Anda di halaman 1dari 14

Bowen adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Kanada yang berhasil bereksperimen dan berhasil

menjelaskan tentang hubungan antara kecepatan mendingin suatu magma dengan pembentukan
macam-macam tipe batuan. Pada cairan magma yang mendingin dan membeku, ukuran kristal
mineral berangsur-angsur membesar dan ada yang mengendap. Kristal yang tetap tinggal pada cairan
magma bereaksi dengan kristal yang lain kemudian membentuk suatu mineral yang baru. Bermacammacam tipe batuan beku dapat terbentuk sangat bergantung dari mineral-mineral yang ada pada
magma cair pada awalnya.
Bowen menggolongkan pembentukan batu tersebut ke dalam dua kelompok, yaitu reaksi
ferromagnesium yang tidak menerus (discontinuous) dan reaksi feldspar plagioclase yang terus
menerus (continuous). Reaksi feldspar plagioclase menerus (continuous) ialah reaksi dimana mineral
batuan yang terbentuk mempunyai komposisi yang berbeda tetapi mempunyai struktur kimia yang
sama. Sedangkan reaksi ferromagnesium yang tidak terus menerus (discontinuous) ialah reaksi
dimana mineral-mineral batuan yang terbentuk mempunyai komposisi kimia yang berlainan dan
struktur kristal yang berlainan.
Urutan reaksi Bowen untuk reaksi ferromagnesium yang tidak terus menerus yaitu : Mineral yang
paling awal dinyatakan dari magma yang berkomposisi basalt yaitu olivine dan kalsium-rich
plagioklas. Saat proses pendinginan, reaksi olivin dengan sisa cairan membentuk mineral yang baru,
yaitu piroksin. Reaksi piroksin berubah ke bentuk ampibole, dan ampibole membentuk biotit. Dan
dari sini terlihat bahwa dari mineral awal menuju mineral akhir mempunyai struktur kristal yang
berbeda.
Reaksi Bowen ini dapat membantu kita untuk memahami mengapa mineral tertentu cenderung
terjadi / muncul bersama-sama di dalam batuan beku gunung berapi.Sebagai contoh yaitu batu karang
yang mafic, batu basal dan gabbro yang cenderung berisi mineral olivine, pyroxene, dan calcium-rich
plagioclase feldspar. Mineral tersebut adalah mineral yang mengkristal pada temperatur yang tinggi.
Contoh lain yaitu batu karang sialic atau felsic seperti granit dan rhyolite cenderung berisi kwarsa,
kalium feldspar, sodium-rich plagioclase feldspar, dan kadang-kadang muscovite. Mineral tersebut
adalah mineral yang mengkristal pada temperatur yang lebih rendah.
Reaksi Bowen juga membantu kita dalam memahami mengapa mineral tertentu tidak terjadi bersamasama di dalam batuan beku gunung berapi. Sebagai contoh, olivine dan kwarsa tidak mungkin untuk
terjadi di dalam batuan beku gunung berapi yang sama, sebab olivine adalah suatu mineral temperatur
tinggi, dan kwarsa adalah suatu mineral temperatur rendah.

Berdasarkan warna mineral, dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu,


