BAB 1
PENDAHULAN
Istilah teknik pondasi adalah cabang dari teknik sipil yang berhubungan dengan
perencanaan, konstruksi, pemeliharaan, dan perbaikan dari pondasi setempat, pondasi
tiang, Caisson dan lain – lain. Banyak bangunan dibangun pada tahun 400 s/d 1400 A.D,
masalah yang dihadapi pada waktu itu adalah penurunan bangunan (settlement ) yang
besar. Sebagai contoh adalah MENARA PISA yang di bangun antara tahun 1174 s/d 1350
dan Taj Mahal yang di bangun antara tahun 1632 s/d 1650.
Pada tahun 1661, Negara Perancis membuat proggram intensif untuk peningktan
jalan dan membangun Kanal. Pada tahun 1776, COLOUMB,seorang perancis
mengemukakan teori “ WEDGE THEORY OF EARTH PRESSURE “ ( teori keruntuhan
tananh yang berada di belakang retaining wall ). Coloumb adalah orang pertama yang
perkenalkan konsep bahwa kekuatan geser tanah terdiri atas dua komponen yaitu gesekan
dan kohesi. ( “frictionn and cohesion “ ). Kemudian Poncelet ( 1778 – 1867 )
Pada awal abad ke 20, sifat – sifat phisi tanah berulah bisa dimengerti. Atterberg
(1911) menggunakan beberapa tingkatan konsistensi tanah liat yang terhantung pada kadar
air. Pada tahhun 1916, Petterson dan Hultin menggunakan teori “ circular sliding theory “
yang dikenal dengan nama “ friction cirle instability calculation” yang dikembangkan lebih
lanjut oleh Fallenius pada tahun 1926 sehingga di kenal dengan nama SWEDISH
METHOD OF SLOPE ANALYSIS.
Pada tahun 1922 – 1923, Pavlovsky dari Rusia memberikan penyelesaian untuk
masalah “ seepage “ ( pengaliran air ) di bawah konstruksi hidrolik.
Adalah lempung yang pada masal lalu mengalami tekanan tekanan yang lebih
besar daripada tekanan yang diderita sekarang. Jenis tanah ini mempunyai daya
dukung yang tinggi dan dan tidak kompresible.
5 Bentonit
Adalah lempung yang mempunyai plastisitas yang tinggi yang dihasilkan dari
dekomposisi abu vulkanis. Tanah ini sangat ekspansif yang mengembang cukup
besar jika kondisinya jenuh.
Adapun berikut ini adalah ukuran partikel untuk berbagai jenis tanah :
Wa Udara Va
Vv
(W)
(V) Ww Air Vw
Butiran Vs
Ws
(a) (b)
Gambar 2.1 Diagram3 Fase Tanah
Sumber : Hardiyatmo (1992)
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va
Dimana :
Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka berat total dari
contoh tanah dapat dinyatakan dengan :
w = Ws + Ww
Dimana :
Ww = berat air
𝑊𝑤
w= x 100 %
𝑊𝑠
Hubungan volume yang umum dipakai untuk suatu elemen tanah adalah angka
pori (void ratio), porositas (porosity), dan derajat kejenuhan (degree of saturation).
Ww = berat air
Kadar air diproleh :
1. Bulk Density (γ)
Didefenisikan segbagai berat total dibagi volume total.
𝑊
γ=
𝑉
2. Dry Density
Didefinisikan sebagai berat kerin tanah dibagi dengan volume partikel padat
𝑊𝑠
γd =
𝑉𝑇
3. Saturated Density( berat isi jenuh)
𝑊𝑇
γsat =
𝑉𝑇
4. Submerged Density γ’
𝑊𝑠′
γsub =
𝑉𝑇
𝛾𝑠
Gs =
𝛾𝑤
Hubungan volume yang umum dipakai untuk suatu elemen tanah adalah
angka pori (void ratio), porositas (porosity), dan derajat kejenuhan (degree of
saturation).
2. Porositas ( Porosity )
𝑉𝑣
n= x 100 %
𝑉𝑇
𝑊
γ= dimana : W = berat tanah
𝑉
V = volume
Berat volume dinyatakan dalam satuan inggris yaitu : pound per kaki kubik
(lb/ft³). Dalam satuan SI (satuan international), satuan yang digunakan adalah Newton
per meter kubik (N/m³).
Karena Newton adalah suatu satuan turunan , akan lebih baik kalau bekerja
dengan menggunakan kerapatan (density,p)tanah. Satuan SI untuk kerapatan adalah
kilo gram per meter kubik (Kg/m³). Adapun persamaan unuk kerapatan adalah:
𝑊 𝑚𝑠
ρ= dan ρd =
𝑉 𝑉
𝑒 𝑚𝑎𝑥−𝑒
Dr =
𝑒 𝑚𝑎𝑥+𝑒 𝑚𝑖𝑛
Dimana :
Harga e : jika tanah non kohesi berada dalam keadaan lepas maka harga e = e max,
sehingga DI = 0
Harga e : jika tanah non kohesi berada dalam keadaan padat maka harga e = e min,
sehingga DI = 1
w .Gs
e=
Sr
e = Vv / Vs atau Vv = e. Vs
Ws = γs .Vs
Gs = γs /γw
Vw w .Ws w .γs.Vs
e= = =
Vv γw(e.Vs) γw.e.Vs
w γs w
= ( )= . Gs
e γw e
w .Gs
e=
Sr
(Gs .e.Sr).γw
γ=
1+e
w (γs .Vs+γw+Vw)
γ= =
VT VT
Sr = Vw / ( e .Vs )
(Gs .γw).Vs+γw.Vw)
=
VT
(Gs .e.Sr).γw
γ= .................. Terbukti
1+e
2.7.1 Soal 1:
Dalam keadaan asli, suatu tanah basah mempunyai volume =0,33 ft³ dan berat =
39,39 lb. Setelah dikeringkan dalam oven , berat tanah kering adalah 34,54 lb.
Apabila Gs = 2,71,hitung kadar air, berat volume basah , berat volume kering ,
angka pori , porositas, dan derajad kejunuhan .
Penyelesaian
a. Kadar air
𝑊 39,39
γ= = = 121,0 lb/ft³
𝑉 0,33
𝑊𝑠 34,54
γd = = = 104,67 lb/ft³ = 104,7 lb/ft³
𝑉 0,33
2.7.2 Soal 2 :
Suatu tanah mempunyai data sebagai berikut : porositas = 0,45, Berat jenis butiran
tanah =2,68 , dan kadar air = 10%. Tentukan massa yang harus ditambahkan agar tanah
yang mempunyai volume 10 m³ menjadi jenuh.
