Anda di halaman 1dari 11

Agroteknosains/Vol. 4/No.

02/Oktober 2020/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598-009

STUDI PENDAHULUAN FERMENTASI DEDAK DAN ONGGOK DENGAN


MENGGUNAKAN KAPANG Rhizopus orizae UNTUK BUDIDAYA CACING
SUTERA (Tubifex sp.)

Mega Trishuta Pathiassana1), Aulia Tri Matasari2), Catur Sriherwanto3)


1, 2)
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Teknologi Sumbawa
3)
Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Email: mega.trishuta@uts.ac.id

Abstrak
Penelitian ini merupakan studi pendahuluan fermentasi dedak dan onggok yang menggunakan
kapang Rhizopus orizae sebagai media budidaya cacing sutera (Tubifex sp.). Cacing sutera sangatlah
penting dalam budidaya perikanan sebagai pakan alami yang biasanya sangat disukai oleh larva dan
benih ikan. Ada 3 jenis air yang digunakan sebagai habitat cacing sutera ini, yaitu air hitam, air
hijau, dan air bersih. Metode yang digunakan adalah perhitungan cawan petri dengan pengenceran
secara berseri dan metode cawan sebar yang dilakukan dengan 3 perlakuan dan 3 kali pengenceran
tanpa ada pengulangan. Perhitungan ini dilakukan agar dapat mengetahui jumlah koloni Rhizopus
oryzae yang terdapat pada inokulum dedak dan onggok yang telah dibuat untuk dijadikan pakan
fermentasi untuk cacing sutera (Tubifex sp.).
Kata kunci: cacing sutera, Rhizopus orizae, Tubifex sp., fermentasi

Abstract
This research is preliminary study about fermentation of bran and tapioca pulp applied Rhizopus
orizae mold as cultivation media of silk worms (Tubifex sp.). Silk worms is very important in
aquaculture as natural feed is usually preferred by larvae and fish seeds. There were 3 kinds of
water used as habitat of the silk worm, such as black water, green water, and clean water. The
method applied is total plate count with serial dilution and spread plate method in 3 treatments and
3 times of dilution without repetition. The calculation to understand the amount of Rhizopus orizae’s
colony in bran and tapioca pulp’s inoculum had been made being fermentation feeds for silk worms
(Tubifex sp.).
Keywords: silk worms, Rhizopus orizae, Tubifex sp., fermentation

PENDAHULUAN untuk dibudidayakan karena memiliki


Cacing sutera (Tubifex sp.) merupakan kemampuan untuk hidup pada densitas
pakan alami yang kebutuhannya sangat yang tinggi dan kesanggunpan bertahan
penting dalam budidaya perikanan, pada lingkungan dengan kelarutan oksigen
terutama pada pemeliharaan larva dan yang sangat rendah. Biota ini juga
benih. Cacing ini lebih mudah dicerna dan menunjang pertumbuhan, memperpanjang
mengandung nutrisi berupa kadar air masa reproduksi, dan menstimulasi
11,21%; protein kasar 64,47%; lemak kasar pemijahan ikan (Oz, dkk., 2015). Warna
17,63%; abu 7,84%; dan bahan ekstrak tubuhnya dominan kemerah-merahan
tanpa nitrogen (BETN) 10,06% (Wijayanti, dengan ukuran yang sangat ramping dan
2010). Habitatnya berada di dasar perairan halus, serta panjang 1-2 cm. Cacing ini
tawar yang jernih, belumpur, dan sangat senang hidup berkelompok atau
mengandung bahan organik, serta mencari bergerombol, karena masing-masing
makan dengan cara membenamkan individu berkumpul menjadi koloni yang
kepalanya masuk ke dalam lumpur untuk sangat sulit diurai dan saling berkaitan satu
mendapatkan bahan organik yang telah sama lainnya.
terurai dan mengendap. Permintaan pakan alami cacing sutera
Cacing sutera tergolong ke dalam semakin meningkat pesat menyebabkan
Ologochaeta yang telah menjadi incaran harga cacing sutera semakin mahal. Hal ini
10
Agroteknosains/Vol. 4/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598-009

