Anda di halaman 1dari 132

Pertemuan 1

BAB 1
PENDAHULAN

1.1 Sejarah Perkemabangan Mekanika Tanah


Cabang ilmu mekanika tanah termasuk masih baru, tapi penggunaan mekanika
tanah sudah mulai di lakukan sejak dahulu. Pada pembuatan jalan dan rumah tinggal
dimana dibutuhkan pondasi maka ilmu ini digunakan. Penggunaan kayu dan batu untuk
pondasi sudah di gunakan pada tahun 2000 sebelum masehi.

Menurut Terzaghi (1948), Mekanika tanah atau disebut ( geoteknik ) adalah


penggunaan hukum- hukum mekanika dan hidrolika pada masalah teknis yang
berhubungan dengan sedimentasi dan penggabungan partikel – partiikel padat yang di
hasilkan dari desintegrasimekanis dan kimiawi batuan.

Istilah teknik pondasi adalah cabang dari teknik sipil yang berhubungan dengan
perencanaan, konstruksi, pemeliharaan, dan perbaikan dari pondasi setempat, pondasi
tiang, Caisson dan lain – lain. Banyak bangunan dibangun pada tahun 400 s/d 1400 A.D,
masalah yang dihadapi pada waktu itu adalah penurunan bangunan (settlement ) yang
besar. Sebagai contoh adalah MENARA PISA yang di bangun antara tahun 1174 s/d 1350
dan Taj Mahal yang di bangun antara tahun 1632 s/d 1650.

Pada tahun 1661, Negara Perancis membuat proggram intensif untuk peningktan
jalan dan membangun Kanal. Pada tahun 1776, COLOUMB,seorang perancis
mengemukakan teori “ WEDGE THEORY OF EARTH PRESSURE “ ( teori keruntuhan
tananh yang berada di belakang retaining wall ). Coloumb adalah orang pertama yang
perkenalkan konsep bahwa kekuatan geser tanah terdiri atas dua komponen yaitu gesekan
dan kohesi. ( “frictionn and cohesion “ ). Kemudian Poncelet ( 1778 – 1867 )

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 1


mengembangkan teori coloumb yaitu memberikan metode grafis untuk mentukan tekanan
tanah pada dinding penahan tang, baik dinding vertikal maupun miring.

Pada awal abad ke 20, sifat – sifat phisi tanah berulah bisa dimengerti. Atterberg
(1911) menggunakan beberapa tingkatan konsistensi tanah liat yang terhantung pada kadar
air. Pada tahhun 1916, Petterson dan Hultin menggunakan teori “ circular sliding theory “
yang dikenal dengan nama “ friction cirle instability calculation” yang dikembangkan lebih
lanjut oleh Fallenius pada tahun 1926 sehingga di kenal dengan nama SWEDISH
METHOD OF SLOPE ANALYSIS.

Dr Terzaghi mengmukkan tori konsolidasi pada tahun 1923 dan istilah


MEKANIKA TANAH di berikan oleh Dr Terzaghi pada tahun 1925 sehingga diberi gelar
Bapak Mekanika Tanah.

Pada tahun 1922 – 1923, Pavlovsky dari Rusia memberikan penyelesaian untuk
masalah “ seepage “ ( pengaliran air ) di bawah konstruksi hidrolik.

1.2 Penggunaan Ilmu Mekanika Tanah

Penggunaan Mekanika Tanah sangat berguna untuk memecahkan masalah-


masalah sebagai sebagai berikut :

1. Perencanaan Pondasi dan Kontruksi


Pondasi merupakan elemen penting pada segala struktur seperti terowongan,
bangunan, jembatan, bendungan dll. Sehingga kita perlu mengetahui daya dukung tanah,
pola distribusi tegangan didalam tanah yang berada dibawah lokasi pembebanan ,
kemungkinan penurunan pondasi, efek air tanah, efek getaran dll. Jenis pondai seperti
pndasi tapak, pondasi tiang dan pondasi sumuran dll. Sangat tergantung pada jenis lapisan
tanah besarnya beban dan kondisi air tanah.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 2


2. Perencanaan Permukaan Jalan
Permukaan jalan dapat berupa perkerasan fleksible atau perkerasan kaku (fleksible dan
rigid) dan itu tergantung pda lapisan tanah yang ada dibawahnya . yang dimaksud dengan
perkerasan fleksible adalah lapisan bitumen ( aspal), dan perkerasan kaku adalah lapisan
beton. Tebal perkerasandisesuaikan dengan karateristik tanah dibawahnya yang harus
ditentukan sebelu perencanaan.

3. Perencanaan struktu dibawah tanah dan dinding penhan tanah


Perencanaan dan kontruksi bawah tanah seperti terowongan, basement, jarinan pipa,
drainase dan dinding penahan tanah seperti “cofferdam”,”anchored bulk heads”, gravity
retaining wall”.
4. Perencanan “embakment” (berm) dan penggalian( excavation)
Pengetahuan tentang gaya geser tanh dan sifat-sifat tanah sangat pentin untuk untuk
perencanaan kemiringan ( slope) dari “embankment” atau kedalaman dari galian
(excavation).
5. Perencanan Bendungan Tanah (Earth Dam)
Tanah merupakan material utama untuk pengurugan dari usatu bendungan tanah ,
maka sifat-sifat tanah yang perlu diketahui adalah : density,plastisitas, spesific grafity,
distribusi butiran dan gradasi tanah, permeability, kosolidasi, kompaksi dan kekuatan geser
tanah. Penentuan kadar air optimum pada density maksimum merupakan aspek utama
dalam perencanaan bendungan tanah.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 3


Pertemuan 2

1.3 Sifat Umum Tanah


Istilah tanah dalam bidang Mekanika Tanah mencakup semua bahan dari tanah
lempung ( clay ) sampai dengan batuan ( gravel ). Adapun beberapa jenis tanah sebagai
berikut :
1. Pasir Lepdiatas pasir lepasas ( Loose sand )
Pasir lepas adalah pasi dengan kepadatan tanah. apabila pondasi mesin berada,
maka getaran mesin akan memadatkannya, sehingga menyebabkan penurunan
besar .
2. Tanah (Loess)
Adalah suatu deposit yang relatif seragam(uniform),tanah lanau bawaan angin.
Tanah ini mempunyai permeabilitas vertikal yang tinggi tetapi permeabilitas
horizontalnya rendah. Tanah “loess” menjadi sangat kompresible apabila jenuh .
3. Tanah lempung yang terkonsolidasi normal (Normally consolidated clay )
Adalah tanah lempung yang tidak pernah mengali tekanan yang lebih besar
daripada tekanan yang ada pada saat sekarang. Tanah ini umumnya sangat
kompresible, mempunyai daya dukung yang rendah dan permeabilitasnya juga
rendah.

4 Tanah lempung yang terkonsolidasi lebih ( Over Consolidated clay)

Adalah lempung yang pada masal lalu mengalami tekanan tekanan yang lebih
besar daripada tekanan yang diderita sekarang. Jenis tanah ini mempunyai daya
dukung yang tinggi dan dan tidak kompresible.

5 Bentonit

Adalah lempung yang mempunyai plastisitas yang tinggi yang dihasilkan dari
dekomposisi abu vulkanis. Tanah ini sangat ekspansif yang mengembang cukup
besar jika kondisinya jenuh.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 4


6. Gambut
Adalah bahan organis setengah lapuk berserat , gambut mempunyai angka pori
yang sangat tinggi dan sangat kompresible. Jika bangunan berada diatas tanah
gambut , maka terjadi penurunan yang sangat besar.

Adapun berikut ini adalah ukuran partikel untuk berbagai jenis tanah :

Jenis Tanah Ukuran Partikel


Berangkal (boulder) >20 cm
Kerakal (cobble stone) 8 cm – 20 cm
Batu Kerikil (Gravel) 2 mm – 8 cm
Pasir Kasar ( Coarse Sand ) 0.6 mm – 2 mm
Pasir Sedang ( Medium Sand ) 0.2 mm – 0.6 mm
Pasir Halus ( Fined Sand ) 0.06 mm – 0.2 mm
Lanau (silt) 0.002 mm – 0.06 mm
Lempung (clay) 0.002 mm
Koloid (Coloid) 0.001 mm

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 5


BAB II
DEFINISI DAN HUBUNGAN ANTARA PARAMETER TANAH

2.1 KOMPOSISI TANAH


Menurut Das (1995), tanah di definisikan sebagai material yang terdiri dari
agregat (butiran) padat yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan bahan-
bahan yang telah melapuk (yang berpatikel padat) di sertai dengan zat cair dan gas yang
mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut.
Tanah merupakan himpunan mineral, bahan organik, endapan-endapan beserta
campuran partikel dengan beragam ukuran. Ukuran partikel tanah dapat bervariasi, dari
ukuran lebih besar dari 100 mm sampai ukuran lebih kecil dari 0,001 mm. Segumpal tanah
dapat terdiri dari dua atau tiga bagian. Dalam tanah yang kering mungkin hanya terdapat
dua bagian saja, yaitu butiran tanah dan pori-pori udara. Tanah dalam keadaan jenuh terdiri
dari butiran tanah dan air pori. Tanah dalam keadaan tidak jenuh terdiri dari tiga bagian,
yaitu butiran padat, pori-pori udara dan air pori. Bagian-bagian tanah dapat digambarkan
dalam bentuk diagram fase seperti yang ditunjukan pada gambar 2.1

Wa Udara Va
Vv

(W)
(V) Ww Air Vw

Butiran Vs
Ws

(a) (b)
Gambar 2.1 Diagram3 Fase Tanah
Sumber : Hardiyatmo (1992)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 6


Hubungan Volume dengan Berat :

V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va

Dimana :

Vs = volume butiran padat


Vv = volume pori

Vw = volume air di dalam pori

Va = volume udara di dalam pori

Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka berat total dari
contoh tanah dapat dinyatakan dengan :

w = Ws + Ww

Dimana :

Ws = berat butiran padat

Ww = berat air

𝑊𝑤
w= x 100 %
𝑊𝑠

Hubungan volume yang umum dipakai untuk suatu elemen tanah adalah angka
pori (void ratio), porositas (porosity), dan derajat kejenuhan (degree of saturation).

2.2 Kadar Air ( Water Content )


Menurut Djuwadi (1995), kadar air adalah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam tanah tersebut terhadap berat kering tanah. Besarnya yang digunakan
untuk menentukan kadar air tanah dinyatakan dalam persen (%).

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 7


Menurut Budi (2011), kadar air adalah besarnya kandungan air yang terdapat di
dalam suatu contoh tanah, dinyatakan dalam persen (%).
W1  W2
Kadar air (W) =  100%
W2  W3
Dimana:
W1 = Berat cawan + tanah basah (gram)
W2 = Berat cawan + tanah kering ( gram)
W3 = Berat cawan kosong ( gram)
𝑊𝑤
W= x 100 %
𝑊𝑠
Dimana :

Ws = berat butiran padat

Ww = berat air
Kadar air diproleh :
1. Bulk Density (γ)
Didefenisikan segbagai berat total dibagi volume total.
𝑊
γ=
𝑉
2. Dry Density
Didefinisikan sebagai berat kerin tanah dibagi dengan volume partikel padat
𝑊𝑠
γd =
𝑉𝑇
3. Saturated Density( berat isi jenuh)
𝑊𝑇
γsat =
𝑉𝑇
4. Submerged Density γ’

𝑊𝑠′
γsub =
𝑉𝑇

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 8


2.3 Berat Jenis ( Spesific Gravity )
Menurut Djuwadi (1995), pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat
jenis tanah berbutir halus yang melalui saringan no. 40 (0.425 mm) dengan sistem rebus.
Berat jenis adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan volume tanah padat atau
berat air yang dengan isi sama dengan isi tanah padat tersebut pada suhu tertentu.
Dalam sistem inggris, berat volume air adalah 62,4 lb/ft³ ; dalam sistem SI,
berat volume air adalah 9,81 kN/m³.

𝛾𝑠
Gs =
𝛾𝑤

Dimana : γs = berat volume tanah

γw = berat volume air


Menurut Budi (2011), berat jenis tanah (specific gravity) adalah perbandingan
(rasio) antara masa (berat) kering butiran tanah dan masa (berat) air suling (distilled water)
pada volume yang sama dengan volume butiran tersebut. Nilai Gs ini dapat dipakai untuk
mengetahui berat relative tanah terhadap berat air yang mempuyai berat volume sebesar
satu.
Diameter Berat Spesifik Mineral-mineral Penting
Macam tanah Berat jenis (GS)

Kerikil 2,65 - 2,68


Pasir 2,65 - 2,68
Lanau Non Organik 2,62 - 2,68
Lempung Organik 2,58 - 2,65
Lempung Non Organik 2,68 - 2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25 - 1,80
Sumber: Hardiyatmo (1992)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 9


2.4 Angka Pori , Porositas, Berat volume, dan derajad kejenuhan

Hubungan volume yang umum dipakai untuk suatu elemen tanah adalah
angka pori (void ratio), porositas (porosity), dan derajat kejenuhan (degree of
saturation).

1. Angka Pori ( void ratio )

Angka pori atau void ratio (e) didefinisikan sebagai perbandingan


antara volume pori dan volume butiran padat, atau :
Dimana :
e = Angka Pori
Vv = Volume pori
Vs = Volume butiran padat
𝑉𝑣
e=
𝑉𝑠

2. Porositas ( Porosity )

Porositas atau porosity (n) didefinisikan sebagai perbandingan antara


volume pori dan volume tanah total, atau :
Dimana :
n = porosity
Vv = Volume pori
V = Volume tanah tota
𝑉𝑣
n=
𝑉𝑇

3. Derajat Kejenuhan ( degree of saturation )

Derajat kejenuhan atau degree of saturation (S) didefinisikan


sebagai perbandingan antara volume air dengan volume pori, atau :

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 10


Dimana :
S = derajat kejenuhan
Vw = Volume air
Vv = Volume pori
𝑉𝑤
Sr =
𝑉𝑣

Hubungan antara angka pori dan porositas dapat diturunkan dari


persamaan, dengan hasil sebagai berikut :
𝑉𝑣
n=
𝑉𝑇
𝑉𝑣 𝑒
= =
𝑉𝑠+𝑉𝑣 1+𝑒

Prensentase kadar pori (porositas) didefinisikan sebagai perbandingan volume


rongga udara terhadap volume total tanah yang dinyatakan dalam rumus :

𝑉𝑣
n= x 100 %
𝑉𝑇

4. Berat volume / unit weight ( γ )


Berat volume adalah berat tanah persatuan volume, jadi:

𝑊
γ= dimana : W = berat tanah
𝑉

V = volume
Berat volume dinyatakan dalam satuan inggris yaitu : pound per kaki kubik
(lb/ft³). Dalam satuan SI (satuan international), satuan yang digunakan adalah Newton
per meter kubik (N/m³).
Karena Newton adalah suatu satuan turunan , akan lebih baik kalau bekerja
dengan menggunakan kerapatan (density,p)tanah. Satuan SI untuk kerapatan adalah
kilo gram per meter kubik (Kg/m³). Adapun persamaan unuk kerapatan adalah:
𝑊 𝑚𝑠
ρ= dan ρd =
𝑉 𝑉

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 11


dimana:
ρ = kerapatan tanah (kg/m³)
ρ d = kerapatan tanah kering (kg/m³)
m = massa total yang ditest (kg)
ms = massa butiran padat dari tanah yang ditest (kg)
Satuan volume total , V, adalah m³
Besarnya volume tanah dalam satuan N/m³ dapat diperoleh dari kerapatan yang
mempunyai satuan kg/m³, sebagai berikut:
γ = ρ.g =9,81 ρ dan γd = ρ d . g =9,81 ρ d
dimana g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det²

2.5 Indeks Kepadatan / kerapatan relatif ( Relatif Density Indeks )


Density indeks didefinisikan sebagai perbandingan antara kadar pori dalam
keadaan lepas dikurangi kadar pori dalam keadaan natural dengan kadar pori dalam
keadaan lepas dikurangi kadar pori dalam keadaan padat.

𝑒 𝑚𝑎𝑥−𝑒
Dr =
𝑒 𝑚𝑎𝑥+𝑒 𝑚𝑖𝑛

Dimana :

e max = kadar air dalam keadaan lepas

e max = kadar air dalam keadaan padat

e = kadar air dalam keadaan natural

Rumus diatas digunakan untuk tanah non kohesi .

Harga e : jika tanah non kohesi berada dalam keadaan lepas maka harga e = e max,
sehingga DI = 0

Harga e : jika tanah non kohesi berada dalam keadaan padat maka harga e = e min,
sehingga DI = 1

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 12


Pertemuan 3

2.6 Hubungan antara Parameter-parameter Tanah


2.6.1 Hubungan antara e, Gs, w, Sr

w .Gs
e=
Sr

cara memperoleh rumus diatas :

e = Vv / Vs atau Vv = e. Vs

Ws = γs .Vs

Gs = γs /γw

Vw w .Ws w .γs.Vs
e= = =
Vv γw(e.Vs) γw.e.Vs

w γs w
= ( )= . Gs
e γw e

w .Gs
e=
Sr

2.6.2 Hubungan antara γ , Gs , e , Sr

(Gs .e.Sr).γw
γ=
1+e

cara memperoleh rumus diatas :

w (γs .Vs+γw+Vw)
γ= =
VT VT

dimana : Sr = Vw /Vv ; e = Vv / Vs atau

Sr = Vw / ( e .Vs )

(Gs .γw).Vs+γw.Vw)
=
VT

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 13


γw.(Gs .Vs.+V w)
=
Vv+Vs
Vw
γw.(Gs . Vs )
= Vw
Vs
+1

(Gs .e.Sr).γw
γ= .................. Terbukti
1+e

2.7 Contoh- Contoh Soal

2.7.1 Soal 1:
Dalam keadaan asli, suatu tanah basah mempunyai volume =0,33 ft³ dan berat =
39,39 lb. Setelah dikeringkan dalam oven , berat tanah kering adalah 34,54 lb.
Apabila Gs = 2,71,hitung kadar air, berat volume basah , berat volume kering ,
angka pori , porositas, dan derajad kejunuhan .

Penyelesaian
a. Kadar air

𝑊𝑤 𝑊−𝑊𝑠 39,39−34,54 5,39


w= = = = x 100%
𝑊𝑠 𝑊𝑠 34,54 34,54
= 15,6 %

b. Berat volume basah

𝑊 39,39
γ= = = 121,0 lb/ft³
𝑉 0,33

c. Berat volume kering

𝑊𝑠 34,54
γd = = = 104,67 lb/ft³ = 104,7 lb/ft³
𝑉 0,33

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 14


d. Angka Pori
Vv
e=
Vs
Ws 34,54
= = = 0,204 ft³
Gs γw 2,71 x 62,4
= V – Vs =0,33 – 0,204 = 0,126 ft³
Jadi;
0,126
e= = 0,62
0,204
e. Porositas
e 0,62
n= = = 0,38
1+e 1+0,62
f. Derajat kejenuhan
Vw
S=
Vv
Ww 5,39
Vw = = = 0,086 ft³
γw 62,4
0,086
S = x 100% = 68,3 %
0,126

2.7.2 Soal 2 :
Suatu tanah mempunyai data sebagai berikut : porositas = 0,45, Berat jenis butiran
tanah =2,68 , dan kadar air = 10%. Tentukan massa yang harus ditambahkan agar tanah
yang mempunyai volume 10 m³ menjadi jenuh.

