Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN SUHU TANAH DENGAN AIR

Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Erin Septiana Nurafidah H0219028
2. Fajriyati Hikmah H0219032
3. Saferi Idris H0219085

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Hubungan Suhu Tanah dengan Air ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk
melengkapi nilai mata kuliah Edapologi. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Hubungan Suhu Tanah
dengan Air.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang telah
membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini. Untuk itu
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Dekan Fakultas Pertanian UNS,
Kaprodi Ilmu Tanah, dosen pengampu mata kuliah Edapologi, Pemerintah daerah
atau instansi terkait, orang tua, dan teman-teman yang telah membantu dan
memberikan semangat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya makalah
ini. Akhir kata penulis mengharap makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan penulis sendiri pada khususnya.

Surakarta, Mei 2021

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 6
A. Suhu Tanah ............................................................................................. 6
B. Air Tanah ................................................................................................ 7
C. Hubungan Suhu Tanah Dengan Air ........................................................ 9
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas air dan tanah merupakan hal yang sangat penting dalam bidang
pertanian. Tingkat keasaman (pH) dan suhu tanah merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi kesuburan tanaman. Oleh karena itu kualitas air dan tanah pada
lahan pertanian merupakan salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian
khusus dalam pengelolaannya (Syafiqoh et al., 2018). Hal tersebut akan membantu
para petani untuk menjadikan sistem pertanian dalam upaya pengawasan dan
pengendalian kualitas air dan tanah pertanian menjadi lebih efisien.
Air sangat penting bagi semua aspek kehidupan di bumi ini. Diantaranya
adalah dalam bidang pertanian, air digunakan dalam proses fotosintesis tanaman.
Air yang memiliki kualitas yang baik adalah jika air tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat-zat kimia atau mineral yang berbahaya. Salah satu indikator
bahwa air sudah tercemar adalah terjadi perubahan suhu dan pH (derajat
keasaman) air. Suhu yang terlalu panas pada air akan mengganggu pertumbuhan
tanaman dan mikroorganisme lainnya. Sedangkan pH air yang normal mempunyai
pH yang berkisar antara 6,5-7,5.
Kualitas air dan tanah pertanian dapat berpengaruh negatif jika terjadi
perubahan pH tanah dan dapat mengganggu keseimbangan unsur hara dalam
tanah. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya penggunaan pupuk yang berlebihan
secara terus-menerus. Penggunaan pupuk sangat berpengaruh untuk memperkaya
unsur hara dalam tanah sehingga menyuburkan tanaman. Akan tetapi di sisi lain,
penggunaan pupuk secara terus menerus dapat memberikan dampak negatif
terhadap kualitas air dan tanah pertanian.
Pada umumnya, tanah yang memiliki suhu maksimun terjadi sesudah tengah
hari, biasannya antara jam 12.00 WIB dan jam 14.00 WIB, dan suhu minimun
terjadi pada jam 06.00 WIB waktu lokal atau sekitar matahari terbit. Suhu udara

