SISTEM KARDIOVASKULAR
I. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian tekanan darah dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2. Menjelaskan fenomena pengaturan aliran darah.
3. Menjelaskan karakterisik darah dan manfaat penentuan parameter-
parameter hematologi.
2.2. Bahan
Kapas Asam Asetat
Alkohol 10% Gentian violet
Nacl Serum anti A
Natrium sitrat Serum anti B
III. Prosedur Percobaan
3.1. Pengukuran Tekanan Darah
3.2. Hyperemia
3.2.1. Hyperemia pasif/kreatif
Seutas benang diikatkan di atas sendi kedua pada sebuah jari
tangan dan dibiarkan beberapa menit. Diamati peristiwa yang terjadi yaitu
perubahan warna, perubahan ukuran dan perubahan suhu.
3.2.2. Hyperemia aktif/fungsional
Sebuah jari direndam dalam air panas (dengan suhu tertinggi yang
dapat ditahan) dan dibiarkan beberapa menit. Diamati peristiwa yang
terjadi yaitu perubahan warna, perubahan ukuran dan perubahan suhu.
3.3. Darah
3.3.1. Anatomi
i. Cara memperoleh darah segar untuk pemeriksaan
Jari manis atau kelingking dibersihkan dengan kapas yang dibasahi
dengan alkohol 70% dan dibiarkan alkohol menguap. Darah diambil
dengan cara lanset steril ditusukkan ke ujung jari yang telah dibersihkan.
Sebaiknya darah mengalir dengan sendirinya tanpa ditekan dan tidak
menggunakan tetes pertama.
iii. Hematokrit
Darah segar diambil dengan cara seperti percobaan sebelumnya.
Pipa kapiler hematokrit ditempatkan pada tetes tersebut. Kapiler hematokrit
diisi minimal sampai dengan 2/3 penuh. Kemudian pipa kapiler yang telah
terisi darah tersebut ditutup dengan lilin. Kemudian pipa pipa kapiler
diletakkan pada chamber mikrosentrifuga sedemikian rupa sehingga posisinya
seimbang (jika jumlah pipa kapiler yang disentrifuga tidak memungkinkan
untuk membuat posisi yang seimbang, dapat ditambahkan pipa kapiler
kosong sebagai penyeimbang). Lalu chamber ditutup dengan tutup sentrifuga
dan sentrifuga dilakukan pada kecepatan tinggi selama 4 menit. Nilai
hematokrit ditentukan dengan cara:
Mengukur perbandingan tinggi antara darah (sel darah dan plasma) dengan
sel darah.
(%) 100%
Atau dapat pula dengan menggunakan alat pengukur hematokrit.
Diamati pula: warna plasma, di bagian mana terdapat sel darah dan
dibandingkan nilai hematokrit dari laki laki dan perempuan.
3.3.2. Fisiologi
3.3.2.1. Penentuan Hb
a. Metode Tallquist
Satu tetes darah diambil dengan menggunakan kertas Tallquist.
Persentase Hb ditentukan dengan membandingkan warna yang diperoleh
dengan warna pada kertas pembanding.
b. Metode Sahli
Tabung Sahli diisi dengan HCl 0,1 N sampai dengan setinggi 10%
dari tinggi skala maksimal kemudian dimasukkan darah sebanyak 20
mikroliter. Lalu diaduk dengan menggunakan pengaduk yang tersedia.
Kemudian diencerkan dengan HCl sampai warna campuran sama dengan
warna standar pada alat. Pembacaan dilakukan pada penerangan yang
wajar dan tidak di depan jendela. Angka yang dibaca pada skala langsung
menunjukkan kadar Hb darah. Lalu dibandingkan hasil yang diperoleh
dari kedua metode tersebut.
3.3.2.2. Waktu Pendarahan
Ujung jari dilukai dengan lanset steril lalu dicatat waktu saat
timbulnya tetes darah pertama. Darah yang keluar diserap dengan
menggunakan tisu. Kemudian dicatat waktu saat darah berhenti mengalir
(tidak ada lagi bercak darah pada tisu). Selisih waktu antara saat
timbulnya tetes darah pertama dengan saat darah berhenti mengalir
adalah waktu pendarahan.
Tugas 9.1
1. Posisi tubuh mempengaruhi tekanan darah karena hubungan dengan efek
gravitasi. Pada kondisi berbaring, gaya gravitasi mempengaruhi tubuh secara
uniform. Pada posisi tegak, selain akibat kontraksi jantung, pembuluh darah
dibawah jantung mendapat beban tambahan akibat peredaran tinggi tingkat
jantung dan pembuluh. Karena peningkatan tekanan ini, darah mengumpul
dalam pembuluh. Pengumpul venosa di ekstremitas bawah sehingga isi
sekuncup berkurang. Selain itu cairan berkumpul dalam ruang interstisium
akibat peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler menyebabkan edema.