Penyelesaian :
n 0,45
e= = = 0,82
1−n 1−0,45
(1+w)𝐺𝑠 𝜌 w (1+0,1)2,68.1000
ρ= = = 1619,8 kg/m³
1+ e 1+ 0,82
2.8.1 Tanah mempunyai BULK DENSITY (γ) 2,0 gr/cm³ dan kadar air nya =
18%. Tentukan kadar air nya jika tanah tersebut dikeringkan samapai mencapai
kepadatan 1.9 gr/cm³ tetapi kadar pori (e) tetap.
2.8.1 Suatu tanah jenuh air mempunyai berta volume kering sebesar 16,2 kN/m³.
Kadar air nya adalah 20%. Tentukan (a) γsat, (b) Gs, dan (c) e
2.8.3 Tentukan kepadatan relatif untuk tanah pasir apabila diketahui porositas
tanah pasir = 37.5% ; porositas dalam keadaan padat = 30% porositas dalam
keadaan lepas =47.5%?
Ww Water (%)
W V
Ws Solid (%)
Gambar 3.1 Tiga fase elemen tanah dengan volume butiran padat sama dengan 1.
Untuk menghitung kadar air yang terkandung di dalam tanah menggunakan rumus
sebagai berikut:
Dimana :
Gambar 3.2
3.3.2 Peralatan
a) Enam buah saringan type ASTM, masing - masing no.4, 10, 16, 30, 50, no.100;
no.200.
b) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari benda uji.
c) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5)ºC.
d) Alat pemisah contoh.
e) Mesin pengguncang saringan.
f) Talam-talam.
g) Kwas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
Jumlah
Berat Jumlah Persen
Ayakan Ukuran Berat tertahan Tertahan
berat
berat
saringan
saringan
+ tanah
( Gram )
No ( mm ) ( Gram ) % Tertahan Lolos ( % )
(a)
(b)
Gambar 3.3 Skema Mesin Pengaduk (a), Skema Gelas Ukur dan Tabung
Hydrometer (b)
Sumber: Budi (2011)
= Kekentalan air
18 18 L
D = .
w s w t
Dimana:
Jarak L
V = = s = GS . w
Waktu t
Atau dalam satuan SI :
30 L
D = .
(Gs 1) w t
L(cm)
D =K
t (men)
Harga K merupakan fungsi dari Gs dan , yang tergantung pada temperature uji.
Dengan mengetahui jumlah tanah di dalam larutan, L dan t, kita dapat menghitung
persentase berat dari yang lebih halus dari diametere yang ditentukan, dimana L adalah
kedalaman yang diukur dari permukaan air terhadap pusat berat bola kaca dari alat
hydrometer dimana kekentalan larutan diukur. Dari data-data yang diperoleh dilakukan
perhitungan untuk menentukan persentase distribusi butiran yang terkandung dalam contoh
tanah tersebut:
1. Nilai R - R w dihitung terlebih dahulu.
2. Gunakan Tabel. 1 untuk mencari harga A (faktor koreksi) berat jenis (Gs) yang sesuai.
3. Hitung nilai N (%) dengan menggunakan persamaan:
( R Rw ) A
N= x100%
W
Dimana:
A = Faktor koreksi
W = Berat contoh tanah
5. Hitung harga Zr
t
6. Gunakan Tabel. 3 untuk memperoleh harga K dari hubungan Z r dengan,To
7. Hitung harga D melalui persamaan berikut:
Zr
D=K
t
Dimana: Zr = L
8. Hitung nilai N’ dengan menggunakan persamaan:
N .S v
N’ =
100
Dimana:
( R Rw ). A
N = x100%
W
S v = Persentase butiran yang lolos ayakan no. 200 pada percobaan analisa
saringan selanjutnya hasil pengolahan data dan perhitungan (terlampir)
diplot pada grain size,curve.
Pada Grain Size Curve selanjunya ditentukan persentas Distribusi butiran terhadap
ketiga contoh tanah tersebut berdasrkan unified Soil Clasification system ( USCS) dan
AASHTO serta diameter dalam grain Size Curve yang bersesuai untuk 10% yang lebih
halus ( lolos ayakkan) atau D 10 dan diameter yang bersesuai dengan 30 % dan 60 % lolos
3.3.7 Peralatan
1. Hidrometer dengan skala-skala konsentrasi (5-60 gram per liter) atau untuk
pembacaan berat jenis campuran ( 0,995 – 1,038)
2. Gelas ukur kapasitas 1000 ml, dengan diameter ± 6,5 cm
3. Thermometer 0 – 50 c dengan ketelitian 0, 1 c
4. Larutan natrium sulfat ( N a So 4 )
5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
6. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
7. Spatula dan cawan dari porselin
8. Saringan no .200
9. Desikator
10. Stopwatch
11. Dish
12. Mixer
13. Aquadest
Gambar 3.5
beratnya, kemudian dimasukan kedalam oven selama 24 jam pada temperature 110⁰C
Gs = 2.49 gram/cm3
W = 50 gram
Sv1 = 94,7 %
Rumus yang digunakan untuk mencari batas cair secara empiris adalah sebagai
berikut :
𝑁
𝐿𝐿 = 𝑊𝑛 𝑥 (25)0,121
Dimana:
LL : Liquid limit
N : Jumlah ketukan
73,0 5,9
R10,0
R2,22 10
149,9
GROVING TOOL
125,0
BRASS CUP
59,51
No.Of Blows 7 10 28 37
Container No 1 2 3 4
Gambar hubungan jumlah ketukan (number of blows) dan kadar air (water content)
FLOW CURVE
70
69
68
WATER CONTENT ( w )
67
66
65
64
63
62
61
60
59
58
57
10 100
NUMBER Of BLOWSy = -0,4305x + 71,523
3.4.2.2 Peralatan
a) Plat kaca 45 x 45 x0,9 cm
b) Sendok dempul dengan panjang 12,5 cm
c) Batang pembanding dengan diameter 3 mm panjang 10 cm
d) Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
e) Cawan untuk menentukan kadar air 2 buat
Gambar 3.8
Tanah yang dipilih hingga memiliki panjang 10 cm dan diameter 3mm, dan ini
dokumentasi foto uji coba sample batas plastis.