1
2

rata-rata dapat dihitung atau diperkirakan dari suhu harian, suhu bulanan, hingga
suhu tahunan. Suhu udara harian rata-rata didefinisikan sebagai rata-rata
pengamatan selama 24 jam (satu hari) yang dilakukan tiap jam. Suhu bulanan rata-
rata ialah jumlah dari suhu harian rata-rata dalam 1 bulan dibagi dengan jumlah
hari dalam bulan tersebut. Suhu tahunan rata-rata dihitung dari jumlah suhu
bulanan rata-rata dibagi dengan 12.
Pengaruh suhu terhadap makhluk-makhluk hidup adalah sangat besar
sehingga pertumbuhannya benar-benar seakan-akan tergantung padanya, terutama
dalam kegiatan-kegiatannya. Dengan suhu yang tinggi benih-benih akan
mengadakan metabolisme yang lebih cepat, akibatnya apabila benih-benih
dibiarkan atau ditanam pada dataran atau tanaman tinggi maka daya kecambahnya
akan turun. Jadi pada tanaman juga ada suhu maksimum dan suhu optimum.
Suhu maksimum yaitu pada suhu tinggi tertentu, di mana suatu tanaman
masih dapat tumbuh, suhu minimum adalah suhu terendah di mana tanaman masih
dapat hidup, sedang suhu optimum adalah suhu terbaik yang dibutuhkan tanaman
agar proses pertumbuhanya dapat berjalan lancar. Tentang suhu tanah juga
demikian berpengaruh pada tanaman, pengukuran biasanya dilakukan pada
kedalaman : 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm. Pengaruh suhu tanah
terhadap tanaman yaitu pada perkecambahan biji, pada aktivasi mikroorganisme,
dan perkembangan penyakit tanaman.
Suhu tanah adalah suatu sifat tanah yang sangat penting, secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga terhadap kelembaban, struktur,
aktivitas mikrobial dan enzimatik, sisa tanaman, dan ketersediaan hara-hara
tanaman (Hanafiah, 2005). Suhu tanah merupakan salah satu faktor tumbuh
tanaman yang penting sebagaimana halnya air, udara, dan unsur hara. Suhu tanah
berperan untuk menentukan reaksi kimia dan aktivitas mikrobia tanah yang dapat
merombak senyawa organik tertentu menjadi hara dan suhu tanah mempengaruhi
perkecambahan biji dan pertumbuhan kecambah (Kemble, 2006). Proses
kehidupan bebijian, akar tanaman dan mikroba tanah secara langsung dipengaruhi
3

oleh suhu tanah sebab setiap sayuran memiliki kebutuhan suhu tanah yang
berbeda-beda. Misalnya untuk sayuran kubis membutuhkan suhu optimum 29°C.
Pengukuran suhu tanah dapat menggunakan sensor DS18B20 waterproof
(Lutfiyana et al., 2017).
Hubungan suhu tanah dan air sama halnya dengan hubungan suhu tanah
dengan kelembaban tanah. Kelembaban tanah menyatakan jumlah air yang
tersimpan diantara pori-pori tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh
penguapan melalui permukaan tanah dan perkolasi (Yahwe, 2016). Tingkat
kelembaban tanah yang tinggi dapat menimbulkan permasalahan dan keadaan
tanah yang terlalu lembab mengakibatkan kesulitan dalam melakukan kegiatan
pemanenan hasil pertanian atau kehutanan yang menggunakan alat-alat mekanik
(Asdak, 2004). Kelembaban tanah digunakan untuk manajemen sumber daya air,
peringatan awal kekeringan, penjadwalan irigasi dan perkiraan cuaca. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kelembaban tanah bisa juga diketahui dari jumlah air yang ada
atau terserap di dalam tanah.
Hubungan suhu tanah dan kelembaban tanah (air yang tersimpan) adalah
pada suhu tanah tinggi maka kelembaban tanah rendah dan begitu sebaliknya, pada
suhu rendah maka kelembaban tanah tinggi. Hal tersebut relevan dengan Sari
(2016) yang menyatakan suhu tanah akan mempengaruhi tekstur tanah dan
kelembaban tanah, ketika tekstur tanah memiliki suhu tinggi menandakan
kelembaban tanah rendah dan resistivitas tanah tinggi. Dengan kata lain, apabila
suhu tanah tinggi menandakan air yang ada di dalam tanah (kelembaban tanah)
sedikit/rendah.
Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor luar (eksternal) dan faktor dalam
(internal). Faktor eksternal yaitu radiasi matahari keawanan, curah hujan, angin
dan kelembapan udara. Faktor internal yaitu tekstur tanah, struktur dan kadar air
tanah, kandungan bahan organik dan warna tanah. Adanya mempelajari terkait
suhu tanah akan membantu para petani untuk memantau terlebih dahulu suhu
4