Penyelesaian :
n 0,45
e= = = 0,82
1−n 1−0,45

Kerapatan tanah basah :

(1+w)𝐺𝑠 𝜌 w (1+0,1)2,68.1000
ρ= = = 1619,8 kg/m³
1+ e 1+ 0,82

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 15


2.8 Soal –Soal Latihan

2.8.1 Tanah mempunyai BULK DENSITY (γ) 2,0 gr/cm³ dan kadar air nya =
18%. Tentukan kadar air nya jika tanah tersebut dikeringkan samapai mencapai
kepadatan 1.9 gr/cm³ tetapi kadar pori (e) tetap.

2.8.1 Suatu tanah jenuh air mempunyai berta volume kering sebesar 16,2 kN/m³.
Kadar air nya adalah 20%. Tentukan (a) γsat, (b) Gs, dan (c) e

2.8.3 Tentukan kepadatan relatif untuk tanah pasir apabila diketahui porositas
tanah pasir = 37.5% ; porositas dalam keadaan padat = 30% porositas dalam
keadaan lepas =47.5%?

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 16


BAB III

PENENTUAN INDEKS PROPERTIES

3.1 Cara Menentukan Kadar Air


Menurut Djuwadi (1995), kadar air adalah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam tanah tersebut terhadap berat kering tanah. Besarnya yang digunakan
untuk menentukan kadar air tanah dinyatakan dalam persen (%).

3.1.1 Tujuan pengujian


Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air tanah.
3.1.2 Peralatan
a) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)°C
b) Cawan kedap udara dan tidak berkarat dengan ukuran yang cukup. Cawan
dapat terbuat dari gelas atau logam, misalnya alumunium.
c) Neraca :
 Neraca dengan ketelitian 0.01 gram
 Neraca dengan ketelitian 0.1 gram
 Neraca dengan ketelitian 1 gram
 Desikator
3.1.3 Dasar Teori
Kadar air atau kandungan air dalam tanah adalah sifat fisik tanah yang penting,
dalam keadaan kandungan alami dan di bawahnya disebut kondisi batas konsistensi.
Kadar air ialah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah
tersebut terhadap berat kering tanah. Besaran yang digunakan untuk menentukan kadar air
tanah dinyatakan dalam persen

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 17


Wa Air (%)

Ww Water (%)
W V

Ws Solid (%)

Gambar 3.1 Tiga fase elemen tanah dengan volume butiran padat sama dengan 1.

Untuk menghitung kadar air yang terkandung di dalam tanah menggunakan rumus
sebagai berikut:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟 𝑊1 −𝑊2


𝑤= = x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑊2 −𝑊3

Dimana :

W1 = Berat cawan + tanah basah (gram)

W2 = Berat cawan + tanah kering (gram)

W3 = Berat cawan kosong (gram)

3.1.4 Langkah Kerja


a) Benda uji yang mewakili tanah yang diperiksa ditempatkan dalam cawan yang
bersih, kering, dan diketahui beratnya.
b) Cawan dan isinya kemudian ditimbang dan beratnya dicatat.
c) Tutup cawan kemudian dibuka dan cawan ditempatkan di oven atau pengering
lainnya paling sedikit 24 jam (untuk oven) atau berat konstan.
d) Cawan ditutup kemudian didinginkan dalam desikator
e) Setelah dingin, ditimbang beratnya dan beratnya dicatat.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 18


Alat yang digunakan pada proses pengujian kadar air dapat dilihat pada

Gambar 3.2

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 19


3.2 Cara Menentukan Berat jenis (Spesifik Grafity)

Menurut Djuwadi (1995), pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat


jenis tanah berbutir halus yang melalui saringan no. 40 (0.425 mm) dengan sistem rebus.
Berat jenis adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan volume tanah padat atau
berat air yang dengan isi sama dengan isi tanah padat tersebut pada suhu tertentu.
Menurut Budi (2011), berat jenis tanah (specific gravity) adalah perbandingan
(rasio) antara masa (berat) kering butiran tanah dan masa (berat) air suling (distilled water)
pada volume yang sama dengan volume butiran tersebut. Nilai Gs ini dapat dipakai untuk
mengetahui berat relative tanah terhadap berat air yang mempuyai berat volume sebesar
satu.
W2  W1
Gs = .............................................................. (2.4)
(W4  W1 )  (W3  W2 )
Dimana:
Gs = Berat jenis tanah ....................................................... gram
W1 = Berat piknometer ...................................................... gram
W2 = Berat piknometer + tanah ......................................... gram
W3 = Berat piknometer + air + tanah ................................ gram
W4 = Berat piknometer + air .............................................. gram
Tabel 3.1 Berat spesifik mineral-mineral penting (Hardiyatmo, 2006)

Macam tanah Berat jenis


Kerikil 2,65 - 2,68
Pasir 2,65 – 2,68
Lanau non organik 2,62 – 2,68
Lempung organik 2,58 – 2,65
Lempung non organik 2,68 – 2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25 – 1,8

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 20


3.2.1 Tujuan pengujian
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan besaran berat jenis pada suatu
tanah. Tanah yang digunakan dalam pemeriksaan ini, tanah yang mempunyai butiran lolos
saringan no.40
3.2.2 Peralatan
a) Piknometer dengan kapasitas minimum 100 ml atau botol ukur dengan
kapasitas minimum 50 ml.
b) Desikator
c) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)°C
d) Neraca dengan ketelitian 0.01 gram
e) Thermometer ukuran 0°-50° dengan ketelitian pembacaan 1°c
f) Botol berisi air suling
g) Pompa hampa udara (vaccum, 1-1,5 PK) atau tungku listrik (cookplat)

3.2.3 Langkah Kerja


a) Timbang piknometer yang kering dan bersih (W1) gram
b) Masukkan tanah kurang lebih 15 gram dan timbang (W2) gram
c) Tambahkan air suling sampai 2/3 bagian. Untuk tanah lempung diamkan
kurang lebih 24 jam.
d) Didihkan piknometer dan isinya pada cawan yang berisi air.
e) Miringkan serta goyang-goyang agar udara yang terperangkap keluar.
f) Tambahkan air suling dan dinginkan pada suhu konstan.
g) Tambahkan air sampai penuh dan tutup serta keringkan bagian luarnya denan
tissue dn timbang (W3) gram.
h) Lakukan langkah ini berulang kali hingga mendekati berat (f) konstan.
i) Bersihkan piknometer dan isi dengan air suling, dan tutup serta keringkan
permukaan dengan tissue dan timbang (W4) gram.
j) Lakukan pengujian ini minimal 2 kali.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 21


3.3 Cara Menentukan Distribusi Butir (Grain Size Distribution)
A. Analisa Ayakan (Saringan)
Analisa saringan adalah mengayak sampel tanah melalui sat user ayakan dimana
lubang-lubang ayakan tersebut disusun mulai dari lubang ayakan terbesar hingga ayakan
yang berlubang kecil, dengan demikian butiran tanah terpisah menjadi beberapa bagian
dengan batas-batas ukuran yang diketahui.
Besarnya butiran tanah tersebut di-plotkan dalam grafik semi log yang disebut
grafik lengkung pembagian butiran. Tanah bergradasi baik mempunyai Cu lebih besar dari
4 untuk kerikil dan 6 untuk pasir, dan Cc antara 1-3 untuk kerikil dan pasir. Koefisien yang
digunakan untuk menggambarkan bentuk lengkungan pembagian butir adalah sebagai
berikut :
- Ukuran relative (effective size) = D10
- Koefisien keseragaman (uniformity coefisient) Cu = D60 / D10
- Koefisien lengkungan / gradasi (coefisient of curvature) = D30² / D10 x D60
Dimana D10,D30, D60 adalah ukuran butiran yang selaras dengan 10%, 30%,
60% lolos saringan ditentukan dari kurva.
Untuk standar ayakan Amerika Serikat nomor dan ukuran lubang seperti tertera
pada tabel dibawah :
Tabel 3.2 Standar Ayakan Amerika Serikat

Ayakan No Lubang (mm)


4 4,75
6 3,35
8 2,36
10 2
16 1,18
20 0,85
30 0,6
40 0,425
50 0,3
60 0,25
80 0,18

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 22


100 0,15
140 0,106
170 0,088
200 0,075
270 0,053

3.3.1 Tujuan Pengujian


Pemeriksaan ini Bertujuan untuk menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat
halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.

3.3.2 Peralatan
a) Enam buah saringan type ASTM, masing - masing no.4, 10, 16, 30, 50, no.100;
no.200.
b) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari benda uji.
c) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 
5)ºC.
d) Alat pemisah contoh.
e) Mesin pengguncang saringan.
f) Talam-talam.
g) Kwas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.

3.3.3 Langkah Kerja


a. Timbang saringan dan cacat berat kosong masing – masing.
b. Sampel sebanyak ± 500 gr dikeringkan di dalam oven dengan suhu ( 110 ±5
) 0C, sampai berat tetap.
c. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan alat mesin pengguncang
selama 15 menit.
d. Timbang masing – masing saringan dan cacat berat isinya.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 23


3.3.4 Rumus yang digunakan
Berat Tertinggal
% Tertinggal pada Ayakan x 100
Berat Tanah total

3.3.5 Conoh Hasil Analisis Ayakan


Tabel 3.3 Data Analisa saringan ( Perhitungan II )

Jumlah
Berat Jumlah Persen
Ayakan Ukuran Berat tertahan Tertahan
berat
berat
saringan
saringan
+ tanah
( Gram )
No ( mm ) ( Gram ) % Tertahan Lolos ( % )

4 4.75 417.50 417.50 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

10 2.00 374.00 374.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

16 1.18 368.50 369.00 0.50 0.10 0.50 0.10 99.90

30 0.60 375.00 379.50 4.50 0.90 5.00 1.00 99.00

50 0.30 372.50 372.50 0.00 0.00 5.00 1.00 99.00

100 0.15 347.00 365.50 18.50 3.70 23.50 4.70 95.30

200 0.08 356.50 403.50 47.00 9.40 70.50 14.10 85.90

Pan pan 332.00 33.00 429.50 85.90 500.00 100.00 0.00

Jumlah 500.00 100.00

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 24


B. Analisa Hidrometer
Menurut Budi (2011), analisa hydrometer (hidrometer analysis) adalah cara tidak
langsung yang dipakai untuk menentukan distribusi butiran tanah yang mempuyai ukuran
kurang dari 0.075 mm (lolos saringan no 200), tetapi lebih kasar dari 0,0002 mm.

(a)
(b)

Gambar 3.3 Skema Mesin Pengaduk (a), Skema Gelas Ukur dan Tabung
Hydrometer (b)
Sumber: Budi (2011)

Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir-butir tanah


dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan
mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk, ukuran dan
beratnya. Untuk mudahnya, dapat dianggap bahwa semua partikel tanah itu berbentuk bola
(bulat) dan kecepatan mengendap dari partikel-patikel tersebut dapat dinyatakan dengan
hukum stokes, yaitu:
s w 2
V = D
18
Dimana:
 = Kecepatan mengendap
s = Berat volume partikel tanah

w = Berat volume air

 = Kekentalan air

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 25


D = Diameter partikel tanah
Sehingga persamaan (1)

18 18 L
D =  .
 w s w t
Dimana:
Jarak L
V = = s = GS . w
Waktu t
Atau dalam satuan SI :

30 L
D = .
(Gs  1) w t

Dengan menganggap bahwa  w kira – kira 1 gram / cm3 didapat:

L(cm)
D =K
t (men)
Harga K merupakan fungsi dari Gs dan  , yang tergantung pada temperature uji.
Dengan mengetahui jumlah tanah di dalam larutan, L dan t, kita dapat menghitung
persentase berat dari yang lebih halus dari diametere yang ditentukan, dimana L adalah
kedalaman yang diukur dari permukaan air terhadap pusat berat bola kaca dari alat
hydrometer dimana kekentalan larutan diukur. Dari data-data yang diperoleh dilakukan
perhitungan untuk menentukan persentase distribusi butiran yang terkandung dalam contoh
tanah tersebut:
1. Nilai R - R w dihitung terlebih dahulu.
2. Gunakan Tabel. 1 untuk mencari harga A (faktor koreksi) berat jenis (Gs) yang sesuai.
3. Hitung nilai N (%) dengan menggunakan persamaan:
( R  Rw ) A
N= x100%
W
Dimana:
A = Faktor koreksi
W = Berat contoh tanah

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 26


4. Gunakan Tabel. 2 untuk memperoleh harga Z r untuk nilai R - R w yang sesuai.

5. Hitung harga Zr
t
6. Gunakan Tabel. 3 untuk memperoleh harga K dari hubungan Z r dengan,To
7. Hitung harga D melalui persamaan berikut:
Zr
D=K
t
Dimana: Zr = L
8. Hitung nilai N’ dengan menggunakan persamaan:
N .S v
N’ =
100
Dimana:
( R  Rw ). A
N = x100%
W
S v = Persentase butiran yang lolos ayakan no. 200 pada percobaan analisa
saringan selanjutnya hasil pengolahan data dan perhitungan (terlampir)
diplot pada grain size,curve.
Pada Grain Size Curve selanjunya ditentukan persentas Distribusi butiran terhadap
ketiga contoh tanah tersebut berdasrkan unified Soil Clasification system ( USCS) dan
AASHTO serta diameter dalam grain Size Curve yang bersesuai untuk 10% yang lebih
halus ( lolos ayakkan) atau D 10 dan diameter yang bersesuai dengan 30 % dan 60 % lolos

ayakan yang ditentukan dari grian size Curve ( D 30 , D 60 ) .

Dari harga-harga D 10 , D 30 , D 60 tersebut dapat diperoleh koefisien keseragaman

(C u ) serta koefisen gradasi (C c ) dari ketiga contoh tanah.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 27


3.3.6 Tujuan Pengujian
Pengujian ini dilakukan untuk butir – butir tanah halus, lebih halus dari 0,074 mm (
lolos saringan no 200), tetapi lebih kasar dari 0,0002 mm. Untuk butir –butir yang lebih
halus dari 0,0002 mm akan berbentuk koloidal. Percobaan ini dilakukan adalah untuk
menentukan distribusi butiran tanah yang lolos saringan no .200 dengan cara pengendapan.
Atau dengan kata lain menentukan pembagian ukuran butir (gradasi) dari tanah yang lewat
saringan no. 200.

3.3.7 Peralatan
1. Hidrometer dengan skala-skala konsentrasi (5-60 gram per liter) atau untuk
pembacaan berat jenis campuran ( 0,995 – 1,038)
2. Gelas ukur kapasitas 1000 ml, dengan diameter ± 6,5 cm
3. Thermometer 0 – 50 c dengan ketelitian 0, 1 c
4. Larutan natrium sulfat ( N a So 4 )
5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
6. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
7. Spatula dan cawan dari porselin
8. Saringan no .200
9. Desikator
10. Stopwatch
11. Dish
12. Mixer
13. Aquadest

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 28


Gambar 3.4 Hidrometer

Alat Pengujian Analisa Hidrometer

Gambar 3.5

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 29


3.3.8 Langkah Kerja
a. Ambil contoh tanah asli dari tabung sebanyak ± 100 gram, lalu oven selama 24 jam.
Kemudian contoh tanah tersebut ditumbuk dalam mangkok porselen hingga halus
namun tidak merusak struktur butiran tersebut.
b. Saring contoh tanah tersebut dengan saringan no. 200 dan ambil sebanyak 50 gram.
Kemudian tambahkan aquades kedalam contoh tanah tersebut secukupnya dan biarkan
terendam selama 24 jam.
c. Masukkan contoh tanah tersebut kedalam bejana dan tambahkan larutan natrium
sulfat sebanyak ± 10 cc lalu letakkan bejana tersebut dalam adukan mixer kemudian
contoh tanah tersebut di – mixer, selama 15 menit.
d. Selama menunggu contoh tanah selesai di – mixer, masukkan aquadest kedalam gelas
ukur I sebanyak 1000 ml.
e. Masukan contoh tanah yang telah di – mixer kedalam gelas II lalu tambahkan
aquadest hingga volume suspensi 1000 ml.
f. Dengan ditutup plastic atau telapak tangan, gelas ukur II tersebut dikocok selama 2 –
3 menit hingga suspensi benar- benar rata dan terjadi larutan yang homogen.
g. Letakkan gelas ukur II dengan hait- hati, kemudian hisupkan stop watch.
h. Masukkan hydrometer kedalam gelas ukur II kemudian lakukan pembacaan pada
hydrometer pada waktu menunjukan 0,25 menit. Pada saat menit pengukuran lama
hyrometer didalam suspensi gelas ukur II tidak lebik dari 10 detik pada setiap
pembacaan.
i. Angkat hyrometer tersebut lalu masukan gelas ukur I yang berisi air aquadest lalukan
pencacatan angka hyrometer.
j. Masukan thermometer kedalam larutan suspensi gelas ukur II kemudian cacat
temperaturnya.
k. Lakukan hal yang sama seperti point 8,9 dan 10 terhadap waktu laianya yang telah
ditentukan : 0,5 menit, 1 menit dan seterusnya. ( 0,25 ; 0,5 ;1 ;2 ;5 ;15 ;30 ;60 ;250 ;
1440 menit).

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 30


l. Pembacaan telah selesai dilakukan, larutan dituang dalam dish yang telah ditimbang

beratnya, kemudian dimasukan kedalam oven selama 24 jam pada temperature 110⁰C

untuk mendapatkan berat keringnya.

3.3.9 Contoh Hasil Analisa Hidrometer


Tabel 3.4 Analisa Hidrometer Saringan Sampel 1

N' = % lolos saringan No.200 x N -------------> Berat tanah kering = 50 Gram


TGL PUKUL WAKTU R = Rw = SUHU R - Rw N Zr Zr D N'
V--------
(menit) 1000(r-1)1000(r-1) C ( % ) ( Cm ) t ( mm ) (%)
17-May-14 11.05 0.25 1.035 1.008 0.027 0.057 10.600 6.510 0.065 26.847
17-May-14 11.06 0.5 1.033 1.008 30° 0.025 0.052 10.900 4.660 0.060 24.859
17-May-14 11.07 1 1.032 1.008 30° 0.024 0.050 11.100 3.310 0.043 23.864
17-May-14 11.08 2 1.030 1.008 30° 0.022 0.046 11.400 2.380 0.031 21.876
17-May-14 11.10 5 1.028 1.008 30° 0.020 0.042 11.700 1.520 0.020 19.887
17-May-14 11.20 15 1.020 1.007 30° 0.013 0.027 13.000 0.930 0.012 12.927
17-May-14 11.35 30 1.011 1.007 30° 0.004 0.008 14.500 0.690 0.009 3.977
17-May-14 12.00 60 1.007 1.007 30° 0.000 0.000 15.200 0.500 0.006 0.000
17-May-14 15.35 240 1.007 1.007 30° 0.000 0.000 15.200 0.250 0.003 0.000
18-May-14 11.05 1440 1.007 1.007 30° 0.000 0.000 15.200 0.100 0.001 0.000
Keterangan:

Gs = 2.49 gram/cm3

W = 50 gram

A = 1.05 (Tabel 5.4 Faktor Koreksi α untuk Gs yang berbeda)

K = 0.01312 (Tabel nilai K untuk temperature dan Gs yang berbeda)

Sv1 = 94,7 %

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 31


3.4 Menentukan Konsistensi Tanah
3.4.1 Menentukan Batas Cair (Liquid Limit)
Batas cair (Liquid limit) adalah kadar air batas dimana suatu tanah berubah dari
keadaan cair menjadi keadaan plastis. Cara menentukan batas cair menggunakan alat,
dilakukan dengan beberapa sampel dengan kadar air yang berbeda. Tiap sampel tanah
dihitung kadar airnya dan dihitung jumlah ketukan digrafikkan, dan batas cair dapat
ditentukan dengan mencari nilai kadar air yang berhubungan dengan jumlah ketukan =25.