No Sampel I II
Batas susut (SL), Didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah
semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air dimana pengurangan kadar air selanjutnya
tidak mengakibat kan perubahan volume tanah. Percobaan batas susut dilaksanakan dalam
laboratorium dengan cawan porselin diameter 4,4 mm dengan tinggi 12,7 mm. Bagian
dalam cawan dilapisi dengan pelumas dan diisi dengan tanah jenuh sempurna. Kemudian
dikeringkan dalam oven. Volume ditentukan dengan mencelupkannya dengan air raksa.
Btas susut dinyatakan dalam persamaan :
(𝑊1−𝑊2 ) (𝑉1−𝑉2 )
SL ={ - }x 100%
𝑊2 𝑉2
Dimana :
3.6.1 Untuk air + menentukan kadar air contoh pasi basah berat 400 gram dimasukkan
kedalam piknometer + pasir = 2232 gram. Berat piknometer penuh air = 2040
gram Gs = 2,67. Tentukan kadar air dalam contoh tersebut ?
Penyelesaian:
W2−W1 Gs−1
w={( )( ) − 1 }x100 %
W3− W4 Gs
= 400 gram
= 2232 gram
= 2040 gram
400 2,67
w={( )( )-1 } x 100 %
2232− 2040 2,67−1
= 30%
Penyelesaian :
w1= w2 = 325 gram
w3 = 1700 gram
w4 = 1500 gram
w = 0 (tanah kering)
W2−W1 Gs−1
w={( )( )−1}
W3− W4 Gs
1700−1500 Gs−1
0= ( )( )
325 Gs
= 2,60
3.6.3 Berat kering contoh tanah liat = 10,8 gram. Berat air raksa yang dipindahkan
pada saat contoh dites pada percobaan batas susut = 84,2gram. Berat jenis butir
= 2,72. Tentukan batas susut ?
Penyelesaian :
𝛾𝑤−𝑣 𝐺𝑇
SL = -
𝑊2 𝐺𝑠
1(6,214 1
SL = -
10,8 2,27
= 0,2077 =20,77%.
3.7.1 Untuk menentukan kadar air , contoh tanah basah berat 300 gram dimasukkan
kedalam piknometer. Berat piknometer + contoh + air (penuh piknometer) =
2130 gram, Berat piknometer berisi penuh air = 2000 gram, berat jenis contoh =
2,67. Tentukan kadar air dalam contoh tersebut ?
3.7.2 Diketahui dari suatu hasil analisa ayakan diperoleh data-data berikut
3.7.3 Diketahui batas atterberg suatu contoh tanah adalah LL = 60% ; PL = 40% dan
SL = 20%, jika contoh tanah menyusut dari volume 10cm³ pada keadaan LL menjadi
6,00 cm³, pada keadaan kering oven, Maka tentukan besarnya Shrinkage Ratio?
BAB IV
KLASIFIKASI TANAH
4.1 Pendahuluan
Menurut Das (1995), sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan
beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa kedalam
kelompok-kelompok dan subkelompok-kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sebagian
besar sistem klasifikasi tanah telah dikembangkan berdasarkan sifat-sifat tanah.
Menurut Bowles (1993), sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk
memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena variasi sifat
dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara umum mengelompokan
tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisis.
Maka dari itu metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Sistem
klasifikasi berdasarkan tekstur, sistem klasifikasi Unified Soil Clasification System (USCS)
dan sistem klasifikasi American Association of State Highway and Transportation Official
(AASHTO). Kedua sistem tersebut mengelompokkan tanah berdasarkan distribusi ukuran
butir dan batas-batas atterberg.
4.2 Tanah Berdasarkan Sistem Klasifikasinya
Sistem klasifikasi tanah yang ada mempunyai beberapa versi, hal ini
disebabkan karena tanah memiliki sifat-sifat yang bervariasi. Adapun beberapa
metode klasifikasi tanah yang ada antara lain:
a. Klasifikasi Tanah Berdasar Tekstur.
b. Klasifikasi Tanah Sistem USCS
c. Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO
Tentukan batas cair (LL) dan jika plastic limit nya = 33% maka klasifikasi tanah
tersebut menurut Plasticity Chart Casagandre ?
BAB V
Air tanah adalah sebagai air yang terdapat dibawah permukaan bumi. Sumber
utamanya air hujan yang meresap kebawah melewati ruangan pori diantara butiran tanah.
Air sangat berpengaruh pada sifat-sifat teknis tanah, khususnya tanah berbutir halus.
Demikian juga air merupakan faktor yang sangat penting dalam masalah-masalah seperti
:penurunan,stabilitas pondasi,stabilitas lereng, dll.
Pada lapisan tanah terdapat tiga zone penting yaitu : zone jenuh air, zone kapiler,
dan zone jenuh sebagian. Pada zone jenuh atau zone dibawah muka air tanah, air mengisi
seluruh rongga-rongga. Pada zone ini tanah dianggap dalam keadaan jenuh sempurna.
Batas atas dari zone jenuh adalh permukan air tanah atau freatis. Zone kapiler terletak
diatas zone jenuh. Ketebalan zone ini tergantung dari macam tanah, akibatnya air
mengalami isapan atau tekanan negative. Zone tak jenuh yang berkedudukan paling atas,
adalh zone dekat permukaan tanah dimana air dipengaruhi oleh penguapan sinar matahari
dan akar-akar tumbuh-tumbuhan.Tabel.5.1 Tinggi Kapiler masing-masing jenis tanah :
Tinggi energi total (total Head) adalah tinggi energi elevasi atau Elevation
Head(z) ditambah tinggi energi tekanan atau pressure Head (h) yaitu Ketinggian
kolom air h A atau hB Didalam pipa diukur dalam millimeter atau meter diatas
titiknya.
p v2
h= z
w 2g
Dengan :
p
h= z
w
Untuk menghitung debit rembesan lewat tanah pada kondisi tertentu, di tinjau
kondisi tanah.
