Anda di halaman 1dari 22

1 Pelapukan

A. Pengertian Pelapukan
Pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya batuan. Penghancuran batuan disebabkan oleh
gaya eksogenik baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Secara umum pelapukan batuan dibagi
menjadi 3, yaitu: pelapukan fisik atau mekanik, kimiawi, dan organis. Adapun penjelasan dari
ketiga pelapukan tersebut sebagai berikut.
1. Pelapukan fisik (mekanik)
Proses penghancuran terhadap batuan di permukaan bumi akibat per-gantian suhu. Pada siang
hari suhu udara sangat panas, sedangkan pada malam hari dingin. Penghancuran batuan juga bisa
diakibatkan oleh turunnya hujan yang banyak membawa berbagai zat kimia, sehingga menjadi
batuan yang retak dan pecah, kemudian menjadi butiran kecil dan akan menjadi tanah. Contoh
batuan pecah dapat dilihat pada gambar 8.1.
Pelapukan ini disebut juga pelapukan mekanis, karena prosesnya berlangsung secara mekanis.
Pelapukan fisis terjadi karena hal-hal sebagai berikut.
a. Perubahan suhu
Batuan dapat hancur karena perbedaan suhu yang besar. Peristiwa ini terjadi terutama pada
daerah beriklim kontinental atau gurun. Di daerah gurun suhu pada siang hari dapat mencapai
45oC dan di malam hari dapat turun hingga -4oC. Perbedaan suhu tersebut akan membuat batu
memuai dan menyusut. Jika hal demikian terjadi terus-menerus, maka batu besar dapat retak dan
pecah.
b. Pembekuan air
Membekunya air tanah atau air hujan dalam pori-pori batuan disebut Frost Wedging. Air yang
membeku mengalami pemuaian volume dan menimbulkan tekanan pada lapisan batuan. Oleh
karena adanya tekanan tersebut, batuan menjadi retak. Di daerah beriklim sedang, pembekuan
terjadi dengan hebat. Jika temperatur udara sangat rendah, maka air tanah bagian atas dapat
membeku. Ilustrasi mengenai Frost Wedging dapat dilihat pada gambar 8.2.
Gambar 8.2 menunjukkan desakan air di dalam batuan. Proses ini biasa terjadi di daerah es. Air
yang masuk ke dalam batuan akan membeku menjadi es. Struktur es yang lebih keras memiliki
daya desakan yang lebih besar daripada air sehingga lama-kelamaan batuan akan pecah. Hasil
pecahan dari proses ini sangat halus seperti pada gambar 8.3.
c. Ekfoliasi

Ekfoliasi diartikan sebagai proses pengelupasan batuan menjadi bentuk lempeng lengkung
karena bagian luar batuan lapuk oleh hidrasi atau hidrolisis. Gejala ini diakibatkan oleh proses
yang rumit, antara lain untuk mengendorkan tenaga yang terkumpul oleh pengerutan dan
pemuaian. Pengerutan dan pemuaian ini terjadi secara selang seling karena perubahan suhu
harian maupun musiman. Permukaan batuan kemudian rontok dan mengelupas oleh tenaga
mekanik.
Pengelupasan bisa terjadi dalam lapisan tipis pada batu-batu kecil, atau dapat terjadi dalam
lembaran tebal seperti halnya, di Enchanted Rock, Texas atau di Half Dome (gambar 8.3). Pada
gambar 8.4 memperlihatkan dengan jelas terkupasnya bagian luar batuan yang tersingkap. Hal
ini bisa diakibatkan perbedaan tegangan pada mineral batuan. Penyebab lain adalah erosi karena
limpasan permukaan sehingga mengurangi tegangan akibat beban di atasnya. Akar-akar
tumbuhan juga mempengaruhi terjadinya ekfoliasi pada permukaan batuan tersebut karena
desakannya dapat menekan permukaan batuan yang sudah retak.
d. Pengkristalan garam
Pecahnya batuan karena mengkristalnya air garam disebut Salt Wedging. Proses ini diawali dari
air tanah yang mengandung garam masuk ke dalam pori-pori batuan. Pada suhu tinggi, air akan
menguap dan garam mengkristal. Kristal-kristal garam yang berbentuk tajam akan merusak
batuan di sekitarnya. Di daerah lembab, gejala ini jarang ditemui karena kandungan garam ikut
meresap ke dalam tanah.
2. Pelapukan kimiawi (dekomposisi)
Pelapukan kimiawi dikenal juga sebagai proses dekomposisi atau proses peluruhan. Peluruhan
diartikan sebagai terurai/pecahnya batuan melalui mekanisme kimiawi, seperti karbonisasi,
hidrasi, hidrolisis, oksidasi dan pertukaran ion-ion dalam larutan. Pelapukan kimiawi lebih
mudah ditemukan di daerah kapur dengan bentukannya yang khas, seperti: gua, dolina, stalaktit,
stalagmit, dan lain-lain seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 8.5 di bawah ini menunjukkan hasil pelapukan kimiawi di daerah kapur. Pelapukan ini
terjadi akibat masuknya air ke dalam batuan kapur yang mengandung unsur-unsur kimia,
sehingga kapur mengalami pelarutan. Air akan mengalir melalui pori-pori kapur. Peristiwa
pelarutan ini akan menimbulkan gejala-gejala karst, antara lain: dolina, stalaktit dan stalagmit,
dan sungai bawah tanah.
a. Dolina
Dolina terbentuk karena erosi (pelarutan) atau runtuhan. Puncak-puncak pegunungan kapur
merupakan bentukan dolina. Puncak itu adalah sisa pelarutan, sedangkan lembah di antaranya
adalah dolina-dolina yang melebur seperti pada gambar 8.6.
Pulau Muna yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara hampir seluruhnya tersusun oleh
Batugamping berumur Pleistosen (sekitar 1,8 juta tahun yang lalu). Batugamping ini
diperkirakan dari Formasi Wapulaka. Formasi Wapulaka terdapat tebing-tebing Batugamping di