Rumus yang digunakan untuk mencari batas cair secara empiris adalah sebagai
berikut :

𝑁
𝐿𝐿 = 𝑊𝑛 𝑥 (25)0,121

Dimana:

LL : Liquid limit

Wn : Kadar air pada ketukan ke N

N : Jumlah ketukan

Padat Semi Padat Plastis Cair


Kadar Air
Bertambah
Batas Batas Batas
Susut Plastis Cair
(SL) (PL) (LL)

Gambar 3.6 Batas-batas Atterberg


Sumber: Das (1995)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 32


3.4.1.1 Peralatan
a) Alat batas cair standard
b) Alat pembuat alur (grooving tool)
c) Sendok dempul
d) Pelat kaca 45 x 45 x 0,9 cm
e) Nerasa dengan ketelitian 0,01 gram
f) Cawan kadar air minimal 4 buah
g) Spatula dengan panjang 12,50 cm
h) Botol tempat air suling
i) Air suling
j) Oven yang dilengkapi dengan suhu untuk memanasi sampai (110±5)°c
Gambar 3.7 Alat Cassagrande
Liquid limit device

73,0 5,9
R10,0

R2,22 10

149,9

GROVING TOOL

125,0

BRASS CUP

59,51

50,8 HARD RUBBER

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 33


3.4.1.2 Langkah Kerja
a) Letakkan 100 gram benda uji yang sudah dipersiapkan di dalam pelat kaca
pengaduk
b) Dengan menggunakan spatula, aduklah benda uji tersebut dengan menambah
air suling sedikit demi sedikit, sampai homogeny
c) Setelah contoh menjadi campuran yang merata, ambil sebagian benda uji dan
letakkan di atas mangkok alat batas cair, ratakan permukaannya sedemikian
rupa sehingga sejajar dengan dasar alat, bagian yang paling tebal harus ±1 cm.
d) Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok itu, dengan
menggunakanb alat pembuat alur (grooving tool) harus tegak lurus permukaan
mangkok.
e) Putarlah alat sedemikian, sehingga mangkok naik/jatuh dengan kecepatan 2
putaran per detik. Pemutaran ini dilakukan terus sampai dasar alur benda uji
bersinggungan sepanjang kira-kira 1,25 cm dan catat jumlah ketukannya pada
waktu bersinggungan.
f) Ulangi pekerjaan (c) sampai (e) beberapa kali samapi diperoleh jumlah
ketukan yang sama, hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan apakah
pengadukan contoh sudah betul-betul merata kadar airnya. Jika ternyata pada 3
kali percobaan diperoleh pukulan ± sama, maka ambillah benda uji langsung
dari mangkok pada alur, kemudian masukkan ke dalam cawan yang telah
dipersiapkan, maka periksalah kadar airnya.
g) Kembalikan benda uji ke atas kaca pengaduk,, dan mangkok alat batas cair
dibersihkan. Benda uji diaduk kembali dengan merobah kadar airnya.
Kemudian ulangi langkah (b) sampai (f) minimal 3 kali berturut-turut dengan
variasi kadar air yang berbeda, sehingga akan diperoleh perbedaan jumlah
pukulan ketukan sebesar 8-10.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 34


3.4.1.3 Contoh hasil percobaan
Tabel 3.5 Liquit Limit

No.Of Blows 7 10 28 37

Container No 1 2 3 4

Wt.Container + Wet Soil gr 21.006 25.065 19.265 23.110

Wt.Container + Dry Soil gr 18.070 20.106 16.678 19.199

Wt.Water gr 2.936 4.959 2.587 3.911

Wt.Container gr 13.648 12.346 12.430 12.491

Wt.Dry Soil ( Ws ) gr 4.422 7.760 4.248 6.708

Water Content ( w ) % 66.395 63.905 60.899 58.304

Gambar hubungan jumlah ketukan (number of blows) dan kadar air (water content)

FLOW CURVE
70
69
68
WATER CONTENT ( w )

67
66
65
64
63
62
61
60
59
58
57
10 100
NUMBER Of BLOWSy = -0,4305x + 71,523

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 35


3.4.2 Menentukan Batas Plastis (Plastis Limit)
Batas plastis ialah keadaan antara plastis dan semi plasti atau kadar air dimana
tanah akan retak – retak apabila tanah tersebut digulung seperti lidi dengan ukuran ±
3mm. Batas plastis merupakan batas terendah dari keplastisan suatu tanah. Cara
pengujian batas plastis sangat sederhana, yaitu dengan cara menggulung masa tanah
berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar.
Sifat-sifat tanah lempung dan lanau secara langsung tidak ada hubungannya
dengan ukuran butirnya, karena sifat lempung dan lanau lebih tergantung kepada
komposisi zat mineralnya daripada ukuran butirnya, karena itu penentuan ukuran butir
tidak begitu penting untuk tanah lanau dan lempung. Menentukan batas-batas plastisnya
adalah hal yang lebih penting karena angka-angka ini memberikan petunjuk yang lebih
baik akan sifatnya, dari pada ukuran butirnya.
Indeks plastisitas [plasticity indeks ( PI ) adalah perbedaan antara batas cair dan
batas plastis suatu tanah.
PI = LL – PL
Ket :
LL = Nilai kadar air rata-rata batas cair
PL = Nilai kadar air rata-rata batas plastis

3.4.2.1 Tujuan pengujian


Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan
batas plastis.

3.4.2.2 Peralatan
a) Plat kaca 45 x 45 x0,9 cm
b) Sendok dempul dengan panjang 12,5 cm
c) Batang pembanding dengan diameter 3 mm panjang 10 cm
d) Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
e) Cawan untuk menentukan kadar air 2 buat

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 36


f) Botol tempat air suling
g) Air suling
h) Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)°c

3.4.2.3 Langkah Kerja


a) Letakkan benda uji diatas plat kaca, kemudian diaduk sehingga kadar airnya
merata
b) Setelah kadar air cukup merata, buatlah bola-bola tanah dari benda uji itu
seberat 8 gram, kemudian bola-bola tanah itu digeleng-gelengkan di atas plat
kaca. Penggelengan dilakukan dengan telapak tangan, dengan kecepatan 80-90
gelengan per menit.
c) Penggelengan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batangan dengan
diameter 3 mm. kalau pada waktu penggelengan itu ternyata sebelum benda uji
mencapai 3 mm sudah retak, maka benda uji di satukan kembali ditambah air
sedikit lalu diaduk sampai merata. Jika ternyata penggelengan bola-bola itu bias
mencapai diameter lebih kecil dari 3 mm tanpa menunjukkan retakkan-
retakkan, maka contoh perlu dibiarkan beberapa saat di udara, agar kadar airnya
berkurang sedikit.
d) Pengadukan dan penggelengan diulangi terus sampai retakan-retakan itu terjadi
tepat pada saat gelengan mempunyai diameter 3 mm.
e) Periksa kadar air tanah pada (d) dilakukan ganda benda uji untuk perbedaan
kadar air 5% (maksimum)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 37


Alat yang digunakan :

Gambar 3.8

Tanah yang dipilih hingga memiliki panjang 10 cm dan diameter 3mm, dan ini
dokumentasi foto uji coba sample batas plastis.

3.4.2.4 Contoh hasil percobaan (Tabel 3.6 Plastic Limit)

No Sampel I II

Berat cawan (gr) 16.745 15.771

Berat cawan + Tanah basah (gr) 15.840 15.130

rat cawan + Taah kering (gr) 0.905 0.641

Berat air (gr) 13.375 13.320

Berat tanah kering (gr) 2.465 1.810

Kadar air (gr) 36.714 35.414

Rata-rata (%) 36.064

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 38


Jadi Plastic Limit = 36,064
Plasticity Indeks = PL = LL – PL
= 60,770 – 36,064
= 24,076

3.5 Menentukan Batas Susut (Shirinkage Limit)

Batas susut (SL), Didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah
semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air dimana pengurangan kadar air selanjutnya
tidak mengakibat kan perubahan volume tanah. Percobaan batas susut dilaksanakan dalam
laboratorium dengan cawan porselin diameter 4,4 mm dengan tinggi 12,7 mm. Bagian
dalam cawan dilapisi dengan pelumas dan diisi dengan tanah jenuh sempurna. Kemudian
dikeringkan dalam oven. Volume ditentukan dengan mencelupkannya dengan air raksa.
Btas susut dinyatakan dalam persamaan :

(𝑊1−𝑊2 ) (𝑉1−𝑉2 )
SL ={ - }x 100%
𝑊2 𝑉2

Dimana :

W1 = berat tanah basah dalam cawan percobaan (g)


W2 = berat tanah kering oven (g)
V1 = volume tanah basah dalam cawan (cm³)
V2 = volume tanah kerin oven (cm³)
γw = berat volume air (g/ cm³)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 39


3.6 Contoh-Contoh Soal

3.6.1 Untuk air + menentukan kadar air contoh pasi basah berat 400 gram dimasukkan
kedalam piknometer + pasir = 2232 gram. Berat piknometer penuh air = 2040
gram Gs = 2,67. Tentukan kadar air dalam contoh tersebut ?

Penyelesaian:

W2−W1 Gs−1
w={( )( ) − 1 }x100 %
W3− W4 Gs

dimana w1 = berat piknometer kosong

w2 = berat piknometer + pasir

w2 – w1 = berat pasir dalam piknometer

= 400 gram

w3 = berat piknometer + pasi+ air

= 2232 gram

w4 = berat piknometer + air

= 2040 gram

400 2,67
w={( )( )-1 } x 100 %
2232− 2040 2,67−1

= 30%

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 40


3.6.2 Tanah kering berat 325 gram ditempat dalam piknometer kemudian piknometer
diisi penuh air . Berat piknometer + pasir + air = 1700 gram. Jika piknometer
diisi dengan air maka berat piknometer + air = 1500 gram. Tentukan berat jenis
tanah (Gs) ?

Penyelesaian :
w1= w2 = 325 gram
w3 = 1700 gram
w4 = 1500 gram
w = 0 (tanah kering)

W2−W1 Gs−1
w={( )( )−1}
W3− W4 Gs

1700−1500 Gs−1
0= ( )( )
325 Gs

= 2,60

Jadi diperoleh berat jenis tanah diatas sebesar 2,60.

3.6.3 Berat kering contoh tanah liat = 10,8 gram. Berat air raksa yang dipindahkan
pada saat contoh dites pada percobaan batas susut = 84,2gram. Berat jenis butir
= 2,72. Tentukan batas susut ?

Penyelesaian :

𝛾𝑤−𝑣 𝐺𝑇
SL = -
𝑊2 𝐺𝑠

Dimana : v = 84,2/13,55 = 6,214 cm³

1(6,214 1
SL = -
10,8 2,27

= 0,2077 =20,77%.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 41


3.7 Soal – Soal Latihan

3.7.1 Untuk menentukan kadar air , contoh tanah basah berat 300 gram dimasukkan
kedalam piknometer. Berat piknometer + contoh + air (penuh piknometer) =
2130 gram, Berat piknometer berisi penuh air = 2000 gram, berat jenis contoh =
2,67. Tentukan kadar air dalam contoh tersebut ?

3.7.2 Diketahui dari suatu hasil analisa ayakan diperoleh data-data berikut

Ukuran Ayakan ( mm) Berat butir tertinggal di ayakan (gram)


10 0
6 5,5
2 25,7
1 23,1
0,6 22,0
0,3 17,3
0,15 12,7
0,075 6,9
Pan 2,3

Ditanya : Gambar lengkung pembagian ukuran butir (grainsize Distribution curve)?

3.7.3 Diketahui batas atterberg suatu contoh tanah adalah LL = 60% ; PL = 40% dan
SL = 20%, jika contoh tanah menyusut dari volume 10cm³ pada keadaan LL menjadi
6,00 cm³, pada keadaan kering oven, Maka tentukan besarnya Shrinkage Ratio?

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 42


Pertemuan 4

BAB IV
KLASIFIKASI TANAH

4.1 Pendahuluan

Menurut Das (1995), sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan
beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa kedalam
kelompok-kelompok dan subkelompok-kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sebagian
besar sistem klasifikasi tanah telah dikembangkan berdasarkan sifat-sifat tanah.
Menurut Bowles (1993), sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk
memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena variasi sifat
dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara umum mengelompokan
tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisis.
Maka dari itu metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Sistem
klasifikasi berdasarkan tekstur, sistem klasifikasi Unified Soil Clasification System (USCS)
dan sistem klasifikasi American Association of State Highway and Transportation Official
(AASHTO). Kedua sistem tersebut mengelompokkan tanah berdasarkan distribusi ukuran
butir dan batas-batas atterberg.
4.2 Tanah Berdasarkan Sistem Klasifikasinya
Sistem klasifikasi tanah yang ada mempunyai beberapa versi, hal ini
disebabkan karena tanah memiliki sifat-sifat yang bervariasi. Adapun beberapa
metode klasifikasi tanah yang ada antara lain:
a. Klasifikasi Tanah Berdasar Tekstur.
b. Klasifikasi Tanah Sistem USCS
c. Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 43


4.2.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur
Pengaruh daripada ukuran tiap-tiap butir tanah yang ada didalam tanah
tersebut merupakan pembentuk testur tanah. Tanah tersebut dibagi dalam beberapa
kelompok berdasar ukuran butir: pasir (sand), lanau (silt), lempung (clay).
Departernen Pertanian AS telah mengembangkan suatu sistem klasifikasi ukuran
butir melalui prosentase pasir, lanau dan lempung yang digambar pada grafik
segitiga Gambar 4.1.
Cara ini tidak memperhitungkan sifat plastis tanah yang disebabkan adanya
kandungan (baik dari segi jumlah dan jenis) mineral lempung yang terdapat pada
tanah. Untuk dapat menafsirkan ciri-ciri suatu tanah perlu memperhatiakan jumalah
dan jenis mineral lempung yang dikandungnya.

Sumber : MekanikaTanah Jilid 1, Braja M. Das

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 44


Gambar 4.1 Klasifikasi berdasar tekstur tanah
4.2.2 Klasifikasi Tanah Sistem USCS (unified soil classification)
Menurut Hardiyatmo (1992), pada sistem tanah Unifed, tanah di klasifikasikan ke
dalam tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari 50% lolos saringan no. 200,
dan sebagai tanah berbutir halus (lanau/lempung) jika lebih dari 50% lolos saringan no.
200. Selanjutnya, tanah diklasifikasikan dalam sejumlah kelompok dan subkelompok yang
dapat dilihat dalam Tabel 2.1. Simbol-simbol yang digunakan tersebut adalah:
Pt = Tanah gembut dan tanah organik tinggi (peat and highly organic soil
O = Lanau atau lempung organik (organic silt or clay)
H = Plastisitas tinggi (high-plasticity) S = Pasir (sand)
L = Plastisitas rendah (low-plasticity) M = Lanau (silt)
P = Grasadi buruk (poorly-graded) C = Lempung (clay)
W = Gradasi baik (well-graded)
G = Kerikil (gravel)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 45


Tabel 4.1 Sistem Klasifikasi USCS

Sumber: Das (1995)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 46


Pertemuan 5

4.2.3 Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO


Menurut Das (1995), sistem ini dikembangkan pada tahun 1929 sebagai Public
Road Administrator Sistem dan kemudian dipakai sebagai pedoman praktis untuk
mengklasifikasikan tanah beserta aggregatnya. Pedoman praktis ini memberikan prosedur
klasifikasi material kedalam tujuh kelompok yang didasarkan pada hasil percobaan
laboratorium mengenai distribusi ukuran pratikel, batas cair dan indeks plastisitas. Tanah
terdiri atas beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
1. Berangkal (baulders) diameter lebih besar 75 mm.
2. Kerikil (gravel) diameter 2 mm sampai dengan 75 mm.
3. Pasir kasar (coarse sand) diameter 0,425 mm s/d diameter 2 mm.
4. Pasir halus (fine sand) diameter 0,075 mm s/d 0,425 mm, dan
5. Lanau lempung (silt clay) diameter butiran yang lolos saringan no.200 (diameter 0.075
mm).
Dalam sistem AASTHO juga terdapat grup indeks (GI) untuk mengevaluasi mutu
bahan lapisan tanah suatu jalan. Kelompok A-1 secara umum banyak ditemukan oleh
ukuran butirannya, sedangkan kelompok tanah A-4 sampai A-7 sangat ditentukan oleh sifat
plastisitas tanahnya. Untuk mengevaluasi mutu dan membedakan memikul beban roda dari
jenis tanah yang satu dengan yang lain dalam satu kelompok tanah, AASHTO
mempergunakan group index.
Pertimbangan lain secara umum terbagi menjadi 2 kelompok yang besar, kelompok
pertama adalah kelompok granular materials (bahan-bahan yang berbutir kasar), tanah yang
butir halusnya (lolos saringan no.200) paling maksimal 35% dari berat keseluruhan massa
tanah itu. Kelompok tersebut terdiri dari jenis-jenis A-1, A-2, dan A3. Kelompok kedua
adalah yang disebut silt clay material (bahan-bahan lanau lempung) yaitu tanah yang
butiran halusnya (yang lolos saringan No. 200) paling minimum 36% dari berat
keseluruhan tanah tersebut. Penentuan indeks kelompok tanah yang dipaparkan oleh Holtz
dan Kovacs(1981), dengan persamaan 2.1 sebagai berikut:
GI = (F-35)[0,2 + 0,005 (LL-40)] + 0,01(F-15)(PI-10)] .................... (2.1)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 47


Dimana:
GI = Group index (indeks kelompok)
F = % lolos saringan 200
LL = Batas cair
PI = Indeks plastisitas