tanah sebelum bercocok tanam, bahkan memantau suhu terhadap pertumbuhan


tanaman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian suhu tanah?
2. Apa pengertian air tanah?
3. Bagaimana hubungan suhu tanah dan air tanah?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, terdapat tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian suhu tanah
2. Mengetahui pengertian air tanah
3. Mengetahui hubungan suhu tanah dan air tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Suhu tanah dan kelembaban tanah memiliki peranan yang penting untuk
manajemen sumberdaya air seperti peringatan awal kekeringan dan penjadwalan
irigasi. Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan
kombinasi emisi panjang gelombang dari aliran panas dalam tanah. Suhu tanah
berhubungan dengan proses penyerapan unsur hara oleh akar, fotosintesis dan
respirasi. Kelembaban tanah adalah sumber air untuk atmosfer melalui proses yang
mengarah ke evapotranspirasi dari darat, yang meliputi terutama transpirasi tanaman
dan penguapan tanah kosong (Darussalam dan Hapsoro, 2018).
Ketersedian air merupakan keharusan dalam proses penanaman benih
tumbuhan. air harus selalu tersedia dengan suhu yang sesuai dengan lingkungan
tempatnya tumbuh, karena benih hanya akan dapat tumbuh dengan suhu tertentu.
Begitu juga dengan udara sangat berkaitan dengan tumbuhan. karena tumbuhan
merupakan makhluk hidup yang bisa bernafas, bahkan dapat merasakan apa yang di
alami (Suskha, 2020).
Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akifer) di
bawah permukaan tanah, mengisi ruang pori batuan dan berada di bawah muka air
tanah. Akifer merupakan suatu formasi geologi yang jenuh air yang mempunyai
kemampuan untuk menyimpan dan meluluskan air dalam jumlah cukup dan
ekonomis, serta bentuk dan kedalamannya terbentuk ketika terbentuknya cekungan
air tanah. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses penambahan
(recharge), pengaliran, dan pelepasan (discharge) air tanah berlangsung. Potensi air
tanah di suatu cekungan sangat tergantung pada porositas dan kemampuan batuan
untuk melalukan dan meneruskan air. Air tanah mengalir dengan kecepatan yang
berbeda pada jenis tanah yang berbeda. Pada tanah berpasir air tanah bergerak lebih
cepat dibandingkan pada tanah liat (Rejekiningrum, 2009).

5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Suhu Tanah
Suhu merupakan sifat tanah yang sangat penting. Kebutuhan suhu tanah
bagi tanaman berbeda-beda bergantung kepada jenis tanaman dan juga tingkat
pertumbuhannya. Suhu bervariasi menurut tempat dan waktu di permukaan bumi.
Menurut tempat suhu udara bervariasi secara vertikal dan horizontal dan menurut
waktu dari jam ke jam dalam sehari, dan menurut bulanan dalam setahun.
Menurut Suoth dan Mosey (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di
permukaan bumi antara lain jumlah radiasi yang diterima per tahun – per hari –
per musim, pengaruh daratan atau laut, pengaruh ketinggian tempat, pengaruh
angin secara tidak langsung, pengaruh sudut datang matahari, sinar yang tegak
lurus akan membuat suhu lebih panas daripada yang datangnya miring.
Suhu tanah adalah suhu atmosfer tanah yang sangat berpengaruh terhadap
aktivitas mikroorganisme di dalam tanah dan aktivitas perakaran. Suhu tanah
berfluktuasi menurut musim dan kedalaman. Menurut Ariffin et al. (2020),
situasi variasi suhu tanah tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor sifat fisik tanah.
Unsur yang memengaruhi sifat fisik tanah berhubungan dengan kemampuan
permukaan tanah dalam merespon energi matahari sampai pada permukaan
tanah.
Tekstur tanah mempunyai ikatan erat dengan warna tanah. Tanah yang
berwarna gelap akibat kandungan bahan organik tinggi, memiliki kemampuan
menyerap dan menyimpan energi matahari lebih tinggi. Selain itu sirkulasi udara
di dalam tanah juga sangat menentukan kemudahan kontak udara bebas dengan
udara di dalam tanah. Sirkulasi udara dalam tanah sangat dipengaruhi oleh
porositas tanah. Semakin poros struktur tanah, variasi perubahan suhu semakin
besar karena kontak antara udara bebas dan udara di dalam tanah makin mudah
dan cepat. Akibatnya, apabila terjadi perubahan situasi udara di permukaan
tanah, situasi suhu di dalam tanah juga akan cepat dirasakan. Sebaliknya, jika