Hukum Darcy
v = ki
i = Gradien hidrolik
q = kiA
k wg
k (cm/det) =
Dengan :
Q=qt=kiAt
Q = k (h/L) i A t
sehingga :
𝑄𝐿
k=
ℎ𝐴𝑡
Pengujian falling-head ini cocok untuk jenis tanah berbutir halus. Prinsip
pengujiannya, tanah benda uji diletakkan di dalam silinder, Pipa pengukur didirikan di atas
benda uji kemudian air dituangkan ke dalamnya dan air dibiarkan mengalir melewati benda
uji, Perbedaan tinggi air pada awal pengujian (t1 = 0) adalah h1. Kemudian air dibiarkan
Gambar 5.2
Debit air yang mengalir melalui benda uji pada waktu t adalah sbb :
ℎ 𝑑𝑣 𝑑ℎ
q=kiA=k A=− =−𝑎
𝐿 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Dimana :
Dengan :
Dengan :
wS 2
q= R a
8
Dengan :
S = gradient hidrolik
Luas R 2 R
RH =
keliling basah 2R 2
1. Dibuka katup outlet dari tanki penyaring sedikit demi sedikit untuk langkah
awal: ditunda pengukuran ukuran aliran sampai kondisi lumayan stabil tanpa
arus dalam level air manometer.Diukur dan dicatat dlama level air
manometer.
2. Pada penyelesaian pengujian permeabilitas, dikuras sampel dan periksa untuk
menetapkan apakah ini berkarakter homogen dan isotopik.
Digunakan rumus :
𝑄𝐿
k=
𝑡ℎ𝐴
dimana : Q = jumlah air yang tertampung dalam gelas ukur dalam waktu t (ml)
t = waktu ( detik)
h = head lost yaitu beda tinggi muka air dalam tangki atas dan bawah (cm)
Sekelompok garis aliran dan garis ekipotensial disebut jaring arus (flow net).
Garis ekipotensial adalah garis-garis yang mempunyai tinggi energi potensial yang
sama (h konstan). Permeabilitas lapisan lolos air dianggap isotropis ( k x = k 1 = k ).
W = ' = ( 1-n )( G S - 1 ) W
GS 1
'= . w (kN/m 3 . t/m 3 )
1 e
Telah disebutkan bahwa bila tekanan rembesan keatas yang terjadi dalam
tanah sama dengan i c , maka tanah akan pada kondisi mengapung. Keadaan semacam
ini juga dapat berakibat terangkutnya butir-butir tanah halus, sehingga terjadi pipa-
pipa didalam tanah yang disebut Piping. Akibat pipa-pipa yang berbentuk rongga-
rongga, dapat mengakibatkan fondasi bangunan mengalami penurunan, hingga
mengganggu stabilitas bangunan. Faktor keamanan bangunan air terhadap bahaya
piping, sebagai berikut :
ie
SF =
ie
Dengan i e adalah gradien keluar maksimum (maximum exit gradient ) dan i e =
w
Gradien keluar maksimum tersebut dapat ditentukan dari jarring arus dan besarnya
sama dengan tinggi energi antara garis ekipotensial terakhir, dan l adalah panjang dari
elemen aliran.
Lh
LW = LV
3
Dengan :
LW
WCR =
H1 H 2
h
V x = -k x i x = -k x
x
h
Vz = -k z i z = -k z
z
- Cara Dupuit
- Cara Scahffernak
- Cara A. Casagrande
- Penggambaran Garis Rembesan Secara Grafis
Jika bentuk dan posisi garis rembesan paling atas pada potongan melintang
bendungan diketahui, besarnya rembesan rembesan dapat dihitung. Bentuk garis
rembesan , kecuali dapat ditentukan secara analistis , dapat juga ditentukan secara
grafis atau dari pengamatan laboratorium dari sebuah model bendungan sebagai
prototype, ataupun juga secara analogi elektris.
kz
x1 = X
kx
K’ = kx kz
5.4.6 Filter
Bila air rembesan mengalir dari lapisan berbutir lebih halus menuju lapisan
lebih kasar, kemungkinan terangkutnya butiran lebih halus lolos melewati bahan yang
Bila kecepatan aliran membesar akibat dari pengurangan tahanan aliran yang
berangsur-angsur turun, akan terjadi erosi butiran yang lebih besar lagi sehingga
membentuk pipa-pipa didalam tanah yang dapat mengakibatkan keruntuhan pada
bendungan.
1). Ukuran pori-pori halus cukup kecil untuk mencegah butir-butir tanah terbawa
aliran.
2). Permeabilitas harus cukup tinggi untuk mengizinkan kecepatan drainase yang
besar dari air masuk filternya.
Koefisien permeabilitas :
𝑄𝐿 940 𝑥 16,8
k= = = 0,08 cm/det.
ℎ𝐴𝑡 75 𝑥 41,9 𝑥 1 𝑥 60
5.6.1 Tentukan koefisien rembesan untuk contoh tanah tebal 8 cm dan luas penampang
50 cm², jika volume air 500 ml melewati contoh tersebut dalam waktu 10 menit
dimana tinggi konstan (h) = 40 cm.
5.6.2 Pada tes falling head parameter tes ,tinggi awal permukaan air (ho) = 40 cm,
setelah waktu 10 menit tinggi air turun 6cm. Tentukan waktu yang diperlukan
untuk mencapai tinggi akhir (h1) = 20 cm, diketahui tinggi contoh = 5 cm , luas
penampang = 50cm² . Tentukan koefisien rembesan jika luas penampang “stand
pipiu” = 0,5 cm²
5.6.3 Diketahui Constan head permeability test panjang contoh = 100 cm, diameter
contoh 50 cm; k = 0,00003 cm/det,tinggi konstan h = 200 cm . Tentukan volume
air yang tertampung dalam bak penampung dalam 1 jam ?
σ = σ’+ u
dimana:
σ = tegangan normal total pada suatu bidang di dalam massa tanah (tegangan
akibat berat tanah total termasuk ruang pori, persatuan luas yang arahnya
tegak lurus)
u = tekanan pori (u), dikenal dengan tekanan netral yang bekerja ke segala arah
sama besar
σ’ = tegangan normal efektif (σ’), yaitu tegangan yang dihasilkan dari beban
butiran tanah efektif per satuan bidang luas
σz = γsat
Tegangan efektif dalam tanah dapat ditentukan dengan cara meninjau lapisan
tanah dengan permukaan mendatar dan dengan permukaan air tanah pada permukaan.
Jika air tidak mengalir maka tekanan air pori pada sembarang kedalaman akan
berupa tekanan hidrostatis. Karena itu pada kedalaman z tekanan pori (u), dapat
didefinisikan :
u = γw z
σz’ = σz – u
σz’ = z γsat – z γw
σz’ = (γsat – γw) z
σz’= γ’ z
dengan γ’ merupakan berat volume apung atau berat volume tanah efektif saat
tanah terendam air.