2. Perbedaan secara prinsip cara pengukuran tekanan darah dengan metode
palpatori dan metode auskultasi!
Metode palpatori adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh atau
merasakan struktur dengan ujung ujung jari.
Metode auskultasi adalah pemeriksaan dilakukan dengan cara
mendengarkan suara suara alami dalam tubuh ( membutuhkan stetoskop )
4.2. Hyperemia
4.2.1. Hyperemia pasif/kreatif
Perubahan warna: Membiru
Perubahan ukuran: Membesar (bengkak)
Perubahan suhu: Mendingin
Gambar 4.1. Foto pengamatan Hyperemia pasif dengan tangan yang membiru.
Tugas 8.2
Gambar 4.2. Foto pengamatan Hyperemia aktif yang dimasukkan air panas.
Tugas 8.3
1. Hyperemia aktif terjadi karena adanya dilatasi arteriol / kapiler yang bekerja
sebegai katup yang mengatur aliran ke dalam mikrosirkulasi lokal, akibatnya
terangsang saraf vasodilator atau kelumpuhan vasokonstriktornya.
2. Peristiwa yang menyebabkan hyperemia aktif adalah kenaikan jumlah darah.
3. Perbedaan gejala yang timbul antara kedua tipe hyperemia ini adalah
Hyperemia aktif
- Lebih banyak arteri karena pacuan saraf simpatis
- Pembuluh darah berdilatasi dulu baru plasma darah masuk
- Meningkatnya warna merah di bagian tubuh yang terkena.
Hyperemia pasif
- Akibat dari obstruksi darah vena/ peningkatan tekanan balik dari gagal
jantung kongesif (CHF).
- Plasma datang dulu baru pembuluh darah berdilatasi.
- Banyak di vena, darah banyak mengandung CO2, sehingga nampak
biru (sianosis).
4.3. Darah
4.3.1. Anatomi
Tugas 8.4
1. Fungsi natrium sitrat 2,5% sebagai cairan pengencer sel darah merah.
2. Kisaran jumlah eritrosit dalam darah 4-6 juta sel
3. Perhitungan sel darah merah yang kami lakukan adalah 3.920.000, hal tersebut
menunjukkan bahwa jumlah eritrosit dalam darah yang kami lakukan kurang
dari jumlah normal eritrosit yaitu 4-6 juta. Jumlah sel darah merah di bawah
normal disebut anemia.
iii. Hematokrit
Tugas 8.6.
4.3.2. Fisiologi
4.3.2.1. Penentuan Hb
a. Metode Tallquist
Nilai Hb = 70
b. Metode Sahli
Kadar Hb darah = 13%
Tugas 8.8.
Nilai waktu pendarahan normal 15-120 detik
Mekanisme penghentian darah terdiri dari hemostasis primer dan sekunder.
Mekaniske penghentian pembuluh darah :
o Adhesi platelet : platelet menempel pada pembuluh darah yang rusak
o Reaksi pelepasan platelet : senyawa ADP, ATP, Ca2+ dan serotonin lepas
dan mengaktivasi platelet disebelahnya.
o Agregas platelet: berkumpulnya platelet-platelet hingga membentuk
sumbat platelet.
Daerah berhenti mengalir pada reaksi pembentukan sumbat platelet.
4.3.2.3. Waktu Koagulasi
Waktu koagulasi saat terdapat benang fibrin: 3,3 menit
Tugas 8.9
Nilai waktu koagulasi normal adalah ketika berakhir pada 2-5 menit.
Tahapan koagulasi
1. Jalur ekstrinsik dan jalur instrinsik: mengawali pembentukan protombinase
dengan adanya Ca2+ faktor jaringan akan memulai serangkaian reaksi yang
akhirnya akan mengaktivasi factor X dimana bergabung dengan factor V
memebenuk enzim protombinase.
2. Protombinase mengubah protombin menjadi thrombin.
3. Thrombin mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin pada
pembentukan darah.
Tidak terjadi aglutinasi pada campuran serum anti A dan serum anti B.
Golongan darah: O
Tugas 8.10
Membran eritrosit mengandung 2 tipe antigen yaitu tipe A dan tipe B yang
disebut dengan aglutinogen. Sebaliknya pada antibody yang terdapat dalam
plasma darah akan bereaksi dengan spesifik terhadap antigen tipe A atau tipe
yang menyebabkan aglutinasi atau penggumpalan.
