Anda di halaman 1dari 48

Deskripsi Material Clay

TUJUAN

Deskripsi material clay


Terjadinya Swelling
Prinsip Pengukuran
Pengukuran dari Alat CBR

Dril-014 Deskripsi Material Clay 1


1. Deskripsi Material Clay
Clay (lempung) adalah batuan sedimen klasik artinya berasal dari pelapukan batuan
beku atau metamorf. Clay berbutir baik, dengan ukuran butir lebih kecil dari l/256 mm
menurut skala Wenworth, karena itu clay sukar dideskripsi. Material clay hadir di dalam
batuan sebagai campuran martiks dan semen, bahkan kadang-kadang mendominasi batuan
sebagai claystone (batu lempung). Proses geologisnya menyangkut sedimentasi, sementasi,
kompaksi dan distribusinya di dalam batuan khususnya batuan reservoir minyak.

1.1. Genesa Mineral Clay


Mineral clay berasal dari penghancuran, pelapukan batuan induk (batuan beku
dan metamorf), mengalami transportasi (oleh air dan angin) dan diendapkan. Material
hancuran tadi disebut "rock flour", dan biasanya terdiri dari mineral-mineral: kuarsa,
felspar, muskovit dan biotit. Adanya air memungkinkan terjadinya reaksi kimia dan
pertukaran katioan di dalam material hancuran tadi dan ia juga diperkaya oleh
Hydroxides Aluminium dan Ferric Iron serta beberapa mineral tambahan (accessory)
seperti gamping magnesium dan alkali tergantung dari lingkungannya. Jadi mineral clay
berasal dari penghancuran mekanis yang kemudian diperkaya oleh proses kimiawi dan
material tersebut mengalami dekomposisi.
a). Sedimentasi
Ukuran butir clay yang kecil (fraksi halus) menyebabkan ia ditransport
tersuspensi dalam media air, sehingga membentuk koloid mengstabil yang
sangat tergantung dari muatan listrik partikel, sehingga diperlukan elektrolit
untuk menstabilkannya, tetapi bila konsentrasi elektrolit tidak berlebihan maka
koloid yang tadi akan diendapkan. Faktor lain yang berpengaruh terhadap
sedimentasi clay adalah reaksi kimia dan kuat lemahnya arus transport. Arus
yang terlalu kecil akan mengakibatkan terendapkannya koloid tadi sedangkan
untuk beberapa koloid misalnya koloid humus hanya stabil oleh adanya zat-zat
kimia.
b). Sementasi
Ukuran butir clay yang halus dan kemampuannya membentuk koloid
menyebabkan ia bertindak sebagai semen pada batuan sedimen. Proses
ini terjadi dimana koloid, fragmen batuan dalam air setelah ditrasport
lalu diendapkan dan diakumulasi pada suatu tempat dan terkompaksi
sehingga air terperas keluar. Pengaruh dan penyesuaian dengan
lingkungan, membentuk diri sebagai bahan perekat fragmen-fragmen
batuan sedimen.
c). Kompaksi
Proses kompaksi ini menyebabkan air terperas keluar, makin besar tekanan
overburder kompaksi akan semakin kuat sehingga porositas dari batuan yang
terbentuk akan makin berkurang demikian pula permeabilitasnya. Kecepatan
sedimentasi yang tinggi akan menyebabkan air terjebak didalam material clay
sehingga seolah-olah butiran-butirannya terapung di dalam air (air formasi).
Proses kompaksi juga mungkin akan menyebabkan perubahan mineralogi clay.
Dari proses kompaksi ini dapat diketahui terjadinya tekanan abnormal pada

2 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


formasi shale yaitu dengan melihat bahwa tekanan geostatik sebagian besar
didukung oleh air formasi (formasi shale), sedangkan air tersebut sebagian
terjebak di dalam material clay sehingga perhitungan tekanan formasi
berdasarkan tekanan hidrostatik akan lebih kecil dari tekanan yang sebenarnya.
d). Distribusi Mineral Clay Dalam Batuan Reservior
Kehadiran mineral clay akan memengaruhi sifat batuan seperti: porositas,
permeabilitas, saturasi dan dalam interpretasi electric logging. Distribusi dalam
batuan reservoir teutama dalam batu pasir (sandstone) dan tig keadaan:
Continuous (laminasi), diman clay terdistribusi dal bentuk lapisan-lapisan yang
kontinu diantara lapisan pasir secara selang-seling. Lapisan clay yang tidak
terlalu tebal tidak mempengaruhi Porositas dan permebilitas batuan.
Dispersed (menyebar), material clay menyebar tak beraturan diseluruh badan
batuan dan bentuk distribusi inilah yang paling mempengaruhi porositas dan
permeabilitas batuan.
Structural, Yaitu bentuk distribusi penyebaran teratur hampir mendekati
distribusi continuous.
Ketiga bentuk distribusi diatas ditunjukan oleh Gambar 1 dibawah ini.

⇪ Gambar 1. Distribusi material clay dalam batu pasir.


Tubuh batuan dengan distribusi continuous dan structural clay akan mengalami
tekanan overburden yang sama seperti pada lapisan clay diatasnya dengan kadar air
yang sama pula. Sedangkan tubuh batuan dengan distribusi dispersed clay akan
mengalami tekanan hidrostatik yang lebih dominan dibandingkan disebabkan banyak
air yang akan bereaksi dengan material clay membentuk semacam koloid sehingga
disebut juga sebagai distribusi colloidal clay sand.

1.2 Klasifikasi Material Clay


Material clay merupakan bongkahan yang terdiri dari beberapa material dan zat
pembentuk koloid. Ukuran clay yang lebih kecil dari 1/256 mm me-ngakibatkan sulitnya
dideskripsi. Untuk melakukan determinasi mineral clay dipergunakan sinar X, tetapi ada
beberapa mineral clay yang hanya dapat diselidiki secara mendetail dengan
menggunakan mikroskop elektron de-ngan pembesaran sampai 5000 kali. Namun
demikian karena sulitnya menyelidiki karakteristik material clay menimbulkan perbedaan
dalam melakukan klasifikasi mineral clay tersebut. Berikut adalah salah satu cara
klasifikasi mineral clay yang dilakukan oleh R.E. Grimm (Tabel 1), klasifikasi yang
berdasarkan atas :

Dril-014 Deskripsi Material Clay 3


¾ Bentuk (morfologi) mineral clay
¾ Sistem lapisan unit silika dan Aluminium
¾ Sifat mengembang (swelling) dari mineral clay
¾ Mengenai morfologi mineral clay dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Morfologi Mineral Clay
Untuk dapat melihat morfologi mineral clay digunakan alat yang disebut
scanning electron microscop.
Berikut adalah morfologi beberapa mineral clay:
Mineral Allophone berbentuk bulatan dan seperti bulu halus pada
permukaannya, kadang-kadang berbentuk serpih atau fibrous. Dapat dilihat
pada Gambar 2.
Halloyite mempunyai bentuk memanjang dan seperti tabular (Gambar 3), tetapi
ada juga yang berbentuk serabut dan kristal memanjang, merupakan transisi
dari Alophane ke Halloyite.

¯ Tabel 1 Klasifikasi Mineral Clay Menurut RE. Grimm

⇪ Gambar 2 Electron Micrograph Minerla Allophone

4 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


⇪ Gambar .3. Electron Micrograph Mineral Haloysite

⇪ Gambar 4. Electron Micrograph Minerla Kaolinite

Dril-014 Deskripsi Material Clay 5


⇪ Gambar 5. Electron Micrograph Mineral Dickite

⇪ Gambar 6. Elektron Micrograph Mineral Attapulgite

6 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


⇪ Gambar 7. Electron Micrograph Mineral Nacrite

⇪ Gambar 8. Electron Micrograph Mineral Sauconite

Dril-014 Deskripsi Material Clay 7


⇪ Gambar 9. Electron Micrograph Mineral Illite

⇪ Gambar 10. Electron Micrograph Mineral Anaucite

8 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


⇪ Gambar 11. Electron Micrograph Mineral Montmorillonite

⇪ Gambar 12. Electron Micrograph Mineral Kaolinite


Kaolinite memiliki kristal dan sudut sisi yang baik (Gambar4), namun ada juga
yang berbentuk kristal tidak sempurna dengan tepi yang bergigi.
Mineral dickite berbentuk hexagonal yang memanjang pada arah tertentu.
Morfologi mineral lainnya dapat dilihat pada Gambar berikutnya.
b. Struktur Kristal Mineral Clay.
Ada dua unit yang termasuk pada struktur atom pada kebanyakan mineral-
mineral clay. Unit yang pertama terdiri dari dua muatan tertutup oksigen atau
gugusan hidroksil dimana atom-atom Aluminium, besi atau magnesium

Dril-014 Deskripsi Material Clay 9


terkungkung pada sistem karbonat octrahedral, sedemikian rupa sehingga
atom-atom logam tersebut terletak pada jarak yang sama terhadap enam atom
oksigen atau gugus hidroksil; Hal tersebut dapat kita lihat pada Gambar 13
dibawah ini.