σ = σ’ + ua – X (ua - uw)
Gambar 6.2
dengan :
X = parameter yang ditentukan secara ekperimental
uw = tekanan air pori
ua = tekanan udara dalam pori
Untuk tanah jenuh (S = 1) nilai X = 1 untuk tanah kering sempurna (S = 0) maka X = 0
6.2.2 Tegangan pada Tanah Jenuh Air tanpa Rembesan
Gambar 6.3
Pada gambar 6.3 menunjukan suatu massa tanah jenuh air di dalam suatu tabung tanpa
adanya rembesan air ke segala arah. Tegangan total di titik A dapat dihitung dengan cara :
σ = H γw + (HA - H) γsat
Tegangan total (σ) dari persamaan di atas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Bagian yang diterima oleh air di dalam ruang pori yang menerus (tegangan ini
bekerja ke segala arah sama besar)
b) Sisa dari tegangan total dipikul oleh butiran tanah padat pada titik-titik sentuhnya.
a) Rembesan ke Atas
Gambar 6.4
b) Rembesan ke Bawah
Gambar 6.5
Keadaan di mana terdapat rembesan air ke bawah dapat dilihat dalam gambar 1.5.
Ketinggian air di dalam silinder diusahakan tetap, hal ini diatur dengan cara menambahkan
air dari atas dan pengaliran air ke luar melalui dasar selinder.
Tegangan total (σB) = H1γw + zγsat
Tekaan air pori (uB) = (H1 + z – iz)γw
Tegangan efektif (σB’)= σB – uB
Gambar 6.6
𝑊′
FS = , dimana :
𝐷
FS = faktor keamanan
W’ = berat tanah basah di daerah gelembung per satuan lebar turap
1.
Hitung tegangan total dan tegangan efektif di A apabila γsat = 10 kN/m3
Penyelesaian:
Tegangan Total
σA = (1 x 10) + (3 x 9,8)
= 39.43 kN/m2
Tegangan Efektif
σ’ = σA - ua
σ’ = 39.43 – 39,2
σ’ = 0,23 kN/m2
2. Hitung tegangan efektif di A apabila γsat = 15 kN/m3 dan γb = 10 kN/m3 apabila
a. permukaan air a
b. permukaan air di (b)
M.a.t
Penyelesaian
a. Tegangan di A
σA = 2 γb
= 20 kN/m2
ua = 0
σ’ = σA - ua
σ’ = 20– 0
σ’ = 20 kN/m2
Tebal lapisan lempung 7 m terletak diatas tanah pasir dengan ketebalan 4 m dapat
dilihat pada gambar
b. Hitung kedalaman galian maksimum pada tanah lempung agar tanah tidak
mengalami bahaya mengapung (runtuh).
BAB VII
KONSOLIDASI
7.1 Pendahuluan
keluar dari dalam pori, sehingga isi (volume) tanah akan mengecil. (lihat gambar)
Umumnya konsolidasi berlangsung hanya satu jurusan saja, yaitu jurusan vertical,
karena lapisan yang kena tambahan beban itu tidak dapat bergerak dalam jurusan
horizontal (ditahan oleh tanah di sekelilingnya).
Dalam keadaan ini pengaliran air juga berjalan satu jurusan, yaitu jurusan vertical atau
disebut “one dimensional consolidation” (konsolidasi satu jurusan), dan perhitungan
konsolidasi hampir selalu berdasarkan teori “one dimensional consolidation” ini.
Pada waktu konsolidasi berlangsung, bangunan di atasnya akan menurun (settle). Dalam
bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu diketahui mengenai penurunan ini, yaitu :
Pada lapisan pasir, penurunan berlangsung cepat (segera) dan menyeluruh, serta
penurunan yang terjadi kecil, karena pasir mempunyai sifat “low compressibility”. Pada
lapisan tanah lempung, penurunan yang terjadi berjalan agak lambat (memerlukan waktu
lama) dan penurunan yang terjadi juga besar. Oleh karena itu penelitian konsolidasi
umumnya hanya pada tanah lempung (butir halus). Karena lempung mempunyai sifat “high
compressibility”.
sebelumnya dengan urutan beban 0,25 ; 0,50; 1,00 ; 2,00; 4,00; 8,00; 16,00 kg/cm2.
Setiap penambahan beban deformasi dan waktu dicatat dan diplot dalam grafik semi
logaritmis hubungan antara penurunan (∆h) dengan waktu (log t).
7.3.2 Peralatan
1. Alat pembebanan dan sel konsolidasi
2. Arloji
3. Alat pengeluar benda uji
4. Spatula
5. Timbangan
6. Oven
7. Cetakan benda uji
Dimana :
Tv = time factor yang berkaitan dengan U = 90% mengikuti tabel berikut
Catatan : Jalir drainage adalah 2 arah vertical keatas dan kebawah.
0,848 d²
Jadi Cv = 𝑡
90
Dimana :
d = Jalur drainage rata-rata (cm)
Hi+Hf
=1/2( 2
)
Hi = Tebal contoh tanah pada tekanan awal (dalam hal ini adalah pada p = 1kg/cm²
Hf = Tebal contoh tanah pada tekananakhir (dalam hal ini adalah pada p = 2kg/cm²
t 90 = satuan detik
Cv = satuan cm²/ det
2. Logarithm of time fitting method :
(𝑇𝑣)
50 . d² 0,197 d²
Cv = 𝑡 = 𝑡
50 50
Cv =
mv = av = = =
dimana :
= koefisien pemampatan
= tekanan tambahan
𝑎𝑣 𝛥𝑒 1 1 𝛥ℎ
mv = = =
1+𝑒𝑜 𝛥𝑝 1+𝑒𝑜 𝛥𝑝 ℎ𝑜
Dimana :
𝛥𝑒 𝑒1−𝑒2 𝑒1−𝑒2
Cc = = = 𝑝2′
𝛥 log 𝑝′ log 𝑝2′− log 𝑝1′ log( )
𝑝1′
𝛥𝑒 𝑒1−𝑒2 𝑒1−𝑒2
Cr = = =
𝛥 log 𝑝′ log 𝑝2′− log 𝑝1′ ′
log(𝑝2′ )
𝑝1
Teori ini merupakan dasar yang telah disederhanakan untuk menentukan distribusi
tekanan hidrostatis yang bekerja dalam lapisan-lapisan yang berkonsolidasi di dalam waktu
tertentu sesudah bekerjanya beban/muatan dan ini disebut derajat konsolidasi (U)
U adalah tekanan hidrostatis pada suatu titik dalam lapisan lempung.
