
• Sel mengalami perubahan
Number of Cells (log)
dalam komposisi kimia dan
terjadi pertambahan volume
sel
Time

• Dapat langsung ke fase


FASE
ADAPTASI perbanyakan jika di media
Proses adaptasi meliputi sintesis
(LOG PHASE)
enzim baru yang sesuai dengan
lama dalam kondisi fase
medianya dan pemulihan terhadap perbanyakan dipindah ke
metabolit yang bersifat toksik pada media baru yang sama
waktu di media lama
komposisinya dengan media
lama

III
FASE PERBANYAKAN
(EXPONENTIAL PHASE)

Number of Cells (log)


• Sel melakukan pembelahan setelah memperoleh
kondisi ideal dalam pertumbuhannya

• Kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh


Time
media tempat tumbuhnya seperti, pH dan
kandungan nutrisi, juga kondisi lingkungan
termasuk suhu dan kelembaban
• Jumlah sel meningkat sampai pada batas
• Pada fase ini sel melakukan konsumsi nutrient tertentu (tidak terdapat pertambahan
dan proses fisiologis lainnya, dan pada fase itu bersih jumlah sel), sehingga memasuki
produk senyawa yang diinginkan oleh manusia fase statis
terbentuk, karena senyawa tersebut adalah
senyawa yang disekresi oleh sel bakteri (misalnya
etanol, asam laktat, dll.)

III
Saat memasuki fase stasioner,
konsentrasi biomassa menjadi
maksimal, jumlah sel cenderung
stabil, dan peningkatan jumlah sel Pada fase ini biasanya sel melakukan adaptasi
berhenti terhadap kondisi yang kurang menguntungkan,
menghasilkan senyawa yang diinginkan oleh
FASE STATIS manusia misalnya antibiotika dan antioksidan
(STATIONER
PHASE)

Beberapa alasan bakteri tidak melakukan pembelahan


Number of Cells (log)

pada fase statis:


1. Nutrient habis,
2. Akumulasi metabolit toksik (misalnya alkohol,
asam, dan basa),
3. Penurunan kadar oksigen,
4. Penurunan nilai aw (ketersediaan air)
Time
III
FASE
KEMATIAN
Number of Cells (log)

• Fase dimana laju kematian lebih


Time
besar dibanding laju
pertumbuhan mikroba.

Dua Penyebab utama fase ini • Kecepatan kematian mikroba


adalah: bergantung pada kondisi nutrien,
1.Nutrien dalam medium lingkungan dan jenis mikroba.
sudah habis.
2.Energi cadangan didalam
sel habis.

III
Saat bakteri memasuki fase statis, perubahan fisiologis
dapat terjadi. Prinsipnya, bakteri melakukan penurunan
laju metabolism, agar nutrient tak cepat habis bahkan
ADAPTASI PADA dapat mengubah bentuk sel vegetatfinya menjadi spora
(kondisi nyaris tanpa aktivitas metabolisme) dengan
KONDISI tahapan sebagai berikut :

KELAPARAN 1. Perubahan Ukuran Sel


2. Perubahan permukaan sel
3. Perubahan aktivitas metabolisme dan komposisi
kimia
4. Stringent Response
CREDITS: (menghambat
This presentation sintesis
template was createdRrna
by dan
TrnaSlidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik
5. Pembentukan Spora

IV
V PERTUMBUHAN DIAUXIC

Terjadi Ketika bakteri dihadapkan


pada dua sumber karbon dan
mampu menggunakan keduanya.

Misalnya pada bakteri E.coli yang


ditumbuhkan pada media yang
mengandung glukosa dan laktosa
VI

PEMBELAHAN
SEL
Secara sederhana pembelahan sel dapat
diilustrasikan sebagai siklus sel yang terdiri
dari pembelahan DNA, pembelahan sel,dan
periode antar keduanya.
A. Pembelahan sel pada bakteri gram VI
(+) kokus

1. Terjadi penetrasi sentripetal dinding sel


dari 2 arah berlawanan pada pita dinding
sel (pita ekuatorial), sehingga
menghasilkan celah atau noktah dinding
sel 2 pita dinding sel yang terpisah.
2. Penetrasi noktah dinding sel ke arah
dalam (+ 70-80 nm) diikuti sintesis
dinding sel baru.
3. Pita dinding sel terbelah menjadi 2
dinding sel anakan (sebagian).
4. Penetrasi noktah dinding sel (diikuti
sintesis dinding sel baru) semakin ke
dalam sehingga 2 noktah dinding sel
bertemu.
5. Ketika 2 noktah dinding sel bertemu,
dinding sel memisah, terjadi pembelahan
sel sempurna
B. Pembelahan sel pada bakteri gram VI
(-) batang