Tabel 4.2 Sistem Klasifikasi AASHTO

Klasifikasi Tanah Berbutir Tanah Lanau-Lempung


Umum (35% Atau Kurang Dari Seluruh Contoh Lolos Ayakan No. 200) (Lebih Dari 35% Dari Seluruh Contoh Tanah
Klasifikasi A-1 A-2 A-7, A-7-5
A-3 A-4 A-5 A-6
Kelompok A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7 A-7-6
Analisis Saringan
(%Lolos)
No. 10 Maks 50
No. 40 Maks 30 Maks 50 Maks 51
No. 200 Maks 15 Maks 25 Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36
Sifat Fraksi Yang Lolos
Ayakan No. 40
Batas Cair (LL) Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 41
Indeks Plastisitas (PI) Maks 6 NP Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11 Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11
Indeks Kelompok (GI) 0 0 0 4 Maks 8 Maks 12 Maks 16 Maks 20 Maks
Tipe Material Yang Batu Pecah, Kerikil Pasir Kerikil dan Pasir Yang Berlanau Tanah Tanah
Paling Dominan Dan Pasir Halus Atau Lempung Berlanau Berlempung
Penilaian Sebagai
Baik Sekali Sampai Baik Biasa Sampai Jelek
Bahan Tanah Dasar
Untuk A-7-5, PL > 30
Untuk A-7-6, PL < 30
Sumber: Das (1995)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 48


4.3 Contoh-Contoh Soal
4.3.1 Hasil dari uji analisis distribusi butir suatu tanah adalah sebai berikut :
Persentase butiran yang lolos ayakan No. 10 = 100%
Persentase butiran yang lolos ayakan No. 40 = 58%
Persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 = 58%
Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) dari tanah yang lolos ayakan No.40 adalah 30
dan 10. Klasifikasikan tanah tersebut dengan cara AASHTO.
Penyelesaian :
Gunakan tabel 2.2. karena tanah yang lolos ayakan No. 200 adalah sebesar 58%, maka
tanah ini masuk dalam klasifikasi lanau-lempung (salt-clay)- yaitu masuk kedalam
kelompok A-4, A-5, A6, atau A7. Perhatikan angka-angka yang diberikan dalam tabel 2.2
dari kolom sebelah kanan ; tanah yang diuji ternyata masuk dalam kelompok A-4.
dimana: F = Persentase butiran yang lolos ayakan No.200
GI = (F-35) [0,2 + 0,005(LL-40)] + 0,01(F – 15)(PI – 10 )
= (58 - 35) [0,2 + 0,005( 30 – 40 )] + (0,01)(58 – 15)(10 – 10 )
= 3,45 ≈ 3
Jadi, tanah diklsifikasikan sebagai A-4(3)
4.3.2 95% dari berat suatu tanah lolos ayakan No. 200 dan mempunyai batas cair 60
dan indeks plastisitas 40. Klasifikasikan tanah tersebut menurut AASHTO.
Penyelesaian :
Menuru tabel 2.2, tanah tersebut masuk dalam klelompok A-7 ( teruskan urutan
pekerjaan seperti yang diterangkan pada contoh 4.4.2). Karena
40 > 60 – 30
PI LL
Maka tanah tersebut adalah masuk kelompok A-7-6.
GI = (F-35) [0,2 + 0,005(LL-40)] + 0,01(F – 15)(PI – 10 )
= (95 - 35) [0,2 + 0,005( 60 – 40 )] + (0,01)(95 – 15)(40 – 10 )

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 49


= 42 Jadi,klasifikasi tanah tersebut adalah A-7-6(42).
4.5 Soal-Soal Latihan
1. Dari percobaan penentuan batas cair (LL) suatu contoh ytanah berbutir diperoleh
data sebagai berikut :
Jumlah Ketukan Kadar Air (w) %
15 77
18 74
20 72
30 65
37 61
45 59

Tentukan batas cair (LL) dan jika plastic limit nya = 33% maka klasifikasi tanah
tersebut menurut Plasticity Chart Casagandre ?

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 50


Pertemuan 15

BAB V

AIR TANAH , PERMEABILITAS, REMBESAN

5.1 Air Tanah (Ground Water)

Air tanah adalah sebagai air yang terdapat dibawah permukaan bumi. Sumber
utamanya air hujan yang meresap kebawah melewati ruangan pori diantara butiran tanah.
Air sangat berpengaruh pada sifat-sifat teknis tanah, khususnya tanah berbutir halus.
Demikian juga air merupakan faktor yang sangat penting dalam masalah-masalah seperti
:penurunan,stabilitas pondasi,stabilitas lereng, dll.

Pada lapisan tanah terdapat tiga zone penting yaitu : zone jenuh air, zone kapiler,
dan zone jenuh sebagian. Pada zone jenuh atau zone dibawah muka air tanah, air mengisi
seluruh rongga-rongga. Pada zone ini tanah dianggap dalam keadaan jenuh sempurna.
Batas atas dari zone jenuh adalh permukan air tanah atau freatis. Zone kapiler terletak
diatas zone jenuh. Ketebalan zone ini tergantung dari macam tanah, akibatnya air
mengalami isapan atau tekanan negative. Zone tak jenuh yang berkedudukan paling atas,
adalh zone dekat permukaan tanah dimana air dipengaruhi oleh penguapan sinar matahari
dan akar-akar tumbuh-tumbuhan.Tabel.5.1 Tinggi Kapiler masing-masing jenis tanah :

Jenis Tanah Ukuran Butir Tinggi Kapiler (ho) cm


Kerikil halus 2 s/d 1 2 s/d 10
Pasir kasar 1 s/d 0,5 10 s/d 15
Pasir sedang 0,5 s/d 0,25 15 s/d 30
Pasir halus 0,25 s/d 0,05 30 s/d 100
Lanau (silt) 0,05 s/d 0,005 100 s/d 1000
Lempung (clay) 0,005 s/d 0,0005 1000 s/d 3000
Koloida < 0,0005 >3000

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 51


5.2 PERMEABILITAS ( Permeability )

Didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran rembesan


dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori. Untuk tanah,
Permeabilitas dilukiskan sebagai sifat tanah yang mengalirkan air melalui rongga pori
tanah. Didalam tanah,sifat aliran mungkin laminar atau turbulen. Tahanan terhadap
aliran bergantung pada jenis tanah, ukuran butiran, bentuk butiran, rapat massa, serta
bentuk geometri rongga pori. Temperatur juga sangat mempengaruhi tahanan aliran
(kekentalan dan tegangan permukaan.

Aliran Air Dalam Tanah

Tinggi energi total (total Head) adalah tinggi energi elevasi atau Elevation
Head(z) ditambah tinggi energi tekanan atau pressure Head (h) yaitu Ketinggian
kolom air h A atau hB Didalam pipa diukur dalam millimeter atau meter diatas

titiknya.

Tekanan hidrostatis bergantung pada kedalaman suatu titik dibawah muka


air tanah. Untuk mengetahui besar tekanan air pori, Teorema Bernaulli dapat
diterapkan. Menurut Bernaulli, tinggi energi total (total Head) pada suatu titik dapat
dinyatakan oleh persamaan :

p v2
h=  z
 w 2g

Dengan :

h = tinggi energi total (total head)(m)

p/  w = tinggi energi tekanan (pressure head) (m)

p = tekanan air (t/m2,kN/m2)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 52


v2/2g = tinggi energi kecepatan (velocity head) (m)

v = kecepatan air (m/det)

 w = berat volume air (t/m3,kN/m3)

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

z = tinggi energi elavasi (m)

Karena kecepatan renbesan didalam tanah sangat kecil,maka tinggi energi


kecepatan dalam suku persamaan Bernoulli dapat diabaikan.Sehingga persamaan
tinggi energi total menjadi :

p
h= z
w

Untuk menghitung debit rembesan lewat tanah pada kondisi tertentu, di tinjau
kondisi tanah.

Hukum Darcy

Darcy (1956), mengusulkan hubungan antara kecepatan dan gradient hidrolik


sebagai berikut :

v = ki

dimana : v = Kecepatan air (cm/det)

i = Gradien hidrolik

k = Koefisien permeabilitas (cm/det)

Debit rembesan (q)dinyatakan dalam persamaan :

q = kiA

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 53


Koefisien permeabilitas (k) mempunyai satuan yang sama dengan kecepatan cm/det
atau mm/det. Yaitu menunjukkan ukuran tahanan tanah terhadap air, bila pengaruh
sifat-sifatya dimasukkan, Maka :

k wg
k (cm/det) =

Dengan :

K = koefisien absolute (cm 2 ), tergantung dari sifat butiran tanah

 w = Rapat massa air (g/cm 3 )

 = koefisien kekentalan air (g/cm.det)

g = percepatan gravitasi ( cm/det 2 )

5.3 Penentuan Koefisien Pemeabilitas


Percobaan penentuan koefisien permeabilitas dapat dilakukan dnagan metode
berikut :
5.3.1 Uji Permeabilitas Di Laboratorium

Ada empat macam pengujian untuk menentukan koefisien permeabilitas


dilaboratorium, yaitu :

a). Uji tinggi energi tetap (Constant – Head)

Pengujian constant-head ini cocok untuk jenis tanah granular (berbutir).Prinsip


pengujiannya, tanah benda uji diletakkan di dalam silinder, pemberian air dari pipa masuk
dijaga sedemikian rupa sehingga perbedaan tinggi air pada pipa masuk dan pipa keluar (h)
selalu konstan selama percobaan. Pada kedudukan ini tinggi energi hilang adalah h, Setelah
kecepatan aliran air yang melalui contoh tanah menjadi konstan, banyaknya air yangkeluar
ditampung dalam gelas ukur (Q) dan waktu pengumpulan air dicatat (t).

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 54


Volume air yang terkumpul dapat dilihat pada Gambar 5.1 adalah :

Q=qt=kiAt

Dengan A adalah luas penampang benda uji, dan L adalah panjangnya.

Karena i = h/L, maka :

Q = k (h/L) i A t

sehingga :

𝑄𝐿
k=
ℎ𝐴𝑡

b). Uji tinggi energi turun (failing – Head)

Pengujian falling-head ini cocok untuk jenis tanah berbutir halus. Prinsip
pengujiannya, tanah benda uji diletakkan di dalam silinder, Pipa pengukur didirikan di atas
benda uji kemudian air dituangkan ke dalamnya dan air dibiarkan mengalir melewati benda
uji, Perbedaan tinggi air pada awal pengujian (t1 = 0) adalah h1. Kemudian air dibiarkan

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 55


mengalir melewati benda uji sampai waktu tertentu (t2) dengan perbedaan tinggi muka air
adalah h2.

Gambar 5.2

Debit air yang mengalir melalui benda uji pada waktu t adalah sbb :

ℎ 𝑑𝑣 𝑑ℎ
q=kiA=k A=− =−𝑎
𝐿 𝑑𝑡 𝑑𝑡

Dimana :

h = perbedaan tinggi muka air pada sembarang waktu

A = luas penampang contoh tanah

a = luas penampang pipa pengukur

L = panjang contoh tanah

c). Penentuan secara tidak langsung dari uji konsolidasi

d). Penentuan secara tidak langsung dari uji kapiler horizontal

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 56


5.3.2 Uji Permeabilitas Di Lapangan

1. Uji Permeabilitas Dengan Menggunakan Sumur Uji


Cara pemompaan dari air sumur uji dapat dipakai untuk menentukan
koefisien permeabilitas (k) di lapangan.dalam cara ini,sebuah sumur digali
danairnya di pompa dengan debit air tertentu secara kontinu.permukaan
penurunan yang telah stabil yaitu garis penurunan muka air tanah yang terendah.

Jari-jari R dalam teori hidrolika sumuran di sebut jari-jari pengaruh kerucut


penurunan (radius of influence of the depression cone).Aliran air ke dalam sumur
merupakan aliran gravitasi,dimana muka air tanah mengalami tekanan
atmosfer.Debit pemompaan pada kondisi aliran yang telah stabil dinyatakan oleh
persamaan DARCY :

q = vA = kiA = k (dy/dx) A (m 3 /det)

Dengan :

v = Kecepatan aliran (m/det)

A = Luas aliran (m2)

i = dy/dx = gradient hidrolik

dy = ordinat kurva penurunan

dx = absis kurva penurunan

2. Uji Permeabilitas Pada Sumur Artesis


Air yang mengalir dipengaruhi oleh tekanan artesis.

Debit arah Radial :

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 57


dy
q = kA
dx

Dengan :

q = Debit arah radial (m 3 /det)

A = 2π T  Luas tegak lurus arah aliran (m 2 )

T = Tebal lapisan lolos air (m)

dy/dx = i = Gradien Hidrolik

3. Hitungan Koefisien Permeabilitas Secara Teoritis


Menurut Hagen dan Poiseuille,banyaknya aliran air dalam satuan waktu (q)
yang lewat pipa dengan jari-jari R,dapat dinyatakan dengan persamaan :

 wS 2
q= R a
8

Dengan :

w = Berat volume air

 = Koefisien kekentalan absolute

a = Luas penampang pipa

S = gradient hidrolik

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 58


Jari-jari hidrolik R H dari pipa kapiler dinyatakan dalam persamaan :

Luas R 2 R
RH =  
keliling basah 2R 2

Adapun peralatan yang digunakan sebagai berikut


1. Permeameter ( termasuk batu pori dsn pegas serta tabung manometer)
2. Corong besar (dengan mulut 25 mm untuk ukuran partikel berdiameter maksimum
9.5 mm dan 13 mm ukuran partikel berdiameter maksimum 2 mm
3. Stopwatch
4. Thermometer
5. Alat pemadat
6. Vacuum pump atau keran air
7. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr
8. Bermacam perlengkapan seperti skup, gelas ukur 250 ml, botol, kertas penyaring.

Gambar 5.3 Alat Pengujian Permeabilitas


Adapun Langkah-Langkah Pengerjaan
a. Pengambilan sampel
1. Sampel yang mewakili tanah kering berbutir kasar yang tidak melebihi 100%
tertahan saringan no 0.075 mm (No.200)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 59


b. Persiapan sampel tanah
1. Sebuah ukuran permeameter yang akan digunakan
2. Dibuat uuran awal permeameter dalam cm atau cm² dan dicatat data diameter
awal dalam D. panjang (L) antara manometer outlets, kedalaman H1, diukur
pada empat tempat simetri dari atas permukaan piring silinder permeabilitas
hingga atas batu pori.
3. Diambil sedikit bagian kecil sampel yang dipilih untuk menghitung kadar
airnya. Dicata berat sisa sampel yang kering udara, WI untuk bagian berat yang
dicari.
4. Ditempatkan tanah yang telah disediakan dari satu cara dalam kerenggangan
lapisan yang seragam, tetapi tidak boleh lebih dari 15 mm.
5. Dipadatkan lapis per lapis tanah sesuai kepadatan yang diinginkan dan sesuai
seperti prosedur yang diikuti untuk ketinggian 2 cm diatas manometer outlet
tersebut.
6. Dipersiapkan sapel untuk tes permeabilitas:
- Diratakan permukaan atas tanah dan ditempatkan diatas piring pori atau
kasa pada posisinya dan putar dengan hati-hati
- Dihitung dan dicatat: tinggi akhir sampel, H1-H2, oleh perhitungan
kedalaman, H2, dari atas permukaan lubang atas piring menggunakan H1
sampai keatas piring pori yang atas atau kasa pada empat simetri jarak titik
setelah pemadatan pegas yang ringan untuk kedudukan piring pori atau
kasa selama pengukuran. Berat akhir tanah yang telah digunakan dalam
test (W1-W2) dengan berat sisa tanah. W2 di pan. Hitung dan catat berat,
angka pori, dan berat jenis atas pegas dari pengujian sampel tersebut.
- Dengan gasket. Piring ditekan atas pegas dan pasang dengan yakin atas
silinder dan tutup permmeameter hingga kedap udara.
- Diisi air melalui katup inlet hingga jenih udara. Setelah sampel sudah jenuh
dan permeameter penuh dengan air, ditutup katup pada tabung atas dan
dihentikan pengisian alir. Diperhatikan sebsik-bsiknys untuk memastikan

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 60


yang mengalir dalam sistem permeameter dan sistem manometer bebas
udara dan bekerja dengan baik. Pengisian tabung inlet dengan air
denganconstant-head tank oleh pembukaan katup tanki penyaring sedikit
demi sedikit. Kemudian disambungkan tabung inlet keatas outlet
permeameter dan isi dengan air untuk mengganti udara.
- Ditutup katup inlet dan dibuka katup outlet untuk membiarkan air dalam
tabung manometer mencapai level air yang stabil dibagian bawah.
c. Prosedur Kerja
Setelah persiapan sampel selelsai, prosedur umum pengujian air akan mengalir
terus-menerus melalui sampel tanah dibawah kondisi stabil yang dihitung dan
dicatat ukuran waktu yang pasti untuk aliran air pada sampel tanah.

1. Dibuka katup outlet dari tanki penyaring sedikit demi sedikit untuk langkah
awal: ditunda pengukuran ukuran aliran sampai kondisi lumayan stabil tanpa
arus dalam level air manometer.Diukur dan dicatat dlama level air
manometer.
2. Pada penyelesaian pengujian permeabilitas, dikuras sampel dan periksa untuk
menetapkan apakah ini berkarakter homogen dan isotopik.

Adapun Hasil pengetesan nilai k :

Digunakan rumus :

𝑄𝐿
k=
𝑡ℎ𝐴

dimana : Q = jumlah air yang tertampung dalam gelas ukur dalam waktu t (ml)

L = Panjang contoh tanah (cm)

t = waktu ( detik)

h = head lost yaitu beda tinggi muka air dalam tangki atas dan bawah (cm)

A = Luas penampang parameter (cm²)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 61


5.4 REMBESAN
Rembesan yang akan dipelajari disini didasarkan pada analisis dua dimensi. Bila
tanah dianggap homogen dan isotropis, maka dalam bidang x-z hokum darcy dapat
dinyatakan sebagai berikut:
h
v x = ki x = -k
x
h
v z = ki z = -k
z
5.4.1 Jaring Arus (Flow Net)

Sekelompok garis aliran dan garis ekipotensial disebut jaring arus (flow net).
Garis ekipotensial adalah garis-garis yang mempunyai tinggi energi potensial yang
sama (h konstan). Permeabilitas lapisan lolos air dianggap isotropis ( k x = k 1 = k ).

5.4.2 Tekanan Rembesan

Air pada keadaan statis didalam tanah, akan mengakibatkan tekanan


hidrostatis yang arahnya keatas (uplift). Akan tetapi, jika air mengalir lewat lapisan
tanah, aliran air akan mendesak partikel tanah sebesar tekanan rembesan
hidrodinamis yang bekerja menurut arah alirannya. Besarnya tekanan rembesan akan
merupakan fungsi dari gradient hidrolik.(i)

1. Pengaruh Tekanan Air Terhadap Stabilitas Tanah

Tekanan hidrodinamis mempunyai pengruh yang besar pada stabilitas tanah.


Tergantung pada arah aliran, tekanan hidrodinamis dapat dipengaruhi oleh berat
volume tanah.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 62


2. Teori Kondisi Mengapung (Quick – condition)

Telah disebutkan bahwa tekanan hidrodinamis dapat mengubah keseimbangan


lapisan tanah. Pada keadaan seimbang, besarnya gayayang bekeja dibawah W = 
sama dengan gaya rembesan D = w i c, atau W-D = O

Dengan ic adalah gradient hidrolikkritis pada keseimbangan gaya diatas.