sepanjang pantai. Batugamping ini merupakan terumbu karang yang terangkat dan sekarang
membentuk kawasan karst yang luas. Salah satu bentukan lahan karst yaitu danau di Desa
Oempu yang berwarna biru seperti pada gambar 8.6.
b. Gua dan sungai bawah tanah
Terbentuknya gua dan sungai bawah tanah disebabkan oleh pelarutan. Pada awalnya, terdapat
celah atau retakan di dalam tanah kapur. Akibat pelarutan, retakan itu membesar dan menjadi
lubang-lubang atau gua-gua. Jika lubang-lubang itu saling berhubungan satu sama lain, terjadilah
sungai bawah tanah, contoh: Gua Pindul. Gua Pindul di Gunung Kidul, Yogyakarta termasuk gua
dengan aliran sungai bawah tanahnya seperti pada gambar 8.7.
Pembentukan Gua Pindul hampir sama dengan gua-gua yang terbentuk pada daerah karst.
Batugamping yang menjadi penyusun utama mengalami pelarutan dan diperbesar oleh proses
erosi/abrasi yang mengikuti suatu jaringan retakan. Sebelumnya, faktor iklim, tanah penutup, dan
keberadaan air tanah menjadi kontrol utama proses pengguaan ini.
c. Stalaktit dan stalagmit
Pada gua yang terbentuk dari kapur tebal dan udara mudah masuk, dapat terbentuk kerucutkerucut kapur yang disebut stalaktit (menggantung) dan stalagmit (berdiri). Contoh stalaktit dan
stalagmit terdapat di Gua Gong di dekat Pacitan, Jawa Timur dan Gua Jatijajar di dekat
Kebumen, Jawa Tengah.
Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimiawi, yaitu sebagai berikut.

Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.

Hidrolisa, yaitu proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnya menjadi ion-ion positif
dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait dengan pembentukan tanah liat.

Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi
umumnya akan berwarna kecoklatan, sebab kandungan besi dalam batuan mengalami
pengkaratan. Proses pengkaratan ini berlangsung sangat lama, tetapi pasti batuan akan
mengalami pelapukan.

