LAPORAN 6 - A1 - 11190950000017 - Nur Mustaqimah
LAPORAN 6 - A1 - 11190950000017 - Nur Mustaqimah
Dosen :
Asisten Laboratorium :
Mailani
Nama :
Nur Mustaqimah
NIM :
11190950000017
Kelas :
3 A1
2020 M / 1442 H
I. Tujuan
Mengetahui aktivitas biokimia pada mikroorganisme sehingga dapat diketahu sifat
– sifat yang khas dari mikroorganisme.
II. Metodologi
Biakan diinokulasikan dengan suhu Setiap bagian bawah cawan petri dibai
30 – 35O C selama 48 – 72 jam menjadi dua menggunakan spidol
Cawan petri yang berisi media Starch Pada Tributyin Agar dan Milk Agar
Agar ditetesi dengan larutan iodin, diamati dengan ada tidaknya daerah
kemudian diamati bagian yang tidak bening pada media biakan cawan petri
berwarna disekitar biakan
2.2.2. Fermentasi Karbohidrat
Perubahan warna yang terjadi diamati Diteteskan larutan Barrit A dan Barrit
B ke dalam tabung
-
S. typhii - Tidak terdapat zona bening
Tidak terdapat zona (kontaminasi)
bening (kontaminasi)
(Sumber:Dok.KelasA2,2019)
2. Fermentasi B. cereus Laktosa : tidak 1. Uji Sukrosa = AG
Karbohidrat terbentuk gas 2. Uji laktosa = G
(glukosa, Sukrosa : terbentuk 1 3. Uji Glukosa = AG
laktosa, gas
sukrosa) Glukosa : asam dan 2
gas 3
(Sumber: Dok. Kel. 2B2, 2019)
(Sumber: Permatasari, 2016)
E. coli Laktosa : asam dan 1. Glukosa = AG
gas 1 2. Lactosa = AG
Glukosa : asam dan 2 3. Sukrosa = –
gas
Sukrosa : tidak 3
(Sumber: Dok. Kel. 2B1, 2019)
terbentuk gas (Sumber: Chegg Study, 2020)
Glukosa : + 1. Glukosa = A
S. aureus Laktosa : + 1 2. Lactosa =
Sukrosa : + 3. Sukrosa = A
(Terdapat oksigen 2
pada tabung durham) (Sumber : Dok.KelasA1, 2019) 3
(Sumber: Chegg Study, 2020)
S. typhii Glukosa : + 1. Glukosa = AG
Laktosa : - 1 2. Laktosa = –
Sukrosa : - 2 3. Sukrosa = –
(Terdapat oksigen
dalam tabung durham) 3
( Sumber : Dok. KelasA2, 2019) (Sumber: Mackey, 2015)
3. Methyl Red B. cereus (+) Terjadi perubahan (+) Terjadi perubahan warna
warna media menjadi media menjadi kuning
kuning kemerahan kemerahan
(Sumber: Dok.KelasA2,2019)
Seluruh peristiwa reaksi – reaksi kimia yang berlangsum dalam sel makhluk hidup
disebut metabolism. Metabolisme terdiri Antara dua proses yaitu anabolisme dan
katabolisme. Sama seperti makhluk hidup lainnya, sel – sel dalam bakteri melakukan
metabolismE untuk kelangsungan hidupnya yang dimana semua sel membutuhkan
sumber energi. Zat kimia dan energi radiasi dapat diubah oleh bakteri menjadi suatu
manfaat dalam kehindupannya melalui proses respirasi, fermentasi, dan fotosintesis
(Dinata, 2011).
Untuk mengidentifikasi suatu bakteri selain mengetahui sifat morfologinya juga
harus mengetahui sifat fisiologi bakteri. Sifat fisiologi dapat diketahui dengan
melakukan uji biokimia. Uji biokimia pada bakteri berkaitan dengan reaksi kimiawi
yang terjadi pada metabolisme sel untuk kegiatan seluler, seperti pergerakan
(Hadiutomo, 1990). Uji biokimia pada umumnya memerlukan suatu reagen test
(Handayani, et al., 2013).