Penentuan distribusi tekanan hidrostatis yang bekrja dalam lapisan tanah pada interval
waktu yang berbeda dapat dilakukan sebagai berikut :
U = f (Tv) -------------- Tv =
U = derajat konsolidasi
Tv = Faktor waktu (Time Faktor)
𝑇𝑣 ℎ²
Cv =
𝑡
h = jalan air terpanjang tanah yang berkonsolidasi
U=
Harga U dapat diperoleh dari rumus Terzaghi U = f (Tv), atau dapat diperkirakan
dengan persamaan :
U 50 % ; U2 = .
U 50 % ;U=1- . .
U% 20 40 60 80 90
Tv 0,031 0,126 0,287 0,567 0,848
Contoh :
Waktu yang diperlukan lapisan tanah untuk penurunan 90 % selesai adalah :
U = 90 % ----- Tv =
𝐶𝑣
0,848 = 𝑡90
ℎ²
0,848 ℎ²
=
𝐶𝑣
Jadi dalam waktu t90, konsolidasi sudah mencapai 90 % dari keseluruhan. Untuk
mencapai konsolidasi seluruhnya memerlukan waktu lama ( t100), yaitu untuk
menyelesaikan Secondary Consolidation.
Adalah penurunan yang berjalan akibat pengaliran air dari tanah dengan demikian penurunan
ini adalah akibat penurunan tegangan efektif.
2. Secondary Consolidation
Penurunan yang amsih berjalan setelah primary consolidation selesai, yaitu setelah tidak
terdapat lagi tegangan air pori. Dan berlangsung dalam waktu yang lama serta nilainya
kecil.
7.7.1 Contoh tanah tidak terganggu terdiri atas lapisan Clay tebal 3 meter dites di
laboratorium dan harga rata-rata Cv = 0,0002 cm²/det. Jika suatu struktur berdiri
diatas lapisan clay tersebut, maka berapa lama waktu yang diperlukan untuk
memperoleh penurunan maksimum dari lapisan tersebut ? dan anggap drainase
dalam 2 arah ?
Penyelesaian :
0,197 ( 150)²
=
0,0002
= 22162500 det
= 256,5 hari
7.8.1 Contoh tanah diambil dari lapisan tanah liat tebal 3 meter di tes di laboratorium , nilai
Cv = 0,0003 cm / det . Jika struktur bangunan didirikan diatas lapisan ini,maka
beberapa waktu yang diperlukan untuk mencapai setengah penurunan “Ultimate”?
anggap drainage dalam 2 arah.
7.8.2 2 contoh tanah liat A dan B tebal masing-masing 3 cm dan 5 cm, mempunyai nilai
kadar pori 0,6 dan 0,8 dibawah tekanan 2 kg/cm². Pada saat kesetimbangan terjadi ,
nilai kadar air pori berkurang menjadi 0,4 dan 0,7 jika tekanan dinaikkan menjadi 4
kg/cm². Tentukan perbandingan koefisien permeabilitas contoh A dan B ?
BAB VIII
PEMADATAN TANAH
pemampatan pada tanah dengan mengusir udara dari poro-pori. Percobaan proctor adalah
suatu metode untuk mencari kadar air optimum untuk pemadatan suatu tanah. Suatu
cetakan berbentuk silinder dengan isi 0.001 m³ diisi dengan suatu contoh tanah dalam tiga
lapis, masing-masing lapis dipadatkan dengan 25 pukulan dengan pemukul standar, berat
Pada saat kadar air bernilai 0 (nol) berat volume basah dari tanah adalah sama
Berat volume kering maksimum pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi zero
air voids (pori-pori tanah tidak mengandung udara sam sekali) dapat dinyatakan sebagai
berikut:
GS
γzav =
(1 (Gs.w) / 100
Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya, dan struktur teknik lainnya,
tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan untuk meningkatkan berat volumenya.
demikian meningkatkan daya dukung pondasi diatasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi
besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng
timbunan (embankment). Penggilas besi berpermukaan halus (Smooth whell rollers), dan
penggilas getar (vibratory rollers) adalah alat-alat yang umum digunakan dilapangan untuk
pemadatan. Mesin getar dalam (vibroflot) juga banyak digunakan untuk memadatkan tanah
berbutir (granular soils) sampai kedalaan yang cukup besar dari permukaan tanah. Cara
pemadatan tanah dengan sistem ini disebut vibroflotation (pemampatan getar apung).
Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan
berfungsi sebagai unsur pembasah (pelumas) pada partikel-partikel tanah. Karena adanya
air, partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama
lain dan membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat. Untuk usaha pemadatan yang
sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila kaar air dalam tanah (pada saat
dipadatkan) meningkat.
Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang
sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga meningkat
Setelah mencapai kadar air tertentu, w = w2, adanya penambahan kadar air justru
cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air
tersebut kemudian menempati ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat diempati oleh
partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air dimana harga berat volume kering maksmum
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan
kepadatan tanah. Sehingga bisa diketahui kepadatan tanah maksimum dan kadar air
optimum.
8.2.2 Peralatan
1. Mold pemadatan Φ 4”
5. Extruder mold
6. Pisau pemotong
7. Palu karet
8. Kantong plastik
9. Kertas
10. Pan
12. Cawan/minikontainer
1. Sampel tanah disiapkan yang sudah dijemur lalu dihancurkan dengan palu
3. 5 buah sampel tanah dipisahkan , masing-masing 2.5 kg untuk mold Φ4” dan
4. Salah satu sampel diambil, kemudian dibuat kadar air optimum perkiraan
bila digumpalkan dengan tangan lalu dibuka, tidak hancur dan tidak lengket
ditangan. Setelah didapat campuran tanah seperti ini, dicatat jumlah air
sebagai berikut :
100 + B
D=C + B
100 + A
kadar air 3% dan 6% diatas dan dibawah kadar air optimum perkiraan.
D1 – B
C1 + A
100 + B
Dimana :
Lakukan penambahan air sesuai dengan perhitungan lalu disimpan sampel tanah
diberi tanda dengan spidol agar tidak tertukar. Untuk cara standart proctor bisa
yang kokoh.
3. Sampel tanah yang sudah dipersiapkan diambil dari kantong plastik, kemudian
diisi kedalam mold dengan lapisan pertama. Tumbuk dengan palu pemadatan
4. Dilakukan hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga. Sehingga lapisan
terakhir mengisi sebagian collar (berada sedikit lebih tinggi dari pada tinggi
mold.
