Anda di halaman 1dari 14

MINERAL SEKUNDER

• Mineral sekunder adalah mineral yang dihasilkan dari


pelapukan mineral primer, baik oleh perubahan
struktur atau dari pengendapan kembali produk
pelapukan mineral primer.
• Selama proses pelapukan batuan yang berada di dekat
permukaan bumi, terjadi perubahan susunan kimianya
yaitu dengan mengubah mineral primer yang telah
terurai untuk kemudian bersenyawa lagi membentuk
mineral baru yang dikenal dengan mineral sekunder.
• Pembentukan mineral sekunder ini terutama dihasilkan
oleh pelapukan kimia.
• Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pelapukan Kimia
• Pelapukan merupakan proses alamiah yang terjadi pada
batuan. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi
terjadinya pelapukan kimia ini. Adapun berbagai macam
faktor yang mempengaruhi pelapukan kimia ini meliputi
komposisi batuan, iklim, ukuran batuan, serta vegetasi dan
binatang.
a. Komposisi batuan
• Komposisi batuan merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi pelapukan kimia. Ada mineral yang mudah
untuk bereaksi dengan air, oksigen dan juga gas CO2 akan
lebih cepat lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi
dengan air, oksigen dan gas CO2.
b. Iklim
• Faktor kedua yang mempengaruhi pelapukan kimia adalah adanya iklim
basah dan juga panas. Misalnya iklim hujan tropis akan mempercepat
proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
c. Ukuran batuan
• Ukuran batuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pelapukan kimia. Adapun semakin kecil ukuran batuan, makin intensif pula
reaksi kimia pada batuan tersebut dan akan semakin cepat pula
pelapukannya.
d. Vegetasi dan binatang
• Faktor lain yang mempengaruhi pelapukan kimia adalah vegetasi dan
binatang. Dalam kehidupannya, vegetasi dan binatang akan menghasilkan
asam- asam tertentu, oksigen dan gas asam arang sehingga mudah
bereaksi dengan batuan. Hal ini berarti vegetasi dan binatang ikut
mempercepat proses pelapukan batuan yang ada di sekitarnya.
• Berikut adalah macam – macam mineral sekunder:
a. Illite, mineral ini tidak memiliki warna namun ada beberapa yang
berwarna putih keabu – abuan. Mempunyai sistem kristal monoklin,
belahan satu arah sempurna, bersifat elastis dan berbentuk tabular.
Berasal dari proses magmatis yaitu pada batuan beku dalam yang
banyak mengandung silika dan alumina.
b. Kaolinite, berwarna putih, mempunyai sistem kristal monoklin, kilap
seperti mutiara dengan belahan sempurna. Berasal dari hasil
pelapukan mineral yang banyak mengandung alumunium dan
proses alterasi.
c. Laumontite, mineral ini mempunyai belahan 3 arah dengan pecahan
yang rata, cerat berwarna putih serta menandakan bentuk
elongated prismatik. Mineral ini berwarna putih, abu-abu dan
merah muda. Terbentuk dari proses hidrotermal di dalam rongga
batuan beku, batuan metamorf dan batuan sedimen.
Illite

Kaolin
d. Zeolite, mineral ini mempunyai warna putih atau abu-abu dan bentuk
pecahan tidak rata. Terbentuk dari proses hidrotermal yang pada tuf
e. Montmorillonite, termasuk mineral yang terbentuk di daerah beriklim
tropis dan hasil dari alterasi tuf Berwarna putih hingga abu-abu dengan
sistem kristal monoklin.
f. Alofan, termasuk mineral bukan kristal dan merupakan tanah umum yang
terdapat pada bahan vulkanik. Kumpulan alofan membentuk alumunium
silikat berair serta imogalit di dalam aluminosilikat. Alofan terbentuk dari
susunan tanah liat dan paling umum pada selang iklim yang luas.
g. Gibsit, mineral pembentuk tanah ultisol dan oksisol dan masih mengalami
pelapukan di daerah tropis dan subtropis. Tahap awal pelapukan mika
akan menghasilkan vermikulit untuk kemudian menjadi smektit, dengan
tahap pedogenik terbentuklah klorit untuk berubah lagi menjadi kaolinit.
Tahap terakhir akan menghasilkan gibsit.
Zeolit

Monmorilonit
h. Klorit
Klorit umumnya ditemukan dalam batuan beku sebagai produk alterasi
dari mineral mafik seperti piroksen, amfibol, dan biotit.
Klorit adalah mineral umum yang terkait dengan deposit bijih
hidrotermal dan biasanya berasosiasi dengan mineral epidote,
serisit, adularia, dan sulfida.
Klorit juga merupakan mineral metamorf yang umum, biasanya
merupakan indikasi metamorfisme tingkat rendah.

i. Serpentin
Mineral serpentin terbentuk ketika peridotite, dunite, dan batuan
ultramafik lainnya mengalami metamorfisme hidrotermal.
Mineral asalnya adalah olivin dan piroksen yang mengalami
ubahan akibat larutan hidrotermal.
Chlorite

Serpentin
Reaksi kimia pembentukan kaolinit
Reaksi kimia pembentukan chlorite dan serisit
Reaksi kimia pembentukan serpentin

Anda mungkin juga menyukai