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas biokimia pada
mikroorganisme sehingga dapat diketahu sifat – sifat yang khas dari mikroorganisme
sehingga dilakukan uji biokimia yang menggunakan biakan bakteri dari Bacillus cereus,
Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. Uji biokimia pada
praktikum kali ini meliputi sembilan pengujian yaitu, uji hidrolisis pati, uji hidrolisis
protein, uji fermentasi karbohidrat, uji Methyl Red, uji VP, uji yaitu uji degradasi
tritofan (indol), uji produksi H2S, uji OF dan uji sitrat serta uji katalase.
Menurut Zahidat et al. (2013) uji hidrolisis pati dilakukan dengan menggoreskan
satu ose bakteri pada medium Starch Agar. Isolat bakteri diinkubasi dengan suhu 37oC
selama 48 jam. Setelah itu, diteteskan oleh reagen Gram’s iodin pada biakan bakteri
dan diamati zona bening yang terbentuk yang ditandai dengan munculnya zona
berwana kuning atau emas pada sekitar pertumbuhan (Haas & Defago, 2005).
Berdasarkan data pada tabel 1 diperoleh data bahwa bakteri Bacillus cereus dan
Escherichia coli menunjukan hasil positif ditandai adanya zona kuning akibat adanya
reaksi kimia yang terjadi antara enzim amylase dan amilum pada media. Wahyudi et al
(2014) mengemukakan bahwa bakteri yang tergolong amilolitik akan menghidrolisis
amilum dengan media Starch Agar yang ditunjukkan denan adanya zona bening.
Warna biru kehitaman ketika diteteskan oleh iodium terjadi apabila molekul iodium
masuk ke dalam molekul amilum yang berbentuk spiral (α-heliks). Proses iodinisasi
terjadi ketika amilum telah dirombak oleh enzim amylase menjadi maltose dan glukosa,
sehingga terbentuk zona bening pada sekitar koloni terjadi akibat tidak terbentuk spiral
pada molekul amilum yang diteteskan oleh molekul iodium. Pada hasil pengamatan
bakteri Staphylococcus aureus menunjukan hasil positif pada uji hidrolisis pati. Hal ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Konuku et al (2012) yang
menyatakan bakteri Staphylococcus aureus tidak dapat menghidrolisis amilum karena
tidak mampu menghasilkan enzim amylase yang memecah amilum menjadi glukosa,
maltose dan dekstrin (Ginting et al., 2018). Staphylococcua aureus menunjukan hasil
positif pada hidrolisis pati, bisa dikarenakan reaksi amilum dengan larutan iodin lugol
mengubah beberapa bagian pada cawan petri menjadi tidak berwarna (Hass & Defago,
2005). Pada bakteri Salmonella typhi menghasilkan negative atau tidak terbentuknya
zona bening akibat bakteri tidak mampu menghasilkan enzim amylase yang memecah
amilum menjadi gula sederhana.
Uji hidrolisis protein dilakukan dengan menggoreskan satu ose biakan bakteri pada
medium Milk Agar. Setelah diinkubasi 48 jam pada suhu 37ºC, disekitar isolat bakteri
yang memiliki aktivitas protease akan terlihat zona bening (Zahidah et al., 2013). Pada
tabel 1 diperoleh data Bacillus cereus, Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan
Salmonella typhi menunjukan hasil negative atau tidak ditandai adanya zona bening
disekitar koloni akibat bakteri tidak mampu menghasilkan enzim protease. Hasil pada
biakan Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus tidak sesuai dengan literature. Hal
ini disebabkan karena Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus termasuk ke dalam
bakteri proteolitik. Bakteri proteolitik merupakan bakteri yang mampu memproduksi
enzim protease yang menyebabkan kasein pada media Milk Agar akan terhidrolisis
menjadi polipeptida dan asam amino yang larut sehingga terbentuk zona bening
(Noviyanti, 2013). Warna jingga pada Staphylococcus aureus disebabkan adanya
produksi Staphyloxanthin akibat adanya pigmen karotenoid. Staphyloxanthin pada
Staphylococcus aureus terdapat antioksidan yang diproduksi oleh sistem kekebalan
tubuhnya yang berguna untuk membantu apabila mikroba untuk menghindari
reaktifnya oksigen (Sabet et al., 2007).