⇪ Gambar 13. Struktur Kristal Mineral Clay


Keseimbangan struktur ditentukan oleh penempatan posisi oleh atom logam.
Sebagai contoh gibsite dengan rumus molekul AL2(OH)6 memungkinkan pengisian 2/3
dari jumlah posisi agar struktur atomnya seimbang.
Ketebalan unit octahedral untuk meneral clay adalah 5.05 A (Angstrom)
denganjarak normal antara atom oksigen 2.6 A dan jarak antara gugus hidroksil
umumnya 3.0 A,. Tetapi pada struktur ini jarak antara gugus hidroksil adalah 2.94 A dan
jarak atom yang dapat ditempati 0.61 A.
Unit yang kledua adalah silika tetrahedron, dimana atom silika terletak dipusat
struktur dengan jarak yang sama terhadap keempat atom oksigen atau gugus hidroksil
sehingga struktur ini seimbang. Group silika tetrahedral ini membentuk jaringan
hexsagonal serta membentuk mineral dengan komposisi Si4O6(OH)4 seperti terlihat pada
Gambar 14 dibawah ini.

⇪ Gambar 14 Group Silika Tetrahedral


Bila tidak mengalami invasi maka struktur tetrahedral dapat dilukiskan sebagai
bidang oksigen yang dilubangi dengan bidang dasr yang terdiri dari atom silikon
dengan tiap atom silikon terpadat pada tempat yang kosong di antara sambungan tiga
atom oksigen sehingga akan membentuk jaringan hexagonal.
Sedangkan bidang gugus hidroksil terdapat di ujung tetrahedral dimana tiap
gugusan tepat berada diatas atom silikon. Ketebalan tiap unit ini untuk mineral clay
adalah 4.93 A. Sedangkan jaringan hexagonal itu dilukiskan sendiri sebagai gabungan
tiap untai atom oksigen yang saling berpotongan dengan sudut 120o. Jarak antara atom
oksigen adalah 2.55A, sedangkan antara gugus hidroksil merupakan ruangan yang
dapat dipakai antar susunan dengan jarak kira-kira 0.55 A.

10 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


Selain memiliki struktur seperti diatas, ada beberapa mineral clay yang memiliki
gabungan dua struktur di atas. Mineral-mineral tersebut menyerupai amphibole pada
karakteristik srtukturnya dengan dasar unit strukturnya adalah gabungan dari silica
tetrahedral yang disusun dua rantai dengan komposisinya Si4O11 seperti terlihat pada
Gambar 15. Kedua rantai terikat bersama dengan atom alumunium atau magnesium,
sehingga tiap-tiap bentuk itu dikelilngi oleh enam atom Oksigen yang aktif.

⇪ Gambar 15. Diagram double rantai silica tetrahedral.


Berikut ini uraian mengenai beberapa mineral clay.
(1). Mineral AllophaneStruktur mineral allophane amorp seperti gelas, sehingga
sulit untuk mengetahui kehadiran dan jumlah kandungannya di dalam
materail clay. Pada deskripsi komposisi material clay, bila tidak 100 %
kristalin, maka sisanya dianggap mineral allophane. Struktur kristalnya terdiri
dari silica pada struktur tetrahedral dan metalic ion pada struktur octahedral,
misalnya pada phosphate tetrahedron.
(2). Mineral KaoliniteStrukturnye merpakan gabungan dari satu sheat silica
tetrahedral dan satu sheet alumina octahedral dalam satu unit sehingga
ujung dari sheet tetrahedral dan octahedral membentuk struktur seperti
yang terlihat pada Gambar 16.

⇪ Gambar 16. Diagram Struktur Mineral Kaolinite

Dril-014 Deskripsi Material Clay 11


Formula dari struktur ini adalah Al2S12O5(OH)4 dan dari perhitungan teoritis
struktur ini memiliki komposisi 46.54 % SiO2, 39,50 % Al2O3 dan 26,96 %
H2O. Sedangkan ketebal;annya adalah kira-kira 7 Angstrom.Dikarenakan
adanya superposisi dari atom-atom oxigen dengan gugus hidroksil pada
batas unit, maka masing- masing unit akan saling berikatan, sedangkan
atom hidrogen berada diantara laipsan-lapisan, dengan ini mineral
tersebut tidak cepat larut dalam air.Anggota dari group kaolinite ini antara
lain adalah dickite dan nacrite. Keduanya memiliki bentuk dan struktur
kristak yang mirip dengan struktur kristal yang diterangkan di atas.
Perbedaannya terletak pada posisi dan aturan unit silicate. Kedua mineral
tersebut di atas (dickite dan nacrite) jarang atau sukar sekali ditemukan
didalam material clay. Electron micrograph mineral kaolinite (Gambar 4)
menunjukan unit-unit pelapisan yang agak memanjang dan berbentuk
baik. Sering pula ditemukan sisi-sisi yang agak melengkung. Dimensi
memanjang tadi besarnya kira-kira 0,35 micron dengan tebal 0,5-2 micron.
(3). Mineral HalloysiteStruktur dari mineral ini menyerupai kaolinite, hanya
perbedaannya pada mineral halloysite terdapat kelebihan air. Kelebihan ini
disebabkan ikatan pada tiap-tiap lapisan mineral halloysite lebih lemah
dibandingkan ikatan pada kaolinite. Dengan demikian struktur dari mineral
halloysite terbentuk dari urutan-urutan lapisan yang disisipi lapisan air.
Diagram strukturnya dapat kita lihat pada Gambar 17.

⇪ Gambar 17. Diagram Struktur Mineral Halloysite

(4). Mineral MontmorilloniteKonsep mengenai struktur montmorillonite


dikemukakan oleh Maacgdefrau dan Hormann (1937), Marshal (1935) dan
Hendricks (1942) yang menyatakan bahwa struktur kristal montmorillonite
terdiri dari dua unit silica tetrahedral sheet dengan pusatnya adalah alumina
octahedral sheet, dimana semua ujung dari unit tetrahedral menuji ke pusat
unit sehingga masing-masing bertemu dengan satu gugusan hidroksil dari
unit octahedral, dengan demikian tetrahedral bergabung dengan octahedral
dan membentuk satu lapisan. Diagram struktur kristalnya dapat kita lihat
pada Gambar 17.Analisa mineralogi memberikan hasil bahwa
montmorillonite terdiri dari : 66,7% SiO2, 28,3 % Al2O3, dan 5% H2O.
Pergantian kation terjadi di antara bidang pelapisan silica yang mengalami
hidrasi denga sempurna. Di dalam air montmorillonite akan menyebar rata

12 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


dalam bentuk partikel-partikel yang sangat kecil terutama bila ion natrium
yang diganti. Ketebalan dari bidang pelapisan air diatara unit-unit silica juga
tergantung dari sifat-sifat kation yang diganti pada harga tekanan uap air
tertentu.
(5). Mineral IlliteStruktur dasar dari mineral ini dari satu unit bidang pelapisan
berupa octahedral sheet sebagai pusat serta dua unit silica tetrahedral
menuju ke pusat unit dan bergabung dengan octahedral sheet pada suatu
bidang pelapisan dimana terjadi pergantian hidroksil dengan oksigen.
Secara keseluruhan sifat-sifat kristalnya mirip dengan struktur kristal mica,
diagram dapat kita lihat pada Gambar 19.

⇪ Gambar 18. Diagram Struktur mineral montmorillonite

⇪ Gambar 19. Diagram Gambar Struktur Mineral Illite

Dril-014 Deskripsi Material Clay 13


(6). Mineral ChloriteMineral ini tidak kompak dan memiliki butiran-butiran yang
halus, akibatnya bentuk kristalnya sukar diamati. Kebanyakan mineral clay
chlorite memiliki struktur kristal trioctahedral, tetapi ada juga yang
mempunyai struktur dioctahedral. Secara keseluruhan mirip dengan struktur
kristal (trioctahedral) mica dengan komposisi umumnya (OH)4(SiAl)8(MgFe)
6020, dan untuk yang berstruktur mirip brucite mempunyai komposisi
umum (MgAl)6(OH)12. Diagram struktur mineral chlorite tersebut dapat
dilihat pada Gambar 19.
(7). Mineral VelmiculiteMineral ini mempunyai struktur yang dibentuk oleh
selang-seling lapisan air dengan struktur mica dengan jarak 4.98A. (tebal
dua molekul air), dimana struktur mika tadi berupa lapisan-lapisan
trioctahedral. Mineral vermiculite dengan komposisi (OH)4 (MgAl)x(Si5-xALx)
(Mg.Fe)6020.yH2O dengan x=1 sampai 1.4 dan y=8, mempunyai kapasitas
pergantian kation yang cukup besar. Diagram dari struktur kristalnya dapat
dilihat pada Gambar 20.

⇪ Gambar 20. Diagram Struktur Mineral Chlorite

⇪ Gambar 21. Diagram Struktur Mineral Vermiculite


(8). Mineral Clay LainnyaMineral clay lainnya adalah mineral attapulgite,
palygorskite, sepiolite dan beberapa mineral lainnya yang tercampur dalam

14 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


satu mineral clay secara biasa (diskrite) yang tidak menunjukan orientasi
tertentu serta tercampur secara interstratitifikasi membentuk perlapisan
yang uniform, tetapi ada juga yang tidak uniform dimana satu lapisan terdiri
dari berbagai jenis mineral clay.Struktur mineral attapulgite pertamakali
dipelajari oleh De Lapparent (1938) dan dilanjutkan oleh Bradley (1940) yang
menyatakan bahwa attapulgite terdiri dari double rantai silica yang terikat
bersama atom oksigen membentuk struktur octahedral yang mirip dengan
mineral clay lainnya. Diagram strukturnya dapat kita lihat pada Gambar 21.

⇪ Gambar 22. Diagram Struktur Mineral Attapulgite

Mineral sepiolite mempunyai struktur kristal yang memiliki sifat-sifat umum


yang sama dengan struktur attapulgite. Perbedaannya terutama pada jumlah
pergantian atom-atom magnesium atau silica yang lebih kecil, tetapi
mempunyai ukuran bentuk bijih yang lebih besar dari pada attapulgite. Hal ini
berlaku pula untuk mineral palygorskite. Hal ini berlaku pula untuk mineral
palygorskite yang tercampur dengan mineral-mineral clay lainnya.
c. Jenis-jenis Mineral Clay dan Komposisinya
Telah diuraikan bahwa mineral clay pada umumnya terdiri dari
pelapisan-pelapisan yang dibentuk oleh unit-unit silica dan alumina.
Tiap-tiap susunan unit tersebut akan specific untuk jenis mineral clay
tertentu. Selain itu mineral clay juga mengandung magnesium, besi,
alkali dalam jumlah yang cukup besar, serta beberapa unsur tambahan
yang berupa mineral non-clay seperti kwarsa, calcite, felspar, pyrite dan
beberapa bahan organik. Susunan unit untuk tiap jenis mineral clay ini
dapat kita lihat pada Gambar 6.50. Jenis-jenis mineral clay yang berbeda
serta komposisinya ini dimasukan ke dalam group seperti yang dapat
kita lihat pada Tabel 2.

Dril-014 Deskripsi Material Clay 15


⇪ Gambar 23. Susunan Unit Silica Alumina Untuk Beberapa Jenis Mineral Clay.

16 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


¯ Tabel 2 Jenis-jenis Mineral Clay dan Komposisinya

1.3. Sifat-sifat Kimia Mineral Clay


Sifat kimia mineral clay yang penting adalah kemampuan menyerap anion-anion
dan kation tertentu dan merubahnya ke lain anion dan kation dengan pereaksi dengan
suatu ion dalam air (ionic exchange). Reaksi pertukaran ini berlangsung secara
stoichiometric, dan terjadi di sekitar sisi luar dari unit srtuktur silica-alumina clay. Reaksi
pertukaran ini biasanya tidak mempengaruhi struktur mineral clay yang tersebut.
Kapasitas penggantian ion dari mineral clay ini diukur dalam satuan
milliequivalent per-gram atau perseratus gram pada kondisi PH = 7.0 . Dibawah
ini akan dijelaskan mengenai pergantian kation dan anion (Cation and anion
exchange) dan kapasitasnya.
a). Cation Exchange (pergantian kation)
Mineral-mineral clay bukan satu-satunya jenis komponen material clay yang
tidak memiliki kapasitas pergantian kation, melainkan ada material organic
didalannya yang memiliki sifat tersebut meskipun sangat kecil sebagai akibat
dari terlepasnya ikatan atom disekeliling material tersebut. Kapasitas
pergantian ini bertambah dengan berkurangnya ukuran partikel, tetapi untuk
material-material n0n-clay yang memiliki ukuran partikel yang kecil kapasitas
pergantian kationnya tidak berarti, kecuali pada mineral zeolite yang sering
ditemukan dalam material-material clay mempunyai kapasitas pergantian

Dril-014 Deskripsi Material Clay 17


kation antara 100 - 300 milliequivalent/100 gram. Berikut Tabel 3 yang
meperlihatkan kapasitas pergantian kation beberapa mineral clay.
Berdasarkan atas kemampuan menggantikan, kation-kation dapat diurutkan
dalam suatu deret yang tergantung pada jenis mineral dan ion yang akan
digantikan. Deret kation berdasarkan makin bertambahnya kemampuan
menggantikan (replacing power) tersebut dapat dilihat dibawah ini.
Li+ < Na+ < H+ < K+ < NH4+ < Mg2+ < Ca2+ << Al3+
Jumlah dari pergantian kation ternyata tergantung kada konsentrasi ion dalam
larutan. Beberapa persamaan telah dikembangkan, tetapi yang paling
sederhana dan paling umum digunakan pertama kali dikemukan oleh Gapon,
yaitu :

Me n1 n1
Mo n1
=K ....................................................................................(1)
Ne n 2 n2
No n 2
Dimana M dan N adalah kation masing-masing bervalensi n1 dan n2, subskrip
"e" menunjukan kation yang dapat diganti (exchangeeable) dan "o" untuk ion
bukan di dalam larutan, K adalah konstanta yang tergantung pada spesifik efek
absorbsi kation. Untuk pergantian ion-ion monovalent sodium dan divalent
calcium persamaan menjadi:
Na e Nsa o
=K
Ca e Ca o
........................................................................................(2)
Harga kapasitas pergantian kation pada range yang rendah biasanya dimiliki
oleh mineral-mineral authigenic, yakni mineral clay yang terbentuk dari proses
kimiawi. Sedangkan harga yang tinggi pada sutu range biasanya dimiliki oleh
mineral-mineral allogenic, yakni mineral yang berasal dari pecahan batuan
induk. Tetapi ini sulit ditentukan, sebab selain pada kedua sebab di atas,
kapasitas pergantian kation juga tergantung pada :
¾ Jenis dan kristallinitas mineral clay. Mineral clay yang berukuran kecil
biasanya memiliki kapasitas pergantian kation akan makin kecil bila
kristallinitas suatu mineral makin baik.
¾ PH pelarut.
Makin besar PH larutan, makin besar kapasitas pergantian kationnya.
¾ Jenis kation yang dipertukarkan.
¾ Kadar atau konsentrasi mineral clay.
Sedangkan laju reaksi pergantian kation tergantung pada jenis kation yang
dipertukarkan dan jenis serta kadar mineral clay (konsentrasi kation).
Adapun hal yang menyebabkan mineral clay memiliki kapasitas pergantian
kation adalah :
Adanya ikatan yang putus disekeliling sisi unit silica-alummina, akan
menimbulkan mutanyang tidak seimbang sehingga agar seimbang kembali
harus bervalensi rendah terutama magnesium di dalam menyerap kation.