6
7

porositas tanah kecil, pergerakan udara di dalam tanah semakin lambat sehingga
kemampuan menghantarkan panas di dalam tanah tersebut semakin kecil.
Dampaknya, perubahan unsur lingkungan di luar tanah direspon lambat oleh
situasi di dalam tanah.
Semakin banyak energi yang diserap dan disimpan oleh partikel tanah
maka suhu tanah akan semakin meningkat. Energi yang diserap oleh tanah akan
digunakan untuk menguapkan air di dalam tanah. Energi yang dibutuhkan untuk
mengubah molekul air menjadi uap sebesar 580 cal/g. Apabila di dalam tanah
banyak mengandung air, energi yang diserap oleh tanah sebagian besar akan
digunakan untuk penguapan dan energi tersebut disimpan dalam uap. Energi ini
disebut energi panas latent. Komariah et al. (2008) mengatakan bahwa aplikasi
mulsa pada permukaan tanah memberikan peluang untuk memanfaatkan berbagai
limbah bahan organik tanaman yang banyak manfaat, terutama hubungannya
dengan tanah dan air. Kemampuan mulsa dalam meminimalkan evaporasi juga
membantu untuk menjaga suhu tanah.
B. Air Tanah
Air menjadi komponen terpenting dalam kelangsungan hidup tumbuhan.
Tumbuhan yang kekurangan air akan menjadi kerdil dan perkembangannya
menjadi tidak normal. Bahkan, jika hal ini berlangsung terus menerus, tanaman
tersebut akan mati. Menurut Anetasia et al. (2013), air merupakan faktor yang
sangat penting untuk keberhasilan budidaya tanaman. Tumbuhan dapat tumbuh
subur dan berkembang dengan baik dipengaruhi oleh ketersediaan air. Tumbuhan
membutuhkan air untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Air yang dibutuhkan
oleh tumbuhan dapat berasal dari alam berupa air hujan dan air tanah. Tetapi
seringkali tumbuhan mengalami kekurangan air karena kurangnya air tersedia
disekitar tumbuhan tersebut, sehingga diperlukan suatu penambahan air.
Air tanah adalah salah satu bentuk air yang berada di sekitar bumi kita
dan terdapat di dalam tanah. Air tanah pada umumnya terdapat dalam lapisan
tanah baik dari yang dekat dengan permukaan tanah sampai dengan yang jauh
8

dari permukaan tanah. Menirut Putri et al. (2018), Airtanah merupakan air yang
menempati pori-pori batuan di bawah permukaan tanah pada zona jenuh air.
Sumberdaya airtanah bersifat dapat diperbaharui secara alami karena airtanah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam siklus hidrologi. Keberadaan
airtanah dapat dijumpai di hampir seluruh tempat di Bumi, bahkan di bawah
lapisan es yang membeku airtanah dapat ditemukan. Keterdapatan airtanah
bergantung pada ada tidaknya lapisan batuan yang dapat menyimpan airtanah.
Airtanah berada dalam formasi geologi yang disebut sebagai akuifer. Akuifer
merupakan formasi yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah
yang cukup, yang artinya mampu mengaliri suatu sumur, sungai dan mataair.
Besarnya airtanah yang dapat disimpan dalam akuifer bergantung dari sifat-sifat
akuifer tersebut serta luas cakupan dan frekuensi imbuhan.
Jumlah air didalam tanaman berkisar antara 80-90 persen dari berat
kering tanaman. Persentase ini akan menjadi lebih besar lagi pada bagian-bagian
tanaman yang sedang aktif tumbuh. Air sangat dibutuhkan pada tanaman karena
merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma sel. Di samping itu, air
adalah komponen utama dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilasi hasil
proses ini kebagian - bagian tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air
dalam tanaman. Dengan peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh
tanaman akan berkorelasi posistif dengan produksi biomase tanaman, hanya
sebagian kecil dari air yang diserap akan menguap melalui stomata atau melalui
proses transpirasi.
Pada tanaman, air diserap oleh akar. Penyerapan air (water absorbtion)
oleh akar ini sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yaitu air yang tersedia
dalam tanah, temperature tanah, aerasi tanah dan konsentrasi larutan tanah. Air
yang bisa diserap oleh akar disebut juga sebagai air kapiler yaitu air terdapat di
pori mikro tanah, melapisi butiran tanah, diikat longgar oleh partikel tanah dan
dapat dilepaskan oleh perakaran. Sedangkan jenis air lainya yait air gravitasi dan
air higroskopis tidak dapat diserap oleh sistem perakaran. Kebutuhan air pada
9

tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada
suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan setiap
tumbuhan terhadap air berbeda beda tergantung pada bentuk, jenis, umur, media
tanam, kondisi lingkungan sekitar tanaman dan musim sehingga setiap tumbuhan
memiliki batas kadar air tertentu untuk pertumbuhanya. Apabila kadar air dalam
tumbuhan terlalu banyak (menimbulkan genangan) sering menimbulkan cekaman
aerasi dan jika jumlahnya terlalu sedikit, sering menimbulkan cekaman
kekeringan.
Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan
penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap, oleh akar tanaman sangat
tergantung pada kadar air dalam tanah ditentukan oleh pF (Kemampuan partikel
tanah memegang air), dan kemampuan akar untuik menyerapnya. Ada 3 Jenis
jenis air yang ada disekitar media tumbuh tanaman yaitu air gravitasi, air
higroskopis, dan air kapiler.
C. Hubungan Suhu Tanah dengan Air
Suhu tanah merupakan faktor penting dalam menentukan proses-proses
fisika tanah yang terjadi di dalam tanah, serta pertukaran energi dan massa
dengan atmosfer, termasuk evaporasi (perubahan air menjadi gas). Suhu tanah
dan suhu udara dapat mempengaruhi kadar air tanah atau kelembapan tanah.
Karyati et al. (2018) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan
kelembaban tanah adalah curah hujan, jenis tanah, dan laju evapotranspirasi
dimana kelembaban tanah akan menentukan ketersediaan air dalam tanah bagi
pertumbuhan tanaman. Adanya radiasi matahari, panas bumi dan reaksi dalam
tanah bisa meningkatkan suhu tanah yang berakibat pada meningkatnya
evaporasi (kehilangan atau perubahan air tanah menjadi gas), sehingga air tanah
atau kelembapan tanah bisa berkurang.
Guna mengurangi kehilangan air melalui evaporasi dapat dilakukan
dengan cara mengaplikasikan mulsa pada permukaan tanah. Pemberian mulsa
pada tanah pertanian dapat mempertahankan kelembapan tanah. Mulsa
10

merupakan material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk


menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit
sehingga membuat tanaman tumbuh dengan baik. Menurut Thomas dalam Utama
et al. (2013) mulsa ialah semua bahan yang digunakan pada permukaan tanah
yang bertujuan untuk mengurangi hilangnya air dan mencegah pertumbuhan
tanaman pengganggu. Mulsa dapat berasal dari jerami (mulsa jerami), sekam
(mulsa sekam), dan plastik (mulsa plastik). Karyati et al. (2018) menyatakan
bahwa keberadaan serasah dapat menjaga tingkat kelembaban pada tanah,
karena kandungan air yang tersedia pada lapisan tanah, tidak langsung
mengalami penguapan ke udara.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, terdapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan
kombinasi emisi panjang gelombang dari aliran panas dalam tanah.
2. Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akifer)
di bawah permukaan tanah, mengisi ruang pori dan berada di bawah muka air
tanah.
3. Suhu tanah dan suhu udara dapat mempengaruhi kadar air tanah atau
kelembapan tanah. Adanya radiasi matahari, panas bumi dan reaksi dalam
tanah bisa meningkatkan suhu tanah yang berakibat pada meningkatnya
evaporasi (kehilangan atau perubahan air tanah menjadi gas), sehingga air
tanah atau kelembapan tanah bisa berkurang.

11
DAFTAR PUSTAKA
Anetasia, M., Afandi., Hery N., K. E. S Manik., Prio C. 2013. Perubahan Kadar Air
Dan Suhu Tanah Akibat Pemberian Mulsa Organik Pada Pertanaman Nanas
Pt Great Giant Pineapple Terbanggi Besar Lampung Tengah. J Agrotek
Tropika 1(2) : 213-218.
Ariffin., Fajriani, S., Novitasari, A. 2020. Strategi Manipulasi Agroekosistem.
Malang: Universitas Brawijaya Press.
Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Darussalam, T., Hapsoro A. N. 2018. Rancang Bangun Sistem Pengukur Suhu Dan
Kelembaban Tanah Berbasis Komunikasi Radio. Jurnal Sains dan Teknologi
7(1) : 146-156.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Karyati., Putri, R. O., Syafrudin, M. 2018. Suhu dan Kelembaban Tanah pada Lahan
Revegetasi Pasca Tambangdi PT Adimitra Baratama Nusantara, Provinsi
Kalimantan Timur. Jurnal Agrifor Vol. 17(1): 103-114.
Kemble, Joseph. 2006. Soil Temperature Conditions for Vegetable Seed Germination.
Jurnal Alabama Coorperative Extension System.
Komariah, I. Kengo, S. Masateru, T.A. John, dan Afandi. 2008. The Influences of
Organic Munches on Soil Moisture Content and Temperature. Jurnal of
Rainwater Catchment System. 14(1):1-8.
Lutfiyana., Hudallah, N., dan Suryanto, A. 2017. Rancang Bangun Alat Ukur Suhu
Tanah, Kelembaban Tanah, dan Resistensi. Jurnal Teknik Elektro. 9(2): 80-
86.
Putri, M. A., Anindya A. R., Kurniawan A. C., et al. 2018. Deteksi Perubahan Luasan
Mangrove Teluk Youtefa Kota Jayapura Menggunakan Citra Landsat
Multitemporal. Majalah Geografi Indonesia 32(2) : 155-161.
Rejekiningrum, P. 2009. Peluang Pemanfaatan Air Tanah Untuk Keberlanjutan
Sumber Daya Air. Jurnal Sumber Daya Lahan 3(2) : 85-96.
Sari, D. V. 2016. Sistem Pengukuran Suhu Tanah Menggunakan DS 18B20 dan
Perhitungan Resistivitas Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas
Konfigurasi Wenner. Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika. 4(1): 83-90.
Suoth, V. A. dan Mosey, H. I. R. 2017. Rancang Bangun Alat Pengukur Suhu Tanah
secara Multi Lateral Berbasis Mikrokontroler untuk Pertumbuhan Benih
Tanaman. Jurnal MIPA UNSRAT ONLINE. 6(2): 97-100.
Suskha, A., Rusydi A. M., Urwatul W. 2020. Manfaat Air Bagi Tumbuhan:
Perspektif Al-Qur’an Dan Sains. JURNAL Studi Alquran dan Sains 4(2) :
447-466.
Syafiqoh, U., Sunardi., dan Yudhana, A. 2018. Pengembangan Wireless Sensor
Network Berbasis Internet of Things untuk Sistem Pemantauan Kualitas Air
dan Tanah Pertanian. Jurnal Pengembangan Informatika. 3(2): 285-289.
Utama, H. N., Sebayang, H. T., Sumarni, T. 2013. Pengaruh lama penggunaan mulsa
dan pupuk kandang pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea mays
L.) Varietas Potre Koneng. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1(4): 292-298.
Wiraatmaja, I. W. 2017. Bahan Ajar Suhu, Energi Matahari, Dan Air Dalam
Hubungan Dengan Tanaman. Denpasar : Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Unud.
Yahwe, C. P. 2016. Rancang Bangun Prototype Sistem Monitoring Kelembaban
Tanah Melalui SMS Berdasarkan Hasil Penyiraman Tanaman “Studi Kasus
Tanaman Cabai dan Tomat”. Jurnal SemanTIK. 2(1). 97-110.

Anda mungkin juga menyukai