tentunya dapat menjadi prospek di masa petri, tabung, rak tabung, alumunium foil,
depan. Kebutuhan cacing sutera sebagai sill, parafilm, pipet, pipet tip, autoclap, dan
salah satu pakan alami untuk budidaya batang L, baki (nampan), sendok, baskom
perikanan dari waktu ke waktu terus kecil, timbangan, timbangan analitik, gelas
memperlihatkan peningkatan. Kenaikan itu ukur, wadah, plastik, binder clip, saringan,
bisa terjadi, karena cacing sutera menjadi dan oven.
salah satu pakan alami yang digunakan para Sedangkan, bahan yang digunakan
pembudidaya di seluruh Indonesia dalam penelitian ini adalah Rhizopus
(Wahyuningsih. 2001). Tubifex sp. saat ini oryzae, air, media agar, aquades, dedak,
belum banyak dibudidayakan, sehingga onggok, black water, green water, dan air
bergantung pada hasil tangkapan dari bersih.
perairan umum. Sedangkan, keberadaan
Tubifex sp. dialam tidak menentu, karena Cara Kerja
dipengaruhi oleh faktor musim dan keadaan Pembuatan Inokulum
lingkungan (Muria, 2011). 1. Skala Cawan Petri
Selama ini budidaya cacing sutera Dedak ditimbang sebanyak 75g dan
hanya dilakukan dengan cara membuat onggok sebanyak 40g, dicampurkan dengan
media tempat hidupnya dari limbah organik kapang sebanyak 2% (0,8g) hingga merata.
kotoran burung puyuh yang dikombinasi- Kemudian, ditambahkan air pada dedak
kan dengan kotoran ayam dan sebanyak 60ml dan onggok sebanyak 30ml,
menggunakan tiga pakan tambahan, yaitu lalu diaduk hingga tercampur rata. Setelah
ampas tahu, tepung limbah udang, dan semua bahan telah tercampur rata,
dedak menggunakan efektif mikro- kemudian dimasukkan ke dalam cawan
organisme-4 (EM-4). Efektif mikro- petri masing-masing dibagi 3 buah cawan
organisme-4 (EM-4) merupakan hasil petri. Setelah itu, dimasukkan ke dalam
fermentasi dari bahan-bahan organik yang inkubator untuk diinkubasi dengan suhu
berwarna cokelat kekuning-kuningan 31°C selama 48 jam.
berwujud cair dan beraroma manis asam Setelah 48 jam, inokulum
(segar) yang di dalamnya terkandung dikeluarkan dari cawan petri dan diletakkan
campuran dari beberapa mikroorganisme pada nampan. Kemudian, dikeringkan di
hidup yang bermanfaat dan menguntungkan dalam oven dengan suhu 40°C selama 24
(Wididana, 1994). jam untuk dikeringkan. Inokulum yang
sudah kering kemudian dihaluskan
METODE DAN PELAKSANAAN menggunakan blender dan dimasukkan
Alat dan Bahan dalam plastik.
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu erlenmayer, cawan

Gambar 1. Produksi Inokulum Skala Cawan Petri

2. Skala Baki (Nampan) diaduk hingga tercampur rata. Semua bahan


Onggok ditimbang sebanyak 200g, yang telah dicampur rata dimasukkan ke
kemudian dicampurkan dengan kapang dalam baki (nampan) dan ditutup
sebanyak 2% (4g) hingga merata. Lalu, menggunakan plastik, serta di setiap sudut
ditambahkan air sebanyak 400ml dan dijepit dengan menggunakan binder clip.
11
Agroteknosains/Vol. 4/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598-009

Setelah itu, dimasukkan ke dalam inkubator Kemudian, dimasukkan ke dalam oven


untuk diinkubasi pada suhu 31°C selama 48 dengan suhu 40°C selama 24 jam untuk
jam. dikeringkan. Inokulum yang sudah kering
Setelah 48 jam, inokulum dihaluskan menggunakan blender dan
dikeluarkan dan dibuka plastiknya. dimasukkan dalam plastik.

Gambar 2. Produksi Inokulum Skala Nampan (Baki)

Membuat Tempat Hidup Cacing Sutera air hitam (black water), air hijau (green
Wadah plastik yang berukuran water), dan air bersih (clean water) masing-
30x20x10cm diisi dengan 3 jenis air, yaitu masing 1,5L kemudian nyalakan aerator.