Besarnya berat tanah terendam air ,adalah :

W =  ' = ( 1-n )( G S - 1 )  W

GS  1
 '= . w (kN/m 3 . t/m 3 )
1 e

3. Keamanan Bangunan Terhadap Bahaya Piping

Telah disebutkan bahwa bila tekanan rembesan keatas yang terjadi dalam
tanah sama dengan i c , maka tanah akan pada kondisi mengapung. Keadaan semacam
ini juga dapat berakibat terangkutnya butir-butir tanah halus, sehingga terjadi pipa-
pipa didalam tanah yang disebut Piping. Akibat pipa-pipa yang berbentuk rongga-
rongga, dapat mengakibatkan fondasi bangunan mengalami penurunan, hingga
mengganggu stabilitas bangunan. Faktor keamanan bangunan air terhadap bahaya
piping, sebagai berikut :

ie
SF =
ie


Dengan i e adalah gradien keluar maksimum (maximum exit gradient ) dan i e =
w
Gradien keluar maksimum tersebut dapat ditentukan dari jarring arus dan besarnya
sama dengan tinggi energi antara garis ekipotensial terakhir, dan l adalah panjang dari
elemen aliran.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 63


Lane (1935) menyelidiki keamanan struktur bendungan terhadap bahaya
piping. Panjang lintasan air melalui dasar bendungan dengan memprhatikan bahaya
pipingdihitung dengan cara pendekatan empiris, sebagai berikut :

 Lh
LW =   LV
3

Dengan :

LW = Weighted – creep – distance

 Lh = Jumlah jarak horizontal menurut lintasan terpendek

 Lv = Jumlah jarak vertical menurut lintasan terpendek

Setelah weighted – creep – distance dihitung, weighted – creep – ratio (WCR)


dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :

 LW
WCR =
H1  H 2

5.4.3 Kondisi Tanah Anisotropis

Dalam tinjauan tanah anisotropis, walaupun tanah mungkin homogen, tapi


mempunyai permeabilitas yang berbeda pada arah vertical dan horizontalnya.
Kebanyakan tanah pada kondisi alamnya dalam keadaan anisotropis, artinya
mempunyai koefisien permeabilitas yang tidak sama kesegala arah, yaitu maksimum
searah lapisan (arah horizontal), dan minimum kearah tegak lurus lapisannya (arah
vertical). Arah-arah ini selanjutnya dinyatakan dalam arah x dan z. Dalam kondisi ini,
permeabilitas pada arah horizontal dan vertikalnya dapat dinyatakan dalam bentuk :

k x = k mak dan k z = k min

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 64


Untuk hal ini, persamaan Dracy akan bernentuk :

h
V x = -k x i x = -k x
x

h
Vz = -k z i z = -k z
z

5.4.4 Kondisi Tanah Berlapis


- Menghitung Debit Rembesan Tanah Berlapis Dengan Cara Jaring Arus
- Menghitung Debit Rembesan Tanah Berlapis Dengan Cara Menganggap
Sebagai Lapisan Tunggal

5.4.5 Rembesan Pada Struktur Bangunan

Hukum Dracy dapat digunakan untuk menghitung dabit rembesan yang


melalui struktur bendungan. Dalam perencanaan sebuah bendungan, perlu
diperhatikan stabilitasnya terhadap bahaya longsoran, erosi lereng dan kehilangan air
akibat rembesan yang melalui tubuh bendungan.

- Cara Dupuit
- Cara Scahffernak
- Cara A. Casagrande
- Penggambaran Garis Rembesan Secara Grafis

Jika bentuk dan posisi garis rembesan paling atas pada potongan melintang
bendungan diketahui, besarnya rembesan rembesan dapat dihitung. Bentuk garis
rembesan , kecuali dapat ditentukan secara analistis , dapat juga ditentukan secara
grafis atau dari pengamatan laboratorium dari sebuah model bendungan sebagai
prototype, ataupun juga secara analogi elektris.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 65


Pengamatan menunjukkan bahwa garis rembesan yang melalui yang melalui
bendungan berbentuk kurva parabolis, akan tetapi penyimpangan kurva terjadi pada
daerah hulu dan hilirnya. Pengamatan secara grafis didasarkan pada sifat khusus dari
kurva parabola.

1. Debit Rembesan Pada Bendungan Tanah Anisotropis

Jika permeabilitas tanah bahan bendungan anisotropis, untuk menghitung


debit rembesan, maka penampang bendungan harus lebih dulu ditranformasi. Seperti
yang telah dipelajari sebelumnya, nilai x 1 transformasi adalah ;

kz
x1 = X
kx

Maka seluruh hitungan harus didasarkan pada gambartransformasinya,


demikian juga untuk koefisien permeabilitas ekivalen :

K’ = kx kz

2. Kondisi Aliran Masuk,Keluar dan Kondisi Transfer

Kondisi-kondisi aliran masuk,keluar dan kondisi transfer dari garis rembesan


melalui badan bendungan telah dianalisis oleh Casagrande (1937), maksud dari
kondisi aliran masuk adalah bila aliran rembesan berasal dari daerah bahan tanah
dengan koefisien permeabilitas sangat besar.

5.4.6 Filter

Bila air rembesan mengalir dari lapisan berbutir lebih halus menuju lapisan
lebih kasar, kemungkinan terangkutnya butiran lebih halus lolos melewati bahan yang

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 66


lebih kasar tersebut dapat terjadi. Erosi butiran dapat mengakibatkan turunnya
tahanan aliran air dan naiknya gradient hidrolik.

Bila kecepatan aliran membesar akibat dari pengurangan tahanan aliran yang
berangsur-angsur turun, akan terjadi erosi butiran yang lebih besar lagi sehingga
membentuk pipa-pipa didalam tanah yang dapat mengakibatkan keruntuhan pada
bendungan.

Filter atau drainase untuk mengendalikan rembesan, harus memenuhi dua


persyaratan:

1). Ukuran pori-pori halus cukup kecil untuk mencegah butir-butir tanah terbawa
aliran.

2). Permeabilitas harus cukup tinggi untuk mengizinkan kecepatan drainase yang
besar dari air masuk filternya.

5.5 Contoh – contoh Soal


5.5.1 Hitung besarnya koefisien permeabilitas suatu contoh tanah berbentuk silinder
mempunyai Ø 7,3 cm dan panjang 16,8 cm akan ditentukan permeabilitasnya
dengan alat pengujian permeabilitas constant-head. Tinggi tekanan konstan
sebesar 75 cm di kontrol selama masa pengujiannya.
Setelah 1 menit pengujian berjalan, air yang tumpah pada gelas ukur ditimbang,
beratnya 940 gram. Temperatur pada waktu pengujian 20 0C.
penyelesaian

Luas penampang benda uji (A) = ¼ π D2 = ¼ π 7,32 = 41,9 cm2.

Volume air pada gelas ukur = 940 cm3, karena γw = 1 gr/cm3.

Koefisien permeabilitas :

𝑄𝐿 940 𝑥 16,8
k= = = 0,08 cm/det.
ℎ𝐴𝑡 75 𝑥 41,9 𝑥 1 𝑥 60

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 67


5.5.2 Koefisien rembesan dari contoh tanah = 0,001 cm/det pada harga e = 0,4.
Tentukan harga k tersebut pada e = 0,6 ?
Penyelesaian :
Hubungan k dengan e :
3 3
𝑒 0,4
k=k = 0.001 = k
1+𝑒 1+0,4
k = 0,021875
Untuk harga e = 0,6
3 3
𝑒 0,6
k=k = 0.021875 = k
1+𝑒 1+0,6
k = 0,00295 cm/det

5.6 Soal –soal Latihan

5.6.1 Tentukan koefisien rembesan untuk contoh tanah tebal 8 cm dan luas penampang
50 cm², jika volume air 500 ml melewati contoh tersebut dalam waktu 10 menit
dimana tinggi konstan (h) = 40 cm.
5.6.2 Pada tes falling head parameter tes ,tinggi awal permukaan air (ho) = 40 cm,
setelah waktu 10 menit tinggi air turun 6cm. Tentukan waktu yang diperlukan
untuk mencapai tinggi akhir (h1) = 20 cm, diketahui tinggi contoh = 5 cm , luas
penampang = 50cm² . Tentukan koefisien rembesan jika luas penampang “stand
pipiu” = 0,5 cm²
5.6.3 Diketahui Constan head permeability test panjang contoh = 100 cm, diameter
contoh 50 cm; k = 0,00003 cm/det,tinggi konstan h = 200 cm . Tentukan volume
air yang tertampung dalam bak penampung dalam 1 jam ?

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 68


BAB VI
TEGANGAN EFEKTIF

6.1 Definisi Tegangan Efektif


Berat tanah yang terendam air disebut berat tanah efektif, sedangkan tegangan
yang terjadi akibat berat tanah efektif di dalam tanah disebut tegangan efektif. Pada tanah
granuler, tanah pasir dan kerikil dikenal dengan tegangan intergranuler. Tegangan efektif
merupakan tegangan yang mempengaruhi kuat geser dan perubahan volume atau
penurunan tanah.
6.2 Bentuk Tegangan yang Terjadi pada Tanah

6.2.1 Tegangan Efektif dan Tegangan Netral


Terzaghi (1923) memberikan prisip tegangan efektif yang bekerja pada tanah
jenuh air yang dinyatakan dalam persamaan :

σ = σ’+ u
dimana:
σ = tegangan normal total pada suatu bidang di dalam massa tanah (tegangan
akibat berat tanah total termasuk ruang pori, persatuan luas yang arahnya
tegak lurus)
u = tekanan pori (u), dikenal dengan tekanan netral yang bekerja ke segala arah
sama besar
σ’ = tegangan normal efektif (σ’), yaitu tegangan yang dihasilkan dari beban
butiran tanah efektif per satuan bidang luas

σz = γsat
Tegangan efektif dalam tanah dapat ditentukan dengan cara meninjau lapisan
tanah dengan permukaan mendatar dan dengan permukaan air tanah pada permukaan.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 69


Tegangan vertikal total (σz) merupakan tegangan normal pada bidang horisontal pada
kedalaman z, dengan persamaan :
dimana:
σz = kedalaman titik di dalam tanah
γsat = berat volume tanah jenuh

Jika air tidak mengalir maka tekanan air pori pada sembarang kedalaman akan
berupa tekanan hidrostatis. Karena itu pada kedalaman z tekanan pori (u), dapat
didefinisikan :

u = γw z

Gambar 6.1 Tegangan efektif

Menurut persamaan (6.1) tegangan vertikal efektif (σz’) pada kedalaman z :

σz’ = σz – u
σz’ = z γsat – z γw
σz’ = (γsat – γw) z
σz’= γ’ z
dengan γ’ merupakan berat volume apung atau berat volume tanah efektif saat
tanah terendam air.
σ = σ’ + ua – X (ua - uw)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 70


Tekanan air pori (uw) harus lebih kecil daripada tegangan yang terjadi dalam udara
(ua) akibat tarikan permukaan. Sehingga Bishop (1995) mengusulkan persamaan hubungan
tegangan total(σ) dan tegangan efektif (σ’) untuk tanah jenuh :

Gambar 6.2
dengan :
X = parameter yang ditentukan secara ekperimental
uw = tekanan air pori
ua = tekanan udara dalam pori
Untuk tanah jenuh (S = 1) nilai X = 1 untuk tanah kering sempurna (S = 0) maka X = 0
6.2.2 Tegangan pada Tanah Jenuh Air tanpa Rembesan

Gambar 6.3
Pada gambar 6.3 menunjukan suatu massa tanah jenuh air di dalam suatu tabung tanpa
adanya rembesan air ke segala arah. Tegangan total di titik A dapat dihitung dengan cara :

σ = H γw + (HA - H) γsat

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 71


dimana :
σ = tegangan total pada titik A
γw = berat volume air
γsat = berat volume tanah jenuh air
H = tinggi muka air diukur dari permukaan tanah di dalam bidang
HA = jarak antara titik A dan muka air

Tegangan total (σ) dari persamaan di atas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a) Bagian yang diterima oleh air di dalam ruang pori yang menerus (tegangan ini
bekerja ke segala arah sama besar)
b) Sisa dari tegangan total dipikul oleh butiran tanah padat pada titik-titik sentuhnya.

6.2.3 Tegangan pada Tanah Jenuh Air dengan Rembesan


Tegangan efektif pada suatu titik akan mengalami perubahan dikarenakan oleh
adanya rembesan air yang melaluinya. Tegangan efektif ini akan bertambah besar atau
kecil tergantung pada arah rembesan.

a) Rembesan ke Atas

Gambar 6.4

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 72


Pada gambar 1.4 menunjukan suatu lapisan tanah berbutir di dalam silinder dimana
terdapat rembesan air ke atas yang disebabkan adanya penambahan air melalui saluran
pada dasar silinder.
Pada titik A
Tegangan total (σA) = H1γw
Tekaan air pori (uA) = H1γw
Tegangan efektif (σA’)= σA - uA = 0
Pada titik B
Tegangan total (σB) = H1γw + H2γsat
Tekaan air pori (uB) = (H1 + H2 + h) γw
Tegangan efektif (σB’)= σB – uB
= H2γsat - γw - h γw

b) Rembesan ke Bawah

Gambar 6.5
Keadaan di mana terdapat rembesan air ke bawah dapat dilihat dalam gambar 1.5.
Ketinggian air di dalam silinder diusahakan tetap, hal ini diatur dengan cara menambahkan
air dari atas dan pengaliran air ke luar melalui dasar selinder.
Tegangan total (σB) = H1γw + zγsat
Tekaan air pori (uB) = (H1 + z – iz)γw
Tegangan efektif (σB’)= σB – uB

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 73


= (H1γw + zγsat) – (H1 + z – iz) γw
= z γ’ + iz γw
6.2.4 Penggelembungan pada Tanah yang Disebabkan oleh Rembesan di
Sekeliling Turap
Gaya rembesan per satuan volume tanah dapat dihitung untuk memeriksa
kemungkinan keruntuhan suatu turap di mana rembesan dalam tanah dapat menyebakan
penggelemmbungan (heave) pada daerah hilir sesuai yang ditunjukan oleh gambar 1.6.
Terzaghi (1992) menyimpulkan bahwa penggelembungan udara pada umumnya terjadi
pada daerah sejauh D/2 dari turap (di mana D adalah kedalaman pemancangan turap).

Gambar 6.6

𝑊′
FS = , dimana :
𝐷

FS = faktor keamanan
W’ = berat tanah basah di daerah gelembung per satuan lebar turap

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 74


6.2.5 Penentuan Zona Potensi Likuifasi di Kota Maumere dengan Pendekatan
Tegangan Efektif Melalui Metoda Poroelastisitas dan Elemen Hingga
Ketika pasir lepas jenuh mengalami getaran gempa maka tekanan air pori akan
meningkat. Kenaikan ini akan mengurangi tegangan efektif tanah dan apabila terus
berlanjut maka tegangan efektif akan menjadi nol sehingga tanah kehilangan kekuatannya.
Kondisi ini disebut Likuffaksi. Kerugian yang diakibatkan likuifaksi sangat besar, oleh
karena itu perlu dibuat suatu peta kerentanan likuifaksi pada daerah tertentu terutama yang
terletak di daerah berpasir yang rawan gempa dan memiliki arti strategis tertentu.
Penentuan zona kerentanan likuifaksi sangat bermanfaat karena membantu para perancang
bangunan-bangunan sipil dalam menentukan lokasi proyeknya dan menentukan perlakuan-
perlakuan apa saja yang diperlukan untuk menanggulangi fenomena ini.
Penentuan zone potensi likuifaksi yang digunakan adabab dengan analisis tegangan efektif
melalui Metoda Karakteristik yang berdasarkan konsep poroelastisitas dan analisis
dinamik. Hasil yang didapat menunjukkan rawannya daerah pantai terhadap bahaya
likuifaksi yang diindikasikan dengan turunnya tegangan efektif mendekati nol.
6.3 Contoh – Contoh Soal

1.
Hitung tegangan total dan tegangan efektif di A apabila γsat = 10 kN/m3

Penyelesaian:
Tegangan Total
σA = (1 x 10) + (3 x 9,8)
= 39.43 kN/m2

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 75


Tekanan Air Pori
ua = 4 x 9,8
= 39,2 kN/m2

Tegangan Efektif
σ’ = σA - ua
σ’ = 39.43 – 39,2
σ’ = 0,23 kN/m2
2. Hitung tegangan efektif di A apabila γsat = 15 kN/m3 dan γb = 10 kN/m3 apabila
a. permukaan air a
b. permukaan air di (b)
M.a.t

Penyelesaian
a. Tegangan di A
σA = 2 γb
= 20 kN/m2
ua = 0
σ’ = σA - ua
σ’ = 20– 0
σ’ = 20 kN/m2

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 76


b. Tegangan di A
σA = 2 γsat + 2 γw
= (2 x 15) + (2 x 9,8)
= 49,6 kN/m2
ua = 4 γw
= 4 x 9.8
= 39,2 kN/m2
σ’ = σA - ua
σ’ = 49.6 – 39.2
σ’ = 10,4 kN/m2

6.4 Soal – Soal Latihan

Tebal lapisan lempung 7 m terletak diatas tanah pasir dengan ketebalan 4 m dapat
dilihat pada gambar

Dalam lapisan pasir terdapat tekanan artesis 8 m, lapisan lempung dianggap


jenuh sempurna ;
a. Hitung tegangan efektif di titik P yang berada di dasar lempung

b. Hitung kedalaman galian maksimum pada tanah lempung agar tanah tidak
mengalami bahaya mengapung (runtuh).

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 77


Pertemuan 13,14

BAB VII
KONSOLIDASI

7.1 Pendahuluan
keluar dari dalam pori, sehingga isi (volume) tanah akan mengecil. (lihat gambar)

Umumnya konsolidasi berlangsung hanya satu jurusan saja, yaitu jurusan vertical,
karena lapisan yang kena tambahan beban itu tidak dapat bergerak dalam jurusan
horizontal (ditahan oleh tanah di sekelilingnya).

Dalam keadaan ini pengaliran air juga berjalan satu jurusan, yaitu jurusan vertical atau
disebut “one dimensional consolidation” (konsolidasi satu jurusan), dan perhitungan
konsolidasi hampir selalu berdasarkan teori “one dimensional consolidation” ini.

Pada waktu konsolidasi berlangsung, bangunan di atasnya akan menurun (settle). Dalam
bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu diketahui mengenai penurunan ini, yaitu :

a. Besarnya penurunan yang akan terjadi

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 78


b. Kecepatan penurunan

Pada lapisan pasir, penurunan berlangsung cepat (segera) dan menyeluruh, serta
penurunan yang terjadi kecil, karena pasir mempunyai sifat “low compressibility”. Pada
lapisan tanah lempung, penurunan yang terjadi berjalan agak lambat (memerlukan waktu
lama) dan penurunan yang terjadi juga besar. Oleh karena itu penelitian konsolidasi
umumnya hanya pada tanah lempung (butir halus). Karena lempung mempunyai sifat “high
compressibility”.

7.2 Pengertian Normally Consolidated dan Over Consolidated

7.2.1 Over Consolidated (Pre Consolidated)


Istilah ini adalah tekanan pada suatu lapisan tanah pada waktu dahulu pernah
mengalami pembebanan. Misalnya lapisan endapan, oleh sebab geologis endapan tersebut
hilang, saehingga lapisan tanah tersebut pernah mengalami tekanan lebih tinggi dari pada
tekanan yang berlaku di atasnya saat ini.
7.2.2 Normally Consolidated
Istilah ini adalah menyatakan suatu lapisan tanah yang belum pernah mengalami
tekanan di atasnya lebih tinggi dari pada tekanan yang berlaku saat ini.

7.3 Percobaan Konsolidasi di Laboratorium


Uji konsolidasi satu dimensi di laboratorium dilakukan dengan alat
Oedometer atau konsolidometer.
Gamabar 7.1 Oedometer

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 79


Contoh tanah dimasukan hati-hati kedalam cincin besi. Bagian atas dan
bawah benda uji dibatasi oleh batu tembus air (porous stone). Beban P dikerjakan,
dan penurunan diukur dengan arloji pembacaan, umumnya beban diterapkan selama 24
jam dengan benda uji yang selalu terendam dalam air. Penambahan beban secara
periodik diterapkan, Leonard (1962) menyatakan penambahan beban dua kali

sebelumnya dengan urutan beban 0,25 ; 0,50; 1,00 ; 2,00; 4,00; 8,00; 16,00 kg/cm2.
Setiap penambahan beban deformasi dan waktu dicatat dan diplot dalam grafik semi
logaritmis hubungan antara penurunan (∆h) dengan waktu (log t).

Grafik 7.1 Grafik hubungan penurunan dengan waktu.

Kedudukan 1 kompresi awal akibat beban awal terhadap bendauji, Kedudukan 2


bagian garis lurus, menunjukan proses konsolidasi awal, Kedudukan 3 menunjukan
proses konsolidasi sekunder.
Untuk penambahan beban, tegangan yang terjadi tegangan efektif, jika nilai
Gs dimensi awal serta penurunan dicatat, maka angka pori diperoleh, selanjutnya
tegangan efektif dan angka pori (e) diplot digrafik semi logaritmis,

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 80


Gambar 7.2 Hubungan e dengan log p’

7.3.1 Tujuan Pengujian


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembebanan terhadap konsolidai
pada tanah dan sifat-sifat pemampatan tanah pada saat dibebani.

7.3.2 Peralatan
1. Alat pembebanan dan sel konsolidasi
2. Arloji
3. Alat pengeluar benda uji
4. Spatula
5. Timbangan
6. Oven
7. Cetakan benda uji

7.3.3 Prosedur Kerja


1. Disiapkan sampel tanah daari tabung
2. Dengan menggunakan ring, sampel dicetak, lalu diratakan dengan spatula atau
sejenisnya.
3. Dipasang kertas filter didalam tempat untuk ring

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 81


4. Dipasang batu pori diatas tanah
5. Pasang tutup sel beserta pelor
6. Diisi air kedalam bak dan dibiarkan selama 24 jam air meresap kedalam tanah
7. Sel konsolidasi yang telah disimpan selama 24 jam dalam air dihubungkab dengan
dial. Batang penekan harus berkedudukan horizontal agar beban yang diterima
berupa beban normal
8. Air sel harus dijaga agar tetap penuh
9. Pada alat percobaan dimana konsolidasi sedang berlangsung dipasang pembebanan
sbb: 5kg,10kg,20kg,10kg,5kg.
10. Setiap pembebanan berlangsung selama 24 jam mulai saat beban dipasang
11. Pembacaan dial dilakukan pada menit-menit ke : 0, 0.1, 0.25, 0.5, 1 , 2 , 4, 8, 15,
30, 60, 120, 240, 480, 1440
12. Setelah pengujian telah selesai, sampel tanah diambil
13. Sampel tersebut ditimbang, kemudian dioven selama 24 jam pada temperatu
110⁰C
14. Kemudian didinginkan didalam desikator, lalu ditimbang.
15.
7.4 Menentukan koefisien Konsolidasi ( Cv )
Dalam menentukan koefisien konsolidasi dapat dilakukan dengan rumus dibawah ini:
1. square root of time fitting method :
(𝑇𝑣)
90 . d²
Cv = 𝑡
90

Dimana :
Tv = time factor yang berkaitan dengan U = 90% mengikuti tabel berikut
Catatan : Jalir drainage adalah 2 arah vertical keatas dan kebawah.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 82


Tabel 7.1
U(%) Tv U(%) Tv
5 0,002 55 0,238
10 0,008 60 0,287
15 0,018 65 0,342
20 0,031 70 0,403
25 0,049 75 0,477
30 0,071 80 0,567
35 0,096 85 0,684
40 0,126 90 0,848
45 0,159 95 1,129
50 0,197 100

0,848 d²
Jadi Cv = 𝑡
90
Dimana :
d = Jalur drainage rata-rata (cm)
Hi+Hf
=1/2( 2
)
Hi = Tebal contoh tanah pada tekanan awal (dalam hal ini adalah pada p = 1kg/cm²
Hf = Tebal contoh tanah pada tekananakhir (dalam hal ini adalah pada p = 2kg/cm²
t 90 = satuan detik
Cv = satuan cm²/ det
2. Logarithm of time fitting method :
(𝑇𝑣)
50 . d² 0,197 d²
Cv = 𝑡 = 𝑡
50 50

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 83


7.5 Persamaan Umum Konsolidasi

Cv =

mv = av = = =

dimana :

Cv = koefisien konsolidasi (cm2/det)

K = koefisien rembesan (permeabilitas)

= berat isi air

= koefisien kompresibilitas volume (pengecilan isi)

= koefisien pemampatan

= angka pori sebelum ada tambahan tekanan ( )

= angka pori sesudah adanya tambahan tekanan ( )

= tekanan tambahan

Atau dapat ditulis :

𝑎𝑣 𝛥𝑒 1 1 𝛥ℎ
mv = = =
1+𝑒𝑜 𝛥𝑝 1+𝑒𝑜 𝛥𝑝 ℎ𝑜

Dimana :

= tebal contoh tanah sebelum penambahan beban

= selisih tebal contoh sebelum dan sesudah adanya penambahan beban

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 84


7.6 Koefisien – koefisien Tanah (dari hasil tes konsolidasi)
Koefisien tanah yang diperoleh dari hasil tes konsolidasi :
7.6.1 Indeks Pemampatan / Compression Indeks ( Cc )

Gambar 7.3 Compression Indeksn ( Cc )

𝛥𝑒 𝑒1−𝑒2 𝑒1−𝑒2
Cc = = = 𝑝2′
𝛥 log 𝑝′ log 𝑝2′− log 𝑝1′ log( )
𝑝1′

Dari penelitian (Terzaghi dan Peck, 1967) untul lempung normally


consolidated ; Cc = 0,009 (LL – 10)
Untuk tanah yang dibentuk kembali (remolded) ;
Cc = 0,007
(LL – 10)
Beberapa nilai Cc didasarkan kepada sifat-sifat tanah
(Azzouz, 1976) ; Cc = 0,01 WN (lempung
Chikago)
= 0,0046 (LL – 9) (lempung Brasilia)
= 0,208 eo + 0,0083 (lempung Chikago)
= 0,0115 WN (tanah organik, gambut)
Dengan WN = kadar air asli dilapangan (%) dan e0 = angka pori.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 85


7.6.2 Indeks Pemampatan kembali / Back Compression Indeks ( Cr )

Indeks pemampatan kembali adalah kemiringan dari kurva


pelepasan beban dan pembebanan kembali pada grafik e – log p’ (lihat Gambar 7.2 ).

𝛥𝑒 𝑒1−𝑒2 𝑒1−𝑒2
Cr = = =
𝛥 log 𝑝′ log 𝑝2′− log 𝑝1′ ′
log(𝑝2′ )
𝑝1

7.7 Teori Konsolidasi Terzaghi

Teori ini merupakan dasar yang telah disederhanakan untuk menentukan distribusi
tekanan hidrostatis yang bekerja dalam lapisan-lapisan yang berkonsolidasi di dalam waktu
tertentu sesudah bekerjanya beban/muatan dan ini disebut derajat konsolidasi (U)
U adalah tekanan hidrostatis pada suatu titik dalam lapisan lempung.
Penentuan distribusi tekanan hidrostatis yang bekrja dalam lapisan tanah pada interval
waktu yang berbeda dapat dilakukan sebagai berikut :
U = f (Tv) -------------- Tv =

U = derajat konsolidasi
Tv = Faktor waktu (Time Faktor)
𝑇𝑣 ℎ²
Cv =
𝑡
h = jalan air terpanjang tanah yang berkonsolidasi

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 86


Derajat konsolidasi :

U=

Harga U dapat diperoleh dari rumus Terzaghi U = f (Tv), atau dapat diperkirakan
dengan persamaan :
U 50 % ; U2 = .

U 50 % ;U=1- . .

h = jalan air terpanjang


dari persamaan di atas dapat dihitung harga-harga U dan Tv sebagai berikut :

U% 20 40 60 80 90
Tv 0,031 0,126 0,287 0,567 0,848

Contoh :
Waktu yang diperlukan lapisan tanah untuk penurunan 90 % selesai adalah :

U = 90 % ----- Tv =

𝐶𝑣
0,848 = 𝑡90
ℎ²
0,848 ℎ²
=
𝐶𝑣
Jadi dalam waktu t90, konsolidasi sudah mencapai 90 % dari keseluruhan. Untuk
mencapai konsolidasi seluruhnya memerlukan waktu lama ( t100), yaitu untuk
menyelesaikan Secondary Consolidation.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 87


Menurut teori konsolidasi Terzaghi, konsolidasi seluruhnya terdiri dari dua bagian,
yaitu :
1. Primary Consolidation

Adalah penurunan yang berjalan akibat pengaliran air dari tanah dengan demikian penurunan
ini adalah akibat penurunan tegangan efektif.

2. Secondary Consolidation

Penurunan yang amsih berjalan setelah primary consolidation selesai, yaitu setelah tidak
terdapat lagi tegangan air pori. Dan berlangsung dalam waktu yang lama serta nilainya
kecil.

7.7 Contoh-Contoh Soal

7.7.1 Contoh tanah tidak terganggu terdiri atas lapisan Clay tebal 3 meter dites di
laboratorium dan harga rata-rata Cv = 0,0002 cm²/det. Jika suatu struktur berdiri
diatas lapisan clay tersebut, maka berapa lama waktu yang diperlukan untuk
memperoleh penurunan maksimum dari lapisan tersebut ? dan anggap drainase
dalam 2 arah ?

Penyelesaian :

Rumus empiris untuk menentukan Tv (Time factor):


Untuk U < 60 % ; Tv = Π /4 (U/100)²
Untuk U > 60 % ; Tv = - 0,9332 Log (1- U/100)-0,0851

Untuk derajad konsolidasi 50% yaitu Untuk U < 60 % :


Tv = Π /4 (50 /100)² = 0,197

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 88


(Tv)
50 . d²
t50 = dimana d = 1/2 x 3 meter = 1.5 m = 150 cm
Cv

0,197 ( 150)²
=
0,0002

= 22162500 det

= 256,5 hari

7.8 Soal-Soal Latihan

7.8.1 Contoh tanah diambil dari lapisan tanah liat tebal 3 meter di tes di laboratorium , nilai
Cv = 0,0003 cm / det . Jika struktur bangunan didirikan diatas lapisan ini,maka
beberapa waktu yang diperlukan untuk mencapai setengah penurunan “Ultimate”?
anggap drainage dalam 2 arah.
7.8.2 2 contoh tanah liat A dan B tebal masing-masing 3 cm dan 5 cm, mempunyai nilai
kadar pori 0,6 dan 0,8 dibawah tekanan 2 kg/cm². Pada saat kesetimbangan terjadi ,
nilai kadar air pori berkurang menjadi 0,4 dan 0,7 jika tekanan dinaikkan menjadi 4
kg/cm². Tentukan perbandingan koefisien permeabilitas contoh A dan B ?

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 89


Pertemuan 6

BAB VIII
PEMADATAN TANAH

8.1 Teori Pemadatan Tanah


Adapun tanah yang digunakan untuk pembuatan banguanan, bendungan,dasar jalan dan
lain-lain harus dipadatkan. Tujuan pemadatan adalah :
- Untuk memperbesar daya dukung tanah tersebut
- Memperkecil pori-pori tanah sehingga daya rembesan air melalui tanah tanah
padat tersebut akan mengecil.
Pemadatan merupakan suatu proses dimana partikel-partikel tanah diatur kembali dan
dikemas menjadi bentuk yang padat dengan bantuan peralatan mekanis dan bertujuan
untuk mengurangi porositas tanah sehingga memperbesar berat isi kering (Dry Density)
tanah tersebut.
Proses pemadatan berbeda dengan proses konsolidasi dimana konsolidasi merupakan
proses pengurangan volume akibat suatu pembebanan yang lama, sedangkan akibat
pemadatan merupakan proses pengurangan pori-pori tanah akibat pembebanan yang
singkat.
Peralatan mekanis yang dipergunakan untuk memadatkan tanah ada bermacam-macam
yaitu:
1. Di lapangan, dapat dipergunakan mesin gilas (Roller) berupa :
- Rubber tired roller ( roda karet)
- Steel tired roller ( roda baja)
2. Di laboratorium digunakan alat pemadatan
Kepadatan tanah tergantung kepada kadar air didalam tanah , semakin kecil kadar air
dalam tanah maka akan semakin sulit dipadatkan begitu juga sebaliknya semakin besar kadar
vair dalam tanah maka akan semakin muda untuk dipadatkan, karena tanah berfungsi sebagai
pelumas. Pada tahun 1933, Proctor menunjukkan adanya hubungan antara kadar air dengan

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 90


berat isi kering (dry density) dari tanah yang dipadatkan.
8.2 Standart Proctor Test

Pemadatan dilakukan dengan menggilas atau menumbuk dan menimbulkan

pemampatan pada tanah dengan mengusir udara dari poro-pori. Percobaan proctor adalah

suatu metode untuk mencari kadar air optimum untuk pemadatan suatu tanah. Suatu

cetakan berbentuk silinder dengan isi 0.001 m³ diisi dengan suatu contoh tanah dalam tiga

lapis, masing-masing lapis dipadatkan dengan 25 pukulan dengan pemukul standar, berat

2.5 kg, tinnggi jatuh 45.7 cm untuk setiap pukulan.

Pada saat kadar air bernilai 0 (nol) berat volume basah dari tanah adalah sama

dengan berta volume keringnya.

Berat volume kering maksimum pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi zero

air voids (pori-pori tanah tidak mengandung udara sam sekali) dapat dinyatakan sebagai

berikut:
GS
γzav =
(1  (Gs.w) / 100

Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya, dan struktur teknik lainnya,

tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan untuk meningkatkan berat volumenya.

Pemadatan tersebut berfungsi untuk meninggkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan

demikian meningkatkan daya dukung pondasi diatasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi

besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng

timbunan (embankment). Penggilas besi berpermukaan halus (Smooth whell rollers), dan

penggilas getar (vibratory rollers) adalah alat-alat yang umum digunakan dilapangan untuk

pemadatan. Mesin getar dalam (vibroflot) juga banyak digunakan untuk memadatkan tanah

berbutir (granular soils) sampai kedalaan yang cukup besar dari permukaan tanah. Cara

pemadatan tanah dengan sistem ini disebut vibroflotation (pemampatan getar apung).

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 91


Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang dipadatkan.

Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan

berfungsi sebagai unsur pembasah (pelumas) pada partikel-partikel tanah. Karena adanya

air, partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama

lain dan membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat. Untuk usaha pemadatan yang

sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila kaar air dalam tanah (pada saat

dipadatkan) meningkat.

Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang

sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga meningkat

secara bertahap pula.

Setelah mencapai kadar air tertentu, w = w2, adanya penambahan kadar air justru

cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air

tersebut kemudian menempati ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat diempati oleh

partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air dimana harga berat volume kering maksmum

tanah dicapai disebut kadar air optimum.

8.2.1 Tujuan Pengujian

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan

kepadatan tanah. Sehingga bisa diketahui kepadatan tanah maksimum dan kadar air

optimum.

8.2.2 Peralatan

1. Mold pemadatan Φ 4”

2. Mold pemadatan Φ6”

3. Palu pemadatan sandart

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 92


4. Palu pemadatan modified

5. Extruder mold

6. Pisau pemotong

7. Palu karet

8. Kantong plastik

9. Kertas

10. Pan

11. Gelas ukur 1000 ml

12. Cawan/minikontainer

Gambar 8.1 Alat Pengujian Standart Proctor

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 93


8.2.3 Persiapan Benda Uji

1. Sampel tanah disiapkan yang sudah dijemur lalu dihancurkan dengan palu

karet agar gumpalan-gumpalan tanah hancur.

2. Kadar air mula-mula ditentukan dengan menggunakan alat speedy.

3. 5 buah sampel tanah dipisahkan , masing-masing 2.5 kg untuk mold Φ4” dan

mold Φ6” kemudian dimasukan kedalam kantung plastic.

4. Salah satu sampel diambil, kemudian dibuat kadar air optimum perkiraan

dengan cara sebagai berikut :

- Disemprotkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk dengan tangan

sampai merata. Penambhan air dilakukan sampai mendapat campuran tanah

bila digumpalkan dengan tangan lalu dibuka, tidak hancur dan tidak lengket

ditangan. Setelah didapat campuran tanah seperti ini, dicatat jumlah air

yang ditambah , kemudian dihitung kadar airnya dengan perhitungan

sebagai berikut :

100 + B
D=C + B
100 + A

5. Data diisi pada kolom 3 formulir pengisian data percobaan

caompaction kemudian diisi kolom-kolom samping kanan dan kiri untuk

kadar air 3% dan 6% diatas dan dibawah kadar air optimum perkiraan.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 94


6. Penambabah air yang diperlukan dihitung untuk membuat sampel

tanah dengan air yang sudah ditentukan dengan rumus:

D1 – B
C1 + A
100 + B
Dimana :

D = Kadar air yang dicari (%)

C = Penambahan air (cc)

B = Kadar air mula-mula (%)

A = Berat Tanah (gr)

Lakukan penambahan air sesuai dengan perhitungan lalu disimpan sampel tanah

tersebut selama 24 jam agar didaptakan kadar air benar-benar merata.

8.2.4 Prosedur Kerja

1. Mold standart ditimbang bersama alasnya dengan ketelitian 1 gram. Mold

diberi tanda dengan spidol agar tidak tertukar. Untuk cara standart proctor bisa

menggunakan mold Φ4” dan Φ6”.

2. Pasang kolar lalu kencangkan mur pencepitnya, ditempatkan pada tempuan

yang kokoh.

3. Sampel tanah yang sudah dipersiapkan diambil dari kantong plastik, kemudian

diisi kedalam mold dengan lapisan pertama. Tumbuk dengan palu pemadatan

standart 5.5 lb sebanyak 25 x tumbukan. Lapisan pertama sebanyak 9 kali

tumbukan, lapisan kedua sebanyak 12 tumbukan, dan lapisan ketiga sebanyak

25 kali tumbukan.ditumbuk secara merata sehingga memadat.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 95


LapisanPertama LapisanKedua LapisanKetiga

4. Dilakukan hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga. Sehingga lapisan

terakhir mengisi sebagian collar (berada sedikit lebih tinggi dari pada tinggi

mold.