Karbonasi, yaitu pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas ini terkandung pada
air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis batuan yang mudah mengalami karbonasi
adalah batuan kapur. Reaksi antara CO2 dengan batuan kapur akan menyebabkan batuan
menjadi rusak. Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air
yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu
kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst.
Proses pelapukan batuan secara kimiawi di daerah karst disebut

3. Pelapukan organis (biologis)

Pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup, terutama tumbuhan dan binatang. Binatang
sebagai agen pelapukan terutama yang hidup di dalam tanah seperti rayap dan cacing. Tumbuhan
sebagai agen pelapukan melalui akar-akarnya. Akar-akar tersebut secara terus-menerus
menerobos ke dalam lapisan batuan. Akar pohon yang yang terus merayap dan mengandung
asam akan mengakibatkan batuan retak dan akan menghancurkan batuan kemudian menjadi
tanah.
Pelapukan yang disebabkan tumbuhan dapat bersifat mekanis dan kimiawi. Pelapukan mekanis
berupa penjalaran akar tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak batuan di sekitarnya.
Pelapukan kimiawi terjadi akibat asam-asam yang dikeluarkan oleh akar tumbuhan ketika
menghisap garam mineral.
Pelapukan yang banyak terjadi di Indonesia adalah pelapukan kimiawi. Hal ini disebabkan
tingginya curah hujan. Air hujan memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi. Selain itu, faktor
lain yang mempengaruhi terjadinya pelapukan pada batuan, antara lain:
a. Keadaan struktur batuan
Batuan di Indonesia banyak yang terbentuk melalui proses vulkanis dan tektonis sehingga
memiliki banyak pori dan rongga. Struktur batuan tersebut akan memudahkan air masuk
sehingga air dengan mudah mendesak yang membuat batuan retak dan pecah.
b. Keadaan iklim
Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki intensitas sinar matahari, curah hujan, dan
tingkat kelembaban yang tinggi. Sehubungan dengan hal itu, sinar matahari, curah hujan, dan
kelembaban saling mendukung dalam memecahkan batuan. Sinar matahari memuaikan,
kelembaban yang menyusutkan, sedangkan air akan mengisi pori-pori dan retakan yang
diakibatkan oleh penyusutan dan pemuaian.
c. Keadaan vegetasi
Indonesia memiliki lahan hutan yang luas dan juga lahan pertanian yang luas. Pembusukan
dedaunan dan ranting menghasilkan asam humus yang sangat berperan dalam mempercepat
proses pelapukan kimiawi. Selain itu, akar-akar tanaman juga berperan dalam menyusup ke
celah-celah batuan.
d. Keadaan topografi
Pengaruh relief atau topografi secara langsung terhadap pelapukan terletak pada posisi singkapan
batuan (out crops) terhadap matahari. Singkapan batuan yang menghadap sudut datangnya sinar
matahari akan mudah mengalami pelapukan. Sinar matahari akan lebih sering menyinari batuan
tersebut sehingga mempercepat pelapukan daripada batuan yang tidak mendapat sinar matahari.

1) Proses pelapukan
pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik secara fisika,kimia, maupun secara
biologis. semua proses pelapukan umumnya di pengaruhi oleh cuaca. batuan yang telah
mengalami proses pelapukan akan berubah menjadi tanah.
Ada empat macam faktor terjadinya pelapukan batuan, yaitu sebagai berikut.
A. keadaan topografi
topografi di muka bumi turut memengaruhi proses terjadinya pelapukan batuan. batuan yang
berada pada lereng yang curam cenderung akan mudah melapuk jika di bandingkan dengan
batuan yang berada di tempat yang landai.
B. keadaan struktur batuan
struktur batuan adalah sifat fisik dan kimia yang di miliki oleh batuan.
C. cuaca dan iklim
unsur cuaca dan iklim yang memengaruhi proses pelapukan adalah suhu udara,curah hujan,sinar
matahari dan angin
D. keadaan vegetasi
vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan memengaruhi proses pelapukan. Akar-akar tumbuhan
tersebut dapat menembus celah-celah batuan.
Di lihat dari prosesnya, pelapukan di kelompokkan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.
A. Pelapukan mekanik
Pelapukan mekanik (fisis) yaitu proses atau peristiwa hancur dan lepasnya material batuan.
Tanpa mengubah struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukan mekanik merupakan penghancuran
bongkah batuan menjadi bagian-bagian yang jauh lebih kecil.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan mekanik yaitu sebagai berikut.
1. Perbedaan temperatur, akibatnya batuan akan mengalami proses pemuaian apabila panas dan
sekaligus pengerutan pada waktu dingin
2. Akibat erosi di daerah pergunungan dan akibat membekunya air di sela-sela batuan

3. Pengaruh kegiatan makhluk hidup, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan


4. Berubahnya air garam menjadi kristal
B. Pelapukan kimiawi
Pelapukan kimiawi yaitu proses pelapukan massa batuan di sertai dengan perubahan susunan
kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia
yaitu sebagai berikut.
1. Hidrasi yaitu proses pembentukan batuan.dengan cara mengikat batuan di atas permukaannya
saja
2. Hidrolisa yaitu proses penguraian air (H2O) atau unsur-unsur nya menjadi ion-ion positif dan
negatif
3. Oksidasi yaitu proses pengkaratan besi
4. Karbonasi yaitu proses pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2)
Proses pelapukan batuan secara kimiawi di daerah karst di sebut kartifikasi. Gejala atau bentukbentuk alam yang terjadi di daerah karst, di antaranya dolina (danau karst), gua dan sungai
bawah tanah, serta stalaktit dan stalagmit.