18 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


Adanya substitusi alumunium bervalensi 3 di dalam kristal untuk silicon
quadrivalent, serta ion-ion bervalensi rendah terutama magnesium didalam
struktur tetrahedral.
Pergantian hydrogen yang muncul dari gugusan hydroksil yang muncul oleh
kation-kation yang dapat ditukar-tukarkan (exchangeable). Namun untuk faktor
yang ketiga ini ada keraguan karena pada kondisi pertukaran ini hidrogen tidak
akan dapat diganti oleh kation secara normal.
Reaksi pergantian kation kadang-kadang bersamaan dengan swelling. Bila
permukaan clay kontak dengan air dan dengan menganggap bahwa satu plat
clay terpisah dari matriknya, maka ion-ion yang bermuatan positif (kation) akan
meninggalkan plat clay tersebut. Karena molekul air adalah polar maka molekul
air akan ditarik balik oleh kation yang terlepas maupun oleh plat clay, dan
molekul air yang bermuatan positif akan ditarik oleh plat claynya sendiri,
sehingga keseluruhan clay akan mengembang.
Masalah lain dari pergantian kation ini adalah pengaruhnya terhadap
permeabilitas clay, sebagaimana dapat ditunjukan sebagai contoh pada
Gambar 24 dibawah ini. Jumlah kation yang diabsorbsi tergantung pada jenis
mineral clay, konsentrasi air, jenis kation dan konsentrasi relatif dari kation.
Namun menurut Marshal sebagian dari kation yang diabsorbsi mengalami
ionisasi.
b). Anion Exchange (pergantian anion)
Reaksi pergantian anion sangat sulit diselidiki dikarenakan adanya
kemungkinan mineral clay akan mengurai salama reaksi berlangsung.
Kasus ini ditemukan pada absorbsi phospate olek kaolinite, dimana
terjadi pengrusakan struktur kaolinite yang disebabkan bereaksinya ion
phosphate dengan alumina pada struktur kristalnya disamping
pergantian gugusan hidroksil dephosphate. Berikut adalah beberapa
kemungkinan penyebab terjadinya pergantian anioan.
1. Adanya rantai ikatan yang putusditepi partikel mineral clay. Rantai
yang putus tadi diperkirakan akanmenyediakan tempat (muatan)
negatif sebanyak tempat (muatan) positif sekeliling sisi mineral clay,
sehingga diharapkan kapasitas pergantian anion sama dengan
kapasitas pergantian kation.
2. Perpindahan ion hidroksil pada permukaan partikel mineral clay.
3. Geometri dari anion-anion dalam hubungannya dengan geometri
struktur mineral clay. Anion-anion seperti phosphate, arsenate, borate
yang mempunyai ukuran dan geomerti yang sama seperti pada silica
dengan struktur tetrahedral, mungkin terserap secara sempurna pada
pinggir silica tersebut.

Dril-014 Deskripsi Material Clay 19


⇪ Gambar 24 Pengaruh kation-kation yang dapat diganti terhadap permeabelitas
beberapa jenis clay yang berbeda.
Pada kenyataannya kapasitas pergantian anion tidak sama besar dengan
kapasitas pergantian kation. pada mineral kaolinite dimana pergantian kation
disebabkan oleh putusnya ikatan, maka kapasitas pergantian anionnya.
Sedangkan pada smectite dan vermiculite dimana pergantian kation
disebabkan oleh substitusi, maka kapasitas pergantian anionnya jauh lebih kecil
dibandingkan kapasitas pergantian kationnya; Begitu juga halnya pada mineral
Illite, Chlorite, sepiolite dan palygorskite. Kapasitas pergantian anion beberapa
mineraldapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini :

¯ Tabel 3. Kapasitas pergantian anion mineral clay. (milliequivalent/100 gram)

Mineral (mec/100 gr)


Monmorillonite, Geisenhein 31
Monmorillonite, Wyoming 23
Beidellite, Unterrupsroth 21
Nontronite, Untergriesbach 20
Nontronite, Pfreindtal 12
Saponite 21
Vermiculite 4
Kaolinite 20

c). Sistem air-clay


Sifat menghidrate mineral clay memungkinkan mineral tersebut menarik ion-
ion melalui permukaannya, menyebabkan terserapnya air dalam beberapa
cara,yakni:

20 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


1. Bersifat mengikat untuk menahan partikel clay bersama atau
membatasi jarak sejauh masih dapat dipisahkan.
2. Menyerap kation dan menghidratenya, yaitu menyelimutinya dengan
molekul-molekul air yang mungkin akan mempengaruhi konfigurasi
molekul air yang diserap di dekatnya.
3. Ukuran dan geometri ion yang terserap akan mempengaruhi
bagaimana terbentuknya konfigurasi molekul air yang terserap serta
sifat-sifatnya.
Suatu bentuk konfigurasi molekul-molekul air yang diserap oleh mineral clay
dikemukan oleh Hendricks dan Jefferson (1938) yang didasarkan pada orientasi srtuktur
dan konfigurasi molekul yang mengikat oksigen atau gugusan hidroksil pada
permukaan lapisan basalt dalam satuan cell mineral clay. Konfigurasi molekul air
tersebut dapat dilihat pada Gambar 25 dan Gambar 26. Pada Gambar 25 ditunjukan
bahwa lapisan air tersusun atas molekul air yang berhubungan dengan jaringan struktur
hexagonal. Struktur ini sebagian adalah akibat dari distribusi muatan dari molekul air
yang berbentuk tetrahedral, dimana dua sudut dari struktur ini diisi oleh kelebihan
electron.

⇪ Gambar 25. Susunan Oxigen dan Hidrogen pada jaringan molekul air.
Tiap sisi dari jaringan hexagonal harus dihubungkan dengan ikatan dari molekul
air yang langsung menuju muatan negatif dari molekul disampingnya.

Dril-014 Deskripsi Material Clay 21


¯ Gambar 26. Konfigurasi jaringan molekul air yang terikat pada permukaan
mineral clay.
Gambar 26 menunjukan bahwa pengikatan terjadi karena gaya tarik antar atom-
atom hidrogen yang tidak termasuk dalam jaringan ikatan molekul air dan permukaan
lapisan oksigen dari mineral clay. Disini dianggap bahwa atom- atom oksigen terletak
sebidang, dan konfigurasi ini relatif terbuka pada molekul-molekul air. Kemantapan dari
bidang lapisan molekul air dapat dilihat dari hubungan geometris dari atom-atom
oksigen atau gugusan hidroksil terhadap kerangka silica.
Air yang diserap oleh mineral clay tersebut akan bertahan pada
temperatur yang relatif rendah, karena dengan pemanasan pada temperatur
100o sampai 150o air tersebut akan dilepaskan. Kondisi air yang terikat ini dibagi
tiga kategori, yaitu :
1. Air yang berada dipori-pori, dipermukaan dan disekeliling partikel-partikel
mineral clay.
2. Air yang berupa sisipan-sisipan diantara bidang pelapisan unit silicate yang
dapat menyebabkan pengembangannya (swelling) mineral clay tersebut. Hal
tersebut terjadi pada mineral montmorillonite, Vermiculite dan halloysite.
3. Air terdapat dalam tabung-tabung terbuka diantara perpanjangan unit-unit
strukturnya, yang mana hal ini terjadi pada mineral sepolite dan attapulgite.
Energi untuk pemindahan air pada kategori 1sangat kecil dan temperatur
peneringannya sedikit diatas temperatur ruangan. Sedangkan air pada
kategori 2 dan 3 memerlukan energi tertentu untuk memindahkannya yang
sempurna.
Kecepatan pemindahan lapisan-lapisan air bertambah sebanding dengan
naiknya temperatur. Untuk halloysite reaksi tidak reversible, dan mineral yang
mengalami hidrasi biasanya tidak dapat mengembalikan sifat semulanya. Vermiculite
dan montmorillonite akan mengalami hidrasi kembali dengan susah-payah, apabila

22 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


proses dehidrasinya berlangsung dengan sempurna, tetapi ini akan mudah apabila
masih ada bekas-bekas air yng tinggal diantara unit-unit pelapisan mineral tersebut.

1.4. Sifat-sifat Listrik Mineral Clay


Sifat mengabsorbsi kation-kation dan pertukarannya dari mineral clay,
menyebabkan ia memiliki sifat kelistrikan. Sifat tersebut dapat ditunjukan dengan
adanya membrane potensial yaitu perbedaan potensial antara suspensi clay dengan
larutan. Sifat lainnya dari mineral clay adalah sifat konduktifnya.
a). Membrane Potensial
Membrane potensial timbil deangan adanya arus listrikyang disebabkan oleh
adanya gerakan ion bermuatan listrik positif (kation) dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah. Hal ini dapt kita lihat bila mineral clay ditempatkan pada
larutan elektrolit NaCl. Mineral clay mengabsorbsi Na+, sebaliknya mineral clay
menolak ion Cl-. Bila mineral clay dimisalkan larutan NaCl pada konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah, dengan demikian akan timbul arus listrik. Dengan
demikian maka membrane potensial yang ada merupakan perbedaan potensial
antara suspensi clay yang mengabsorbsi kation Na+ dengan larutannya.
Pada formasi dilapangan, membrane potensial berupa lapisan shale yang
bertindak sebagai membrane pemisah ion-ion. Membrane ini berfungsi untuk
melewatkan kation yang bergerak dari air formasi dapat lapisan pasir sebagai
lingkungan konsentrasi tinggi ke fresh-water dalam lumpur pemboran sebagai
lingkungan konsentrasi rendah. Keadaan tersebut menyebabkan adanya
perbedaan potensial, beda potensial inilah yang dicatat atau dideteki pada
spontaeous-potensial log (SP-log).
b. Sifat Konduktif Mineral Clay
Sifat konduktif mineral clay juga disebabkan oleh adanya penarikan kation-
kation serta mepertukarkannya oleh mineral clay tersebut.
Permukaan koloid mineral clay mempunyai muatan atau sifat negatif sehingga
ia menarik kation-kation membentuk lapisan atau membrane difusi ion yang
juga diffuse ion-layers. Interaksi diffuse ion-layers pada partikel yang
berdekatan memberikan petunjuk mengenai sifat-sifat swelling, plasticity dan
kandungan air dari clay.
Konduktifitas layer dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, dimana konduktivitas
merupakan fungsi dari kation dan anion, atau z1-z2, dimana z1 adalah jumlah
kation dan z2 adalah jumlah anion. Selain itu juga dipengaruhi oleh mobilitas
anion.
Pada konsentrasi rendah, kenaikan akan menyebabkan penurunan yang
besar pada obilitas. Dengan demikian pada konsentrasi rendah, kation
lebih bersifat monil dan mudah menghantarkan arus listrik, berarti
konduktivitasnya menjadi tinggi.
Selain konsentrasi larutan, ternyata konsentrasi clay juga mempengaruhi
konduktivitas diffuse ion layers. Konsentrasi clay yang tinggi akan
memperbesar mobilitas pertukaran kation sehingga konduktivitas diffuse
ion layers akan meningkat pula.

Dril-014 Deskripsi Material Clay 23


Dari uraian di atas dapat dirangkumkan bahwa sifat konduktif mineral
clay dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, jenis serta konsentrasi mineral
clay yang bersangkutan.

24 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


2. Terjadinya Swelling
Adanya fasa cair dari lumpur pemboran (mud-filtrate) serta mineral clay yang bisa
mengembang (exspandable), adalah merupakan faktor utama penyebab terjadinya swelling
clay. Masalah ini terjadi disebabkan oleh adanya invasi mud filtrate yang kemudian dihidrasi
oleh mineral clay yang terdistribusi di dalam formasi.

2.1. Invasi Mud Filtrate


Invasi mud filtrate atau filtration rate, didefinisikan sebagai kecepatan masuknya
sebagian fasa cair ke dalam formasi sebagai akibat dari filtrasi lumpur pemboran. Filtrasi
tersebut terutama disebabkan oleh terlalu besarnya tekanan kolom hidrostatik lumpur
dibandingkan dengan tekanan formasi. Rate dari filtrasi atau water loss tergantung pada
lumpur yang digunakan, temperatur serta besarnya tekanan differensial.
Selama pemboran berlangsung, lumpur pemboran dapat bersentuhan
langsung dengan dinding lubang sumur yang berlangsung selama beberapa hari
bahkan lebih lama lagi, dan selama itu mud filtrate dapat terinvasikan ke dalam
formasi. Invasi mud filtrate tersebut dapat menimbulkan beberapa masalah yang
tidak diinginkan dalam teknik pemboran dan produksi, dalam hal ini terutama
terjadinya pengembangan clay (clay Swelling).
Invasi mud filtrate ke dalam formasi produktif berlangsung dengan aliran
radial. Invasi tersebut melalui suatu lapisan yang disebut mud-cake. Mud cake ini
mempunyai permeabilitas dan berfungsi sebagai filter untuk mengurangi invasi
yang terjadi (dengan permeabilitas yang kecil) serta untuk mencegah terjadinya
keguguran formasi.
Rate dari filtration loss tergantung dari komposisi lumpur pemboran yang
digunakan, temperatur, dan tekanan differensial. Pengukuran filtration loss di
laboratorium dilakukan dengan menggunakan standard filter pressure, dimana
lumpur ditempatkan pada sebuah silinder yang pada dasarnya dipasang kertas
filter, sedangkan diatasnya dikenakan tekanan udara atau gas. Hasil dari
percobaan ini adalah dapat dilaporkan volume filtrate dan tebal mud cake
yanmg terbentuk. API filtration rate (statik) adalah cc filtrate/30 menit pada
tekanan differensial 100 psig. Sedangkan mud cake diukur tebalnya dalam
satuan per tigapuluh dua inchi. Pengukuran tersebut mempunyai sifat kondisi
yang statik yaitu bila pemboran berhenti, yang sudah tentu akan berbeda bila
dalam kondisi dinamik yaitu bila terjadi sirkulasi dan penghancuran mud cake
atau filter cake yang terbentuk oleh bit.
a. Filtrasi Statik
Fluida loss melalui filter cake dapat dirumuskan sebagai berikut :

2 LP 1−b t
V= ...................................................................................................................................... (3)
π b ro W

V = Konst . t ......................................................................................................................................... (4)

Dril-014 Deskripsi Material Clay 25


Persamaan di atas menyatakan bahwa volume filtrate sebanding dengan akar
pangkat dua dari waktu filtrasinya.
Diamna :
L = konsentrasi yang sebanding dengan filtration area
P = Tekanan pendorong (driving pressure)
= viskositas liquid filtrate
ro = konstanta yang dipengaruhi oleh tahanan pengaliran
filtrate per-unit berat solid dalam filter cake
b = Konstanta kompressible
t = waktu filtrasi
w = berat dari bahan padat per-unit volume dari filtrasi yang
dihasilkan
V = volume dari filtrate yang dihasilkan
Dari prakteknya ternyata untuk filtrasi statik berlaku hubungan :

t2
V2 = V1
t1

dimana :
V1, V2 = filtration loss pada waktu
t1 dan t2 (cc).t1, t2 = waktu filtration test, menit.
Rumus diatas berlaku bila spurt atau semprotanf filtrate sebelum terbentuk mud
cake tidak diperhitungkan, dan temperatur kedua test sama. Bila temperatur kedus test
tidak sama, maka perlu koreksi sebagai berikut :

π1
V2 = V1
π2
dimana :
π 2 , π 1 = viscositas cairan pada temperatur T1 dan T2.
Hubungan antara volume filtrate dengan waktu filtrasinya dapat dilihat pada
Gambar 28, sedangkan Gambar 27 menunjukkan hubungan antara fluid loss dengan
tekanan filtrasinya.
Pada filtrasi statik dimana filtrasi berlangsung sewaktu tidak ada sirkulasi lumpur
pemboran dan rotasi drill string, mud cake terbentuk secara sempurna sehingga invasi
mud filtrate-nya kecil, dengan perkataan lain volume filtratenya kecil, dengan perkataan
lain volume filtratenya akan lebih kecil dibandingkan volume filtrate dinamik. Faktor-
faktor yang mempengaruhi filtrasi statik lain adalah
™ Jenis lumpur pemboran yang digunakan
™ Tekanan Filtrasi
™ Viscositas dan Temperatur

26 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


⇪ Gambar 27. Pengaruh tekanan Pada Filtration Loss

⇪ Gambar 28. Hubungan volume Filtrat dengan Waktu Filtrasi (metoda standar
API water loss).

Dril-014 Deskripsi Material Clay 27


b. Filtrasi Dinamik
Filtrasi dinamik adalah filtrasi yang berlangsung sewaktu adanya sirkulasi
lumpur dan rotasi drill string. Filtrasi dinamik merupakan hasil yang paling
besar, yang mana akan tercapai sewaktu adanya aktivitas pemboran. Pada saat
itu terjadi penggabungan filtrasi dinamik dan filtrasi di bawah bit.
Suatu persamaan mengenai filtrasi dinamik sehubungan dengan lossfluida
setelah mud cake mencapai ketebalan tertentu (keseimbangan ketebalan) telah
diturunkan oleh Outman's sebagai berikut :
dimana :
V = Rate aliran fluida
kf = permeabilitas filter cake (diukur dari statik filtration loss).
πb = viskositas filtrate cairan)
f = koefisien internal friction antara partikel padat dengan filter
cake, empiris.
d = ketebalan lapisan permukaan filter cake setelah tercapai
keseimbangan dengan erosi yang dideritanya, empiris.
-v+1= Compaction coeficient, angka yang menunjukkan kesen
sitifan tekanan pada kompresibilitas filter cake (antara
0.10 - 0.15)
.F = shear force; Harga ini dapat diperoleh dengan rumus :
Dimana :
D = diameter saluran
Y = Yield point, lb/100 ft2
v = Kecepatan fluida mengalir, ft/sec
πρ = Viscositas plastik, cp
Pada filtrasi dinamis mud cake yang terbentuk sangat mungkin untuk rusak
akibat gesekan denganm drill string, atau kena erosi oleh fluida pemboran. Hal
tersebut akan menambah filtrate yang masuk ke dalam filtrasi yang masuk ke
dalam formasi. Apabila pemboran menembus formasi shale dimana di
dalamnya terdistribusi mineral clay yang swelling maka akan terjadi hidrasi mud
filtrate tadi oleh clay sehingga terjadi pembengkakan lempung (clay swelling) di
dalam formasi, dan ini tidak dikehendaki, karena dapat menyebabkan tidak
stabilnya formasi (sumur pemboran) tersebut. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi filtrasi dinamik antara lain adalah:
¾ kecepatan sirkulasi lumpur pemboran
¾ jenis lumpur pemboran yang digunakan
¾ tekanan filtrasi
¾ Viskositas dan temperatur
Hubungan antara rate filtrasi dinamik dengan waktu filtrasi untuk beberapa
jenis lumpur pemboran dapat dilihat pada Gambar berikut ini :

28 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


⇪ Gambar 29 Filtrasi dinamik dari lumpur bentonite

⇪ Gambar 30 Filtrasi dinamik dari oil base mud

Dril-014 Deskripsi Material Clay 29


⇪ Gambar 31 Filtrasi dari Emulsion Mud
c. Filtasi dari bawah bit
Yang dimaksud dengan filtrasi dari bawah bit adalah sejenis filtrasi dinamik
yang bervariasi melalui bagian bawah bit, dimana disana tidak terdapat filter
cake karena dihancurkan oleh putaran bit dan sirkulasi lumpur pemboran,
fluida yang terinvasi dari bagian bawah bit terdiri dari mud filtrate dan fluida
dari dalam formasi. Aliran pada invasi ini adalah aliran radial dan vertikal
terhadap lubang bor, seperti ditunjukkan oleh Gambar 32 .

⇪ Gambar 32. Jalur aliran Filtrate dari Bagian Bawah Bit.

30 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


Penentuan volume filtrate yang melalui bagian didapat dengan persamaan
berikut :
Q f = Q − Ah Vd Φ

dimana :
Qf = rate aliran filtrate melalui dasar sumur, cc/menit.
Q = Rate aliran fluida yang melaui dinding formasi yang tegak
lurus terhadap sumur yang dianggap berbentuk
silinder,cc/menit.
Ah = Luas dasar lubang sumur, inch2
Ud = Drilling rate, ft/jam
Φ = Porositas, fraksi
Kedalaman invasi mud filtrate dapat ditentukan berdasarkan persamaan :

J X Q/E
= 1− +
rw E Ah Φ U d
dimana:
J = dalamnya invasi mud filtrate terhadap formasi
produktif, inch.
rw = jari-jari sumur, inch
X = Fraksi connate water atau fluida yang terdesak ke
bawah
permukaan dasar sumur dan tidak masuk ke dalam arus
lumpur.
E = Effisiensi, fraksi daro connate water yang didesak oleh
fluida di depannya.
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa :
¾ Harga J/rw akan maximum pada harga X=0, artinya seluruh connate water
terdesak merembes ke dalam formasi produktif.
¾ Harga J/rw akan minimum pada harga X=1. artinya seluruh connite water
masuk ke dalam aliran lumpur.
Ketergantungan jarak invasi mud filtrate ke dalam formasi dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Jika cutting yang terjadim besar-besar maka hampir seluruh liquid yang berada
dalam pori-pori cutting akan tercampur dengan lumpur dan tidak terdesak masuk ke
dalam lubang sumur, sehingga harga X akan kecil. Sebaliknya bila cutting yang
dihasilkan berukuran kecil, maka liquid dan pori-pori antara butiran dapat didesak
masuk ke dasar lubang sumur, sehingga harga X akan mendekati satu. Harga tersebut
dapat ditunjukkan oleh Gambar 33.

Dril-014 Deskripsi Material Clay 31


⇪ Gambar 33. Aliran filtrate dan connate water.
Sebagai contoh data experimen untuk perbandingan invasi mud filtrate dapat
dilihat pada Gambar 34, sedangkan pada Gambar 35 ditunjukkan hubungan antara
volume filtrasi dengan waktu untuk beberapa jenis lumpur.

⇪ Gambar 34. Invasi mud filtrate karena filtrasi dari bawah bit.

32 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


⇪ Gambar 35. Filtrasi dari bawah bit dari jenis lumpur yang berbeda

2.2. Hidrasi Clay


Proses hidrasi air (air filtrat lumpur pemboran dan air formasi) oleh clay yang
mengakibatkan clay tersebut mengembang (swelling), tergantung dari jenis air yang
terhidrasi (asin atau tawar) serta struktur mineral clay yang dapat mengembang (clay
swelling) dan clay yang dapat mengembang (clay non-swelling). Sedangkan proses
hidrasinya berlangsung dengan dua mekanisme, yaitu hidrasi osmosis dan hidrasi
permukaan.
a.Clay Swelling
Clay yang dapat mengembang ini (expandable clays) terdiri dari kelompok
mineral smectites (monmorillonite) dan mineral vermiculite.
1. Mineral-mineral smectites terdiri dari :
o Montmorrilonite
o Saponite
o orite
o Beidellite
2. Mineral Vermiculite
Mineral-mineral di atas mampu menyerap air (terutama air tawar) dalam jumlah
yang besar sehingga volumenya akan membesar secara keseluruhan (swelling).
Pada prosesnya ia akan membagi diri menjadi partikel-partikel clay yang
berukuran lebih kecil selama proses hidrasi.
Sebagai contoh kasus diambil sodium montmorrilonite(bentonite) yang
strukturnya terdiri dari dua silica tetrahedral dan satu alumina octahedral, dapat
dilihat pada Gambar 36.

Dril-014 Deskripsi Material Clay 33


⇪ Gambar 36. Struktur plat mineral bentonite

⇪ Gamabar 37. Struktur plat mineral bentonite yang telah diubah


Mengingat muatan listrik yang sama akan saling tolak menolak dan sebaliknya,
dan dengan ikatan oleh ion Na+, maka ikatan antar platnya akan lemah, sehingga bila
dimasukan ke dalam air, ia akan mengurangi dan air akan terhisap ke permukaan clay
sebagai proses hidrasi, sehingga akan menyebabkan mineral tersebut membengkak
(swelling).
a. Clay Non-Swelling
Clay non-swelling (unexpandable clays), pada pokoknya ia menyerap air hanya
saja dalam jumlah yang sangat kecil. Kelompok mineral ini terdiri dari:
¾ mineral Illite
¾ mineral Chlorite
¾ mineral Kaolinite
Sebagai contoh jenis mineral yang sering dijumpai dalam operasi pemboran
adalah mineral kaolinite. Struktut mineral ini terdiri dari satu perlapisan silica
octahedral dan diagramnya (sengle kaolinite plate) dapat dilihat pada Gambar
38.

34 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


⇪ Gambar 38. Struktur plate mineral kaolinite

⇪ Gambar 39. Struktur plate mineral kaolinite yang telah diubah.


Pada mineral kaolinite kationnya adalah + yang daya ikatnya sangat kuat
seperti kation yang divalent, disamping plate yang di seberangnya yang
mengandung ion hidroksil menambah kekuatan tarinknya. Dengan demikian ia
sukar terdispersi dalam air.
b. Hidrasi Permukaan dan Hidrasi Osmosis
Telah kita ketahui bahwa proses pada mineral-mineral clay dapat berlangsung
dengan dua mekanisme yaitu hidrasi permukaan dan hidrasi osmosis.
Hidrasi permukaan dicirikan oleh penyerapan air dalam jumlah kecil, yang
secara normal menyerap empat lapisan molekul air. Bila permukaan clay kontak
dengan air dan dengan menganggap bahwa satu plat clay terpisah dari
matriknya, maka ion-ion yang bermuatan positif (kation) akan meninggalkan
plat clay tersebut. Karena molekul air adalah polar, maka ia akan ditarik baik
oleh kation yang terlepas maupun oleh plete claynya sendiri. Kombinasi dari
dua plate clay ini disebut sebagai "Diffuse double layer". Proses hidrasi
permukaan plate clay dalam air untuk berbagai konsentrasi garam ditunjukan
oleh gamabar 40. Pada higrasi permukaan ini meskipun penyerapan airnya kecil
dan tidak mengembang, namun memiliki energi hidrasi yang cukup tinggi,
yaitu:
He = G - Pp
Harga diatas sama besarnya dengan gaya kompaksi effektif dari serpih yang
bersangkutan dimana :
He = Tekanan hidrasi, psi

Dril-014 Deskripsi Material Clay 35


G = Tekanan overburden (umumnya diambil 1 psi/ft)
Pp = Tekanan pori-pori batuan, psi
Dapat dilihat bahwa energi hidrasi permukaan dipengaruhi oleh sejarah
terbentuknya clay melalui proses sedimentasi.

⇪ Gambar 40. Sifat clay di dalam air dengan konsentrasi garam yang berbeda-
beda.
Hydrasi osmosis terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi ion yang ada pada
permukaan plat clay dengan konsentrasi ion dalam lumpur. Karena itu hidrasi clay
tergantung pada konsentrasi electrolit dalam cairan pemboran. Hidrasi osmosis ini dapat
menyerap air dalam jumlah yang besar, yang akan menyebabkan lemahnya ikatan-
ikatan ion yang ada pada kisi-kisi mineral yang bersangkutan, sehingga volumenya
dapat membengkak (swelling). Berdasarkan konsep kelembaban relatif dalam
termodinamika, Chevenet telah menurunkan persamaan untuk menentukan tekanan
osmosis dari dua larutan sebagai berikut:
Po = RT (θ1 C1 V1 − θ 2 C 2 V2 )
Dimana :
Po = Tekanan osmosis, atm
R = Konstanta gas
T = Temperatur Absolut, oK
θ = Koefisien dari larutan
c = Konsentrasi garam dalam larutan, molal
v = Jumlah ion dalam larutan per-mol
Energi hidrasi berbeda-beda untuk ion-ion yang berbeda pula, baik untuk clay
yang swelling maupun yang non swelling.
Terjadinya swelling sampai pada batas tertentu akan menyebabkan
terdispersinya clay yang bersangkutan. Dispersi adalah peristiwa terlepasnya
plate-plate (partikel-partikel) clay dari permukaannya secara kontinyu
disebabkan berkurangnya daya ikat antar plate pada permukaan clay tersebut.
Meskipun masalah dispersi clay sangat erat hubungannya dengan clay yang
swelling (Expandable clays) tetapi harus ditinjau secara terpisah, sebab pada
kenyataanya beberapa clay yang menunjukan sifat swelling (expandable clay)

36 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


tetapi harus ditinjau secara terpisah, sebab pada kenyataannya sifat swelling
yang tinggi dapat disertai oleh sifat dispersi yang rendah saja. Sebaliknya pada
beberapa clay yang keras, meskipun sifat swellingnya rendah, ternyata sifat
dispersinya menunjukan derajat yang tinggi. Peristiwa dispersi kadang-kadang
berlangsung sangat cepat bila terjadi kontak antara clay dengan fluida pemboran
yang fasa utamanya adalah air (water base drilling fluids).
Agregasi adalah bertambahnya daya ikat antar plet pada permukaan clay
yang menyebakan clay bersangkutan memiliki kecenderungan untuk lebih
menyatu. Agregasi (Aggregation) merupakan kebalikan dari sifat dispesi yang
dimiliki oleh clay yang swelling (Expandable clays). Pada Gambar 40 ditunjukan
sifat dispersi dan agregasi dari bentonite dalam air. Sifat lain dari clay yang
swelling dalam air adalah flokulasi dan deflokulasi (flocculation dan
deflocculation). Floculation berarti bertambahnya sifat mengikat antar tepi dari
plate-plate clay. Gambar 40 juga dapat menunjukkan sifat-ifat tersebut.
Dalam dunia perminyakan khususnya dalam teknik pemboran, jenis clay
yang dapat mengembang atau menghidrat (swelling clay) yang paling umum
ditemui adalah montmorrilonite, sehingga seringkali nama montmorrilonite
digunakan untuk mewakili semua jenis clay yang mengembang (swelling).
Semakin dalam penguburan batu serpih(siltstone), semakin sedikit jumlah
mineral clay yang montmorrilonite di dalamnya, sebalinya akan bertambah clay
yang kaolitik. Karena kedalaman berhubungan dengan usia geologi, maka jumlah
fraksi clay dalam batu serpih (formasi shale) juga bervariasi terhadap perioda
geologi, seperti ditunjukan oleh Gambar 42. Pada Gambar tersebut ditunjukan
bahwa pada perioda Tersier mineral montmorrilonite mempunyai distribusi
terbesar, sedangkan pada periode pre-Upper Mississippian jumlah terbesar
dimiliki oleh gabungan (mix-layer) mineral montmorrilonite-Illite.

⇪ Gambar 41. Sodium dan Calciou bentonite dalam air.

Dril-014 Deskripsi Material Clay 37


⇪ Gambar 42. Distribusi relatif dari empat jenis mineral clay dalam formasi-
formasi shale pada perioda geologi.

38 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


3. Prinsip Pengukuran
Ada dua macam yang biasa dipakai untuk mengukur swelling clay dilaboratorium
yaitu Geonor swelling atest dan CBR Test. Pada prinsipnya pengukuran swelling dengan dua
alat tersebut adalah sama, dimana pengembangan sample (clay) setelah terjadi hidrasi (clay
mengabsorbsi air) menimbulkan menyimpangan "dial swell" sedangkan besarnya tekanan
swelling dari suatu sample adalah tekanan yang dihasilkan dari gaya persatuan lias plate
untuk mengembalikan sample ke keadaan/ketinggian awal (elevasi awal, dial swell = ho) dan
ini diwakili oleh gaya yang maximum, yaitu ketika swelling mencapai maximum pada akhir
percobaan.
Gaya untuk mengembalikan sample evaluasi awal pada Geonor Swelling Test
dimobilisasikan dengan kedua alat tersebut adalah harga "dial swell" yang menunjukkan
besarnya swelling sample dan tekanan swelling yaitu tekanan untuk melawan agar sample
tidak mengembang (swelling).

3.1. Pengukuran dengan Alat Geonor Swelling Test


Parameter yang diukur dengan alat ini adalah : dial swell, tekanan swelling dan
waktu.
a. Dial Swell
Dial swell dalam posisi awal adalah ketika sample mempunyai ketinggia ho,
yang diperoleh melalui proses kompaksi dan expansi berdasarkan prinsip
sedimentasi.
Dial swell akan bekerja beberapa saat setelah sample kontak dengan air
(mengabsorbsi air) skala yang terbaca pada dial swell ini adalah besarnya
swelling sample yang perbandingannya terhadap ho memberikan persentase
swelling sample.
b. Tekanan Swelling
Tekanan swelling adalah besarnya tekanan untuk menjaga agar sample tidak
mengembang (swelling).
Pada prakteknya tekanan swelling merupakan gaya persatuan luas plate (diatas
sampl untuk mengembalikan sample ke evaluasi awal yaitu ho. Jadi tekanan
swelling disini adalah gaya persatuan luas untuk melawan pengembangan atau
desakan swelling. Gaya ini dimobilisasikan melalui alat yang disebut "warm
gear" dan besarnya terbaca pada "dial swell" tekanan swelling yang
representatif untuk suatu sample adalah tekanan swelling maximum yaitu pada
akhir percobaan.
c. Waktu
Pengukuran kedua parameter di atas dilakukan untuk interval waktu
yang umum yaitu pada tiap :
(15,30) detik, (1,2,4,8,15 dan 30 ) menit, (1,2,4 dan 24) jam untuk tiap
sample.

Dril-014 Deskripsi Material Clay 39


3.2. Peralatan
Gambar alat Geonor Swelling Test dapat dilihat pada Gambar 43. Bagian-bagian
terpentingnya adalah :
1. Lucite Cylinder yang di dalamnya terdiri dari:
¾ silinder sample
¾ filter paper
¾ filter keramik
¾ filter stone
2. Dial Swell
3. Dial Gouge
4. Warm Gear
5. Pengontrol Dial Reading

⇪ Gambar 43 Geonor Swelling Test Apparatus

3.3 Cara dan Hasil Pengukuran


a. Cara Pengukuran
1. Menempatkan silinder sample di atas filter keramik bagian bawah, gunakan
filter paper di bagian atasnya untuk menjaga peralatan tetap bersih
o Mengisi silinder sample dengan sample kering sebanyak 20 gram.
Pengambilan dilakukan dengan metoda sedimentasi sampai setinggi
silinder sample.
o Mengangkat sample dengan "Clamping ring" ke dalam lucite cylinder.
Pasang filter paper, keramik, stone dan tutup diatas sample.
2. Preconsolidation, yaitu :
o Mengatur dial gouge dan mengenakan gaya sebesar 200 t/m2 melalui
"warm gear" untuk konsolidasi sample. Keseimbangan pada sample
akan dicapai selama 4 sampai 10 jam.
o Lepaskan gaya (dial gouge = 0) dan biarkan mengembang sampai
pada ketinggian konstan (ho). Pengembangan akan berkisar antara 0.5

40 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


sampai 1 mm untuk montmorrilonite dan berlangsung selama 8 sampai
16 jam. Catat ho = h silinder - h comp + hexpansi
3. Absorbsi, yaitu :
o Air yang telah disaring dimasukan ke dalam lucite cylinder setinggi
sample. Absorbsi akan berlangsung melalui filter. Waktu mulai dicatat.
4.Tekanan Swelling
o Pengembangan (swelling) akan terjadi setelah sample kontak dengan
air (absorbsi). Dial swell serempak bekerja.
o Gaya akan bekerja melalui warm gear untuk mengembalikan ke
evaluasi awal ho. Gaya ini yang terbaca pada dial gouge dan
menggambarkan 1.10 tekanan swelling sample.
5. Pengukuran :
o Pembacaan dilakukan setelah :
o Sesuai dengan waktu pengukuran yang dibaca, diperoleh hasil secara
tabulasi sebagai berikut

¯ Tabel 4. Hasil pengukuran Swelling dengan Alat Geonor Swelling Test

Waktu Dial Gauge Dial Swell Tekanan Swelling (%)


Swelling

o Tekanan Swelling = 10 x (dial gouge)


o Presentase Swelling =
Hubungan antara tekanan swelling sample dengan waktu dapat dilihat pada
Gambar 44. Sedangkan untuk hubungan antara swelling sample dengan waktu dapat
dilihat pada Gambar 43. Secara keselurhan prinsip pengukuran swelling sample dengan
menggunakan alat Geonor Swelling Test, dapat diGambarkan secara grafis pada Gambar
44.

⇪ Gambar 44. Kurva Tekanan Swelling Sample Terhadap Waktu

Dril-014 Deskripsi Material Clay 41


⇪ Gambar 45 Kurva Swelling Sample Terhadap Waktu

⇪ Gambar 46 Prinsip Pengukuran Swelling Dengan alat Geonor Swelling Test.

42 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


4. Pengukuran dari Alat CBR

4.1. Parameter Yang Diukur


Parameter yang diukur melalui alat ini adalah dial swell untuk beban kerja
tertentu dan waktu tertentu pula. Prinsipnya sama dengan pengukuran Geonor Swelling
Test, hanya berbeda pada hal beban kerja pada periode pengukuran tertentu adalah
tetap. Periode waktu pengukuran untuk alat ini lebih panjang (berhari-hari). Sedangkan
hasil pengukurannya kurang teliti dibandingkan dengan hasilo pengukuran pada alat
Geonor Swelling Test.

4.2. Peralatan
Bagian-bagian penting alat dapat dilihat pada Gambar 4 dan Bagian-bagian
tersebut yaitu :
1. Silinder
2. Ring logam
3. Batu porous
4. Plat logam (besi atau kuningan)
5. Beban kerja/rencana
6. Dial-swell

4.3. Cara dan Hasil Pengukuran


a. Cara Pengukuran
1. Persipan bahan:
Sample didapatkan dengan metoda sedimentasi di dalam mold silinder
atas beberapa lapisan. Dipotong setinggi mold, lalu dipasang diatasnya.
2. Pengukuran:
Beban kerja/rencana dikenakan di atas alat tadi. Dial Swell diatur de
keadaan awal, kemudian semua sistem alat tadi dimasukan ke dalam
silinder berisi air sampai terendam.
Dial swell akan mulai bekerja karena swelling, pengukuran/pembacaan
dimulai sesuai interval waktu tertentu.

Dril-014 Deskripsi Material Clay 43


⇪ Gambar 47 Mold Silinder dari CBR Test Appartue

⇪ Gambar 48 Swelling Sample Terhadap Waktu Untuk Satu Jenis Sample Pada
Tiap beban Kerja.
Hasil pengukuran dengan alat inisecara tabulasi adalah sebagai berikut :

¯ Tabel 5. Hasil Pengukuran Swelling Dengan Alat CBR Test.

Waktu Beban Dial Swell Tekanan Swelling


Kerja Swelling %

44 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


BebanKerja
Tekanan Swelling =
Luas Permukaan Plat
Tekanan swelling sample (Pss) diperoleh dari beban kerja maksimum (Bms), yaitu
dimana pada beban kerja tersebut sample tidak mengembang lagi.
Bms
Pss =
As
dimana
As = Luas permukaan plat di atas sample
Dial Swell (ΔH )
Swelling Sample(S s ) =
Tinggi Awal (Tinggi mold )
dimana
Ho = Tinggi awal sample (tinggi mold CBR).
ΔH
Ss = x 100%
Ho

Dril-014 Deskripsi Material Clay 45


DAFTAR PARAMETER DAN SATUAN

L = konsentrasi yang sebanding dengan filtration area


P = Tekanan pendorong (driving pressure)
πb = viskositas liquid filtrate
ro = konstanta yang dipengaruhi oleh tahanan pengaliran filtrate per-unit berat
solid dalam filter cake
b = Konstanta kompressible
t = waktu filtrasi
w = berat dari bahan padat per-unit volume dari filtrasi yang dihasilkan
V = volume dari filtrate yang dihasilkan
V1, V2 = filtration loss pada waktu t1 dan t2 (cc).
t1, t2 = waktu filtration test, menit.
V = Rate aliran fluida
kf = permeabilitas filter cake (diukur dari statik filtration loss).
πb = viskositas filtrate 9cairan)
f = koefisien internal friction antara partikel padat dengan filter cake, empiris.
d = ketebalan lapisan permukaan filter cake setelah tercapai keseimbangan
dengan erosi yang dideritanya, empiris.
-v+1 = Compaction coeficient, angka yang menunjukkan kesen sitifan tekanan
ada kompresibilitas filter cake (antara 0.10 - 0.15).
F = shear force;
D = diameter saluran
Y = Yield point, lb/100 ft2
v = Kecepatan fluida mengalir, ft/sec
πp = Viscositas plastik, cp
Qf = rate aliran filtrate melalui dasar sumur, cc/menit.
Q = Rate aliran fluida yang melaui dinding formasi yang tegak lurus
terhadap umur yang dianggap berbentuk silinder,cc/menit.
Ah = Luas dasar lubang sumur, inch2
Ud = Drilling rate, ft/jam
Φ = Porositas, fraksi
J = dalamnya invasi mud filtrate terhadap formasi produktif, inch.
rw = jari-jari sumur, inch
X = Fraksi connate water atau fluida yang terdesak ke bawah permukaan
asar sumur dan tidak masuk ke dalam arus lumpur.
E = Effisiensi, fraksi daro connate water yang didesak oleh fluida di
depannya.
He = Tekanan hidrasi, psi
G = Tekanan overburden (umumnya diambil 1 psi/ft)
Pp = Tekanan pori-pori batuan, psi
Po = Tekanan osmosis, atm
R = Konstanta gas
T = Temperatur Absolut, oK
θ = Koefisien dari larutan
c = Konsentrasi garam dalam larutan, molal
v = Jumlah ion dalam larutan per-mol

46 Dril-014 Deskripsi Materal Clay


Dril-014 Deskripsi Material Clay 47
DAFTAR PUSTAKA

48 Dril-014 Deskripsi Materal Clay

Anda mungkin juga menyukai