1. Pembentukan 2 periseptal annuli, Setelah


memperoleh panjang tertentu, sel membentuk
periseptal anuli lagi (di sebelah dalam periseptal anuli
pertama) yang akan menjadi tempat perlekatan DNA
anakan.
2. Kemudian, sel membentuk septum di tengah sel
dengan invaginasi 3 lapisan permukaan sel, yaitu
membran sel, peptidoglikan, dan membran luar. Sel
melakukan sintesis 3 lapisan permukaan sel tersebut,
sehingga sel mengalami pemanjangan.
1. DNA melakukan pembelahan seiring pemanjangan
sel. Sebelum panjang sel menjadi 2 kali panjang
semula,DNA telah membelah menjadi 2 DNA dan
melekatkan diri ke periseptal anuli yang sebelah
dalam.
3. Terjadi penetrasi sentripetal septum, sehingga sel
bakteri membelah menjadi dua dan panjang sel
anakan kira-kira sama dengan panjang sel induk
sebelum membelah.
TEKANAN
SUHU pH
OSMOSIS

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERTUMBUHAN MIKROBA

SINAR KADAR
UV O2

VII
• Mempengaruhi laju reaksi enzimatis dan kimia
di dalam sel.

• Masing-masing mikroba memiliki suhu


minimum, suhu optimum, dan suhu
maksimum pertumbuhan.

Pada suhu rendah, enzim mikroba tersebut


SUHU

tidak aktif. Umumnya hanya enzim yang
mengandung lebih banyak protein α-heliks
yang aktif pada suhu dingin

• Semakin meningkat suhu, maka laju reaksi


akan semakin cepat. Namun, pada taraf suhu
tertentu, komponen sel akan mengalami
kerusakan. Suhu akan meningkatkan
metabolisme sampai pada titik terjadinya
denaturasi. Ketika mencapai titik tersebut,
fungsi sel akan menurun sampai ke titik nol. VII
• Mikroorganisme dapat dibedakan berdasarkan
pH tempat tumbuhnya yaitu
asidofil (pH asam), alkalofil (pH basa) dan
neutrofil (pH netral)


Mikroba memiliki pH optimum masing-masing.

Kondisi pH optimum pertumbuhan adalah pH


pH
lingkungan.

• DNA dan RNA sangat rentan terhadap asam dan


basa yang menyebabkan terjadinya kerusakan,
maka dari itu kondisi sel mikroba harus pada
kondisi netral. VII
• Radiasi sinar ultraviolet mampu
untuk melakukan penetrasi ke
dinding sel mikroorganisme dan SINAR
mengubah komposisi asam
MATAHARI
nukleatnya.
(ULTRAVIOLET)
• Radiasi ultraviolet yang diabsorbsi
oleh protein pada membran sel
akan menyebabkan kerusakan
membran sel dan kematian sel
VII
• Dalam mempertahankan hidupnya, sel
bakteri harus berada pada tingkat tekanan
osmotik yang sesuai

TEKANAN
Larutan
hipertonis
sel akan
mengalami
OSMOSIS
plasmosis

Sel akan
Larutan membengkak
hipotonis dan bisa
rusak

VII
• Oksigen berperan dalam respirasi pada
beberapa jenis bakteri
• Berdasarkan kebutuhannya terhadap
Oksigen, bakteri dibagi menjadi 4
kelompok:
1 Anaerob: tidak dapat tumbuh pada Kadar O2
lingkungan ada Oksigen bebas
2 Aerob: hanya dapat tumbuh pada
lingkungan ada Oksigen bebas
3 Anaerob fakultatif: dapat tumbuh baik
dengan atau tanpa Oksigen bebas
4 Mikroaerofilik: dapat tumbuh pada
lingkungan Oksigen dalam jumlah kecil VII
STUDI
STUDI
KASUS
KASUS
“This is a quote. Words full of wisdom
that someone important said and can
make the reader get inspired.”

—SOMEONE FAMOUS
• Enzim dihasilkan oleh semua makhluk
hidup untuk mengkatalisasi reaksi
biokimia dalam tubuh sehingga reaksi
tersebut berlangsung lebih cepat

• Contohnya enzim amilase, enzim ini


dapat diperoleh dari berbagai sumber PENDAHULUA
seperti tanaman, binatang dan
mikroorganisme N
• Bacillus sp adalah Strain bakteri paling
banyak digunakan untuk memproduksi
amilase

• Selain Bacillus sp, bakteri lain yang dapat


menghasilkan enzim amilase adalah
bakteri asma laktat (BAL).
BAHAN DAN
METODE
Bahan
Isolat Bakteri Asam Laktat (UM1.3A), MRSA (deMann Rogosa
Sharpe Agar) (Himedia), MRSB (deMann Rogosa Sharpe Broth) (Himedia),

Tahapan Penelitian
1. Peremajaan (karakteistik morfologi) Isolat : memindahkan ulang isolat
kedalam medium agar miring steril secara aseptis dengan jarum ose kemudian
diinkubasi pada suhu sesuai habitat asal selama 2x24 jam.
2. Karakteristik Kurva Pertumbuhan : 1 ose kultur bakteri diinokulasikan ke
dalam Erlenmeyer berisi 100 ml MRS Broth steril dan diinkubasi > amati nilai
OD setiap 2 jam (jam 0-24) dengan metode langsung berdasarkan turbiditas >
5 ml kultur pada media diambil kemudian diamati nilai OD nya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm
Metode
Menggunakan desain penelitian yang terdiri dari uji
karakterisasi Bakteri Asam Laktat isolat(UM1.3A) hasil
fermentasi wikau maombo, dan dianalisisi secara deskriptif
dengan mengkaji semua hasil karakterisasi BAL isolat
(UM1.3A), sehingga diperoleh gambaran atau keterangan
karakteristik BAL tersebut.

