Anda di halaman 1dari 10

SIKLUS LEMPUNG

OLEH :
RIZKI ARYA PUTRA (072.17.035)
GERY PRADITYA ATMAJI (072.17.014)

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2019
A. PEMBENTUKAN DAN ALTERASI MINERAL LEMPUNG & SIKLUS LEMPUNG
Pembentukan dan alterasi dari mineral lempung dan proses akumulasinya dapat terjadi oleh
berbagai proses, dengan sebagian besar proses dan lingkungan pembentuk nya melibatkan faktor
kimia dan fisika, dengan kata lain, mineral lempung dapat digunakan sebagai penciri karakteristik
sebagai mineral yang terbentuk di lingkungan hydrous dan dekat permukaan. Mineral lempung
dalam klasifikasi stabilitas mineral dan lingkungan sedimen nya merupakan kelompok hidrolisat,
hidrolisat Terbentuk dari mineral-mineral silikat yang mengalami proses dekomposisi kimia.
Mineral yang paling umum terdapat di endapan ini adalah mineral Lempung, berupa aluminosilikat
hidrat yang bertekstur filosilikat dengan ukuran butir yang sangat halus. Sederhananya, lingkungan
pelapukan adalah dimana batuan dan mineral penyusunnya dibentuk dari hasil perubahan baik itu
karena atmosfer, hidrosfer, dan biosfer. Dalam pembentukan tanah atau dikenal juga sebagai
pedogenesis terjadi di lingkungan pelapukan tersebut. Sedangkan lingkungan sedimen adalah
suatu zona yang dimana tanah, lapukan batuan,mineral, biogenic, adalah berasal dari hasil
pelapukan dan erosi lalu terdeposisi menjadi sedimen dengan agen air,angin, maupun es. Dalam
diagenesis akan meliputi segala proses fisika dan kimia yang terjadi antara sedimentasi dan
metamorfisme, sedangkan proses alterasi hydrothermal terjadi kareana interaksi atau reaksi antara
heated water dan batuan. Kontrol lingkungan, proses, dan komponen sedimen akan
mempengaruhi di proses early diagenetic dan sejalan dengan pembentukan mineral lempung.

Mineral lempung dapat terbentuk oleh 3 proses yaitu proses pelapukan fisik/mekanis,
proses kimia, dan proses hydrothermal
a. Proses pelapukan fisik/mekanis
Pada proses ini terjadi desintegrasi butiran (tidak terjadi reaksi kimiaFaktor-faktor yang
mempengaruhi proses ini : Aktivitas tumbuh-tumbuhan, Perbedaan suhu, Erosi, Frost action
b. Proses pelapukan kimia
Pada proses ini terjadi reaksi kimia, Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ini : Adanya air,
Adanya gas CO2 dan O2, Adanya asam-asam organik.
c. Proses Hidrothermal
Lempung dapat terbentuk akibat adanya uap kimia aktif (chemical active vapour).Pada proses ini
terjadi mekanisme-mekanisme sebagai berikut :
 Adanya instrusi batuan beku (granit) yang menembus suatu batuan endapan (sedimen)
 Masa cairan granit membentuk suatu kubah, bagian luar yang mendingin lebih dahulu
mengalami retak-retak (akibat penyusutan), bagian tengah yang masih cair banyak
mengandung gas-gas aktif (fluor, boron). Gas-gas ini berfungsi sebagai katalisator
terhadap pembentukan mineral lempung.
 Adanya proses geologi yang panjang (seperti erosi) endapan lempung dapat tersingkap di
permukaan.
B. STRUKTUR KIMIA MINERAL LEMPUNG
Mineral lempung merupakan koloid dengan ukuran sangat kecil (kurang dari 1 mikron).
Masing-masing koloid terlihat seperti lempengan-lempengan kecil yang terdiri dari lembaran-
lembaran kristal yang memiliki struktur atom yang berulang.

Jenis- jenis dari mineral lempung yang umum adalah sebagai berikut:
1. Kaolinit Al2 (Si2O5 (H2O))
memperlihatkan strong peak pada 7 Å, serupa dengan smektit dan klorit basal kedua.
Namun kaolin tidak memperlihatkan perubahan bila diberi larutan glikol dan destroyed saat
dipanaskan 550oC. Ciri inilah yang membedakannya dengan klorit dan smektit. Mineral ini
termasuk ke dalam kategori kaolin yang terdiri atas kepingan silika tetrahedra dan kepingan
aluminium oktahedra. Kedua kepingan tersebut terikat satu sama lain sehingga terbentuk suatu
lapisan yang satu kesatuan. Ikatan keduanya merupakan ikatan hidrogen yang sulit dipisahkan.
Karena ikatannya yang kuat, mineral ini tergolong stabil sehingga air tidak bisa menerobos masuk
di antara kedua kepingan tersebut. Ketiadaan air di antara kedua kepingan tidak dapat
menyusutkan atau pun mengembangkan sel satuannya.
2. Illit KAl2 (AlSi3O10 (OH)2)
Illite merupakan mineral yang sangat dominan pada batuan argilaceaous. Terbentuk
dari pelapukan batuan silikat (utamanya feldspar), melalui alterasi dari mineral lempung yang lain,
dan selama degradasi mineral muscovite (Deer and others, 1975). Formasi mineral illite umumnya
terbentuk pada kondisi alkaline dan konsentrasi tinggi unsur Al dan K. kelompok mineral illite
memiliki karakteristik peak 001 pada 10A. Bentuk susunan mineral illit terdiri dari kepingan
aluminium oktahedra yang berada di antara dua kepingan silika tetrahedra. Kepingan – kepingan
tersebut saling terikat satu sama lain dengan ikatan antar ion- ion kalium yang terdapat pada setiap
kepingan. Ikatan ini tidak lebih kuat dari pada ikatan hidrogen yang mengikat mineral kaolinit,
tetapi lebih kuat dari pada ikatan ionik yang mengikat mineral montmorillonit. Meski ikatannya
tidak terlalu kuat, susunan mineral illit tidak dapat mengembang akibat dari gerakan air yang
berada di antara kedua kepingannya. Bentuk susunan mineral illit terdiri dari kepingan aluminium
oktahedra yang berada di antara dua kepingan silika tetrahedra. Kepingan – kepingan tersebut
saling terikat satu sama lain dengan ikatan antar ion- ion kalium yang terdapat pada setiap
kepingan. Ikatan ini tidak lebih kuat dari pada ikatan hidrogen yang mengikat mineral kaolinit,
tetapi lebih kuat dari pada ikatan ionik yang mengikat mineral montmorillonit. Meski ikatannya
tidak terlalu kuat, susunan mineral illit tidak dapat mengembang akibat dari gerakan air yang
berada di antara kedua kepingannya.
3. Smektit (AlMg)4 Si8 O20 (OH)10
Smectite merupakan mineral yang biasasnya terbentuk dari pelapukan batuan basa,
yang memiliki potensial Si dan Mg yang tinggi. Smectite sangat mudah diidentifikasi dengan
membandingkan pola difraksi yang dihasilkan oleh proses air-dried dan ethylene glycol-solvated.
tritmen ethylene glycol memberikan refleksi 001 yang sangat kuat sekitar 16.9A, sedangkan pada
tritmen air-dried bergeser ke sekitar 15A (Moore et al., 1997). Mineral montmorillonit juga
disebut dengan smectit, yang merupakan mineral hasil bentukan satu kepingan aluminium dan dua
kepingan silika. Di antara dua kepingan silika terdapat kepingan oktahedra yang membentuk suatu
lapisan yang satu. Montmorillonit terbentuk dari proses sedimentasi bersuasana basa (alkali) yang
sangat silikan. Selain itu, montmorillonit mempunyai ukuran kristal yang sangat kecil tetapi
memiliki gaya tarik terhadap air yang sangat kuat sehingga air tersebut dapat memisahkan
kepingan. Hal tersebut merupakan akibat kurangnya muatan negatif pada kepingan oktahedran dan
lemahnya gaya ikatan van der Waals pada ujung kepingan silika. Air yang masuk di antara
kepingan dapat melunakkan dan merusak struktur tanah yang mengandung mineral
montmorillonit.
4. Klorit (MgFe)6-x (AlFe)x Si4-xAlx (OH)10
Mineral chlorite komponen yang biasa ditemukan dari grade rendah fasies green
schist batuan metamorf. sebagai produk alterasi geotermal dari batuan feromanganese. chlorite
juga umum ditemukan sebagai konstituen dari batuan sedimen argilaceous, dimana mineral ini
terbentuk di dalam detrital dan authigenic. Chlorite memiliki peak 001 pada 14A sampai 14.4A.
posisi peak mineral chlorite tidak berubah pada air-dried, ethylene-glycol, dan heated.

C. Siklus Lempung
Dalam siklus lempung dimulai dari pembentukan mineral lempung serta proses akumulasi di
tanah melalui proses pelapukan dan transportasi dari berbagai material seperti mineral-mineral
yang terdisintegrasi dari batuan asal dan seperti volcanic ash. Erosi dan transportasi mineral
lempung dari tanah dan profil pelapukannya berjalan seiring dengan proses sortasi, segregasi, dan
deposisi oleh proses fisika dari sedimentasi yang menyebabkan ke proses akumulasi lebih lanjut
sebagai komponen utama nya, dan bisa juga dapat sebagai respons dari perubahan fisika dan kimia
saat proses burial di diagenesis yang dimana bisa merubah mud menjadi mudstone ataupun shale.
Nantinya, jika terdapat proses tectonic yang berperan, akan merubah mudstone dan shale menjadi
slates, proses tersebut tidak dapat dihindari, dengan seiringnya waktu geologi akan terjadi terus
pengangkatan tektonik (uplift) yang membawa lumpur yang sudah terkubur ke permukaan bumi,
dimana dari hal tersebut akan terjadi lagi siklus lempung yang disupport oleh berbagai macam
weathering agent.
Interpretasi asal mula mineral lempung adalah salah satu aspek yang paling menarik dari
mineralogy. Mineral lempung dan lempung terjadi dalam kisaran kondisi geologi yang terbatas.
Lingkungan formasi meliputi cakrawala tanah, sedimen benua dan laut, medan panas bumi,
endapan vulkanik, dan formasi batuan pelapukan. Sebagian besar mineral lempung terbentuk di
mana batu bersentuhan dengan air, udara, atau uap.
Perlu diingat bahwa sifat tanah liat yang terbentuk selama proses pelapukan tergantung pada tiga
faktor:
1. Komposisi mineralogical dan tekstur dari batuan induk.
2. Komposisi larutan berair.
3. Sifat aliran fluida (mis., Laju aliran air dan jaringan pori)
Kontak batu dan air menghasilkan tanah liat, baik di atau dekat permukaan bumi ”(dari Velde,
1985).

Sebagai contoh, gas CO2 dapat larut dalam air dan membentuk asam karbonat, yang akan menjadi
ion hidrogen H + dan ion bikarbonat, dan membuat air sedikit asam
CO2+H2O → H2CO3 →H+ +HCO3-
Air asam akan bereaksi dengan permukaan batuan dan cenderung untuk melarutkan ion K dan
silica feldspar. Akhirnya, feldspar diubah menjadi kaolinit. Pelapukan mineral batuan adalah salah
satu sumber alami utama mineral lempung dan konsentrasi logam dalam tanah. Tanah adalah
sistem terbuka. Dengan demikian, semakin cepat laju aliran, semakin pendek waktu kontak solusi
dengan mineral primer. Diagram stabilitas menunjukkan bahwa mineral lempung stabil dalam
kondisi di dekat permukaan. Seperti yang ditunjukkan pada tanah yang dikembangkan di Hawaii
menampilkan efek produk pelapukan yang berbeda dari orang tua (basalt), smectites terbentuk
pada curah hujan rendah, sementara kaolinit terbentuk pada curah hujan sedang - tinggi.
Kondisi fisik dan kimia di mana mineral kaolin terbentuk relatif rendah tekanan dan suhu. Mineral-
mineral ini adalah tipikal dari tiga lingkungan utama:
1) profil cuaca
2) perubahan hidrotermal
3) batuan sedimen.
Mineral dari mana mineral kaolin terbentuk adalah feldspars dan muscovite. Transformasi kalium
feldspar menjadi mineral kaolin terjadi sesuai dengan persamaan: 2 KAlSi3O8 + 3 H2O
Al2Si2O5(OH)4 + 4 SiO2 + 2 K (OH). Kelarutan beberapa spesies kimia tergantung pada pH
(Mason, 1952). Nilai pH dari perairan biasanya terletak antara 4 dan 9; alumina tidak larut dalam
kisaran ini; kelarutan silica meningkat sejajar dengan pH dan unsur alkali dan alkali tanah larut.
Dengan demikian, kaolinit mudah dibentuk dan tersebar luas di tanah yang dikembangkan di
bawah panas-basah, iklim intertropis (Chamley, 1989). Akibatnya, mineral kaolin detrital menjadi
penting. komponen batuan sedimen yang diendapkan dekat daerah ini. Selain itu, mineral kaolin
sering tumbuh, dari fase yang sama (feldspars dan mika putih), selama diagenesis awal. Tugas
utama dalam memahami signifikansi geologis mineral lempung adalah untuk mengisolasi dan
mengidentifikasi tanda tangan dari berbagai faktor dan pengaruh proses geologis yang
bertanggung jawab sifat bahan kaya tanah liat saat ini. Komposisi dapat mewakili satu tahap
pembentukan tanah liat atau menjadi hasil dari beberapa generasi. Namun, studi akurat tentang
sumber daya mineral tanah liat membutuhkan pengetahuan tentang metode utama identifikasi dan
diferensiasi di antara beberapa mineral tanah liat seperti yang kami jelaskan dalam buku ini.
Metode-metode ini meliputi: Difraksi sinar-X dan spektroskopi inframerah, studi pemindaian
mikroskop elektron (SEM) dan mikroskop elektron transmisi (TEM),
Walter Keller dalam penelitiannya mengidentifikasi enam proses yang bertanggung jawab untuk
pembentukan mineral tanah liat (mis., Keller, W. D., 1964).
1) "Kristalisasi dari solusi." Pada dasarnya setara dengan tanah liat yang dianggap autigenik atau
produk dari neoformasi.
2) "Penggantian oleh mineral lempung" (tidak ada referensi khusus untuk proses penggantian).
3) “Pelapukan mineral silikat dan batuan (bukan mineral lempung) sangat tergantung pada relative
aktivitas H.
4) Pelapukan mineral lempung lainnya.
5) Diagenesis, rekonstitusi, dan pertukaran ion.
6) Hidrotermal perubahan mineral dan batuan.

Hubungan geokimia dan mineralogi yang terkait dengan degradasi, peremajaan, aggradasi dan
neoformasi dapat dianggap subtraktif atau aditif seperti yang ditunjukkan pada presentasi dari
Millot (1979),Asalkan suhu, tekanan, dan komposisi konstan, kumpulan tanah liat mungkin tidak
berubah. Jika kondisi lingkungan diubah, terutama komposisi larutan, mineral akan berevolusi
dengan menambah atau mengurangi elemen dari posisi yang dapat dipertukarkan dan struktural.
Lingkungan yang terkait dengan evolusi dengan pengurangan termasuk pelapukan dan tanah,
perubahan subaqueous (halmyrolysis) dan degradasi diagenesis. Penekanan bahwa lingkungan ini
adalah yang paling penting dari yang terkait dengan proses subtraktif. Proses yang menghasilkan
penambahan konstituen kimia terjadi di tanah, selama sedimentasi, dan selama diagenesis.
Perubahan aditif paling penting dalam sedimentasi dan diagenesis. Perubahan mineral yang
disimpulkan dalam diagram ini seringkali melibatkan lempung lapis campuran dan sifat dari
lapisan campuran yang dibentuk oleh berbagai proses mungkin berbeda. Diagram ini akan
membantu untuk membayangkan asal-usul yang beragam dan kompleksitas potensial dari
kumpulan mineral tanah liat. Mereka mungkin memberikan beberapa ide bagus tentang cara
mendekati interpretasi geologis mineral dalam material yang terdegradasi, tantangan yang jauh
lebih besar daripada yang dihadapi siswa yang mengerjakan batu pasir atau karbonat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.lpi.usra.edu/meetings/lpsc2012/pdf/1436.pdf

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780080982588000031

Al Ani, Thair & Sarapää, Olli. (2008). Clay and clay mineralogy. Geological Survey of Finland,
Report M19/3232/2008/41, Espoo.

Anda mungkin juga menyukai