I.I Mineral Felsik ( mineral-mineral berwarna terang )
Kelompok Plagioklas ( Anortit, bitownit, Labradorit, Andesin, oligoklas, Albit)
kelompok Alkali Feldspar (ortoklas, Mikrolin, Anortoklas, Sanidin)
Kelompok Feldspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit)
Kuarsa
Muskovit
Kelompok plagioklas dan kelompok alkali feldspar sering disebut kelompok
feldspar. catatan : Tidak semua mineral felsik berwarna terang tetapi ada mineral
felsik yang berwarna gelap yaitu, obsidian. Mineral yang berwarna terang
disebabkan banyaknya kandungan SiO2 dan jarang mengandung Fe dan Mg
I.2 Mineral Mafik (mineral yang berwarna gelap)
Olivin (Forsterite dan Fayalite)
Piroksen, dibagi menjadi dua kelompok yaitu Orto Piroksen (Piroksen tegak) dan
klino piroksen (piroksen miring). Orto piroksen antara lain; Enstatite dan
Hypersten. Klino piroksen antara lain; Diopsit, Augit, Pigeonit, Aigirin, Spodemen,
Jadeit.
Amfibol (Hornblande, Labprobolit, Riebeokit, Glukofan)
Biotit.
II. Mineral Tembahan ( Accessory Minerals)
Adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat dalam
jumlah yang sedikit (kurang dari 5%). kehadirannya tidak menentukan nama
batuan. Contoh dari mineral tambahan ini antara laian : ZIRKON, MAGNESIT,
HEMATIT, PYRIT, RUTIL APATIT, GARNET,SPHEN.
III. Mineral Sekunder (Secondary Minerals)
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil
pelapukan, reaksi hidrotermal maupun hasil metamorfosisme terhadap mineral
utama. contoh dari mineral sekunder antara lain; SERPENTIN, KALSIT, SERISIT,
KALKOPIRIT, KAOLIN, KLORIT, PIRIT.
Marmer umumnya tersusun oleh mineral kalsit dengan kandungan mineral minor
lainya adalah kuarsa, mika, klhorit, tremolit, dan silikat lainnya seperti graphit,
hematit, dan limonit. Nilai komersil marmer bergantung kepada warna dan
tekstur. Marmer yang berkualitas sangat tinggi adalah berwarna putih sangat
jernih, sebab kandungan kalsitnya lebih besar dari 90 %. Marmer yang berwarna
abu-abu dihasilkan dari kandungan grapit pada batuan tersebut, pink dan merah
akibat adanya kandungan hematit, kuning dan krem sebagai pengaruh dari
kandungan limonit. Marmerpun dicirikan pula oleh gores arah jarus dan lapisan
grapit atau silikat gelapnya. Berdasarkan besar butirnya, tekstur berkisar dari
halus hingga kasar. Sifat sifat lainnya yang berpengaruh terhadap kualitas
marmer adalah porositas, kekuatan regangan dan kekuatan terhadap cuaca.
Marmer atau dikenal pula dengan sebutan batu pualam merupakan batuan hasil
proses metamorfosa atau malihan dari batuan asalnya yaitu batukapur.
Pengaruh temperatur dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen kan
menyebabkan terjadinya kristalisasi kembali pada batuan tersebut membentuk
berbagai foliasi mapun non foliasi.

Akibat rekristalisasi tersebut akan menghilangkan struktur asal batuan tersebut


tetapi akan membentuk tekstur baru, keteraturan butir. Pembentuk mineral ini di
Indonesia yang sudah ditemukan adalah sekitar 30 60 juta tahun yang lalu atau
berumur Kwarter hingga Tersier.
Zeolit alam merupakan senyawa alumina-silikat terhidrasi yang secara fisik dan
kimia memiliki daya sebagai bahan penyerap (adsorpsi), penukar kation, dan
katalis.
Mineral-mineral yang termasuk dalam grup zeolit pada umumnya dijumpai
dalam batuan tufa yang terbentuk dari hasil sedimentasi debu vulkanik setelah
mengalami proses alterasi.
Secara geologi, endapan zeolit terbentuk karena proses sedimentasi debu
vulkanik pada lingkungan danau yang bersifat alkali (air asin), proses disgenetik
(metamorfosa tingkat rendah), dan proses didrotermal.
a. Endapan sedimen vulkanik
Endapan jenis ini dicirikan oleh zona mineralogi secara lateral akibat perubahan
komposisi air danau, yaitu mulai dari indikasi debu vulkanik yang tidak
teralterasi dan tersingkap pada batas cekungan danau, diikuti oleh zona zeolit
non-analsimik, dan akhirnya terbentuk zona natrium felspar ditengah cekungan.
Strukturnya sangat sederhana, dengan ketebalan hingga beberapa meter.
Daerah penyebaran cukup luas dan mempunyai konsentrasi tinggi untuk jenis
mineral zeolit tertentu.
Secara umum, dijumpai di daerah yang bersifat asam dan kering, yang terdapat
mineral klinoptilolit, erionit, khabazit, dan fillipsit.
b. Endapan Zeolit yang Berasal dari Hasil alterasi Air Tanah
Endapan jenis ini dicirikan oleh lapisan tufa zeolitik yang tebal. Zona zeolitik
yang terbentuk lebih bersifat vertical disebabkan oleh perubahan komposisi
kimia sebagai akibat dari reaksi air tanah.
Ketebalan endapan ini dapat mencapai ratusan meter. Mineral yang pada
umumnya dijumpai adalah klinoptilolit dan mordenit.
c. Endapan Zeolit Jenis Diagenetik
Endapan jenis ini dicirikan oleh perlapisan sampai ratusan meter dengan pola
sebaran sangat luas, namun kandungan mineral zeolit sangat rendah.
Ciri lain jenis endapan ini adalah struktur geologi yang komplek, sebagai akibat
proses tektonik. Endapan zeolit ini mengandung mineral heulandit dan laumontit.
d. Endapan Zeolit Hidrothermal

Endapan zeolit jenis ini dicirikan oleh zona mineralisasi klinoptilolit dan morderit
pada daerah intrusi yang terdangkal dan terdingin.
Meskipun endapan zeolit jenis ini mempunyai kadar yang tinggi,
keterdapatannya di alam sangat terbatas, sehingga kurang begitu ekonomis
untuk ditambang.
2.2 Mineralogi
Zeolit alam merupakan senyawa alumino-silikat terhidrasi, dengan unsur untama
yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah. Senyawa ini berstruktur tiga
dimensi dan mempunyai pori yang dapat diisi oleh molekul air. Rumus empiris
zeolit alam adalah :
M2/nO.Al2O3. x (SiO2).yH2O; dengan
M : kation alkali atau alkali tanah,
n : valensi kation,
x : suatu harga dari 2 10
y : suatu harga dari 2 7
Sebagai contoh, formula unit sel dari klinoptilolit merupakan mineral zeolit paling
umum dijumpai, yaitu :
(Na, K)2O.Al2O3.10SiO2.8H2O
atau dapat ditulis :
(Na3K3)(Al6Si30O72).24H2O
Ion Na+ dan K+ merupakan kation yang dapat dipertukarkan, sedangkan atom
Al dan Si merupakan struktur kation dan oksigen akan membentuk struktur
tetrahedron pada zeolit. Molekul-molekul air yang terdapat dalam zeolit
merupakan molekul yang mudah lepas.
Zeolit alam terbentuk dari reaksi antara batuan tufa asam berbutir halus dan
bersifat rhyiolitik dengan air pori atau air meteorik.
Komponen utama pembangunan struktur zeolit adalah struktur bangun primer
(SiO4)4- yang mampu membentuk struktur tiga dimensi. Muatan listrik yang
dimiliki oleh kerangka zeolit, baik yang terdapat dipermukaan maupun di dalam
pori menyebabkan zeolit dapat berperan sebagai penukar kation, penyerap, dan
katalis.

Pori-pori terbentuk dengan cara pengusiran air pada pemanasan di atas 100 oC.
Keadaaan itu memungkinkan zeolit dapat penyerap molekul-molekul yang
bergaris tengah lebih kecil dari pori-pori zeolit tersebut. Kandungan air yang
terperangkap dalam rongga zeolit biasanya antara 10 35 %.
Perbandingan antara atom Si dan Al yang bervariasi akan menghasilkan banyak
jenis atau spesies zeolit yang terdapat di alam. Sampai saat ini telah ditemukan
lebih dari 50 jenis zeolit. Namun mineral pembentuk zeolit terbesar hanya ada
sembilan jenis, yaitu analsim, khabazit, klinoptilolit, erionit, mordenit, ferrierit,
heulandit, laumontit, dan fillipsit (Tabel 1).
Di Indonesia, jenis mineral zeolit yang terbanyak adalah klinoptilolit dan
mordenit.
Struktur kristal zeolit membentuk suatu kerangka tetrahedron berantai dalam
bentuk tiga dimensi. Pada kristal zeolit, kedudukan atom pusat tetrahedron
ditempati oleh atom Si dan Al, sedangkan atom-atom oksigen berada pada
sudut-sudutnya.
Kedudukan atom Al dalam posisi tetrahedron perlu tambahan muatan positif
sebagai penetral muatan listrik, seperti kation logam alkali atau alkali tanah.
Keadaan itu menyebabkan zeolit dapat bersifat sebagai penukar kation.
Sementara pori-pori yang tedapat di dalam struktur kristal zeolit diisi oleh
molekul air. Pada umumnya pori-pori tersebut mencapai 20 30% dari total
volume kristal.
Struktur kristal zeolit mempunyai sifat hidrofoik serta memperlihatkan sifat
afinitas yang sangat kuat terhadap molekul air. Dengan demikian semua aplikasi
penyerapan dan reaksi-reaksi lainnya memerlukan proses dehidrasi terlebih
dahulu untuk mencapai kondisi bebas air. Perlu diketahui bahwa semua proses
penyerapan, katalis dan penukaran kation terjadi di dalam struktur kristal zeolit
ini.
Secara garis besar, struktur zeolit dibangun dalam tiga bagian utama, yaitu
(Gambar 1) :
Unit bangun primer (TO4), yaitu tetrahedro dari empat oksigen dengan atom
pusat tetrahedra (T) adalah Si4+ dan Al 3+. Semua atom oksigen mengambil
bagian di antara dua tetrahedra, (TO2)n.
Unit bangun sekunder, yaitu susunan tetrahedra yang membentuk cincin, seperti
cincin tunggal berbentuk lingkar empat, enam, delapan atau berbentuk kubus
serta cincin ganda lingkar empat, prisma heksagonal atau gabungan dari dua
cincin lingkar empat.
Polihedra besar yang simetri dan tersusun atas kudung oktahedra, 11 hedra atau
unit ganelimit.