5. Coller dilepas dan tanah yang kelebihan pada mold dibersihkan dengan
7. Mold ditimbang bersama alas, dan tanah yang berada didalamnya dengan
ketelitian 1 gram
kadar air.
1,40
1,33
1,30 ϒd = 1,21%
1,25
1,20
1,18
1,14 1,15
1,10 1,09
1,00 1,00
0,90
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00
Kadar Air % W opt = 28 %
Zero air void line merupakan garis yang menunjukkan hubungan kadar air dan berat isi
kering untuk tanah padat yang tidak mengandung rongga udara. Zero air Void ( ZAV )
yang bisa dihitung dengan rumus :
Gs w
ZAV =
1 w.Gs
Dimana :
w = kadar air
γd maksimal tidak mungkin melebihi batas ZAV sehingga hal ini diperlukan sebagai
pengontro
8.4.1.5 Peralatan
a. Corong sand cone
b. Botol sand cone
c. Plat lapangan,ukuran 30,48 x 30,48 cm dengan lubang bergaris tengah 16,5 cm
d. Pasir standard
e. Pahat
antara beban yang dibutuhkan untuk penetrasi sedalam 0.1 inci atau 0.2 inci antara contoh
tanah dengan batu pecah standart. Nilai CBR adalah nilai empirirs dari mutu tanah dasar
dibandingkan dengan mutu batu pecah standar yang memiliki nilai cbr 100%.
dengan kekuatan bahan yang dianggap standar. Harga CBR dinyatakan dalam persen (%)
dan cara yang digunakan untuk menilai kekuatan tanah dasar adalah suatu percobaaan
penetrasi yang disebut percobaan CBR. Dimana hasil pengujian tersebut dapat
digambarkan pada suatu grafik untuk mendapatkan tebal perkerasan dari suatu nilai cbr
CBR dilaboratorium diukur dalam 2 kondisi, yaitu kondisi tidak terendam disebut
CBR unsoaked dan pada kondisi terendam atau disebut CBR soaked, pada umumnya harga
CBR soaked lebih rendah dari CBR unsoaked. Namun dengan demikian kondisi soaked
adalah kondisi yang sering dialami dilapangan, sehingga didalam perhitungan konstruksi
bangunan, CBR soaked yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan karena dalam
kenyataan air selalu mempengaruhi konstruksi bangunan. Dipengujian ini dilakukan CBR
tidak terendam.
Pengujian ini bertujuan untuk menilai kekuatan tanah dasar. Kekuatan tanah dasar
banyak tergantung kadar kepada kadar airnya. Makin tinggi kadar airnya maka semakin
kecil kekuatan nilai CBR dari tanah tersebut (L.D Wesley, Mekanika Tanah, 1997)
8.4.2.2 Peralatan
3. Piringan pemisah
4. Palu penumbuk
8. Piston penetrasi
1. Diambil sampel tanah kering udara seperti yang dgunakan pada percobaan
ayakan no.4
2. Sampel tanah tersebut dicampur dengan air sampai kadar air optimum. Untuk
Dimana :
3. Sampel dimasukan kedalam kantung plastic dan ditutup rapat agar tidak terjadi
penguapan. Didiamkan selama 24 jam.
4. CBR mold dipasang pada keping alas dan ditimbang. Kemudian dimasukan
keping pemisah (spacer dish), lalu diletakkan kertas saring diatasnya.
5. Masing-masing sampel dipadatkan didalam CBR mold dengan jumlah
tumbukan 12,25,56 kali dengan jumlah lapisan dan berat pemadatan sesuai
dengan pengujian pemadatan berat (modified compaction). Kemudian diperiksa
kadar airnya dilakukan setelah benda uji dikeluarkan dari cetakan.
6. Kemudian collar dilepaskan lalu diratakan permukaan contoh dengan alat
perata. Di tambal lubang-lubang yang ada pada permukaan karena lepasnya
butir-butir kasar dengan bahan yang lebih halus.
7. keping pemisah (spacer dish) dikeluarkan dari kertas saring, dibbalikan dan
dipasang kembali mold yang berisi contoh pada alas, kemudian ditimbang.
8. Kemudian keping beban seberat 10lbs dipasang kembali diatas permukaan
benda uji, diletakan mold diatas piringan penekan pada alat penetrasi CBR.
9. Piston penetrasi diatur agar menyentuh permukaan benda uji, kemudian
dilakukan penetrasi sampai arloji beban menunjukan beban permukaan sebesar
4.5 kg atau 10lbs. Pembebanan permulaan diperlukan untuk menjamin bidang
sentuh yang sempurna antara torak dengan permukaan benda uji. Kemudian
arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi dinolkan.
10.Pembebanan diberi secara teratur hingga kecepatan penetrasi mendekati
kecepatan 1.27 mm/menit atau 0.05/menit
11.Beban maksimum dan penetrasi dicatat apabila pembebanan maksimum terjadi
sebelum penetrasi 0.5”
12.Benda uji dikeluarkan dari cetakan dan ditentukan kadar air seluruh lapisan.
14. Setiap hasil pembacaan arloji dikalikan dengan hasil kalibrasi alat.
1200 1205,68
1 0.222 55 1657.81
1 1/2 0.352 63 1898.946 1000
penyelesaian :
𝑉w
a. Derajad Kejenuhan : S =
𝑉𝑣
Untuk volume tanah total V = 1 m³ (maka γd =Ws/V =Ws /1
𝑤 γd
Vw =
γw
Dengan kadar air w dalam desimal
Volume rongga pori :
γd
Vv = V –Vs = 1 – Vs = 1-
γw Gs
𝑤 γd
S=
γw(1− γd)/Gsγw
𝑆 γd
S γw - - w γd = 0
𝐺𝑠
𝐺𝑠 𝛾𝑤
γd = Terbukti.......
1+𝐺𝑠 𝑤/𝑆
𝑉𝑎 𝑉𝑣−𝑉𝑤
A= =
𝑉 𝑉𝑣 + 𝑉𝑠
𝑤𝐺𝑠+𝐴 𝛾𝑤 𝐺𝑠
e= , karena γd =
1− 𝐴 1+𝑒
𝛾𝑤 𝐺𝑠 𝐺𝑠 (1−𝐴)
γd = = Terbukti.......