Pengertian dan Jenis Pelapukan


in Geografi - on 15:11 - No comments

Kali ini kita akan membahas tentang pengertian pelapukan, faktor yang mempengaruhi
pelapukan, dan jenis pelapukan.

Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik secara fisika, kimiawi,
maupun secara biologis. Proses pelapukan batuan membutuhkan waktu yang sangat lama.
Semua proses pelapukan umumnya dipengaruhi oleh cuaca. Batuan yang telah
mengalami proses pelapukan akan berubah menjadi tanah. Apabila tanah tersebut tidak
bercampur dengan mineral lainnya, maka tanah tersebut dinamakan tanah mineral.

a) Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan

Ada empat faktor yang mempengaruhi terjadinya pelapukan batuan, yaitu sebagai
berikut.

(1) Keadaan struktur batuan

Struktur batuan adalah sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh batuan. Sifat fisik
batuan, misalnya warna batuan, sedangkan sifat kimia batuan adalah unsur-unsur kimia
yang terkandung dalam batuan tersebut. Kedua sifat inilah yang menyebabkan perbedaan

daya tahan batuan terhadap pelapukan. Batuan yang mudah lapuk misalnya batu lempeng
(batuan sedimen), sedangkan batuan yang susah lapuk misalnya batuan beku.

(2) Keadaan topografi

Topografi muka bumi juga ikut mempengaruhi proses terjadinya pelapukan batuan.
Batuan yang berada pada lereng yang curam, cenderung akan mudah melapuk
dibandingkan dengan batuan yang berada di tempat yang landai. Pada lereng yang curam,
batuan akan dengan sangat mudah terkikis atau akan mudah terlapukkan karena langsung
bersentuhan dengan cuaca sekitar. Tetapi pada lereng yang landai atau rata, batuan akan
terselimuti oleh berbagai endapan, sehingga akan memperlambat proses pelapukan dari
batuan tersebut.

3) Cuaca dan iklim

Unsur cuaca dan iklim yang mempengaruhi proses pelapukan adalah suhu udara, curah
hujan, sinar matahari, angin, dan lain-lain. Pada daerah yang memiliki iklim lembab dan
panas, batuan akan cepat mengalami proses pelapukan. Pergantian temperatur antara
siang yang panas dan malam yang dingin akan semakin mempercepat pelapukan, apabila
dibandingkan dengan daerah yang memiliki iklim dingin.

4) Keadaan vegetasi

Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan mempengaruhi proses pelapukan, sebab akarakar tumbuhan tersebut dapat menembus celah-celah batuan. Apabila akar tersebut
semakin membesar, maka kekuatannya akan semakin besar pula dalam menerobos
batuan. Selain itu, serasah dedaunan yang gugur juga akan membantu mempercepat
batuan melapuk. Sebab, serasah batuan mengandung zat asam arang dan humus yang
dapat merusak kekuatan batuan.

b) Jenis-jenis pelapukan

Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sebagai
berikut:

(1) Pelapukan mekanik

Pelapukan mekanik (fisis), yaitu peristiwa hancur dan lepasnya material batuan, tanpa
mengubah struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukan mekanik merupakan
penghancuran bongkah batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan mekanik, yaitu sebagai berikut.

(a) Akibat perbedaan temperatur

Batuan akan mengalami proses pemuaian apabila panas dan sekaligus pengerutan pada
waktu dingin. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka lambat laun batuan
akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadi bongkah-bongkah kecil.

(b) Akibat erosi di daerah pegunungan.

Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membesar, sehingga air akan
menjadi sebuah tenaga tekanan yang merusak struktur batuan.