Berdasarkan sifat kimianya, bentonit dibedakan menjadi dua, yaitu sodium (Na)
dan Calsium (Ca) bentonit. Pemakai utama Na-bentonit adalah untuk lumpur bor
dalam kegiatan pemboran. Sementa- ra Ca-bentonit dipakai sebagai penyerap
(penjernih) di industri minyak goreng.
Secara umum, mula-jadi endapan bentonit ada empat macam, yaitu hasil
pelapukan, hydrothermal, transformasi, dan sedimentasi.
Endapan hasil pelapukan;
Faktor pembentukan endapan ben-tonit hasil pelapukan adalah kondisi komposisi
mineral batuan, komposisi kimia dari air, dan daya lalu air pada batuan asal.
Yang terakhir ini dapat dikemukakan sebagai : iklim, berbagai relief dan tumbuhtumbuhan yang berada di atas batuan.
Pembentukan bentonit hasil pelapukan adalah akibat reaksi antara ion-ion
hidrogen (H+) dalam air tanah dengan senyawa silikat. Ion H+ tersebut berasal
dari asam karbon akibat pembusukan zat-zat organik di dalam tanah.
Mineral penting saat pembentukan lempung adalah plagioklas, kalium-feldspar,
biotit, muskovit, sedikit kandungan senyawa alumina dan ferro- magnesia.
Plagioklas sangat reaktif, berjumlah banyak dan sumber utama dari kation dan
silika dalam air tanah.
Larutan hydrotermal
Larutan hydrotermal merupakan larutan bersifat asam dengan kandungan
klorida, belerang, karbon dioksida dan silika. Komposisi larutan berubah karena
ada reaksi dengan batuan gamping menjadi larutan alkali yang bersifat basa,
lalu terbawa keluar dan akan tetap bertahan selama unsur alkali dan alkali tanah
tetap terbentuk akibat penguraian batuan asal.
Pada alterasi hydrotermal relatif lemah, mineral-mineral asal menentukan hasil
alterasi tersebut. Pada alterasi sangat lemah, mineral-mineral yang kaya dengan
unsur magnesium cenderung membentuk klorit. Pada alterasi lemah, adanya
unsur alkali dan alkali tanah akan membentuk monmorilonit kecuali kalium,
mika, feromagnesia dan feldspar. Monmorillonit terjadi karena adanya unsur
magnesium.
Endapan transformasi
Endapan bentonit hasil transformasi/ devitrifikasi debu gunung api terjadi
dengan sempurna apabila debu diendapkan di dalam cekungan seperti danau
atau laut. Mineral gelas gunung api lambat laun akan mengalami devitrifikasi.
Endapan sedimen
Monmorilonit bisa juga terjadi sebagai endapan sedimen dalam kondisi basa

(alkalin). Mineral hasil sedimentasi terbentuk dalam cekungan dan bersifat basa
dan tidak berasosiasi dengan tufa, seperti atapulgit, sepiolit, mon-morillonit,
karbonat, silika pipih, fosfat laut dan sebagainya. Lingkungan ini banyak
mengandung larutan silika yang terendapkan dalam bentuk flint, kristobalit, atau
senyawa alumunium dan magnesium.
Secara umum, Ca-bentonit terjadi dari alterasi mineral dalam batuan beku dan
metamorfik yang biasanya ter-dapat dekat dengan permukaan. Hal ini
disebabkan ion Na+ dalam lempung bentonit bersifat tidak mantap dan mudah
diganti oleh ion Ca+, dan juga ion H+ pada tingkat pelapukan selanjutnya.
Sebaliknya, Keberadaan Na-bentonit di daerah tropis hanya dijumpai pada
tempat dalam yang mengalami proses pelapukannya tidak berkepanjangan.
Mineralogi
Bentonit adalah istilah lempung mon-morillonit dalam dunia perdagangan dan
termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari
penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lainlain.
Dalam keadaan awal, Na-bentonit berkemampuan tinggi untuk menyerap warna
dan dapat ditingkatkan lagi dengan melalui proses pengolahan dan pemanasan.
Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium
silikat hydrous, yaitu activated clay dan fullers Earth. Activated clay adalah
lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat
ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fullers earth
digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Berdasarkan
tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Tipe Wyoming (Na-bentonit Swelling bentonite)
Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan
ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan
kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar
matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi,
suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi
pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+).
Penggunaan yang utama adalah untuk lumpur (bor) pembilas dalam kegiatan
pemboran, pembuatan pellet biji besi, penyumbat kebocoran bendungan/kolam.
b. Mg, Ca-bentonit - non swelling bentonite)
Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap
terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai
sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi

koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ionion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking,
berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan bentonit dalam
proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.
Kata felspar diserap dari feldspar yang menurut Deer dkk (1966) berasal dari dua
kata dalam bahasa Swedia: feldt atau flt yang berarti medan dan spath yang
bermakna pecahan batuan dalam batuan granit. Pengertian spar lebih diperjelas
lagi oleh Castle dan Gilson (1960) yang mengutip istilah spat dalam bahasa
Jerman dan mengacu kepada setiap mineral transparan atau translusen
berkarakter bidang belah. Pada awalnya istilah spar digunakan untuk
menamakan setiap mineral selain dari felspar itu sendiri seperti kepada barit,
kalsit dan fluorit (Rogers dan Neal, 1975). Sebagai contoh istilah barium felspar
walaupun jarang dan tidak mempunyai nilai ekonomis adalah benar; dalam hal
ini pengertian felspar untuk keperluan komersial hanya mengacu kepada 3
mineral silikat yang mempunyai formula K3AlSi3O8 (ortoklas atau mikroklin),
NaAlSi3O8 (albit) dan CaAl2Si2O8 (anortit). Dua yang terahir adalah mineralmineral yang termasuk ke dalam kelompok plagioklas. Di alam ketiganya hampir
tidak ditemukan dalam bentuk murni tetapi terdapat bersamaan secara
melimpah.
Mineral pembentuk batuan dibedakan atas mineral mafik dan felsik; yang
pertama mengacu kepada mineral-mineral feromagnesian berupa mineralmineral silikat mengandung unsur besi (Fe) dan atau magnesium (Mg) sebagai
unsur dominan. Mineral mafik dikelompokkan menjadi olivin, hipersten, augit,
hornblende, dan biotit. Warna mineral-mineral tersebut umumnya gelap (hijau
gelap, coklat atau hitam). Felsik (akronim dari felspar silika) digunakan untuk
mineral-mineral silikat berwarna lebih terang seperti kuarsa, felspar dan
felspatoid. Batuan yang mempunyai komposisi mineral mafik lebih dominan
disebut batuan basa sebaliknya bila komposisi mineral felsik lebih abnyak di
sebut batuan asam, sedangkan batuan dengan komposisi mineral mafik dan
felsik seimbang digolongkan ke dalam batuan intermedien

Mula Jadi
Terbentuk dari proses kristalisasi magma, felspar biasanya berasosiasi dengan
batuan granitis dan metamorfis, paling umum dijumpai pada korok pegmatis.
Pegmatit yang mempunyai nilai komersial umumnya mempunyai bentuk seperti
lensa dengan panjang bervariasi dari 0,3 sampai 1500 m. Karena terbentuk
langsung dari proses kristalisasi magma, jenis felspar ini disebut felspar primer,
berukuran kasar dan terdapat berasosiasi dengan kuarsa. Kehadiran kuarsa ini
bersifat pengotor yang harus dipisahkan pada saat pengolahan. Untuk keperluan
komersial, felspar primer harus mempunyai kadar alkali total (K2O + Na2O) >
10%.
Selain felspar primer, terdapat pula jenis lain yang digolongkan ke dalam felspar

diagenetis dan aluvial. Kedua jenis felspar di atas adalah felspar sekunder. Yang
pertama terbentuk karena proses diagenesis sedimen piroklastik halus asam
yang terendapkan dalam lingkungan air lakustrin, yang berasosiasi dengan
cekungan sedimen tersier, umumnya endapan bentonit atau zeoilit, felspar
diagenetis mempunyai kadar alkali total (K2O + Na2O) relatif rendah (5%).
Felspar aluvial terjadi sebagai akibat rombakan batuan granit dan batuan asam
lainnya. Kadar alkali total berkisar antara 5- 10%. Kedua jenis felspar banyak
terkandung mineral ikutan, seperti mika, hematit, tourmalin, garnet dan kuarsa
(Hardjatmo dkk, 1992).