Tipe golongan darah hasil uji adalah O. Jika memerlukan transfusi darah,
golongan darah yang dapat diberikan adalah hanya yang bergolongan darah
O. Sedangkan jika harus menjadi pendonor, dapat mendonorkan darah pada
orang yang bergolongan darah A, B, AB dan O.
V. Pembahasan
5.1. Pengukuran Tekanan Darah
Pada percobaan kali ini yaitu pada pengukuran tekanan darah yang
dilakukan dengan 2 cara yaitu cara palpatori dan cara auskultasi terhadap
perempuan dan laki laki. Pada pengukuran tekanan darah menggunakan
cara palpatori nadi diraba menggunakan ibu jari tangan kiri dan tangan
kanan berperan untuk memegang bola karet saat memompa. Kemudian
mulai memompa hingga garis pada manometer menunjukkan skala nilai
160 mmHg yang bertujuan agar aliran arteri benar benar tersumbat pada
tekanan 160 mmHg. Didapatlah hasil untuk tekanan sistol dan diastol pada
perempuan yaitu 90 mmHg dan laki laki sebesar 120 mmHg pada
keadaan duduk.
5.3. Darah
5.3.1. Anatomi
Karakteristik dan morfologi darah
a. Sel darah merah dan sel darah putih
Plasma Darah
Plasma adalah cairan bagian dari darah. Plasma membentuk sekitar 5
persen berat badan. Plasma merupakan :
1. Media sirkulasi elemen darah (eritrosit, leukosit, trombosit) yang
terbentuk.
2. Pengangkut zat anorganik dan organik dari suatu oragan atau jaringan
ke organ atau kejaringan lain.
Komposisi plasma yaitu 91-92 % air. Terdapat empat protein yaitu;
a. Albumin :membentuk bagian terbesar kandungan protein
plasma dihasilkan dalam hati.
b. Globulin :alfa, beta,gama dihasilkan di salam hati. Limfosit
dan sel retikula endoteli. Imunoglobulin adalah globulin yang dibentuk
sebagai bagian dari reaksi imunita tubuh.
c. Fibrinogen : dihasilkan didalam hati.
d. Protombin : prekursor trombin.
Kandungan anorganik :natrium, kalium,kalsium, magnesium, zat besi,
yodium, dll.Kandungan organik : urae, asam urat kreatin, glukosa,
lipid,asam amino, enzim, hormon (Gilson, 2002).
Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah (eritrosit) merupakan bagian utama penyusun sel-sel
darah yang mengandung hemoglobin (Hb) yang menyebabkan darah
berwarna merah. Hemoglobin adalah suatu protein yang mengandung
senyawa hemin (zat besi). Serta hemoglobin juga mempunyai daya ikat
terhadap O2 dan CO2. Sel darah merah (eritrosit) berbentuk bikonkav. Sel
darah merah berguna untuk mengikat gas pernapasan dan mengangkutnya
ke atau dari jaringan (alat pernapasan) (Waluyo, 2006).
b. Hematokrit
Hematokrit adalah proporsi volume darah yang terdiri dari sel
darah merah. Hematokrit merupakan proses pemisahan darah. Hematokrit
berasal dari kata haimat yang berarti darah, dan krinein yang berarti
memisahkan (DepKes RI, 1989).
Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada
dalam darah yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah
diambil dengan semprit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan
dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk
pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal
sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut dipusingkan /
sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan
mengendap.
5.3.2. Fisiologi
i. Penentuan Hb
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka
oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan. Hemoglobin merupakan
senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur
secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks
kapasitas pembawa oksigen pada darah. Hemoglobin adalah kompleks
protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna
merah dan terdapat di dalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki
empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin
(Rindamusti, 2012).
Tujuan praktikum penentuan hemoglobin ini bertujuan untuk
menentukan berapa banyak hemoglobin yang diderita dalam tubuh-nya.
Tingkat hemoglobin yang berbeda dari normal dapat merupakan indikasi dari
berbagai masalah kesehatan, dan tes ini dapat menjadi alat diagnostik yang
sangat berguna. Selain itu tes hemoglobin digunakan untuk mengungkapkan
bilangan yang mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal.
Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, penyakit
paru obstruktif menahun(COPD), gagal jantung kongesti dan luka bakar
hebat. Obat yang dapat meningkatkan hasil pemeriksaan Hb adalah metil
dopa dan gentamicin. Sedangkan penurunan Hb terdapat pada penderita:
Anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian cairan intra vena berlebihan, dan
penyakit Hodkins. Dapat jug disebabkan oleh obat-obatan misalnya
antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), sulfonamida dan lain-lain
(Sutedjo, 2006).