Gambar 3. Tempat Hidup Cacing Sutera

Pemberian Pakan untuk Cacing Sutera Lihat pengaruh pakan fermentasi


(Tubifex sp.) tersebut terhadap cacing sutra dengan cara
Pemberian pakan cacing sutera, yaitu menimbang cacing sutera dalam beberapa
dengan cara timbang pakan yang akan hari yang sudah diberi pakan fermentasi
diberikan (pakan yang diberikan cacing tersebut. Bandingkan dengan berat awal
sutera inokulum yang dibuat dengan skala cacing sutera sebelum diberi pakan
petri), kemudian masukkan cacing sutera fermentasi. Setelah satu minggu, air tempat
dan letakkan di salah satu pojok wadah. hidup cacing sutera diganti dengan cara
Campur pakan yang sudah ditimbang membuang air yang ada di dalam wadah
dengan sedikit air supaya bisa tenggelam, sebanyak 500ml dan diganti dengan air
kemudian letakkan di salah satu pojok bersih sebanyak 500ml supaya tetap terlihat
wadah yang berhadapan dengan cacing jernih dan cacing sutra mudah terlihat dan
sutra. Amati durasi/waktu cacing sutera diamati.
menghampiri pakan dan perilaku cacing
sutera terhadap pakan fermentasi tersebut.

12
Agroteknosains/Vol. 4/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598-009

Gambar 4. Memberi Pakan Cacing Sutera (Tubifex sp.)

Hitung Cawan Petri (Tota Plate Count) Pengenceran sampel dengan


Langkah-langkah dalam konsenrasi ¹), diambil 1gr sampel dan
menghitung cawan petri ialah pertama- dicampurkan ke dalam tabung yang
tama dilakukan pengenceran dengan telah diisi dengan aquades, kemudian
menyiapkan 6 buah cawan petri, 8 buah diportex. Ambil 1ml sampel
tabung reaksi beserta tutupnya, dan 2 menggunakan pipet dari tabung a¹),
tutup tabung (tanpa tabungnya). dimasukkan ke dalam tabung b²), dan
Kemudian, 8 buah tabung reaksi diisi diencerkan pula dengan aquades 9ml,
dengan aquades masing-masing 9ml dan diportex. Ambil 1ml dari tabung
lalu ditutup. Siapkan cawan petri, b²) dan dimasukkan ke dalam tabung
tabung yang sudah diisi aquades dan c³). Selanjutnya, diencerkan dengan
pipet tip yang akan digunakan, 9ml aquades kemudian diportex. Ambil
selanjutnya dimasukkan ke dalam 1ml dari tabung c²) dimasukkan ke
autoklaf untuk disterilisasi. Lalu, dalam tabung d4), kemudian diencerkan
masukan ke dalam oven. Timbang dengan 9ml aquades dan diportex.
inokulum dedak dan onggok sebanyak Sampel pada tabung b, c, dan d dipipet
1gr. Kemudian dimasukkan ke dalam ke dalam cawan petri yang sudah
tutup tabung secara terpisah, masing- terdapat 25ml nutrien agar menjadi
masing ditutup dengan menggunakan sebanyak 0,1ml. Lalu, diratakan
parafilm. Setelah itu, timbang sampai menggunakan batang L Rod. Apabila
sebanyak 2,25gr dan dimasukkan ke sudah rata, ditutup rapat dan simpan di
dalam erlenmayer, serta tambahkan dalam inkubator lalu diletakkan secara
aquades sebanyak 150ml. Lalu, diaduk terbalik supaya uap air selalu di bawah
menggunakan alat pengaduk hingga dan tidak terjadi kontaminasi.
merata.