Mineralogi
Sebagai mineral silikat pembentuk batuan, felspar mempunyai kerangka struktur
tektosilikat yang menunjukkan 4 (empat) atom oksigen dalam struktur
tetrahedra SiO2 yang dipakai juga oleh struktur tetrahedra lainnya. Kondisi ini
menghasilkan kisi-kisi kristal seimbang terutama bila ada kation-kation lain yang
masuk ke dalam struktur tersebut seperti penggantian silikon oleh aluminium.

Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin, felspar secara
kimiawi dibagi menjadi empat kelompok mineral yaitu kalium felspar (KAlSi3O8),
natrium felspar (NaAlSi3O8), kalsium felspar (CaAl2Si2O8) dan barium felspar
(Ba Al2Si2O8) sedangkan secara mineralogi felspar dikelompokkan menjadi
plagioklas dan K-felspar. Plagioklas merupakan seri yang menerus suatu larutan
padat tersusun dari variasi komposisi natrium felspar dan kalsium felspar.
Kelompok felspar mempunyai struktur kristal triklin, terdiri dari Na-plagioklas
murni (albit, disingkat Ab) sampai Ca-plagioklas murni (anortit, disingkat An).
Whiten dan Brooks (1972) secara diagram mengelompokkan plagioklas sebagai
berikut:

Plagioklas felspar hampir selalu memperlihatkan kenampakan melidah yang


kembar (lamellar twinning) bila sayatan tipis mineral tersebut dilihat secara
mikroskopis. Sifat optis yang progresif sejalan dengan berubahnya komposisi
mineralogi memudahkan dalam identifikasi mineral-mineral felspar yang
termasuk ke dalam kelompok plagioklas tersebut. Na-plagioklas banyak
ditemukan dalam batuan kaya unsur alkali (granit, sienit). Andesin dan oligoklas
terdapat pada batuan intermediate seperti diorit sedangkan labradorit, bitownit
dan anortit biasanya sebagai komponen batuan basa (gabro) dan anortosit.
Mineral yang termasuk kelompok K-felspar diklasifikasikan berdasarkan suhu
ristalisasinya, mulai dari sanidin (suhu tinggi), ortoklas, mikroklin sampai adu-

laria (suhu rendah). Keempat mineral mempunyai rumus kimia sama yaitu
KAlSi3O8 dan (terutama) ditemukan pada batuan beku asam seperti granit dan
sienit, selain itu ditemukan pula pada batuan metamorfosis dan hasil re-work
pada batuan sedimen.
Andesit termasuk jenis batuan beku kategori menengah sebagai hasil bentukan
lelehan magma diorit. Nama andesit sendiri diambil berdasarkan tempat
ditemukan, yaitu di daerah Pegunungan Andes, Amerika Selatan. Peranan bahan
galian ini penting sekali di sektor konstruksi, terutama dalam pembangunan
infrastruktur, seperti jalan raya, gedung, jembatan, saluran air/irigasi dan
lainnya. Dalam pemanfaatannya dapat berbentuk batu belah, split dan abu batu.
Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia membutuhkan bahan
galian ini yang terus setiap tahun.

Mula Jadi
Jenis magma diorit merupakan salah satu magma terpenting dalam golongan
kapur alkali sebagai sumber terbentuknya andesit. Lelehan magma tersebut
merupakan kumpulan mineral silikat yang kemudian Cmenghablur akibat
pendinginan magma pada temparatur antara 1500 2500 membentuk andesit
berkomposisi mineral felspar plagioklas jenis kalium felspar natrium plagioklas,
kuarsa, felspatoid serta mineral tambahan berupa hornblenda, biotit dan
piroksen.
Andesit bertekstur afanitik mikro kristalin dan berwarna gelap.

Mineralogi
Mineral yang ada dalam andesit ini berupa kalium felspar dengan jumlah kurang
10% dari kandungan felspar total, natrium plagioklas, kuarsa kurang dari 10%,
felspatoid kurang dari 10%, hornblenda, biotit dan piroksen. Penamaan andesit
berdasarkan kepada kandungan mineral tambahannya yaitu andesit hornblenda,
andesit biotit dan andesit piroksen.

Sifat Kimia dan Fisika


Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur-unsur, silikat,
alumunium, besi, kalsium, magnesium, natrium, kalium, titanium, mangan, fosfor
dan air. Prosentasi kandungan unsur-unsur tersebut sangat berbeda di beberapa
tempat. Sebagai contoh, dalam Tabel 1., diperlihatkan komposisi kimia yang
terdapat di Desa Kalirejo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Andesit berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan warna dalam keadaan lapuk


berwarna abu-abu kecoklatan. Berbutir halus sampai kasar, andesit mempunyai
kuat tekan berkisar antara 600 2400 kg/cm2 dan berat jenis antara 2,3 2,7,
bertekstur porfiritik, keras dan kompak.
Tabel 1. Komposisi kimia Andesit

Senyawa Komposisi (%)


SiO2 47,55
Al2O3 18,37
Fe2O3 8,19
CaO 7,11
MgO 2,25
Na2O 1,70
K2O 2,16
TiO2 0,59
MnO 0,22
P2O5 0,30
H2O 0,52
Mineral dan Batuan
Di pagi yang masih berkabut, driller saya pulang dari rig setelah kerja shift
malam. Wah batunya jelek sekali Pak ! Cuma dapat meteran dikit, selorohnya.

Dalam kamusnya para driller, formasi batuan yang mereka bor hanya ada 2
istilah; bagus untuk dibor dan susah untuk dibor.
Pengetahuan tentang batuan beserta karakteristiknya sedikit banyak akan
sangat membantu kita dalam operasi pengeboran yang sedang dilakukan.
Mineral pada umumnya didefinisikan sebagai benda padat berbentuk kristal
yang terbentuk secara alami dan biasanya melalui proses inorganic (Simon &
Shusters Guide to Rocks and Minerals). Sebuah mineral memiliki sifat-sifat fisik
yang homogen. Oleh karena itulah, ada dua bagian dari suatu mineral tertentu
yang memiliki sifat-sifat fisik sama. Contoh mineral misalnya kuarsa, feldspar,
olivine, piroksin dsb. Jadi mineral merupakan bahan pembentuk batuan.
Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral yang umumnya berbentuk
non kristalin.
Di alam, batuan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: Batuan Beku (igneous rocks);
batuan sedimen (sedimentary rocks) dan batuan metamorf (metamorphic rocks).

1. Batuan Beku (igneous rocks). Batuan ini terbentuk melalui proses pembekuan
magma. Magma adalah massa silikat yang cair dan panas, kaya akan unsurunsur volatile(tdk tetap/mudah berubah sewaktu-waktu dgn cepat) dan
terbentuk jauh didalam bumi. Magma, umumnya bersifat basaltik yang keluar ke
permukaan bumi (bisa melalui kepundan gunung berapi) kemudian membeku
(disebut batuan vulkanik atau ekstrusif),magma yang menerobos rekahanrekahan lapisan bumi dan membeku didalamnya pada kedalaman tertentu
(disebut batuan hypabyssal). Ada juga batuan beku yang teksturnya kasar
disebut batuan plutonik atau batuan intrusive yang ditemukan pada lapisan bumi
yang lebih dalam.
Contoh batuan beku:
-Batuan beku vulkanik/ektrusive, mis; rhyolite, andesite, dacite, basalt
-Batuan beku hypabyssal, mis; granite porphyry, diorite porphyry, diabase,
pegmatite
-Batuan beku plutonik/intrusive, mis; granite, granodiorite, diorite, norite, gabbro
2. Batuan Sedimen (Sedimentary rocks). Batuan jenis ini berasal dari pelapukan
batuan yang sudah ada sebelumnya, baik dari batuan beku, batuan metamorf
ataupun batuan sediment itu sendiri yang kemudian mengalami pengendapan
dan pengerasan.
Contoh batuan sediment; batupasir (sandstone), breksi (breccia), konglomerat
(conglomerate), batu gamping (limestone), batu serpih (shale), batu lanau
(siltsone)
3. Batuan Metamorf ( Metamorphic rocks ). Batuan ini berasal dari batuan beku,
atau batuan sedimen, atau batuan metamorf yang mengalami perubahan total,
baik komposisi kimia maupun sifat-sifat fisiknya akibat adanya panas dan
tekanan yang dialaminya sehingga membentuk batuan baru.
Contoh batuan metamorf; phyllite, gneiss, mica schist, amphibolite, marble (batu
marmer), hornfels. Skarn.
Sifat-sifat fisik yang dilakukan untuk observasi tersebut diantaranya adalah:
Warna dan impurities,
1. Jenis ukuran butiran,
2. Cleavage,
3. Luster,
4. Tempat atau lokasi ditemukan (topografi, jenis tanah. dll),