Pada metode tallquist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli
dengan suatu skala warna yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah
muda sampai warna merah tua. Cara ini hanya mendapatkan kesan dari kadar
hemoglobin saja, sebagai dasar diambil darah 100%, 5,8 gr hemoglobin per
100 ml darah. Tallquist mempergunakan skala warna dalam satu buku mulai
dari merah muda 10% di tengah-tengah ada bagian yang sengaja dilubangi
dimana darah dibandingkan dapat dilihat menjadi darah dibandingkan secara
langsung sehingga kesalahan dalam melakukan pemeriksaan antara 25-50%.
Prinsip hemoglobin diubah mejadi asam hematin, kemudian warna
yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu. Cara
Sahli banyak dipakai di Indonesia, walau cara ini tidak tepat 100%,
mengalami kurang darah atau darahnya masih normal, pada pemeriksaan ini
faktor kesalahan kira-kira 10%, kelemahan cara ini berdasarkan kenyataan
bahwa asam hematin itu bukanlah merupakan larutan sejati dan juga alat
hemoglobimeter itu sukar distandarkan, selain itu tidak semua macam
hemoglobin dapat diubah hematin misalnya ; karboxyhemoglobin,
methemoglobin, sulfahemoglobin.
Pada percobaan penentuan hemoglobin ini terdapat dua metode yaitu
metode tallquist dan metode sahli. Pada percobaan metode tallquist, ujung jari
dilukai dengan lanset steril kemudian darah diteteskan pada kertas kertas
warna pembanding. Didapat warna yang sesuai dengan darah praktikan pada
kertas pembanding, sehingga didapat hasil nilai hemoglobin nya yaitu 70.
Sedangkan pada metode sahli, tabung sahli diisi terlebih dahulu oleh
HCL sampai tinggi 10% atau sampai 20 mL pada tabung. Lalu ujung jari
dilukai oleh lanset steril kemudian darah dihisap menggunakan pipet hingga
tanda batas dan segera dimasukan pada tabung. Ditambahkan HCl sampai
warna campuran sama dengan warna standar kemudian didapat kadar
hemoglobin sebesar 13% atau 13 gr/100mL darah. Menurut (Sopny,2010)
batas normal kadar hemoglobin pada wanita dewasa adalah 12. Pada sampel
yang telah diamati kadar hemoglobin pada praktikan belum mencapai batas
normal, hal ini dapat disebabkan oleh tidak stabilnya kondisi praktikan atau
kurangnya teliti pada penglihatan dalam menyamakan warna sehingga pada
saat praktikan membaca penetapan angka kadar hemoglobin kurang akurat.
VI. Kesimpulan
1.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., et al. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta:
Erlangga
Dellman, H. D. dan Brown, E. M. 1989. Buku Teks Histologi Veterainer.
Terjemahan Hartono, R. Jakarta : Universitas Indonesia.
Evelyn, Pearce. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia.
Jakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4.GadjahMada
University Press. Yogyakarta.
Gandasoebrata R, 1984. Penuntun Laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Rindamusti. 2012 . Hemoglobin.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-rindamusti-
6948-3-babii.pdf. Diakses pada selasa 31 Oktober 2017.
Gilson, Johan. 2002. Fisiologi dan Anatomi Moderen untuk Perawat edisi 2.
Jakarta: EGC.
Guyton. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap
Penyakit. Jakarta : EGC Penerbit Buku kedokteran.
Harlod, A. H. 1979. Review of Physiological Chemistry. Diterjemahkan oleh
Martin Muliawan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
J. W. Kimball, 1999. Biologi Umum. Erlangga, Jakarta
Kimball, John W. 1983. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta :Erlangga.
Omegawati, Wigati. 2010. BiologiUmum. Klaten: IntanPariwara.
Prawirohartono, Slamet. 1995. Sains Biologi. Bumi Aksara. Jakarta
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Pearce C.E. 1992. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Schmidt, W. and Nelson, B. 1990.Animal Physiology. New York :Harper Collins
Publisher.
Schmid, K. and Friends. 1997. Animal Physiology: Adaptation and Environment.
Cambridge University Press. USA.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jogyakarta: Penerbit Graha
Ilmu.
Sloane, E. 1994.Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta :Kedokteran EGC.
Sloane. Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC
Soetrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Purwokerto : Fakultas Peternakan
Unsoed.
Soewolo. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA UNM.
Soewolo, Soedjono Basoeki & Titi Yudani. 2005. Fisiologi manusia. Malang:
Universitas Negeri Malang
Sopny. 2010. Kadar Hemoglobin darah.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20481/4/Chapter%20II.p
df. Diakses pada Selasa, 31 Oktober 2017
Subowo.Macam-macam Golongan Darah. Penebar Swadaya: Jakarta.1992
Waluyo, Joko. 2006. Biolog iDasar. Jember: University Press