Gambar 5. Teknik Serial Delution


13
Agroteknosains/Vol. 4/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598-009

Perhitungan cawan petri (total plate dibuat untuk dijadikan pakan fermentasi
count) dengan pengenceran secara berseri untuk cacing sutera (Tubifex sp.).
(serial dilution) dengan metode sebar
(spread plate) ini dilakukan dengan 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
perlakuan dan 3 kali pengenceran tanpa ada Pengamatan Cacing Sutra (Tubifex sp,)
pengulangan. Perhitungan ini dilakukan Hasil pengamatan cacing sutera
agar dapat mengetahui jumlah koloni sebagaimana yang disajikan pada Tabel 1.
Rhizopus oryzae yang terdapat pada
inokulum dedak dan onggok yang telah

Tabel 1. Hasil Pengamatan Cacing Sutera


Hari Ke- Posisi Cacing Warna Air Pakan
Hari ke-0 Cacing berpindah dari pojok Kekuningan Masih utuh dan belum
menghampiri aerator secara tetapi jernih. menyebar.
bergerombolan dan saling
mengikat.
Hari ke-3 Cacing mulai menyebar mencari Kekuningan Sudah dihampiri
pakan. Terlihat ada beberapa tetapi jernih. (walaupun ada beberapa).
kelompok cacing dan terlihat
ada pakan di setiap
kelompok.
Hari ke-4 Cacing tidak meninggalkan Kekuningan Dihampiri oleh cacing dan
pakan, terlihat ada beberapa tetapi cukup menetap di tempat pakan.
kelompok cacing yang terlihat jernih dan
sedang menggerombol di berkurang.
pakan.
Hari ke-5 Cacing berada di atas pakan. Kekuningan Terlihat sangat berkurang
cukup jernih dan terdapat
dan cekungan.
berkurang.
Hari ke-6 Cacing sutra meninggalkan Kekuningan Pakan masih
pakan menghampiri jenih, belum
aerator karena air menyebar tetapi terlihat
(menyebar). diganti. berkurang.
Hari ke-7 Cacing terlihat berpisah dan Kekuningan Pakan terlihat menyebar
terdapat beberapa kelompok jernih. dan setiap tempat pakan
dan menyebar. terlihat dihampiri oleh
koloni cacing.
Hari ke-10 Cacing membentuk beberapa Kekuningan Setiap permukaan pakan
kelompok dan ada pula yang cukup jernih terdapat cacing sutra baik
menyebar. dan yang berkoloni maupun
berkurang. yang menyebar
individu.
Hari ke-11 Cacing membentuk beberapa Kekuningan Setiap permukaan pakan
koloni. cukup jernih di tempati oleh koloni
dan cacing
berkurang. sutra.

14
Agroteknosains/Vol. 4/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598-009

Hari ke-12 Cacing terdapat beberapa Kekuningan Setiap permukaan pakan


koloni. cukup jernih terdapat koloni cacing.
dan
berkurang.
Hari ke-13 Terdapat lebih banyak dari Kekuningan Gumpalan pakan habis
hari sebelumnya. keruh dan dimakan cacing.
berkurang.

Hari ke-14 Cacing dipisahkan dengan Keruh. Gumpalan terlihat habis.


kotoran- kotoran sisa pakan
karena cacing akan
ditimbang.