(c) Akibat kegiatan makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Akar tumbuhan akan merusak struktur batuan, begitu juga dengan hewan yang selalu
membawa butir-butir batuan dari dalam tanah ke permukaan. Selain makhluk hidup dan
tumbuh-tumbuhan, manusia juga memberikan andil dalam terjadinya pelapukan mekanis
(fisik). Dengan pengetahuannya, batuan sebesar kapal dapat dihancurkan dalam sekejap
dengan menggunakan dinamit.

(d) Akibat perubahan air garam menjadi kristal

Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan
mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan
sekitarnya, terutama batuan karang.

(2) Pelapukan kimiawi

Pelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan massa batuan yang disertai dengan perubahan
susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Pelapukan ini terjadi dengan bantuan air,

dan dibantu dengan suhu yang tinggi. Proses yang terjadi dalam pelapukan kimiawi ini
disebut dekomposisi.

Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia, yaitu sebagai berikut.

(a) Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.

(b) Hidrolisa, yaitu proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnya menjadi ion-ion
positif dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait dengan pembentukan tanah liat.

(c) Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi
umumnya akan berwarna kecoklatan, sebab kandungan besi dalam batuan mengalami
pengkaratan. Proses pengkaratan ini berlangsung sangat lama, tetapi pasti batuan akan
mengalami pelapukan.

(d) Karbonasi, yaitu pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas ini terkandung
pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis batuan yang mudah mengalami
karbonasi adalah batuan kapur. Reaksi antara CO2 dengan batuan kapur akan
menyebabkan batuan menjadi rusak. Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan
suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan
mudah melarutkan batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat

menimbulkan gejala karst. Proses pelapukan batuan secara kimiawi di daerah karst
disebut kartifikasi.

Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst di antaranya sebagai berikut.

(1) Dolina

Dolina adalah lubang-lubang yang berbentuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi
(pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan
kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di Pegunungan Seribu.

(2) Gua dan sungai bawah tanah

Di dalam batuan kapur biasanya terdapat celah atau retakan yang disebut diaklas. Karena
proses pelarutan oleh air, maka retakan/ celah itu akan semakin membesar dan
membentuk gua-gua atau lubang-lubang di dalam tanah yang sebagian di antaranya
sebagai tempat mengalirnya sungai bawah tanah.
(3) Stalaktit

Stalaktit adalah kerucut kapur yang menempel bergantungan pada atap gua kapur.
Terbentuk dari tetesan air kapur dari atap gua, berbentuk runcing dan mempunyai lubang
pipa tempat menetesnya air. Stalagmit adalah kerucut kapur berbentuk tumpul yang
menempel berdiri pada dasar gua, dan tidak mempunyai lubang pipa. Contohnya, stalaktit
dan stalagmit yang terdapat di kompleks Gua Buniayu dan Ciguha Sukabumi Jawa Barat,
Gua Tabuhan dan Gua Gong di Pacitan, Jawa Timur serta Gua Jatijajar di Kebumen, Jawa
Tengah ataupun gua-gua yang ada di sekitar Maros Sulawesi Selatan.

(4) Pelapukan organik (biologis)


Pelapukan Organik, adalah pelapukan batuan oleh makhluk hidup. Pelapukan jenis ini
dapat bersifat kimiawi ataupun mekanis. Adapun yang menjadi pembedanya adalah
subyek yang melakukannya, yaitu makhluk hidup berupa manusia, hewan ataupun
tumbuhan. Contohnya lumut, cendawan ataupun bakteri yang merusak permukaan
batuan.

Pelapukan Batuan dan Jenisnya


Rudi Haryanto
Monday, February 23, 2015
0 komentar
Pelapukan dan Macam - Macamnya - Pada kesempatan kali ini admin akan mencoba
untuk membahas sedikit tentang pelapukan batuan. Beberapa materi yang akan kita
bahas pada kesempatan kali ini adalah tentag pengertian pelapukan, macam macam
pelapukan : pelapukan fisis (fisik) atau fisika atau mekanis, pelapukan chemis (khemis)
atau pelapukan kimiawi, pelapukan biologis atau pelapukan organis.
Pelapukan sendiri merupakan salah satu tenaga eksogen, selain sedimentasi (Baca
juga materi tentang sedimentasi dan jenis jenisnya disini) dan erosi (pengikisan).
Tenaga eksogen merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi yang bersifat merusak.