5. Coller dilepas dan tanah yang kelebihan pada mold dibersihkan dengan

menggunakan pisau pemotong.

6. Rongga berbentuk diisi dengan tanah sisa-sisa.

7. Mold ditimbang bersama alas, dan tanah yang berada didalamnya dengan

ketelitian 1 gram

8. Sampel yang sudah dipadatkan dikeluarkan dari dalam mold dengan

menggunakan extruder mold, lalu diambil 3 buah sampel untuk pemeriksaan

kadar air.

9. Nomor 3 sampai 8 diulangi untuk sampel tanah yang lain.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 96


1,70
1,64
1,60
1,55
1,50 1,49
Kepadatan Kering (Kg/ cm3)

1,40
1,33
1,30 ϒd = 1,21%
1,25
1,20
1,18
1,14 1,15
1,10 1,09

1,00 1,00

0,90
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00
Kadar Air % W opt = 28 %

Gambar grafik 8.2 Proctor ( Zero Air Void )

Zero air void line merupakan garis yang menunjukkan hubungan kadar air dan berat isi
kering untuk tanah padat yang tidak mengandung rongga udara. Zero air Void ( ZAV )
yang bisa dihitung dengan rumus :

Gs   w
ZAV =
1  w.Gs

Dimana :

Gs = Berat jenis tanah

γw = Berat isi air

w = kadar air

γd maksimal tidak mungkin melebihi batas ZAV sehingga hal ini diperlukan sebagai
pengontro

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 97


Pertemuan 7

8.3 Metode Pemadatan Tanah di Lapangan


Tanah dilapangan dapat dipadatkan dengan mesin gilas (roller) yaitu ;
a. Mesin gilas (rolling)
b. Mesin pemadat dengan beban kejut (ramming)
c. Mesin pemadat dengan sistem getaran (vibration)

Mesin pemadat jenis rolling terdiri atas 3 tipe yaitu :

1. Smooth whell roller (drum halus)


2. Pneumatic tyred roller (ban angin)
3. Sheep foot roller (kaki domba)
8.4 Tes Pemadatan di Lapangan

Ada 2 jenis pemadatan di lapangan yang umumnya dipergunakan yaitu:

1. Sand Cone Test (tes kerucut pasir)


2. California Bearing Ratio (CBR)
8.4.1 Sand Cone Test

8.4.1.1 Tujuan Pengujian


Tujuan pengujian sand cone test adalah untuk menentukan kepadatan lapisan
tanah atau perkerasan yang telah di padatkan dengan cara pengukuran volume secara
langsung.

8.4.1.5 Peralatan
a. Corong sand cone
b. Botol sand cone
c. Plat lapangan,ukuran 30,48 x 30,48 cm dengan lubang bergaris tengah 16,5 cm
d. Pasir standard
e. Pahat

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 98


f. Palu karet
g. Sendok tanah
h. Kaleng lapangan

8.4.1.3 Langkah Kerja


a. Isilah botol sand cone dengan pasir standard
b. Timbang botol dan corong,berikut pasir gradasi yang telah diisi secukupnya
c. Bersihkan permukaan tanah yang akan di gali dan ratakan permukaannya.
d. Letakkan plat lapangan di permukaan tanah dalam posisi yang kokoh.
e. Galilah lubang sesuai dengan diameter lubang plat lapangan,gunakan pahat.palu
dan sendok tanah.
f. Timbang kaleng lapangan yang telah dibersihkan dalam keadaan kosong.
g. Masukkan semua tanah hasil galian tersebut kedalam kaleng lapangan lalu
timbang beratnya.
h. Letakkan corong sand cone berikut botol yang telah berisi pasir di atas plat
lapangan tadi dalam posisi terbaik.
i. Buka kran corong sehingga pasir dalam botol turun melalui corong mengisi
lubang tadi.
j. Setelah pasir berhenti mengalir,tutup kran corong.
k. Ambillah sebagian tanah dari lubang yang sudah dimasukkan ke dalam kaleng.
l. Timbang corong berikut botol yang berisi sisa pasir didalamnya.
m. Hitung berat jenis pasir yang keluar dari dalam botol.
n. Ambil kembali pasir yang bersih yang mengisi lubang tadi untuk di pergunakan
pada percobaan selanjutnya.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 99


8.4.1.4 Kalibrasi Alat
1. Timbang berat corong dan botol kosong
2. Masukkan pasir kedalam botol melalui corong lalu timbang
3. Letakkan plat lapangan pada permukaan kaca yang bersih kemudian pasang
corong berikut botol tadi di atasnya dalam posisi terbalik
4. Buka kran corong sehingga pasir akan mengisi corong bawah.
5. Setelah pasir berhenti mengalir,kran corong ditutup kembali.
6. Timbang corong berikut botol yang berisi pasir di dalamnya.
7. Hitung berat pasir yang mengisi corong bawah.
8. Ulangi prosedur ini 3 kali lalu hasilnya dirata-ratakan.perbedaan hasil antara
masing-masing percobaan tidak boleh melebihi 1 %.
9. Masukkan pasir kedalam botol melalui corong sampai penuh ( biarkan pasir
turun dengan bebas),kemudian timbang berikut corong,ulangi 3 kali
berturut-turut.ambil rata-ratanya perbedaan antara berat masing-masing
dengan harga rata-rat tidak boleh lebih dari 1 %.
10. Ukur volume botol dengan cara mengisinya dengan air sampai penuh.
11. Timbang berat corong dan botol yang berisi penuh dengan air,ulangi
prosedur 10 s/d 11 sebanyak 2 kali.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 100


8.4.1.5 Benda Uji (Gambar 8.3)

Volume tabung dapat diperoleh :


V = G .T

dimana : G = Berat air

T = Faktor koreksi (tergantung pada temperatur air yang dipergunakan )

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 101


Tabel 8.1 Faktor koreksi T sesuai tabel terlampir :

Temperatur Air Volume air


˚C Gram/cm³
12 1,00048
16 1,00073
18 1,00103
20 1,00177
22 1,00221
24 1,00268
26 1,00320
28 1,00375
30 1,00435
32 1,00497

8.4.2 California Bearing Ratio ( CBR )


Adapun pengujian ini untuk CBR tidak terendam

California Bearing Ratio (CBR) dinyatakan dalam persen adalah perbandingan

antara beban yang dibutuhkan untuk penetrasi sedalam 0.1 inci atau 0.2 inci antara contoh

tanah dengan batu pecah standart. Nilai CBR adalah nilai empirirs dari mutu tanah dasar

dibandingkan dengan mutu batu pecah standar yang memiliki nilai cbr 100%.

Harga CBR adalah perbandingan antara kekuatan bahan yang bersangkutan

dengan kekuatan bahan yang dianggap standar. Harga CBR dinyatakan dalam persen (%)

dan cara yang digunakan untuk menilai kekuatan tanah dasar adalah suatu percobaaan

penetrasi yang disebut percobaan CBR. Dimana hasil pengujian tersebut dapat

digambarkan pada suatu grafik untuk mendapatkan tebal perkerasan dari suatu nilai cbr

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 102


tertentu. Pengujian CBR mempunyai teoritis dan grafik tabel perkerasan terhadap nilai cbr.

Harga cbr yang dicari yaitu harga CBR laboratorium.

CBR dilaboratorium diukur dalam 2 kondisi, yaitu kondisi tidak terendam disebut

CBR unsoaked dan pada kondisi terendam atau disebut CBR soaked, pada umumnya harga

CBR soaked lebih rendah dari CBR unsoaked. Namun dengan demikian kondisi soaked

adalah kondisi yang sering dialami dilapangan, sehingga didalam perhitungan konstruksi

bangunan, CBR soaked yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan karena dalam

kenyataan air selalu mempengaruhi konstruksi bangunan. Dipengujian ini dilakukan CBR

tidak terendam.

8.4.2.1 Tujuan Pengujian

Pengujian ini bertujuan untuk menilai kekuatan tanah dasar. Kekuatan tanah dasar

banyak tergantung kadar kepada kadar airnya. Makin tinggi kadar airnya maka semakin

kecil kekuatan nilai CBR dari tanah tersebut (L.D Wesley, Mekanika Tanah, 1997)

8.4.2.2 Peralatan

1. Mesin penetrasi CBR

2. CBR mold (cetakan)

3. Piringan pemisah

4. Palu penumbuk

5. Alat pengukur pengembangan (swelling)

6. Keping beban lubang bulat

7. Keping beban lubang alur

8. Piston penetrasi

9. Pengukur beban dan penetrasi

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 103


10. Talam

11. Alat perata

12. Bak perendam

13. Alat pengeluar sampel (extruder mold)

14. Timbangan 20kg.

Gambar 8.4 foto alat pengujian cbr

8.4.2.3 Prosedur Kerja

1. Diambil sampel tanah kering udara seperti yang dgunakan pada percobaan

pemadatan, sebanyak 3 sampel dengan berat masing-masing 5kg yang lolos

ayakan no.4

2. Sampel tanah tersebut dicampur dengan air sampai kadar air optimum. Untuk

mencapai kadar air optimum tersebut diperlukan pemadatan air dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :


100 + 𝐵
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 = 4000 𝑥 −1
100 + 𝐴

Dimana :

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 104


A = Kada air asli (%)
B = Kadar air optimum(%)
4000 = Jumlah contoh

3. Sampel dimasukan kedalam kantung plastic dan ditutup rapat agar tidak terjadi
penguapan. Didiamkan selama 24 jam.
4. CBR mold dipasang pada keping alas dan ditimbang. Kemudian dimasukan
keping pemisah (spacer dish), lalu diletakkan kertas saring diatasnya.
5. Masing-masing sampel dipadatkan didalam CBR mold dengan jumlah
tumbukan 12,25,56 kali dengan jumlah lapisan dan berat pemadatan sesuai
dengan pengujian pemadatan berat (modified compaction). Kemudian diperiksa
kadar airnya dilakukan setelah benda uji dikeluarkan dari cetakan.
6. Kemudian collar dilepaskan lalu diratakan permukaan contoh dengan alat
perata. Di tambal lubang-lubang yang ada pada permukaan karena lepasnya
butir-butir kasar dengan bahan yang lebih halus.
7. keping pemisah (spacer dish) dikeluarkan dari kertas saring, dibbalikan dan
dipasang kembali mold yang berisi contoh pada alas, kemudian ditimbang.
8. Kemudian keping beban seberat 10lbs dipasang kembali diatas permukaan
benda uji, diletakan mold diatas piringan penekan pada alat penetrasi CBR.
9. Piston penetrasi diatur agar menyentuh permukaan benda uji, kemudian
dilakukan penetrasi sampai arloji beban menunjukan beban permukaan sebesar
4.5 kg atau 10lbs. Pembebanan permulaan diperlukan untuk menjamin bidang
sentuh yang sempurna antara torak dengan permukaan benda uji. Kemudian
arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi dinolkan.
10.Pembebanan diberi secara teratur hingga kecepatan penetrasi mendekati
kecepatan 1.27 mm/menit atau 0.05/menit
11.Beban maksimum dan penetrasi dicatat apabila pembebanan maksimum terjadi
sebelum penetrasi 0.5”
12.Benda uji dikeluarkan dari cetakan dan ditentukan kadar air seluruh lapisan.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 105


𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
13. 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑙𝑎

14. Setiap hasil pembacaan arloji dikalikan dengan hasil kalibrasi alat.

8.4.2.4 Hasil tes CBR


Proyek : Pratikum Mekanika Tanah
Tanggal :
Lokasi : Laboratorium Teknik Sipil

Tabel Perhitungan CBR 56 X Ketukan


Sebelum Sesudah Kadar Air Sebelum Sesudah
Berat tanah + Cetakan ( 7870,000
gr ) Berat tanah basah + Cawan 31,883
Berat Cetakan ( gr ) 4038,000 Berat tanah kering + Cawan 27,778
Berat tanah basah ( gr ) 3832,000 Berat Cawan 9,547
Isi Cetakan ( Cm 3 ) 1589,800 Berat Air 4,105
Berat isi basah ( gr / Cm 3 ) 2,410 Berat tanah Kkering 18,231
Berat isi kering ( gr / Cm 3 )1 ,830 Kadar Air % 22,516

Penetrasi 56 X Tumbukan 2400


Waktu Penurunan Beban 2260,65
Pembacaan Dial 2200
( Menit ) ( Inchi ) ( Lb )
2000 2019,514
Atas Bawah Atas Bawah 1898,946
1800
0 0 0 0
1657,81
1600
1/4 0.057 28 843.976
1400
1/2 0.11 40 1205.68
Beban ( lb )

1200 1205,68
1 0.222 55 1657.81
1 1/2 0.352 63 1898.946 1000

2 0.456 67 2019.514 800


843,976

3 0.665 75 2260.65 600


4
400
6
200
8
10 0 0,00
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Penurunan ( Inchi )

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 106


Harga CBR
CBR
0.1" 0.2"
1205 1657
At as x 100 % x 100 %
3x1000 3x1500
40,167 36,822

Bawah x 100 % x 100 %


3x1000 3x1500

8.5 Contoh – Contoh Soal


Soal 1:
a. Buktikan persamaan hubungan berat volume kering ,untuk sembarang derajad
kejenuhan (S), sebagai fungsi kadar air ,berat jenis, dan berat volume:
𝐺𝑠 𝛾𝑤
γd =
1+𝐺𝑠 𝑤/𝑆
b. Buktikan persamaan hubungan berat volume kering terhadap kadar air untuk
persen rongga udara tertentu adalah :
𝐺𝑠(1−𝐴)𝛾𝑤
γd =
1+𝐺𝑠 𝑤/𝑠

penyelesaian :

𝑉w
a. Derajad Kejenuhan : S =
𝑉𝑣
Untuk volume tanah total V = 1 m³ (maka γd =Ws/V =Ws /1
𝑤 γd
Vw =
γw
Dengan kadar air w dalam desimal
Volume rongga pori :
γd
Vv = V –Vs = 1 – Vs = 1-
γw Gs

Subsitusikan Persamaan (2) dan (3) ke Persamaan (1)

𝑤 γd
S=
γw(1− γd)/Gsγw

𝑆 γd
S γw - - w γd = 0
𝐺𝑠

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 107


Penyelesaian dari persamaan ini adalah,

𝐺𝑠 𝛾𝑤
γd = Terbukti.......
1+𝐺𝑠 𝑤/𝑆

b. Persamaan kadar udara (% rongga udara)

𝑉𝑎 𝑉𝑣−𝑉𝑤
A= =
𝑉 𝑉𝑣 + 𝑉𝑠

Persamaan (4) dibagi dengan Vs, diperoleh :


𝑒−𝑤𝐺𝑠
A=
1+𝑒

Bila tanah tidak jenuh ,berlaku eS =w Gs.


Dengan subsitusi S ke dalam Persamaan (5), diperoleh

𝑤𝐺𝑠+𝐴 𝛾𝑤 𝐺𝑠
e= , karena γd =
1− 𝐴 1+𝑒

Subsitusikan Persamaan (6) ke (7)

𝛾𝑤 𝐺𝑠 𝐺𝑠 (1−𝐴)
γd = = Terbukti.......
1+(𝑤𝐺𝑠+𝐴)/(1−𝐴) 1+(𝑤𝐺𝑠)

8.6 Soal –Soal Latihan


1. Dalam uji pemadatan standar proctor,diperoleh dalam tabel berikut ini :

γb 2,6 2,13 2,15 2,16 2,14


(gram/cm³)
W (%) 12,90 14,30 15,70 16,90 17,90

a. Gambarkan grafik hubungan berat volume kering dan kadar air , dan tentukan berat
volume kering maksimum dan kadar airnya.
b. Hitung kadar air yang dibutuhkan untuk membuat tanah menjadi jenuh pada berat
volume kering maksimum,Gs = 2,73
c. Gambarkan garis rongga udara nol(ZAV) dan kadar udara 5%.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 108


Pertemuan 9

BAB IX
KEKUATAN GESER TANAH

9.1 Pengertian Kekuatan Geser Tanah

Kekuatan tanah untuk memikul beban –beban atau gaya yang menyebabkan
kelongsoran, keruntuhan, gelincir dan pergeseran tanah. Kekuatan gesr tanah juga
merupakan daya tahan tanah terhadap deformasi yang diakibat oleh pergerakan
partikel tanah akibat tegangan geser. Kekuatan geser dalam tanah akibat gerakan
relatif antara butir-butir dan bukan akibat kehancuran butir tanah .
Adapun aplikasi kuat geser tanah dapat digunakan untuk menghitung :
- Daya dukung tanah dasar
- Stabilitas lereng
- Tegangan lateral

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 109


9.2 Lingkaran MOHR COLOUMB

Coulomb (1776) mendefinisikan f (σ) sebagai :

τ = c + σ tan φ

dimana :

τ = Kuat geser tanah (kN/m²)

c = Kohesi tanah (kN/m²)

φ = Sudut gesek dalam tanah atau gesek intern (derajat)

σ = Tegangan normal pada runtuh (kN/m²)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 110


Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 111
Tegangan efektif yang terjadi di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh tekanan air
pori. Terzaghi (1925) mengubah persamaan coulomb dalam bentuk tegangan efektif
sebagai berikut :

τ = c’ + (σ –u ) tan φ

karena, σ’ = σ – u , maka

τ = c’ + σ’ tan φ

dimana: σ’ = Tegangan efektif

c’ = Kohesi tanah efektif

u = Tekanan air pori

σ’ = Sudut gesek dalam tanah efektif (derajat)

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 112


9.3 Metode Pengukuran Uji Kuat Geser Tanah

Ada beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah, antara lain:
1. Uji kuat geser langsung (direct shear test)
2. Uji triaksial (triaxial test)
3. Uji tekan bebas (anconfined compression test)
4. Uji geser kipas (vane shear test)

9.3.1 Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)

Untuk penyelidikan kondisi runtuh tanah, kita harus mengetahui hambatan dalam
dengan perpindahan tanah, slip, deformasi, dan perubahan volume. Kestabilan lereng, gaya
tekanan tanah pada bangunan dinding penahan tanah, daya dukung pondasi dan lain-lain
hanya dapat dipelajari, jika hambatan dalam tanah dapat diketahui.

Hambatan-hambatan dalam tanah dapat dikarakteristikan dengan tegangan geser


tanah.

9.3.1.1 Tujuan Pengujian


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kohesi (c) dan sudut geser
tanah ( ).