1+(𝑤𝐺𝑠+𝐴)/(1−𝐴) 1+(𝑤𝐺𝑠)
a. Gambarkan grafik hubungan berat volume kering dan kadar air , dan tentukan berat
volume kering maksimum dan kadar airnya.
b. Hitung kadar air yang dibutuhkan untuk membuat tanah menjadi jenuh pada berat
volume kering maksimum,Gs = 2,73
c. Gambarkan garis rongga udara nol(ZAV) dan kadar udara 5%.
BAB IX
KEKUATAN GESER TANAH
Kekuatan tanah untuk memikul beban –beban atau gaya yang menyebabkan
kelongsoran, keruntuhan, gelincir dan pergeseran tanah. Kekuatan gesr tanah juga
merupakan daya tahan tanah terhadap deformasi yang diakibat oleh pergerakan
partikel tanah akibat tegangan geser. Kekuatan geser dalam tanah akibat gerakan
relatif antara butir-butir dan bukan akibat kehancuran butir tanah .
Adapun aplikasi kuat geser tanah dapat digunakan untuk menghitung :
- Daya dukung tanah dasar
- Stabilitas lereng
- Tegangan lateral
τ = c + σ tan φ
dimana :
τ = c’ + (σ –u ) tan φ
karena, σ’ = σ – u , maka
τ = c’ + σ’ tan φ
Ada beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah, antara lain:
1. Uji kuat geser langsung (direct shear test)
2. Uji triaksial (triaxial test)
3. Uji tekan bebas (anconfined compression test)
4. Uji geser kipas (vane shear test)
Untuk penyelidikan kondisi runtuh tanah, kita harus mengetahui hambatan dalam
dengan perpindahan tanah, slip, deformasi, dan perubahan volume. Kestabilan lereng, gaya
tekanan tanah pada bangunan dinding penahan tanah, daya dukung pondasi dan lain-lain
hanya dapat dipelajari, jika hambatan dalam tanah dapat diketahui.
contoh
tana
beban untuk
memberikan
tekanan
normal
1,300
1,280
1,260
1,200
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
Tegangan Normal (kg/cm2)
y = -1,3302x + 1,3491
m = -1.330 b = 1.349
= tan-1 (-1.330)
= - 89,9570
Pertemuan 10
9.3.2 Uji Triaksial (Triaxial Test)
Dimana :
9.3.2.2 Peralatan
a. Axial loading device, berupa dongkrak yang digerakkan oleh motor elektronik
melalui transmisi getar, yang dilengkapi dengan compressor untuk memberikan
tegangan hydraulic ke dalam chamber triaxial.
b. Axial load measuring device, berupa proving ring, stain gage, hydraulic load
cell. Alat uji triaxial.
c. Chamber pressure maintaining device, terdiri dari reservoir yang
disambungkan pada triaxial chamber fluid, bagian atas reservoir dihubungkan
dengan tekanan udara (gas supply).
b. Specimen cap dan Specimen base, dibuat dari bahan karet, berpenampang bulat.
Specimen base dihubungkan dengan triaxial chamber sedemikian rupa
sehingga tidak dapat bergeser pada arah horizontal. Specimen cap dibuat
sedemikian rupa agar dapat memegang piston tetap sentries.
c. Deformation indicator.
Deform Koreksi
Strain Beban Beban Teg. S1
Waktu dial. DL i Luas
Rate Dial Sampel 1-i Deviator (kg/c
(menit) 0,001 (cm) (DL/Lo) A1
% (Units) (Kg) (kg/cm2) m2)
(Units) (Cm2)
0 0 0 1 0 0 0 1 19.157 0 0
29.575 29.575
30
27.726
27.726 29.575 29.575
24.954 9 28.651 28.651
25
Beban Sampel (kg/cm2)
21.719
20 18.022
13.863
15 12.939
10.166
10
5
0
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Strain Rate %
Є = regangan aksial
Δ = perbedaan tinggi benda uji
Lo = tinggi benda uji semula
𝐴𝑜
A= (menghitungh luas permukaan benmda uji hasil koreksi)
1−Є
Dimana:
Ao = luas permukaan tinggi benda uji
Є = regangan aksial
𝑃
σC = (tegangan)
𝐴
Dimana:
ASLI REMOULD
( mm
( Detik ) ) ( % ) ( Cm2 ) ( Div ) ( Kg ) ( Kg/cm2 ) ( Div ) ( Kg ) ( Kg/cm2 )
C RATA-RATA 1.188
1,2
1,0
0,8
0,6
0,860; 0,570
0,4
0,2
REGANGAN ( mm )
Dalam uji triaxial , beda uji konsolidasikan dengan tekanan sel(σ3) sebesar 850
kN/m². Untuk penjenuhan ,dikerjakan tekanan balik ke dalam benda uji sebesar 400
kN/m².setelah itu pada kondisi undrained tekanan sel dinaikkan menjadi 950 kN/m²
dan tekanan air pori menunjukkan nilai sebesar 490 kN/m².
Selanjutnya denagn tekanan sel tetap 850 kN/m² dan tekanan air pori 490 kN/m²
tersebut, beban axial ditambah sampai samapi tegangan deviator(Δσ) mencapai 585
kN/m². Pada kondisi terakhir ini tekanan air pori menunjukkan nilai 660 kN/m².
Hitunglah nilai-nilai koefisien pori A dan B
Penyelesaian:
Hasil dari kenaikan tekanan sel dari 850 menjadi 950kN/m²,tekanan pori naik dari
taekanan baliknya, 400 menjadi 490 kN/m. Dari kondisi ini penerapan teganagan
yang bersifat isotrofis ini,nilai B dapat dihitung menggunakan rumus
B = Δu / σ3 =(490 - 400)/ (950 – 850) = 0,9
9.5.1 Berikut ini adalah tabel hasil tes geser langsung pada contoh tanah :
Tegangan Normal (kg/cm²) Tegangan geser pada saat keruntuhan
contoh
0,25 0,6
0,75 0,8
1,50 1,05
2,50 1,45
Jika contoh dites pada alat triaxial , tentukan nilai tegangan deviator pada saat contoh
mengalami keruntuhan , dimana pada sat itu tegangan sel = 1 kg/cm²
9.5.2 Contoh tanah dengan nilai c = 0,86 kg/cm² Ø = 30˚ dites pada alat triaxial
Tentukan : a. Tegangan deviator dimana contoh mengalami keruntuhan pada tegangan sel =
0,6 kg/ cm² ?
b. Tegangan sel saat contoh mengalami keruntuhan pada tegangan utama (σ1)
= 9 kg/cm² ?
Tentukan kuat geser tanah pasir bila dalam kondisi padat dan tidak padat ?