TUJUAN
Me n1 n1
Mo n1
=K ....................................................................................(1)
Ne n 2 n2
No n 2
Dimana M dan N adalah kation masing-masing bervalensi n1 dan n2, subskrip
"e" menunjukan kation yang dapat diganti (exchangeeable) dan "o" untuk ion
bukan di dalam larutan, K adalah konstanta yang tergantung pada spesifik efek
absorbsi kation. Untuk pergantian ion-ion monovalent sodium dan divalent
calcium persamaan menjadi:
Na e Nsa o
=K
Ca e Ca o
........................................................................................(2)
Harga kapasitas pergantian kation pada range yang rendah biasanya dimiliki
oleh mineral-mineral authigenic, yakni mineral clay yang terbentuk dari proses
kimiawi. Sedangkan harga yang tinggi pada sutu range biasanya dimiliki oleh
mineral-mineral allogenic, yakni mineral yang berasal dari pecahan batuan
induk. Tetapi ini sulit ditentukan, sebab selain pada kedua sebab di atas,
kapasitas pergantian kation juga tergantung pada :
¾ Jenis dan kristallinitas mineral clay. Mineral clay yang berukuran kecil
biasanya memiliki kapasitas pergantian kation akan makin kecil bila
kristallinitas suatu mineral makin baik.
¾ PH pelarut.
Makin besar PH larutan, makin besar kapasitas pergantian kationnya.
¾ Jenis kation yang dipertukarkan.
¾ Kadar atau konsentrasi mineral clay.
Sedangkan laju reaksi pergantian kation tergantung pada jenis kation yang
dipertukarkan dan jenis serta kadar mineral clay (konsentrasi kation).
Adapun hal yang menyebabkan mineral clay memiliki kapasitas pergantian
kation adalah :
Adanya ikatan yang putus disekeliling sisi unit silica-alummina, akan
menimbulkan mutanyang tidak seimbang sehingga agar seimbang kembali
harus bervalensi rendah terutama magnesium di dalam menyerap kation.
⇪ Gambar 25. Susunan Oxigen dan Hidrogen pada jaringan molekul air.
Tiap sisi dari jaringan hexagonal harus dihubungkan dengan ikatan dari molekul
air yang langsung menuju muatan negatif dari molekul disampingnya.
2 LP 1−b t
V= ...................................................................................................................................... (3)
π b ro W
t2
V2 = V1
t1
dimana :
V1, V2 = filtration loss pada waktu
t1 dan t2 (cc).t1, t2 = waktu filtration test, menit.
Rumus diatas berlaku bila spurt atau semprotanf filtrate sebelum terbentuk mud
cake tidak diperhitungkan, dan temperatur kedua test sama. Bila temperatur kedus test
tidak sama, maka perlu koreksi sebagai berikut :
π1
V2 = V1
π2
dimana :
π 2 , π 1 = viscositas cairan pada temperatur T1 dan T2.
Hubungan antara volume filtrate dengan waktu filtrasinya dapat dilihat pada
Gambar 28, sedangkan Gambar 27 menunjukkan hubungan antara fluid loss dengan
tekanan filtrasinya.
Pada filtrasi statik dimana filtrasi berlangsung sewaktu tidak ada sirkulasi lumpur
pemboran dan rotasi drill string, mud cake terbentuk secara sempurna sehingga invasi
mud filtrate-nya kecil, dengan perkataan lain volume filtratenya kecil, dengan perkataan
lain volume filtratenya akan lebih kecil dibandingkan volume filtrate dinamik. Faktor-
faktor yang mempengaruhi filtrasi statik lain adalah
Jenis lumpur pemboran yang digunakan
Tekanan Filtrasi
Viscositas dan Temperatur
⇪ Gambar 28. Hubungan volume Filtrat dengan Waktu Filtrasi (metoda standar
API water loss).
dimana :
Qf = rate aliran filtrate melalui dasar sumur, cc/menit.
Q = Rate aliran fluida yang melaui dinding formasi yang tegak
lurus terhadap sumur yang dianggap berbentuk
silinder,cc/menit.