Perhitungan pengaruh pakan kotoran lainnya, karena diketahui bahwa


fermentasi terhadap pertumbuhan cacing cacing sutera itu hidupnya di tempat-tempat
sutera: yang kotor, seperti di got dan tempat kotor
Pengaruh pakan = Berat akhir – Berat awal lainnya. Akan tetapi, pada percobaan ini
= T1 – T0 hanya menggunakan pakan fermentasi
= 3,43g – 5g dengan menggunakan kapang Rhizopus
= -1,57g orizae untuk menambah nutrisi cacing sutera
Tabel 1 menguraikan hasil untuk benih-benih ikan dengan
pengamatan cacing sutera selama 2 minggu. mengombinasikan 3 jenis air saja, yaitu air
Cacing sutera yang diberi pakan fermentasi hitam (black water), air hijau (green water),
dengan menggunakan kapang Rhizopus dan air bersih (clean water) yang dapat
orizae bertujuan untuk mengetahui pengaruh dikatakan sangat cocok untuk budidaya
pakan fermentasi terhadap pertumbuhan dan cacing sutera, di mana diketahui pH air yang
perkembangan cacing sutera tersebut. Dari cocok untuk hidup cacing sutera ialah 6-8.
hasil pengamatan selama 2 minggu, cacing Sedangkan, pH kombinasi dari 3 jenis air
sutera terlihat dapat menyesuaikan diri yang digunakan pada percobaan ini ialah 7,9.
dengan lingkungan, baik air, pakan, ataupun Kemudian, pengaruh pakan
tempat hidupnya, seperti percobaan yang fermentasi terhadap cacing sutera yang di
dilakukan ini. Setiap hari pengamatan, mana berat awal 5g dan berat akhir 3,43g.
mereka terlihat terpisah-pisah yang biasanya Pada percobaan ini, berat cacing sutera terjadi
hidup secara bergerombolan, saling mengikat kekurangan 1,57g dari berat cacing sutera
tidak mau berpisah, dan sulit dipisahkan. sebelum diberi pakan fermentasi. Terjadinya
Namun pada percobaan ini, cacing sutera pengurangan berat terhadap cacing sutera ini
dapat memisahkan diri dan menyebar belum diketahui penyebabnya.
membuat beberapa koloni dari satu koloni ke
setiap permukaan yang terdapat pakan yang Pengamatan Sampel Onggok
tadinya jauh dari posisi mereka. Data hasil pengamatan sampel
Cacing sutera yang biasanya onggok sebagaimana yang disajikan pada
dibudidaya dengan media ampas tahu, Tabel 2.
kotoran ayam, kotoran puyuh, dan kotoran-

Tabel 2. Data Pengamatan Sampel Onggok


Pengenceran Perlakuan Hasil
Setiap 1ml sampel yang sudah diencerkan
2 dengan aquades 9ml, kemudian disebar ke
media agar.

15
Agroteknosains/Vol. 4/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598-009

Setiap 1ml sampel yang sudah diencerkan


3 dengan aquades 9ml, kemudian disebar ke
media agar.

Setiap 1ml sampel yang sudah diencerkan


4 dengan aquades 9ml, kemudian disebar ke
media agar.

Pengamatan Sampel Dedak sebagaimana yang disajikan pada Tabel 3.


Data hasil pengamatan sampel dedak

Tabel 3. Data Pengamatan Sampel Dedak


Pengenceran Perlakuan Hasil
Setiap 1ml sampel yang sudah diencerkan
2 dengan aquades 9ml, kemudian disebar ke
media agar.

Setiap 1ml sampel yang sudah diencerkan


3 dengan aquades 9ml, kemudian disebar ke
media agar.

Setiap 1ml sampel yang sudah diencerkan


4 dengan aquades 9mLl, kemudian disebar
ke media agar.

Koloni Sampel Onggok perhitungan. Dalam penelitian ini


Kisaran yang paling tepat dalam dilakukakan 3 kali pengenceran yang mana
menghitung koloni pada cawan adalah 30- hasilnya, sebagai berikut:
300 koloni per cawan. Jika koloni < 30, Data hasil pengamatan koloni
maka tidak dimasukkan ke dalam sampel onggok sebagaimana yang disajikan
16
Agroteknosains/Vol. 4/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598-009

pada Tabel 4.
Tabel 4 Perhitungan Koloni Sampel Onggok

Pengenceran Jumlah Koloni


(Jam)

24 48 72 144

2 0 ∞ ∞ ∞

3 2 13 101 198

4 0 17 31 46

Rumus: N = V x n x 1/f Jadi, rata-rata koloni Rhizopus pada cawan


Pengenceran³ (72 jam jumlah koloni, petri dengan sampel onggok adalah jumlah
101ml) = 10. 100 koloni/ml rata-rata = 10.100 + 19.800 + 31.000 + 46.000
Pengenceran³ (144 jam jumlah / 4 = 26,725 koloni/ml.
koloni, 198ml) = 19.800 koloni/ml
Pengenceran4 (72 jam jumlah koloni, Koloni Sampel Dedak
31ml) = 31.000 koloni/ml Data hasil pengamatan koloni sampel
Pengenceran4 (144 jam jumlah koloni, dedak sebagaimana yang disajikan pada
46ml) = 46.000 koloni/ml Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan Koloni Sampel Dedak

Pengenceran Jumlah Koloni


(Jam)

24 48 72 144

2 2 13 40 54

3 0 1 1 2

4 0 0 0 0

Rumus: N = V x n x 1/f di atas permukaan agar dalam cawan petri.


