Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN POTENSI BENCANA

ALAM DI KABUPATEN
PARIAMAN, PROVINSI
SUMATERA BARAT
Rizki Arya Putra (072.17.035)
PENDAHULUAN

 Indonesia merupakan negara yang terletak pada zona pertemuan tiga lempeng
yaitu lempeng Eurasia, lempeng pasifik, dan lempeng hindia-Australia. Dari kondisi
geologi tersebut membuat kondisi beberapa daerah di Indonesia rentan
terhadap bencana alam, dalam pembahasan ini penulis membahas kajian
potensi bencana di pulau sumatera, tepatnya kabupaten pariaman. Telah kita
ketahui bahwa pulau sumatera ini rentan terhadap bencana alam, kondisi
geologi pada pulau sumatera ini terdapat zona subduksi di bagian barat
(lempeng Eurasia) dan mekanisme dari subduksi ini menurut beberapa ahli
merupakan oblique. Dari kondisi geologi tersebut, bencana yang sering terjadi di
sumatera ini adalah gempa bumi, dan dari gempa bumi tersebut akan
menimbulkan bencana-bencana tambahan seperti liquifaksi,tsunami, gerakan
tanah, dll.
GEOLOGI REGIONAL
 Sumatera Barat memiliki kondisi fisiografi sangat kompleks. Menurut Sandy (1985) di Sumatera Barat dapat ditemui tiga wilayah
fisiografi utama, yaitu: wilayah pegunungan vulkanik, perbukitan lipatan tersier, dan wilayah dataran rendah. Wilayah pegunungan
vulkanik membujur pada bagian tengah provinsi ini dari utara sampai selatan, dengan patahan semangko pada tengahnya.
Sedangkan perbukitan lipatan tersier membentang dibagian timur pegunungan vulkanik tersebut. Perbukitan tersier ini di beberapa
tempat mengandung deposit batubara dengan medan berat.
 Sementara itu pada bagian barat provinsi ini terdapat dataran rendah. Berdasarkan data geologi yang ada saat ini, Cekungan
Ombilin dinyatakan sebagai suatu graben yang terbentuk akibat struktur pull-apart yang dihasilkan pada waktu Tertier Awal, yang
diikuti dengan tektonik tensional sehubungan dengan pergerakan strike-slip sepanjang zona Patahan Besar Sumatera. Berikutnya
terjadi erosi dan patahan, sehingga menghalangi rekonstruksi dari konfigurasi Cekungan Ombilin yang sebenarnya. Cekungan
Ombilin pada awalnya lebih luas dari batas-batas tepi cekungan yang ada saat ini. Walaupun begitu, erosi pasca pengendapan
telah menghilangkan batas dari cekungan awal. Sesar Tanjung Ampolo telah membelah Cekungan Ombilin dalam ukuran besar dan
secara struktural memisahkan cekungan tersebut menjadi dua bagian. Bagian Timur adalah bagian yang turun, sementara bagian
barat adalah bagian yang berada di atas, sehingga memperlihatkan bagian lapisan yang di bawahnya ((Koesoemadinata dan
Matasak, 1981)

Anda mungkin juga menyukai