Ah = Luas dasar lubang sumur, inch2
Ud = Drilling rate, ft/jam
Φ = Porositas, fraksi
Kedalaman invasi mud filtrate dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
J X Q/E
= 1− +
rw E Ah Φ U d
dimana:
J = dalamnya invasi mud filtrate terhadap formasi
produktif, inch.
rw = jari-jari sumur, inch
X = Fraksi connate water atau fluida yang terdesak ke
bawah
permukaan dasar sumur dan tidak masuk ke dalam arus
lumpur.
E = Effisiensi, fraksi daro connate water yang didesak oleh
fluida di depannya.
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa :
¾ Harga J/rw akan maximum pada harga X=0, artinya seluruh connate water
terdesak merembes ke dalam formasi produktif.
¾ Harga J/rw akan minimum pada harga X=1. artinya seluruh connite water
masuk ke dalam aliran lumpur.
Ketergantungan jarak invasi mud filtrate ke dalam formasi dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Jika cutting yang terjadim besar-besar maka hampir seluruh liquid yang berada
dalam pori-pori cutting akan tercampur dengan lumpur dan tidak terdesak masuk ke
dalam lubang sumur, sehingga harga X akan kecil. Sebaliknya bila cutting yang
dihasilkan berukuran kecil, maka liquid dan pori-pori antara butiran dapat didesak
masuk ke dasar lubang sumur, sehingga harga X akan mendekati satu. Harga tersebut
dapat ditunjukkan oleh Gambar 33.
⇪ Gambar 34. Invasi mud filtrate karena filtrasi dari bawah bit.
⇪ Gambar 40. Sifat clay di dalam air dengan konsentrasi garam yang berbeda-
beda.
Hydrasi osmosis terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi ion yang ada pada
permukaan plat clay dengan konsentrasi ion dalam lumpur. Karena itu hidrasi clay
tergantung pada konsentrasi electrolit dalam cairan pemboran. Hidrasi osmosis ini dapat
menyerap air dalam jumlah yang besar, yang akan menyebabkan lemahnya ikatan-
ikatan ion yang ada pada kisi-kisi mineral yang bersangkutan, sehingga volumenya
dapat membengkak (swelling). Berdasarkan konsep kelembaban relatif dalam
termodinamika, Chevenet telah menurunkan persamaan untuk menentukan tekanan
osmosis dari dua larutan sebagai berikut:
Po = RT (θ1 C1 V1 − θ 2 C 2 V2 )
Dimana :
Po = Tekanan osmosis, atm
R = Konstanta gas
T = Temperatur Absolut, oK
θ = Koefisien dari larutan
c = Konsentrasi garam dalam larutan, molal
v = Jumlah ion dalam larutan per-mol
Energi hidrasi berbeda-beda untuk ion-ion yang berbeda pula, baik untuk clay
yang swelling maupun yang non swelling.
Terjadinya swelling sampai pada batas tertentu akan menyebabkan
terdispersinya clay yang bersangkutan. Dispersi adalah peristiwa terlepasnya
plate-plate (partikel-partikel) clay dari permukaannya secara kontinyu
disebabkan berkurangnya daya ikat antar plate pada permukaan clay tersebut.
Meskipun masalah dispersi clay sangat erat hubungannya dengan clay yang
swelling (Expandable clays) tetapi harus ditinjau secara terpisah, sebab pada
kenyataanya beberapa clay yang menunjukan sifat swelling (expandable clay)
4.2. Peralatan
Bagian-bagian penting alat dapat dilihat pada Gambar 4 dan Bagian-bagian
tersebut yaitu :
1. Silinder
2. Ring logam
3. Batu porous
4. Plat logam (besi atau kuningan)
5. Beban kerja/rencana
6. Dial-swell
⇪ Gambar 48 Swelling Sample Terhadap Waktu Untuk Satu Jenis Sample Pada
Tiap beban Kerja.
Hasil pengukuran dengan alat inisecara tabulasi adalah sebagai berikut :