Uji fermentasi karbohidrat dilakukan dengan menginokulasikan bakteri ke media
glukosa, laktosa, dan sukrosa selama 48 jam pada temperatur 35°C. Menurut Pangestu
et al (2014), reaksi positif terjadi perubahan warna pada media dari merah menjadi
warna kuning. Pada media glukosa juga terbentuk gelembung pada tabung durham
yang diletakan terbalik didalam tabung media, artinya hasil fermentasi berbentuk gas.
sama halnya dengan larutan sukrosa dan laktosa dikatakan positif apabila terjadi
perubahan warna menjadi warna kuning. Sesuai dengan hasil tabel 1 pada media
glucose phenol tube diperoleh hasil positif yang ditandai dengan perubahan warna
indicator menjadi kuning dan terdapat gas. Pada media sukrosa phenol tube diperoleh
hasil negatif pada bakteri E.Coli, B. Cereus, dan S. typhii, karena tidak terjadi
perubahan warna. Sementara itu, hasil positif ditunjukkan pada bakteri S. aureus.
Medium laktosa phenol tube diperoleh hasil positif pada bakteri E.Coli dan S. aureus,
yaitu adanya perubahan warna, dari warna merah menjadi warna kuning. Hal ini
menandakan bahwa bakteri itu membentuk asam dari fermentasi laktosa, sedangkan
bakteri B. Cereus dan S. typhii tidak berubah warna. Perubahan warna yang terjadi
pada fermentasi karbohidrat disebabkan menurunya pH (Lay, 1994). Menurut
Cappucino & Sherman (1983), bakteri dapat melakukan fermentasi karbohidrat untuk
memproduksi asam organic dan gas karbondioksida dan hydrogen. Produksi asam
organic pada bakteri dapat terjadi secara aerobic maupun anaerobic (Yali & Dali, 2013).
Menurut Sari & Apridamayanti (2014), uji Methyl – red akan berwarna merah bila
menunjukan reaksi positif. Uji ini bertujuan untuk mendeteksi kemampuan organisme
dalam memproduksi dan mempertahankan produk akhir asam yang stabil dari
fermentasi glukosa (Rahayu & Gumilar, 2017). Reagen Methyl – Red merupakan salah
satu indicator pH, berwarna merah pada pH 4,4 atau kurang dari itu ( Sunarjo, 1994).
Hasil negative pada uji ini akan menunjukan warna kuning (Sari et al, 2019).
Berdasarkan data pada tabel Bacillus cereus dan Salmonella typhi memiliki hasil positif
yang ditandai oleh warna merah. Pada bakteri Escherichia coli tidak dilakukan
pengujian namun, menurut Rahayu & Gumilar (2017), Escherichia coli mempunyai
hasil positif yang ditunjukkan dengan larutan berwarna merah. Pada Staphylococcus
aureus berdasarkan hasil pengamatan mempunyai hasil negative hal ini tidak sesuai
dengan pengamatan yang dilakukan oleh Darmawi et al (2019) yang mengemukakan
Staphylococcus aureus mempunyai hasil positif yang ditunjukkan dengan warna merah.
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh El – Hadeddy & El – Nour
(2012) bahwa Staphylococcus aureus ditemukan positif dalam methyl – red.
Menurut Sunarjo (1994), uji Voges Proskauer (VP) digunakan untuk mendeteksi
adanya acetonin dalam media cair bakteri. Pengujian ini ditambahkan demgan reagen
alphanaftol dan kalium hidroksida dengan kaldu voges Proskauer yang telah
diinokulasi dengan bakteri. Hasil positif ditunjukkan dengan warna merah sementara
hasil negative ditunjukan dengan warna kuning – cokelat atau bening. Berdasarkan
hasil pengamatan hanya biakan bakteri Salmonella typhi yang menunjukan hasil positif
akibat adanya asetonin. Sementara biakan bakteri Bacillus cereus, Escherichia coli,
dan Staphylococcus aureus ditunjukan dengan warna bening atau hasil negative. Uji
ini negatif untuk Escherichia coli yang disebabkan Escherichia coli memfermentasikan
karbohidrat menjadi produk asam dan tidak menghasilkan produk netral seperti
asetonin (Rahayu & Gumilar, 2017). Biakan bakteri Bacillus cerus dan Staphylococcus
aureus tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2016) dan El
– Hadeddy & El – Nour (2012). Menurut Permatasari (2016), Bacillus cereus
mempunyai hasil positif yang ditunjukan warna merah akibat adanya produksi asetonin.
Sementara pada Staphylococcus aureus ditemukan positif mengandung asetonin pada
biakan (El – Hadeddy & El – Nour, 2012)
Uji H2S dilakukan dengan menginokulasikan bakteri ke media TSIA (Tripler
Sugar Iron Agar) atau media KIA (Kligler Iron Agar) selama 7 hari dengan suhu 30 –
35OC. Menurut Pangestu et al (2014) reaksi posited ditandai dengan terbentuknya
endapan hitam. Reaksi negative tidak membentuk endapan berwarna hitam
(Lumantouw et al., 2013). Berdasarkan data pengamatan hanya Salmonella typhi yang
mempunyai hasil positif ditandai adanya warna hitam sepanjang tusukkan walaupun
yang terbentuk hanya sedikit. Bakteri Salmonella sp pada uji H2S menunjukan reaksi
positif yaitu ditunjukan adanya warna hitam atau tanpa hitam (Tantri, 2016). Biakan
bakteri yang dapat menghasilan H2S menyebabkan terbentuknya endapan hitam
didasar media akibat adanya pengendapan yang dilakukan oleh fero sulfide (Cappucino
& Sherman, 2014).
Uji indol adalah salah satu komponen asam amino yang terdapat pada protein,
sehingga asam amino umum digunakan oleh mikroorganisme untuk penguraian protein.
Gugus indol pada media akan menumpuk sebagai produk buangan dan molekul
triptofan (asam piruvat dan NH4+) kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan
zat hara mikroorganisme (Saridewi et al., 2016). Menurut Pangestu et al (2014) pada
uji indol ditambahkan dengan reagent Kovac’s atau Ehrlich. Reaksi positif ditunjukkan
dengan terbentuknya cincin berwarna merah muda pada permukaan media.
Berdasarkan hasil pengamatan Bacillus cereus dan Escherichia coli menunjukan hasil
positif. Sementara biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi
menunjukan hasil negative ditandai tidak adanya cincin berwarna merah pada
permukaan media. Biakan bakteri Escherichia coli mempunyai hasil positif karena
pereaksi indol bereaksi dengan senyawa aldehid yang dimana pada E. coli akan
teroksidasi oleh triptofan sebagai sumber karbonnya. Terdapat ketidaksesuaian data
dengan referensi pada biakan bakteri Bacillus cereus. Menurut Permatasari (2016),
Bacillus cereus bila diuji dengan indol mempunyai hasil negative hal ini diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan oleh Li et al (2015) yang mengemukakan Bacillus
cereus ditemukan negative dalam uji indol. Hasil negative pada uji indol dikarenakan
larutnya senyawa amino benzealdehid dalam air sehingga tidak membentuk warna
merah seperti cincin pada permukaan medianya (Lumantouw et al, 2013).
Menurut Sunarjo (1994), pengujian sitrat bertujuan untuk mendeteksi kemampuan
suatu organisme untuk memanfaatkan satu – satunya sumber karbon sebagai sumber
energy. Apabila bakteri bisa menggunakan sitrat sebagai sumber karbonnya makan
akan mengubah media dari warna hijau akan menjadi warna biru. Biakan Salmonella
typhi berdasarkan pengamatan mempunyai hasil pengamatan berwarna biru. Sementara
biakan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus mempunyai hasil negative
atau media tetap berwarna hijau. Pada biakan bakteri terdapat ketidaksesuain data
dengan referensi. Menurut pengamatan yang dilakukan oleh Dheeba et al (2016)
Staphylococcus aureus mempunyai hasil positif yang dimana media berubah menjadi
warna biru. Sementara pada bakteri Bacillus cereus walaupun tidak melakukan
pengujian berdasarkan referensi mempunyai hasil positif. Escherichia coli tidak
memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon yang ditunjukan tidak adanya perubahan
warna pada media uji sitrat (Rahayu dan Gumilar, 2017). Perubahan warna yang terjadi
dari hijau menjadi biru dikarenakan terdapat peningkatan pH (Lumantouw et al, 2013).