Pengenceran² (72 jam Digunakan metode penyebaran ini, karena
jumlha koloni, 40 ml) lebih efektif dalam perhitungan cawan petri
= 400 koloni/ml dan bakteri dapat tersebar merata ke seluruh
Pengenceran² (144 jam jumlah koloni, 54 cawan dengan minimnya penumpukan,
ml) = 540 koloni/ml tetapi risiko terkena kontaminannya tinggi.
Jadi, rata-rata koloni Rhizopus pada cawan Pertama kali yang dilakukan adalah
petri dengan sampel onggok adalah jumlah pengenceran sampel sebanyak 3 kali
rata-rata = 400 + 540 / 2 = 470 koloni/ml. dengan perbandingan 1:10. Pengenceran
Metode penyebaran (spread plate dilakukan dengan memindahkan sampel
method) dilakukan dengan cara menggunakan pipet sebanyak 1 ml ke
menyebarkan sampel yang telah diencerkan dalam tabung reaksi yang berisi aquades

17
Agroteknosains/Vol. 4/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598-009

steril 9 ml. Dilakukan 3 kali pengenceran, perhitungan koloni pada cawan petri
yaitu 2, 3, dan 4. didapatkan rata-rata koloni Rhizopus
Pada saat pemindahan sampel, dengan sampel dedak adalah 470 koloni/ml.
dilakukan di dekat api supaya steril dari Dari hasil di atas, sesuai dengan
kontaminasi. Sterilisasi adalah proses penelitian yang dikerjakan, yaitu semakin
mematikan semua mikroorganisme dengan tinggi pengenceran, maka semakin banyak
pemanasan yang bertujuan untuk koloni yang terdapat. Lalu, semakin rendah
membebaskan bahan dari semua mikroba pengenceran, maka semakin sedikit koloni
perusak. Kemudian, sampel yang sudah yang muncul.
diencerkan dimasukkan ke dalam cawan
petri sesuai dengan pengencerannya, yaitu KESIMPULAN DAN SARAN
2, 3, dan 4 sebanyak 0,1 ml. Setelah larutan Kesimpulan
sampel sudah berada pada cawan petri, Berdasarkan penelitian dan
selanjutnya homogenkan supaya bakteri pengamatan yang dilakukan, dapat ditarik
tersebar secara merata. kesimpulan bahwa kualitas pakan
Dari hasil inkubasi diperoleh fermentasi yang dijadikan pakan untuk
koloni Rhizopus orizae pada setiap cawan cacing sutera dipengaruhi oleh
petri ada sampel onggok pengenceran2 pengurangan berat yang terjadi belum
dengan waktu inkubasi selama 24 jam diketahui penyebabnya. Namun, kombinasi
masih belum terlihat, kemudian inkubasi air yang digunakan pada percobaan ini
48, 72, dan 144 jam jumlah koloni sudah sangat cocok untuk budidaya atau
tidak bisa untuk di hitung pengenceran³ pertumbuhan cacing sutra. Hal ini
dengan waktu inkubasi selama 24 jam dikarenakan oleh tempat hidup cacing
didapatkan 2 koloni, inkubasi 48 jam sutera, yaitu pH air 6-8. Sedangkan, pH
didapatkan sebanyak 13 koloni, inkubasi kombinasi air yang digunakan pada
selama 72 jam didapatkan koloni sebanyak percobaan ini adalah 7,9.
101 dan inkubasi selama 144 jam Dapat dilakukan pengenceran serial
didapatkan koloni sebanyak 198 koloni. dengan menggunakan dua sampel, yaitu
Pengenceran4 dengan waktu inkubasi onggok dan dedak dengan pengenceran 2,
selama 24 jam masih belum terlihat, 3, 4 , dan ditambahkan aquades 9 ml
inkubasi selama 48 jam didapatkan koloni dengan metode hitungan cawan petri
sebanyak 17, inkubasi selama 72 jam dengan metode sebar yang didapatkan
didapatkan koloni sebanyak 31, dan perhitungan koloni pada pengenceran³
inkubasi selama 144 jam didapatkan koloni sampel onggok dengan inkubasi selama 72
sebanyak 46 koloni. Sehingga, perhitungan dan 144 jam, lalu pada pengenceran dengan
koloni pada cawan petri didapatkan rata- inkubasi selama 72 dan 144 jam.
rata koloni Rhizopus dengan sampel onggok Didapatkan rata-rata koloni Rhizopus pada
adalah 26.725 koloni/ml. sampel onggok adalah 26.725 koloni/ml,
Sedangkan, pada sampel dedak sedangkan pada pengenceran sampel dedak
pengenceran² dengan waktu inkubasi koloni terdapat hanya pada pengenceran²
selama 24 jam didapatkan koloni sebanyak dengan lama inkubasi 72 dan 144 jam.
2 koloni, inkubasi selama 48 jam didapatkan Rata-rata koloni Rhizopus pada sampel
koloni sebanyak 3, inkubasi selama 72 jam dedak adalah 470 koloni/ml.
didapatkan koloni sebanyak 4, dan inkubasi Dari penelitian perhitungan cawan
selama 144 jam didapatkan koloni sebanyak petri (total plate count) dengan konsentrasi
54 koloni. Pada pengenceran³dengan waktu Rhizopus masing-masing sampel yang
inkubasi selama 24 jam koloni belum bisa digunakan adalah 2% dapat dihitung atau
dilihat, inkubasi selama 48 jam didapatkan dilihat tumbuhnya koloni Rhizopus pada
koloni sebanyak 1, inkubasi selama 72 jam media agar adalah pada inkubasi 3 hari ( 72
didapatkan koloni sebanyak 1, dan inkubasi jam).
selama 144 jam didapatkan koloni sebanyak
2 koloni. Pengenceran4 dengan waktu Saran
inkubasi selama 24, 48, 72, dan 144 jam Perlu dilakukan penelitian lebih
koloni Rhizopus tidak terlihat. Sehingga, lanjut mengenai pakan fermentasi untuk

18
Agroteknosains/Vol. 4/No. 02/Oktober 2020/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598-009

dijadikan pakan untuk cacing sutera (Tubifex Aspergillus oryzae dalam Pakan
sp.) dengan mengoptimasikan komposisi dan Komersial terhadap Pertumbuhan Ikan
nutrisi bahan yang digunakan, sehingga Nila (Oreochronis Niloticus Lim.).
pakan fermentasi dapat menyaingi pakan Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
biasa untuk budidaya cacing sutera. Fardiaz, S. 1992. Departemen Pendidikan
Kemudian, tempat percobaannya lebih dan Kebudayaan Direktorat Jendral
dikondisikan supaya tidak terjadi hal yang Pendidikan Tinggi Pusat Antar
tidak diinginkan pada percobaan ataupun Universitas Pangan dan Gizi.
pengamatan yang sedang dilakukan. Mikrobiologi Pangan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Hadiroseyani, Y. 2003. Potensi Oligochaeta
Amanta, R., Usman, Syammaun., Lubis, sebagai Inang antara Parasit
M., Kurnia, R. 2015. Pengaruh Myxosporea pada Ikan Mas (Cyprinus
Kombinasi Pakan Alami dengan Pakan carpio Linnaeus).Jurnal Akuakultur
Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Indonesia Institut pertanian Bogor.
Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus). Bogor. 2 (1): 37-39.
Sumatera Utara. Hamdat, Hasniah, N. 2010. Pengaruh Lama
Amir, K., dan Khairuman. 2003. Membuat Fermentasi Menggunakan Rhizopus
Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia Oryzae Protein Kasar dan Serat Kasar
pustaka.Tanggerang. 45 hal. Ampas Sagu (Metroxilon Rumphii).
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Unggas. Cetakan kedua.Penerbit Pakan.Skripsi. Institut Pertanian Bogor,
PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Bogor.
Antika, R., Hudaidah, S., dan Limin, S. Lingga, P., dan Susanto, H.(1989). Pakan
2014 Penggunaan Tepung Onggok Ikan.Jakarta : Penebar Swadaya.
Singkong yang Difermentasi Rhizopus Meilisza, N. 2003. Efisiensi Pemberian
sp sebagai Bahan Baku Pakan Ikan Nila Pakan pada benih Ikan Patin (Pangasius
Merah (Oreochronis Niloticus).E-Jurnal pangasius) dalam Sistem Keramba
Rekayasa dan Teknologi Budidaya Saluran Cibalok, Bogor. [Skripsi].
Perairan. Vol 2, No. 2, ISSN:2303-3600. Departemen Budidaya Perairan,
Bidura, I.G.N.G. 2007.Aplikasi Produk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Bioteknologi Pakan ternak.Penerbit Institut Pertanian Bogor.
Udayana University Press.Denpasar. Mujiman, A. 1991.Makan Ikan. Penebar
Dani, N.P, Budiharja, A., Listiawati, S. Swadaya : Jakarta.,
2005. Kombinasi Pakan Buatan Untuk Muria, E. S., Masithah, E.D., dan Mubarak,
Meningkatkan Pertumbuhan dan S.. 2011. Pengaruh Penggunaan Media
Kandungan Protein Ikan Tawes (Puntius dengan Rasio C:N yang Berbeda
javanicus Blks).Biosmart. ISSN: 1411- terhadap Pertumbuhan Tubifex. Jurnal
32IX. Vol 7 No 2. Hal 83-90: Surakarta. Kelautan dan Perikanan Universitas
Pengkajian Teknologi Pertanian Airlangga. Universitas Airlangga.
Bengkulu. Semarang.
Darmawiyanti, V. 2005.Formulasi dan Nugroho, Bangun, S. 2016. Kajian Limbah
Proses Pembuatan Pakan Buatan.Bahan Padat Pengolahan Tepung Tapioka
Presentasi Pada Pelatihan Teknis (Onggok) Sebagai Bahan Apung Pada
Teknologi Produksi Pakan Alami dan Komposisi Pakan Ikan Lele
Buatan Skala Rumah Tangga, BBAP (Pelet).Agronomika. ISSN: 1693-0142.
Situbondo. Situbondo. Vol 11, No 01.
Dharmawan, B. (2010). Usaha Pembuatan Oz, M., Bahtiyar, M., Sahin, D., Karsli, Z.,
Pakan Ikan Konsumsi. Yogyakarta : Oz, U. 2015. Using White Worm
Pustaka Baru Press. (Enchytraeus spp.) as a Life Feed in
Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Aquarium Fish Culture. Journal of
Kanisius.Yogyakarta.87 Hal. Academic Documents for Fisheries and
Eliyana, P. 2011. Pengaruh Penambahan Aquaculture, Vol. 1: 165-168.
Ampas Kelapa Hasil Fermentasi

19
Agroteknosains/Vol. 4/No. 01/Mei 2020/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598-009

Singh, R.K, Chavan, S.L., Sapkale, P.H.


2007. Heavy Metal Concentrations in
Water, Sediments and Body Tissues
of Red Worm (Tubifex spp.)Collected
from Natural Habitats in Mumbai,
India. Environ Monit Assess, Vol.
129: 471– 481.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia:
Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I
Fakultas Bioeksakta. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 641 hlm.
Utami, Y. 2011. Pengaruh Imbangan
Feed Suplemen terhadap Kandungan
Protein Kasar, Kalsium dan Fosfor
Dedak Padi Yang Difermentasi
dengan
Bacillusamyloliquefaciens.Skripsi.
Fakultas Peternakan Universitas
Andalas, Hal:32. Padang.
Wahyuningsih, T. 2001. Budidaya Pakan
Alami Untuk Ikan. PT Penebar
Swadaya, Jakarta.
Wididan, G.N. 1994. Application of
Effective Microorganism (EM) and
Bokashi on Natural Farming. Bulletin
Kyusei Nature farming 03 (2) 47-54.
Wijayanti, K. 2010. Pengaruh Pemberian
Pakan Alamai yang Berbedaterhadap
Sintasan dan Pertumbuhan Benih Ikan
Palmas (Polypterus senegalus
senegalus Cuvier, 1829).Skripsi
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam departemen
Biologi Akuakultur. Universitas
Indonesia. Depok.59 hlm.

20

Anda mungkin juga menyukai