5. Kekerasan yang di lihat dari uji gores makro (Mohs scale)


6. Jenis batuannya (rock type)
A. Jenis Batu (rock type)
Identifikasi dengan analisa makro terhadap tiga jenis batuan tersebut dapat
dipelajari dari kondisi dan bentuk fisik dari batu-batuan itu yaitu:
Batuan igneous yaitu jenis-jenis batuan yang memiliki sedikit lapisan (layer) dan
tekstur (textures), kebanyakan berwarna hitam, putih atau mineral abu-abu dan
dapat meyerupai lava beku.
Batuan sedimen yaitu jenis batuan yang diidentifikasi dengan adanya lapisanlapisan yang berpasir (sandy) atau berbatu tanah liat (clayey rocks/strata),
mudah terbelah pada lapisannya, kebanyakan berwarna coklat dan abu-abu,
memiliki tanda fossil dan tanda air atau tanda angin.
Batuan metamorfosa diidentifikasi dengan terlihatnya lapisan-lapisan (layers)
mineral yang terang dan gelap (foliation), biasanya berat, terdiri dari macammacam warna dan glittery dari mika.
B. Jenis ukuran butiran (grain size)
Batuan dan mineral juga dapat diidentifikasi secara makro dengan mengamati
jenis butiran (grain size). Jenis ukuran butiran memiliki dua nilai ukur yaitu
butiran kasar (coarse) yang dapat dilihat dengan mata dan dapat diidentifikasi
menggunakan kaca pembesar, dan butiran halus (fine) yang tidak kelihatan
dengan mata telanjang dan tidak dapat dilihat dengan hanya menggunakan kaca
pembesar.
C. Jenis kekerasan (hardness)
Jenis kekerasan (hardness) memiliki tiga kategori kekerasan yaitu jenis batu
keras (hard) menggores kaca (glass) yang biasanya menandakan mineral kuarsa
atau feldspar, (kekerasan Mohs 6-7 dan keatas), jenis batu kurang keras (soft)
tidak dapat menggores kaca tetapi dapat menggores kuku jari (kekerasan Mohs
3-5), jenis batu sangat tidak keras (very soft) yang dapat digores oleh kuku jari
(kekerasan Mohs 1-2). Semua batuan igneous adalah jenis batu keras (hard).
Kekerasan diukur dengan menggunakan skala Mohs. Skala Mohs diperkenalkan
oleh Friedrich Mohs pada tahun 1812. Sampai saat ini skala Mohs masih
digunakan dan sangat bermanfaat dalam mengidentifikasi mineral secara makro.
Dibawah ini adalah sepuluh (10) mineral standar dalam skala Mohs.
1. Talc

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Gypsum
Calcite
Fluorite
Apatite
Feldspar
Quartz
Topaz
Corundum

10. Diamond
Penggunaan skala Mohs adalah dengan menggunakan standar mineral-mineral
tersebut diatas dengan menggoreskannya dengan jenis mineral yang akan
diidentifikasi. Mineral yang dapat menggoreskan mineral yang lain adalah lebih
keras, dan apabila kedua mineral sama-sama tergores maka keduanya adalah
mineral yang memiliki kekerasan yang sama. Skala kekerasan Mohs adalah
relatif, tetapi untuk tujuan identifikasi makro sudah sangat mencukupi syarat.
Kekerasan adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi mineral secara makro
selain daripada mengidentifikasi sifat-sifat lain seperti yang telah disebutkan
diatas. Uji gores untuk menganalisa secara makro juga dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan abrasif (abrasive materials) seperti kertas pasir (sandy
paper). Apabila mineral tersebut tergores maka sudah jelas kekerasannya ada
dibawah kuarsa karena kebanyakan kertas pasir dibuat dari bahan kuarsa
sebagai material abrasifnya.
D. Cahaya
Identifikasi makro yang dilakukan untuk melihat warna dan impuritis dari fisik
luar jenis mineral tertentu akan menggunakan alat-alat seperti senter
(light/torch), kamera digital (digital camera), dan lain-lain. Lampu atau cahaya
digunakan untuk melihat tingkat transparansi suatu mineral tertentu, apakah
mineral itu tembus cahaya (transparence) ataupun tidak (opaque).
BERITA SMA TASIKMALAYA
NEWS SMA TASIKMALAYA
BERITA SMA MUHAMMADIYAH
SMA MUHAMMADIYAH
SMA TASIKMALAYA

http://smamuhammadiyahtasikmalayageo.blogspot.com/2011/04/minerals-and-rocks-1.html

Anda mungkin juga menyukai