9.3..1.2 Peralatan yang digunakan


1. Alat geser, terdiri antara lain :
 Stang penekan, pemberi beban
 Alat penggeser : Proving ring 2 extentiometer
 Cincin pemeriksa, beban-beban, 2 buah batu pori
2. Alat untuk mengeluarkan contoh, pisau pemotong
3. Cincin cetak benda uji
4. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
5. Stopwacth
6. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ±
5)°C.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 113


9.3.1.3 Benda Uji
a. Timbang benda uji
b. Masukkan benda uji kedalam cincin pemeriksaan yang telah terkunci jadi satu
dan pasanglah batu pori pada bagian atas dan bawah benda uji.
c. Stang penekan dipasang vertikal untuk memberi beban normal pada benda uji
dan diatur sehingga beban yang diterima benda uji sama beban yang diberikan
pada stang tersebut.
d. Penggeser benda uji dipasang pada arah mendatar untuk memberi beban
mendatar pada bagian atas cincin pemeriksa. Atur pembacaan arloji geser
sehingga menunjukkan angka nol. Kemudian buka kunci cincin pemeriksa.
e. Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang diperlukan. Segera
setelah pembebanan pertama diberikan istilah kotak cincin pemeriksaan dengan
air sampai penuh diatas permukaan benda uji, jagalah air ini tetap selama
permukaan.
f. Diamkan benda uji sehingga konsolidasi selesai. Catat proses konsolidasi
tersebut pada waktu tertentu sesuai dengan cara pemeriksaan konsolidasi.
g. Setelah konsolidasi selesai dihitung t50 untuk menentukan kecepatan pergeseran.
Konsolidasi dibuat 3 beban yang perlu. Kecepatan pergeseran dapat ditentukan
dengan membagi deformasi geser maksimum dengan 50. Deformasi geser
maksimum kira-kira 10% diameter asli benda uji.
h. Lakukanlah pemeriksaan sehingga tekanan geser konstan dan bacalah arloji
geser setiap 15 detik.
i. Berikan beban normal pada benda uji kedua sebesar 2 kali beban normal pertama
dan lakukan langkah (f), (g) dan (h).
j. Berikan beban normal pada benda uji ketiga sebesar 3 kali beban normal pertama
dan lakukan langkah (f), (g) dan (h).

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 114


dongkerak untuk
arloji pengukur memberikan tekanan
bidang geser.
untuk
menentukan geser
batu
pergeseran proving ring untuk
berpori
mengukur tekanan
geser

contoh
tana
beban untuk
memberikan
tekanan
normal

Gambar 9.1 Pengujian Direct Shear Test

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 115


1,340
(0,03); (1,33)
1,320
Tegangan Geser (kg/cm2)

1,300

1,280

1,260

1,240 (0,10);( 1,24)

1,220 (0,07); (1,22)

1,200
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
Tegangan Normal (kg/cm2)
y = -1,3302x + 1,3491

Grafik 9.1 Pengujian Direct Shear test

Dari grafik diatas adalah y = mx + b, dengan:

m = -1.330 b = 1.349

c = b = 1.349 kg/cm φ = tan-1 (m)

= tan-1 (-1.330)

= - 89,9570
Pertemuan 10
9.3.2 Uji Triaksial (Triaxial Test)

Untuk menghitung kekuatan geser tanah dapat di lakukan 3 (tiga ) macam


percobaan. Unconsolidated Undrained test. Air tidak boleh berdrainase dari pori-pori tanah
selama tekanan bekerja pada contoh tanah, sehingga tidak dapat mengukur tegangan air
pori. Dalam pengujian triaxial di lakukan pengujian Unconsolidated Undrained tanpa
memperhatikan tegangan pori air.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 116


Rumus – rumus yang digunakan:

Tegangan vertical ∆Q1= (K.M)/A1

Dimana :

Q1 = Tegangan vertical yang di berikan kg/cm.


M = Dial Deformasi
K = Kalibrasi dari proofing ring.
A1 = Luas penampang sampel tanah yang telah di koreksi (cm).

9.3.2.1 Tujuan Pengujian


Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan nilai parameter tegangan geser
yaitu kohesi (C) dan sudut perlawanan geser (Ф) dengan cara menvisualisasikan
grafik lingkaran Mohr.

9.3.2.2 Peralatan
a. Axial loading device, berupa dongkrak yang digerakkan oleh motor elektronik
melalui transmisi getar, yang dilengkapi dengan compressor untuk memberikan
tegangan hydraulic ke dalam chamber triaxial.
b. Axial load measuring device, berupa proving ring, stain gage, hydraulic load
cell. Alat uji triaxial.
c. Chamber pressure maintaining device, terdiri dari reservoir yang
disambungkan pada triaxial chamber fluid, bagian atas reservoir dihubungkan
dengan tekanan udara (gas supply).
b. Specimen cap dan Specimen base, dibuat dari bahan karet, berpenampang bulat.
Specimen base dihubungkan dengan triaxial chamber sedemikian rupa
sehingga tidak dapat bergeser pada arah horizontal. Specimen cap dibuat
sedemikian rupa agar dapat memegang piston tetap sentries.
c. Deformation indicator.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 117


d. Rubber membranes, membungkus specimen dan menjaga kebocoran, serta
memberikan tahanan yang sekecil – kecilnya pada specimen.
e. Sample ejector, harus dapat mengeluarkan inti tanah dari tabung sampel pada
arah yang sama seperti waktu sampel tersebut dimasukkan ke dalam tabung,
dan tidak merusak sampel.
f. Vernier caliper, menetapkan ukuran specimen.
g. Timer, mengukur kelangsungan waktu untuk menetapkan rate of sterss atau
strain.
h. Weighing device (balance).
i. Perlengkapan / alat – alat lainnya:
 Specimen trimming,
 Membrane expander
 Remolding apparatus,
 Moisture content containers,
 Data sheet yang diperlukan.

Gambar 9.2 Pengujian Triaxial

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 118


9.3.2.3 Langkah Kerja
a. Ambil 3 buah sampel dari tabung, cetak dengan alat pencetak sampel sehingga
berbentuk silinder dengan diameter 1,5’’ dan tinggi 3’’.
b. Timbang masing – masing sampel dan cari berat satuan volumenya.
c. Reservoir harus penuh, tutup dahulu semua kran dan periksa semua sambungan
ke pesawat ukur tegangan air pori, bila pada tabung yang berisi air raksa terdapat
gelembung – gelembung udara, maka hal tersebut harus dihindarkan (harus
dikeluarkan), karena akan mempengaruhi pengukuran tekanan air pori.
d. Buka klep – klep saluran yang menghubungkan alat triaxial dengan alat ukur
tegangan air pori, kemudian pasang batu berpori pada alat triaxial.
e. Buka klep buret agar air dari buret masuk ke saluran menuju alat triaxial.
f. Tutup klep buret bila batu berpori sudah jenuh air.
g. Pasang kertas saring di atas batu berpori tersebut.
h. Masukkan membrane karet ke dalam stetcher, kemudian jalankan pompa vakum
sehingga membrane karet menempel pada dinding dan stetcher.
i. Masukkan sampel dalam stetcher dan membran diselubungkan.
j. Letakkan silinder kaca di atas sampel dan letakkan butir penekan yang akan
meneruskan tekanan sampel di atas silinder kaca tersebut.
k. Pasang chamber, kencangkan ketiga baut, buka klep pada bagian atas chamber.
l. Isi chamber dengan air hingga penuh, sampai tegangannya sama dengan nol,
kemudian tutup klepnya.
m. Biarkan tanah berkonsolidasi dulu, dial gauge dan null indicator dinolkan dulu
dengan menyetel screw control sehingga tinggi air raksa pada buret tetap.
n. Tutup kran pengukur tekanan air pori.
o. Jalankan pesawat triaxial dengan menjalankan motor mesin sehingga sampel
mendapatkan tegangan vertikal dengan kecepatan penurunan sampel 2 %.
p. Lakukan pembacaan dial gauge pada tegangan air pori tiap menit dan air raksa
diatur agar tetap pada posisinya sampai terjadi keruntuhan, yaitu dial gauge
menunjukkan angka yang tetap.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 119


q. Matikan mesin, null indikator dinolkan.
r. Buka kran reservoir air (buka klep bagian atas chamber), air akan keluar.
s. Buka chamber, kemudian keluarkan sampel tanah.
t. Keluarkan batu pori.
u. Lakukan pengujian pada ketiga sampel dan masing – masing sampel diberi
tegangan sel yang besarnya berbeda – beda.
Lo : 9.94 cm
Kalibrasi : 1.082 Kg/div
Tabel 9.1 Data Triaxial

Deform Koreksi
Strain Beban Beban Teg. S1
Waktu dial. DL i Luas
Rate Dial Sampel 1-i Deviator (kg/c
(menit) 0,001 (cm) (DL/Lo) A1
% (Units) (Kg) (kg/cm2) m2)
(Units) (Cm2)

0 0 0 1 0 0 0 1 19.157 0 0

0.15 38 0.038 2 11 10.166 0.004 0.996 19.230 0.529 0.027

0.30 95 0.095 3 14 12.939 0.010 0.990 19.342 0.669 0.035

0.45 80 0.08 4 15 13.863 0.008 0.992 19.312 0.718 0.037

1.00 65 0.065 5 19.5 18.022 0.007 0.993 19.283 0.935 0.048

1.15 90 0.09 6 23.5 21.719 0.009 0.990 19.332 1.123 0.058

1.30 225 0.225 7 27 24.954 0.023 0.977 19.600 1.273 0.065

1.45 250 0.25 8 30 27.726 0.025 0.974 19.651 1.411 0.072

2.00 280 0.28 9 30 27.726 0.028 0.971 19.712 1.407 0.071

2.15 310 0.31 10 31 28.651 0.031 0.968 19.774 1.449 0.073

2.30 344 0.344 11 32 29.575 0.035 0.965 19.844 1.490 0.075

2.45 375 0.375 12 32 29.575 0.038 0.962 19.908 1.486 0.075

3.00 408 0.408 13 32 29.575 0.041 0.959 19.977 1.480 0.074

3.15 441 0.441 14 32 29.575 0.044 0.955 20.046 1.475 0.074

3.30 478 0.478 15 31 28.651 0.048 0.951 20.125 1.424 0.071

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 120


35

29.575 29.575
30
27.726
27.726 29.575 29.575
24.954 9 28.651 28.651
25
Beban Sampel (kg/cm2)

21.719
20 18.022
13.863
15 12.939
10.166
10

5
0
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Strain Rate %

Grafik 9.2 Pengujian Triaxial

9.3.3 Uji Tekan Bebas (Anconfined Compression Test)

Є = regangan aksial
Δ = perbedaan tinggi benda uji
Lo = tinggi benda uji semula
𝐴𝑜
 A= (menghitungh luas permukaan benmda uji hasil koreksi)
1−Є
Dimana:
Ao = luas permukaan tinggi benda uji
Є = regangan aksial
𝑃
 σC = (tegangan)
𝐴
Dimana:

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 121


σC = tegangan persatuan luas
P = beban yang diberikan
A = luas permukaan benda uji terkoreksi

9.3.3.1 Tujuan pengujian


Tujuan dari pengujian kuat tekan bebas adalah untuk menentukan kuat tekan bebas
tanah kohesif pada kondisi tanah asli (undisturbed) maupun tanah yang dipadatkan / dibuat
(remoulded).
9.3.3.2 Peralatan
a. Mesin penekan
b. Tabung penuh dan tabung belah
- Tabung belah
- Tabung penuh
c. Alat pengeluar contoh
d. Dial deformasi
e. Jangka sorong
f. Stop watch
g. Oven
h. Timbangan
i. Pisau

9.3.3.3 Langkah Kerja


a. Benda uji yang digunakan mempunyai diameter minimum 1,3 in (3,3 mm),
apabila ukuran maksimum partikel benda uji lebih kecil dari 1/ 10 diameter
benda uji. Untuk benda uji yang berdiameter minimal 2,8 in (71 mm) atau lebih,
digunakan apabila ukuran partikel maksimum lebih kecil; dari 1/6 diameter
benda uji. Tinggi contoh dibuat 2 atau 3 kali diameternya.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 122


b. Untuk benda uji asli:
- Untuk menjamin keaslian benda uji keluarkan benda uji dari tabung contoh
asli, potong bagian contoh yang terdapat pada tepi tanbung contoh asli
sepanjang 2 cm. dorong benda uji pada tabung contoh asli, sampai masuk
seluruhnya ke dalam tabung yang akan diuji. Ratakan kedua ujung
permukaan benda uji dengan pisau.
- Ambil benda uji dari tabung contoh asli dengan memasang tabung yang
sesuai ukuran benda uji yang digunakan tepat di tengah – tengah.
- Kekuatan benda uji yang sudah tercetak dalam tabung dengan alat
pengeluar contoh, tentukan berat benda uji tersebut.
c. Benda uji buatan:
- Siapkan tabung belah yang sudah diberi pelumas bagian dalamnya dengan
ukuran sesuai pada langkah 1.
- Siapkan benda uji dan contoh tanda tanah asli atau dari contoh tanah
terganggu. Untuk benda uji dari contoh tanah asli, remas – remas dengan
jari tangan hingga mendapatkan berat isi seragam. Masukkan sedikit demi
sedikit ke dalam tabung belah dan padatkan. Pengisian terus dilakukan
sampai memenuhi isi tabung. Usahakan dalam memadatkan benda uji
tersebut menghasilkan tingkat kepadatan yang sama.
- Keluarkan benda uji tersebut, tentukan beratnya.
d. Tempatkan benda uji pada mesin penekan tepat di tengah – tengah plat bagian
bawah. Turunkan plat bagian atas sampai menyentuh permukaan benda uji.
e. Putar dial beban maupun dial deformasi pada posisi nol.
f. Lakukan penekanan dengan nilai regangan ½ ~ 2 % per menit dan catat nilai
beban & deformasi yang terjadi setiap 30 detik.
g. Penekanan terus dilakukan hingga sudah tidak ada penambahan beban pada
penambahan regangan, atau hingga tercapainya regangan 20 %.
h. Tentukan kadar air benda uji tersebut.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 123


UNCONFINED (KEKUATAN TEKAN BEBAS)

Tabel 9.2 Data Anconfined

Proyek : Pratikum Mekanika Tanah


Tanggal :
Lokasi : Laboratorium Teknik Sipil

ASLI REMOULD

Pemba Beba Pemba Beba


Waktu Reg Reg Luas caan n Tegangan caan n Tegangan c = 0.5
qu
Koreksi Dial Dial qu

( mm
( Detik ) ) ( % ) ( Cm2 ) ( Div ) ( Kg ) ( Kg/cm2 ) ( Div ) ( Kg ) ( Kg/cm2 )

0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0

15 0.160 1.127 3.20 10.00 5.10 1.60 0.627 0.313

30 0.310 2.183 3.89 14.00 7.14 1.84 0.545 0.272

45 0.580 4.085 6.39 18.00 9.18 1.44 0.696 0.348

60 0.860 6.056 19.18 21.50 10.97 0.57 1.749 0.874

C RATA – RATA 0.362

0 0.000 0 0.000 0.0 0.00 0.000 0 0

15 0.260 1.831 3.629 3.5 1.79 2.032 2.032 1.016

30 0.540 3.803 5.838 5.0 2.55 2.289 2.289 1.144

45 0.560 3.944 6.104 6.5 3.32 1.840 1.840 0.920

60 0.885 6.232 23.353 8.0 4.08 5.721 5.721 2.861

C RATA-RATA 1.188

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 124


ASLI
2,0

1,8 (0.310);( 1.840)


1,6 (0.160); (1.600)
1,4 (0.580); (1.440)
TEGANGAN ( kg / cm2 )

1,2

1,0

0,8

0,6
0,860; 0,570
0,4

0,2

0,0 (0,000);( 0,000)


0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90

REGANGAN ( mm )

Contoh Grafik 9.3 Anconfined (Tegangan dan Regangan)

9.4 Contoh – Contoh Soal

Dalam uji triaxial , beda uji konsolidasikan dengan tekanan sel(σ3) sebesar 850
kN/m². Untuk penjenuhan ,dikerjakan tekanan balik ke dalam benda uji sebesar 400
kN/m².setelah itu pada kondisi undrained tekanan sel dinaikkan menjadi 950 kN/m²
dan tekanan air pori menunjukkan nilai sebesar 490 kN/m².
Selanjutnya denagn tekanan sel tetap 850 kN/m² dan tekanan air pori 490 kN/m²
tersebut, beban axial ditambah sampai samapi tegangan deviator(Δσ) mencapai 585
kN/m². Pada kondisi terakhir ini tekanan air pori menunjukkan nilai 660 kN/m².
Hitunglah nilai-nilai koefisien pori A dan B
Penyelesaian:
Hasil dari kenaikan tekanan sel dari 850 menjadi 950kN/m²,tekanan pori naik dari
taekanan baliknya, 400 menjadi 490 kN/m. Dari kondisi ini penerapan teganagan
yang bersifat isotrofis ini,nilai B dapat dihitung menggunakan rumus
B = Δu / σ3 =(490 - 400)/ (950 – 850) = 0,9

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 125


Tegangan utama mayor (σ1)bertamabah dari 950 Kn/m² menjadi 950 + 585 = 1535
kN/m², diikuti oleh kenaikan tekanan air pori dari 490 menjadi 660 kN/m². Nilai
dihitung dengan rumus :
A = Δu / σ1= (660 – 490)/585 = 0,29.

9.5 Soal – Soal Latihan

9.5.1 Berikut ini adalah tabel hasil tes geser langsung pada contoh tanah :
Tegangan Normal (kg/cm²) Tegangan geser pada saat keruntuhan
contoh

0,25 0,6
0,75 0,8
1,50 1,05
2,50 1,45

Tentukan nilai c dan Ø ?

Jika contoh dites pada alat triaxial , tentukan nilai tegangan deviator pada saat contoh
mengalami keruntuhan , dimana pada sat itu tegangan sel = 1 kg/cm²

9.5.2 Contoh tanah dengan nilai c = 0,86 kg/cm² Ø = 30˚ dites pada alat triaxial

Tentukan : a. Tegangan deviator dimana contoh mengalami keruntuhan pada tegangan sel =
0,6 kg/ cm² ?

b. Tegangan sel saat contoh mengalami keruntuhan pada tegangan utama (σ1)
= 9 kg/cm² ?

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 126


9.5.3 Uji geser dilaksanakan untuk menentukan kuat geser tanah pasir bersih yang
dipadatkan . Pada tujuan ini dipakai ukuran kotak geser 250 x250 mm² dan data
pengujiannya dalam tabel berikut ini:

Beban normal (kN) 5,00 10,00 11,25


Beban geser
puncak(Kn) 4,90 9,80 11,00
Beban geser residu
(Kn) 3,40 6,23 6,86

Tentukan kuat geser tanah pasir bila dalam kondisi padat dan tidak padat ?

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 127


DAFTAR PUSTAKA

Theodosius Gunawan,Ir dan Ir. Margaret Saleh,2002,”Teori Soal dan Penyelesaian


Mekanika Tanah”, Seri M Diktat, DELTA TEKNIK GROUP , Jakarta.

Hardiyatmo,ChristadyHary,DR,Ir,M.Eng.,D.E.A.,2010,Mekanika Tanah 1-Edisi


kelima,UGM Press, Yogyakarta.

Kelompok 9.2012,“Praktikum mekanika tanah”.Laboratorium Teknik Sipil Unimal Press.

Search google,. 2008,”Scrib Mekanika Tanah 1 dan 2”.

Braja M.Das.(1995), “Mekanika Tanah 1”,jilid 1,Erlangga,Jakarta.

Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 128


Mekanika Tanah – Teknik Sipil Unimal 129
130
131
132

Anda mungkin juga menyukai