Pengertian Pelapukan Batuan


Pelapukan adalah perusakan batuan menjadi batuan yang lebih kecil akibat pengaruh
cuaca, temperatur, air, atau organisme. Adanya perbedaan temperatur ternyata
berpengaruh sangat besar terhadap batuan. Batuan akan menjadi lapuk dan terurai.
Pelapukan ini hanya terjadi pada lapisan kulit bumi bagian luar. Ketebalan lapisan kulit
bumi yang mengalami pelapukan ditentukan oleh beberapa faktor.

Faktor Yang Mempengaruhi Pelapukan Batuan


Berdasarkan batuan atau daerah yang akan mengalami pelapukan, kecepatan proses
pelapukan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu :

Keadaan struktur batuan (tingkat kekompakan batuan)

Struktur batuan adalah sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh suatu batuan. Sifat
fisik batuan meliputi warna batuan dan susunan Kristal dari batuan. Sedangkan sifat
kimia batuan adalah kandungan bahan kimia di dalam batuan tersebut. Kedua sifat
inilah yang mempengaruhi daya tahan batuan terhadap pelapukan. Adapun contoh
batuan yang mudah lapuk adalah batuan sedimen (Baca juga tentang batuan sedimen
dan macam - mcamnya disini), sedangkan batuan yang sulit lapuk adalah batuan beku.

Kemiringan daerah batuan (keadaan topografi)

Ternyata keadaan topografi juga ikut mempengaruhi kecepatan proses pelapukan suatu
batuan. Pada batuan yang berada di lereng yang curam, pelapukan akan lebih mudah
terjadi pada batu tersebut. Hal ini dikarenakan batuan langsung bersentuhan dengan

cuaca sekitar. Sedangkan pada batuan yang berada di lereng atau tempat yang datar
(landai) pelapukan lebih sulit terjadi. Hal ini dikarenakan batuan akan terselimuti oleh
berbagai endapan, sehingga dapat memperlambat proses pelapukan.

Cuaca dan iklim

Unsur unsur cuaca dan iklim yang mempengaruhi proses pelapukan suatu batuan
antara lain suhu udara, curah hujan, sinar matahari (penyinaran) dan angin (lebih ke
erosi). Batuan yang berada di daerah dengan amplitudo yang tinggi akan lebih mudah
mengalami pelapukan daripada batuan yang berada di daerah yang mempunyai
amplitudo rendah.

Keadaan vegetasi (tumbuhan)

Tumbuhan juga dapat mempengaruhi poses pelapukan suatu batuan. Hal ini
dikarenakan akar akar dari sebuah tumbuhan dapat menembus celah celah batuan.
Apabila akar akar tersebut terus membesar, maka kekuatannya akan semakin besar
pula dalam menerobos celah batuan. Selain itu, serasah daun juga dapat mempercepat
proses pelapukan batuan. hal ini dikarenakan serasah batuan mengandung zat asam
arang dan humus yang dapat merusak kekuatan batuan.
Sedangkan jika dilihat dari tenaga yang menyebabkan pelapukan, maka berikut
adalah faktor faktornya
1. Temperatur
2. Unsur kimia yang terkandung dalam batu (jika tenaga pelapuknya zat kimia)
3. Kekuatan tenaga pelapuk
4. Organisme yang merusak atau yang melakukan pelapukan

3
4

Jenis - Jenis Pelapukan Batuan


Pelapukan Mekanis atau Fisis atau Fisika
Pelapukan mekanis (fisik) atau fisis (Fisika)adalah pelapukan yang penyebab
dominannya adalah temperatur dan suhu. Suhu yang sering berubah ubah (dingin
waktu malam dan panas waktu siang) akan cepat membuat suatu batuan menjadi
rapuh atau lapuk. Akhirnya batuan yang berukuran besar akan menjadi kecil dan batuan
kecil akan menjadi halus seperti pasir. Pelapukan fisik banyak terjadi di gurun. Faktor
faktor penyebab pelapukan mekanis adalah sebagai berikut :

Perbedaan temperatur yang besar

Peristiwa seperti ini banyak terjadi di daerah yang beriklim continental atau beriklim
gurun. Di daerah gurun, pada suhu maksimum dapat mencapai 450 celcius, sedangkan
pada suhu minimum dapat mencapai -40 Celcius. Dengan amplitudo suhu yang sangat
mencolok ini, batuan yang keras dan besar akan sangat mudah mengalami pelapukan.