Media Hugh & Leifson’s OF (oksidasi-fermentasi) biasanya digunakan untuk
mengidentifikasi bakteri berbentuk basil, Gram-negatif dan non-fermentasi.
Menggunakan dua tabung dari media karbohidrat yang sama. Satu diisi dengan paraffin
oil untuk mengurangi ketersediaan oksigen, sedangkan yang kedua digunakan tanpa
paraffin oil. Produksi asam dalam tabung terbuka hanya menunjukkan oksidasi
karbohidrat; fermentasi ditunjukkan dengan produksi asam di kedua tabung.
Konsentrasi agar-agar dalam media memungkinkan untuk menentukan apakah
organisme yang diinokulasi bersifat motil (Porres & Stanyon, 1974). Hasil yang
diperoleh yaitu perubahan warna media menjadi kuning, yang menunjukan sifat isolat
memiliki sifar metabolisme fermentatif. Hal ini di sebabkan oleh ketergantungan
bakteri terhadap fermentasi gula sebagai sumber energi utama (Surono, 2004).
Berdasarkan data pengamatan bakteri B. cereus menunjukan bahwa tabung dengan
paraffin oil tidak menunjukkan adanya perubahan, sedangkan pada larutan yang
menggunakan tidak menggunakan parafiin oil terjadi perubahan warna pada larutan
menjadi biru. Pada bakteri E. coli tabung dengan paraffin oil terjadi sedikit perubahan
warna media dari hijau tua menjadi hijau muda sedangkan pada tabung tanpa Paraffin
oil terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi biru, perubahan warna ini
menunjukkan bahwa pada bakteri E. coli menunjukkan hasil positif. Pada bakteri S.
typhi menunjukkan perubahan warna dari hijau tua menjadi biru tua, hal ini
menunjukkan bahwa bakteri S. typhi. Berdasarkan gambar referensi baik bakteri E.coli
maupun S. typhi pada kedua tabungnya menghasilkan warna kuning akibat adanya
ferementasi karbohidrat oleh bakteri sehingga bermetabolisme secara fermentative.
Perubahan warna medium menjadi kuning di kedua tabung menunjukkan fermentasi
sedangkan di tabung terbuka hanya menunjukkan oksidasi. Mikroorganisme tertentu
tidak menggunakan glukosa melainkan memanfaatkan sumber nitrogen, yaitu tryptone.
Dalam kasus seperti itu, media berubah menjadi warna biru karena produksi dari
senyawa alkali (Paudel et al., 2015)
Uji katalase dilakukan untuk mengamati terbentuknya gelembung oksigen pada
isolat setelah penetesan larutan hidrogen peroksida (H2O2) 3%. Menurut Lay (1994),
uji katalase digunakan untuk mengetahui adanya enzim katalase pada isolat bakteri.
Katalase merupakan enzim yang dapat mengkatalisis penguraian hidrogen peroksida
(H2O2) menjadi air dan oksigen (O2). Hasil didapat negatif dengan tidak terbentuknya
gelembung yang berarti isolat tidak mampu menghasilkan enzim katalase. Berdasarkan
data pengamatan semua bakteri mampu memproduksi O2 yang ditandai dengan adanya
gelembung oksigen pada isolate sehingga pada setiap bakteri mampu menghasilkan
enzim katalase.
V. Kesimpulan
Untuk mengidentifikasi suatu bakteri selain mengetahui sifat morfologinya juga
harus mengetahui sifat fisiologi bakteri. Sifat fisiologi dapat diketahui dengan
melakukan uji biokimia. Uji biokimia pada praktikum kali ini meliputi sembilan
pengujian yaitu, uji hidrolisis pati, uji hidrolisis protein, uji fermentasi karbohidrat, uji
Methyl Red, uji VP, uji degradasi tritofan (indol), uji produksi H2S, uji OF dan uji sitrat
serta uji katalase. Menggunakan biakan bakteri dari Bacillus cereus, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. Dari keempat bakteri tersebut
mempunyai hasil yang berbeda – beda tergantung metabolisme selnya.
LAMPIRAN