Variabel Pengamatan
Uji karakterisasi dari Bakteri Asam Laktat isolat (UM1.3A)
dari hasil fermentasi wikau maombo yang meliputi
morfologi dan karakteristik pertumbuhan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
● Karakteristik Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat
Fase Adaptasi

Panjang atau pendeknya


fase adaptasi sangat
ditentukan oleh jumlah
sel yang diinokulasikan,
kondisi fisiologis dan
morfologis yang sesuai
serta media kultivasi yang
dibutuhkan (fardiaz,
1992).
Kurva pertumbuhan isolat UM1.3A berdasarkan nilai OD ( Optical Density)
Pada fase logaritmik mikroba
membelah dengan cepat dan
konstan dan pada fase ini
kecepatan
Pertumbuhan sangat
dipengaruhi oleh media tempat
tumbuhnya seperti pH dan
kandungan nutrien,juga kondisi
lingkungan termasuk suhu dan
kelembaban udara (Middelbeek
et al., 1992).
Fase Logaritmik
Menurut Wenge dan Methews (1999), pertumbuhan dan
penggunaan metabolisme dalam fermentasi dan proses
jalur metabolik bakteri asam laktat sangat dipengaruhi oleh
paremeter fermentasi
seperti suhu, pH, kecepatan agitasi dan tingkat oksigen
terlarut.
Fase Stasinoner

Mangunwidjaja dan Suryani, 1994)


menyatakan bahwa ukuran sel pada
fase stasioner menjadi lebih kecil-
kecil karena sel tetap membelah
meskipun zat-zat nutrisi sudah
habis.

Pada fase ini laju pertumbuhan akhirnya menurun yang biasanya disebabkan
karena kekurangan factor pertumbuhan seperti vitamin dan unsur mineral
(Gaman dan Sherrington, 1994). Setelah mengalami fase mstasioner, isolat Fase Kematian
UM1.3A mengalami Fase Kematian (death PHase). Pada fase ini jumlah sel
bakteri yang mati lebih banyak dari jumlah bakteri yang hidup.
KESIMPULAN
Isolat Bakteri Asam Laktat (UM1.3A) yang diremajakan dalam
penelitian ini memeiliki karakterisasi diantaranya bentuk koloni
bulat, warna putih susu, permukaan licin dan ketika umur isolat
tersebut sudah tua warnanya akan agak kekuning-kuningan
berserabut. Karakteristik isolat BAL UM1.3A yaitu masa adaptasi
selama 14 jam dan fase pertumbuhan optimum isolat pada jam ke-
22 dan memulai tahap kematian pada jam ke-26. Sehingga waktu
optimum untuk produksi enzim amilase adalah jam ke-22.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi pengolahan pangan. Bogor : Departemen Pendidikan dan
Kebudayan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut
Pertanian Bogor. 323.
Gaman, P.M. dan K.B. Sherrington. (1994). Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Jawetz, M. dan Adelberg E. (2008). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta : EGC Madigan,
M. T., J. M. Martinko, D. A. Stahl, dan D. P. Clark, (2011). Brock biology of
microorganisms 13th ed. San Francisco : Benjamin Cummings
Madigan, M.T., Martinko J.M., Sthal D.A., dan Clark. D.P. (2012). Biology of Microorganism
13th Edition. Pearson Education. San Francisco
Mangunwidjaja, D. dan A. Suryani. (1994). Teknologi Bioproses. Jakarta : Penerbit Swadaya.
Middlebeek, E.J., R.O. Jenkins and J.S. Drijver-de Haas. (1992). Growth in batch culture. In Vitro
Cultivation of Micro-organisms. Biotechnology by Open Learning.
Purwoko, Tjahjadi. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta: Bumi Aksara
Safitri, N., Titi C. S., dan Anja M. (2016). Formula Media Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat
Pediococcuspentosaceus Menggunakan Substrat Whey Tahu. Jurnal Sumberdaya Hayati,
2 (2) : 31-38.
Wenge, F. and A.F. Methews. (1999). Lactic acid production from lactose by Lactobacillus
plantarum kinetic model and effects of pH, substrate, and oxygen. Biochemical Engineering
Journal. 3: 163-170.
Does anyone have any
questions?

THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai