Anda di halaman 1dari 5

Tugas Rangkuman Geomorfologi

Rangkuman Bab “Weathering and Geomorphology”


Raynald Ariyaputera-12021038

Regolit adalah lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan, baik secara mekanis maupun
kimiawi. Lapisan ini juga mengandung material organik dan sedimen. Regolit mengindikasikan transisi
dari bagian dalam Bumi ke atmosfernya. Dalam geomorfologi, regolit memiliki peran penting dalam
pembentukan permukaan Bumi. Hal ini dikarenakan proses pembentukan regolit melibatkan perubahan
fisik dan kimiawi yang dapat menghasilkan mineral sekunder dan ion terlarut.
Pelapukan
Pelapukan batuan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pelapukan fisika, kimiawi, dan biologis.
Ketiga jenis pelapukan ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Pelapukan fisika adalah pelapukan
batuan yang disebabkan oleh perubahan fisik, seperti perubahan suhu, tekanan, dan gaya gravitasi.
Pelapukan fisika dapat menyebabkan perubahan massa, volume, dan kekuatan batuan. Perubahan-
perubahan ini dapat membuat batuan lebih mudah terlapuk secara kimiawi. Pelapukan kimiawi adalah
pelapukan batuan yang disebabkan oleh reaksi kimia. Reaksi kimia ini dapat mengubah komposisi kimia
batuan. Pelapukan kimiawi dapat terjadi secara cepat atau lambat, tergantung pada kondisi lingkungan.
Pelapukan biologis adalah pelapukan batuan yang disebabkan oleh aktivitas organisme, seperti tumbuhan,
hewan, dan jamur. Aktivitas organisme dapat menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi pada batuan.
Sebagai contoh, akar pohon dapat menggunakan retakan pada batuan untuk tumbuh. Akar pohon juga
dapat menghasilkan karbon dioksida dan senyawa lainnya yang dapat mempercepat pelapukan kimiawi.
Proses Pelapukan
Pelapukan adalah proses perubahan fisik dan
kimiawi batuan yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia,
dan biologis. Pelapukan dapat menciptakan dan
mempengaruhi sifat kimiawi dan fisik dari lapisan
regolit. Aktivitas biologis, seperti tumbuhan, hewan, dan
jamur, dapat mempengaruhi tingkat dan gaya pelapukan
fisik dan kimia. Organisme dapat memecah batuan
secara mekanis, mengkatalis reaksi kimia, dan
menyebabkan perubahan kondisi lingkungan. Proses
pencampuran dan aktivitas biologis pada suatu bahan
induk atau substrat disebut sebagai bioturbasi. Pola dan
tingkat pelapukan kimia dan fisik juga dipengaruhi oleh keberadaan jumlah dan fase air (uap, cair, atau
es). Selain itu, aspek topografi juga dapat mempengaruhi tingkat pelapukan. Pelapukan secara fisik
semakin cepat terjadi ketika berada pada tempat dengan tingkat lereng yang curam. Komposisi mineral
penyusun batuan juga dapat mempengaruhi tingkat pelapukan. Batuan yang mengandung mineral yang
mudah lapuk akan lebih cepat mengalami pelapukan.
Pelapukan Fisik

Pelapukan fisik adalah proses perubahan fisik batuan yang menyebabkan batuan pecah
menjadi kepingan kecil. Pelapukan fisik tidak mengubah komposisi kimia batuan, tetapi
meningkatkan luas permukaan batuan yang terpapar. Hal ini dapat mempercepat proses
pelapukan kimia. Mekanisme umum pelapukan fisik adalah tekanan dan ekspansi termal.
Tekanan dapat menyebabkan batuan patah, sedangkan ekspansi termal dapat menyebabkan
batuan retak.
1. Eksfoliasi
Pengelupasan kulit adalah proses pelapukan batuan
yang menyebabkan batuan pecah menjadi lembaran yang
berorientasi sejajar dengan permukaan tanah. Proses ini
mirip dengan pola fraktur seperti bawang, dengan batuan
pecah di sekitar sendi yang biasanya memiliki ketebalan
sekitar 0,5-1 meter. Pengelupasan kulit terjadi karena dua
faktor utama: Tekanan eksternal, Tekanan dari berat batuan
di atasnya dapat menyebabkan batuan pecah. Pembelahan
air, Air yang membeku dan mencair di dalam batuan dapat
menyebabkan batuan pecah. Lembaran pengelupasan kulit lebih mudah terkikis daripada batuan
yang tidak retak di bawahnya. Oleh karena itu, fraktur lereng-paralel cenderung mengikuti
bentuk topografi saat lembaran berikutnya terbentuk dan terkikis.
2. Freeze-Thaw
Pembelahan akibat pembekuan adalah proses pelapukan batuan yang disebabkan oleh air
yang membeku di dalam batuan. Air yang membeku mengembang sekitar 10%, yang dapat
menyebabkan tekanan yang cukup besar untuk memecah batuan. Pembelahan akibat pembekuan
paling sering terjadi di lingkungan alpine dan polar, di mana suhu sering turun di bawah titik
beku. Air dapat masuk ke dalam batuan melalui retakan atau celah, dan kemudian membeku di
dalamnya. Ketika air membeku, ia mengembang dan menyebabkan tekanan pada batuan.
Tekanan ini dapat menyebabkan batuan pecah, membentuk pecahan kecil yang disebut fraksi.
Pembelahan akibat pembekuan memiliki dampak signifikan pada lingkungan. Proses ini dapat

menyebabkan erosi tanah, pembentukan lereng yang curam, dan pembentukan gua.
3. Ekspansi Termal
Ekspansi termal adalah proses pelapukan batuan
yang disebabkan oleh perubahan suhu. Ketika batuan
dipanaskan, ia mengembang. Jika batuan dipanaskan
secara tidak merata, misalnya karena permukaan batuan
terkena sinar matahari langsung tetapi interiornya tetap
dingin, maka batuan akan mengalami ekspansi termal
yang tidak merata. Ekspansi termal yang tidak merata
ini dapat menyebabkan tekanan yang cukup besar pada
batuan. Tekanan ini dapat menyebabkan batuan pecah, membentuk pecahan kecil yang disebut
fraksi. Ekspansi termal paling sering terjadi di lingkungan yang memiliki perbedaan suhu yang
ekstrim antara siang dan malam. Misalnya, di daerah gurun, batuan dapat dipanaskan hingga
suhu yang sangat tinggi di siang hari, tetapi kemudian menjadi sangat dingin di malam hari.
Ekspansi termal juga dapat terjadi di lingkungan yang terkena sinar matahari secara langsung,
misalnya di daerah pegunungan. Ekspansi termal memiliki dampak signifikan pada lingkungan.
Proses ini dapat menyebabkan erosi tanah, pembentukan lereng yang curam, dan pembentukan
gua.
4. Pengeringan dan Pembasahan
Proses pelapukan batuan yang disebabkan oleh
perubahan kandungan air pada mineral penyusun batuan
disebut sebagai proses hidrasi dan dehidrasi. Proses ini
dapat menyebabkan batuan pecah karena kontraksi yang
terjadi. Proses hidrasi adalah proses penambahan
kandungan air pada mineral penyusun batuan. Proses ini
dapat terjadi karena batuan terpapar air, misalnya karena hujan atau aliran air. Proses dehidrasi
adalah proses pengurangan kandungan air pada mineral penyusun batuan. Proses ini dapat terjadi
karena batuan kehilangan air, misalnya karena penguapan atau penguraian batuan oleh bakteri.
Proses hidrasi dan dehidrasi yang berulang terus menerus dapat menyebabkan batuan yang
awalnya resisten terhadap pelapukan menjadi tidak tahan terhadap pelapukan. Hal ini karena
proses tersebut dapat menyebabkan perubahan struktur dan komposisi mineral penyusun batuan.
Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia terjadi karena mineral dalam batuan terbentuk dalam kesetimbangan
dengan kondisi Bumi yang dalam, tekanan tinggi, suhu tinggi, dan oksigenasi rendah yang mana
sangat berbeda dengan yang ada di permukaan bumi. Ketika mineral ini terkena tekanan yang
relatif rendah, dingin, basah, dan kondisi permukaan yang kaya oksigen, mereka rentan terhadap
dekomposisi kimia dan transformasi.Proses pelapukan kimiawi meliputi proses larutan (dari fase
padat ke fase terlarut), oksidasi, (kehilangan elektron), reduksi (mendapatkan elektron),
hidrolisis, pertukaran ion (pertukaran ion pada permukaan mineral), dan pembentukan mineral
sekunder baru seperti tanah liat dan oksida hidrat, yang lebih stabil di permukaan bumi daripada
mineral asal.
1. Mineral Stability (Kestabilan Mineral)
Stabilitas mineral terhadap pelapukan
dipengaruhi oleh komposisi penyusun mineral tersebut.
Mineral dengan kandungan silika yang tinggi lebih
tahan terhadap pelapukan dibandingkan dengan mineral
dengan kandungan silika yang rendah. Hal ini karena mineral dengan kandungan silika yang
tinggi memiliki struktur yang lebih kuat dan tidak mudah larut dalam air. Stabilitas mineral juga
berkaitan dengan keresistenan batuan terhadap pelapukan. Batuan yang tersusun dari mineral-
mineral yang tahan terhadap pelapukan akan lebih resisten terhadap pelapukan.
2. Oksidasi dan Reduksi
Oksidasi dan reduksi adalah proses kimia yang berkaitan dengan transfer elektron.
Oksidasi adalah proses pelepasan elektron, sedangkan reduksi adalah proses penerimaan
elektron. Batuan dan mineral tertentu dapat teroksidasi ketika mereka terkena air tanah yang
kaya oksigen, langsung ke atmosfer, atau gas di pori-pori tanah. Oksidasi dapat menyebabkan
perubahan warna batuan, pembentukan mineral baru, dan pelepasan unsur-unsur yang mudah
larut. Kondisi reduksi, di mana oksigen tersedia dalam jumlah terbatas, dapat mencegah oksidasi.
Kondisi ini sering ditemukan di perairan miskin oksigen dengan banyak bahan organik, seperti
rawa dan rawa gambut. Kondisi reduksi dapat menghambat peluruhan organik dan pelapukan
batuan.
3. Solution (Pelarutan)
Laju aliran dan keasaman air pori adalah dua faktor utama yang
menentukan jumlah pelarutan yang terjadi pada tanah, sedimen, atau batuan di
lingkungan pelapukan. Pelapukan kimia dan proses biologis, seperti respirasi
dan dekomposisi, dapat mengubah pH air yang bergerak melalui tanah dan
regolith. Pembubaran mineral dapat meningkatkan ruang pori, yang pada
gilirannya dapat meningkatkan volume air yang meresap, asam tanah, oksigen,
dan bakteri yang bergerak ke dan melalui regolith.
4. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang terjadi antara air dan mineral pembentuk batuan. Air
terurai menjadi ion hidrogen (H+) dan ion hidroksida (OH-). Ion hidrogen kemudian bereaksi
dengan mineral pembentuk batuan untuk membentuk mineral baru. Hidrolisis merupakan salah
satu proses pelapukan kimia yang penting. Proses ini dapat memecah batuan dan mengubah
mineral silikat menjadi mineral sekunder. Mineral silikat adalah mineral yang paling banyak di
kerak bumi.
5. Pembentukan Mineral Lempung
Mineral lempung adalah mineral sekunder yang terbentuk dari pelapukan mineral primer.
Mineral lempung memiliki stabilitas kimia yang tinggi di bawah kondisi permukaan bumi,
sehingga dapat bertahan lama dan menjadi bagian utama penyusun tanah.

Penerapan Aplikasi
Pelapukan adalah proses geologi yang penting bagi kehidupan masyarakat dan proses
alam. Proses ini menyebabkan batuan yang keras menjadi pecah-pecah dan bertransformasi
menjadi mineral sekunder dan unsur-unsur yang terlarut. Pelapukan mempengaruhi jenis dan
tingkatan proses geomorfologi, yang membentuk topografi suatu wilayah. Selain itu, mineral-
mineral yang berasosiasi dengan batuan yang terlapuk dapat dimanfaatkan secara ekonomis oleh
masyarakat sekitar. Pelapukan juga menyediakan mineral penting di kehidupan modern, seperti
mineral nikel yang berasosiasi dengan mineral lempung dan mineral unsur tanah jarang (REE)
yang sedang banyak dicari untuk berbagai kebutuhan industri.

Anda mungkin juga menyukai