Membekunya air tanah atau air hujan di pori pori batuan

Air yang membeku mengalami pemuaian volume dan menimbulkan tekanan pada
lapisan batuan. Oleh karena adanya tekanan tersebut, batuan menjadi retak. Di daerah
yang beriklim sedang, pembekuan berlangsung dengan hebat.

Mengkristalnya air garam

Jika air tanah atau air hujan mengandung garam, pada suhu yang tinggi air tersebut
akan menguap dan garam akan mengkristal. Kristal Kristal garam ini berbentuk tajam
dan dapat merusak lapisan batuan di sekitarnya.

Erosi di daerah pegunungan

Pelapukan Kimiawi atau Khemis (Chemis)


Pelapukan kimiawi adalah proses penghancuran batuan dengan mengubah susunan
kimia batuan yang terlapukkan. Pelapukan ini biasanya dibantuk dengan air dan suhu
yang tinggi. Adapun proses yang terjadi dalam pelapukan kimiawi disebut dekomposisi.
Terdapat empat proses yang termasuk dalam proses pelapukan kimiawi, yaittu :
1. Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.

2. Hidrolisa, yaitu proses pengurain air (H2O) atas unsur unsurnya menjadi ion
positif dan ion negatif. Proses hidrolisa banyak terjadi di daerah kapur, batu
kapur bereaksi dengan air akan hancur atau leleh membentuk endapan kalsium
karbonat seperti terjadinya stalgmit dan stalaktit, gua gua kapur, dolina, dan
sebagainya
3. Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Suatu batuan yang mengalami
oksidasi warnanya akan berubah menjadi kecoklatan. Hal ini dikarenakan besi
yang terkandung di dalam batu mengalami proses pengkaratan. Proses ini
berlangsung sangat lama.
4. Karbonasi, yaitu pelapukan batuan oleh kerbondioksida (CO2). Gas ini
merupakan salah satu komponen yang terkadung dalam air semasa masih
dalam keadaan uap. Reaksi antara CO2 dengan batuan akan menyebabkan
batuan menjadi lapuk dan rusak. Air yang banyak mengandung CO2 akan
dengan mudah melarutkan batu kapur (CaCO2)
Pada pelapukan kimiawi terdapat berbagai gejala karst. Gejala karst antara lain :
1. Dolina, yaitu lubang lubang yang berbentuk corong. Dolina dapat terbentuk
karena erosi atau reruntuhan. Puncak puncak pegunungan kapur merupakan
akibat dari pembentukan dolina. Puncak puncak itu adalah sisa dari pelarutan,
sedangkan lembah lembah di antaranya adalah dolina yang melebur.
2. Gua dan sungai di dalam tanah. Mula mula terdapat celah atau retakan di
dalam tanah kapur. Akibat pelarutan, retakan itu membesar dan menjadi lubang
lubang atau gua gua. Jika lubang lubang itu saling berhubugan satu sama
lain maka akan terbentuk sungai bawah tanah.
3. Stalaktit dan stalagmit. Pada gua yang terbentuk dari kapur tebal dan udara
dapat masuk dengan mudah, dapat terbentuk kerucut kerucut kapur yang
disebut stalaktit dan stalagmit. Stalaktit adalah kerucut kapur yang bergantungan
pada atap gua. Stalagmit adalah kerucut kapur yang berada di dasar gua.
Stalaktit dan stalagmit sering bergabung membentuk tiang kapur. Contoh stalaktit
dan stalagmit terdapat pada gua Tabuhan di dekat Pacutan Jawa Timur dan gua
Jatijajar di dekat Kebumen, Jawa Tengah

Pelapukan Biologis atau Organis


Pelapukan organis atau organik atau biologis merupakan pelapukan batuan oleh
makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Contoh aktivitas manusia
yang melapukan batuan adalah proses pemecahan batuan. sedangkan beberapa
contoh hewan yang menimbulkan batuan antara lain, cacing tanah, serangga, dan tikus.
Pelapukan yang disebabkan oleh tumbuhan dapat bersifat mekanis dan kimiawi.
Pelapukan mekanis berupa penjalaran akar tumbuhan di dalam tanah yang dapat
merusak batuan disekitarnya. Pelapukan kimiawi terjadi akibat asam asam yang
dikeluarkan akar tumbuhan ketika mengisap garam mineral. Asam asam ini bersifat
merusak batuan sehingga mendorong pelapukan batuan.

Itulah sekilas tentang materi pelapukan batuan dan macam - macamnya. Semoga
materi diatas membantu belajar anda, sekian dan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai