Anda di halaman 1dari 17

BUDIDAYA TANAMAN HIAS (Anthurium sp.

)
PAPER
OLEH:
AMIN HARIS SIHOMBING
210301031
AGRONOMI 1

TANAMAN HORTIKULTURA II (TANAMAN HIAS)


PROGRAM STUDI AGROTEKNLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
Sejarah Anthurium
Anthurium dikenal sebagai tanaman hias komersial di Indonesia.
Tanaman ini disukai konsumen karena keindahan warna dan variasi bentuk
bunga, serta variasi bentuk daun. Secara garis besar, Anthurium dapat
digolongkan menjadi Anthurium berseludang bunga (spathae) indah dan berdaun
indah. Anthurium berseludang bunga indah mempunyai daun yang kurang
menarik dan biasanya dijadikan sebagai bunga potong, sedangkan Anthurium
berdaun indah mempunyai bunga yang kurang menarik dan dijadikan tanaman
hias dalam pot (Budhiprawira dan Saraswati, 2016).
Tanaman Anthurium diduga berasal dari daerah asal yaitu Benua Amerika
yang beriklim tropis, khususnya di negara Peru, Kolombia dan negara Amerika
Latin lainnya. Tanaman ini juga ditemukan secara alami di daerah Amerika
Tengah serta di kawasan Guyana. Walau begitu, Anthurium saat ini telah tersebar
hingga ke daerah yang beriklim sub tropis. Di daerah yang beriklim sub tropis ini,
Anthurium juga bisa tumbuh dengan baik yang menyebabkan tanaman ini menjadi
cukup populer di negara barat. Di negara Indonesia jenis tanaman Anthurium
yang pertama kali dikenal luas yaitu Anthurium crystallinum atau yang lebih
dikenal dengan nama tanaman kuping gajah. Tanaman ini telah ada di pulau Jawa
sejak masa kerajaan, dimana kuping gajah dikenal sebagai salah satu penghias di
istana para raja. Bentuk daunnya yang unik, seperti telinga gajah yang berukuran
besar menjadi daya tarik dari tanaman ini. Ada dua jenis Anthurium yang dikenal
oleh masyarakat, yaitu Anthurium daun dan Anthurium bunga. Anthurium bunga
menonjol keindahan seludang bunganya yang berwarna cerah dan mengkilap.
Berbeda dengan Anthurium bunga, Anthurium daun lebih mengekspos keindahan
daunnya. Bentuk daunnya sangat beragam, ada yang bergelombang, mirip daun
sawi, atau meliuk-liuk mirip keris (Hamidy, 2010).
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Anthurium sp.
Anthurium merupakan tanaman semak yang berumur tahunan (perennial)
dengan batang tegal masif yang memiliki tinggi sekitar 20 – 50 cm. Famili ini
telah tersebar luas sebanyak 572 spesies di Indonesia. 297 spesies di pulau
Kalimantan, 159 spesies di Sumatera, 49 spesies di Sulawesi, dan di pulau Jawa
sebanyak 67 spesies. Dalam sistematika taksonomi tumbuhan, tanaman anthurium
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monokotiledonae
Ordo : Arecales
Famili : Areceae
Genus : Anthurium
Species : A. crystallianum, A. hookeri, A. jari, A. Jeemani dan lain
sebagainya (Abadi dan Wibowo, 2021).

Tanaman Anthurium berakar serabut, berbentuk bulat kecil dan panjang,


mempunyai akar tunjang yang tumbuh dari pangkal batang serta menembus tanah
pada kedalaman 40 – 60 cm. Jumlah akar Anthurium sangatlah banyak, berwarna
putih atau krem sampai coklat dan menyebar ke segala arah. AKarnya tumbuh
atau melekat pada batang / bonggol yang akan membentuk bola serabut. Di
samping akar ini, Anthurium membentuk akar dari ketiak daun atau disebut
dengan akar udara.
Daun pada tanaman Anthurium menampilkan beragam bentuk dan ukuran
yang khas, yang bervariasi antara spesies-spesiesnya. Beberapa di antaranya
berbentuk jantung (heart-shaped), bundar, lonjong, lancip, dan memanjang. Daun
ini terhubung dengan tangkai daun (petiole) yang lancip dan memanjang.
Permukaan daun bagian atas biasanya memiliki karakteristik licin dan mengkilap.
Ujung pangkal daun cenderung lancip dan runcing, sementara pangkal daun
seringkali memiliki ciri yang lebih tumpul atau melekuk ke bagian dalam daun.
Daun Anthurium umumnya tumbuh secara tunggal, dan memiliki karakteristik
tebal dan kaku. Mereka memiliki struktur berpelepah dan umumnya berwarna
hijau. Tekstur daunnya dapat sangat beragam, termasuk yang halus dan rata,
keriput, berkelok-kelok, hingga keriting. Ukuran daun Anthurium bervariasi,
dengan beberapa spesies yang memiliki daun berukuran besar, mencapai panjang
sekitar 30 cm dan lebar sekitar 15 cm. Morfologi daun yang unik ini merupakan
salah satu daya tarik utama tanaman Anthurium dalam konteks hortikultura dan
tamanan hias (Hanik & Faoji, 2021).

Batang tanaman ini tidak terlihat karena terbenam atau tertutup di dalam
media tanam. Tanaman ini mempunyai batang lunak, basah (herbaceous) dan
berbuku – buku tempat melekatnya tangkai daun. Setelah tanaman menjadi
dewasa, pada batangnya akan ditumbuhi oleh akar dan membesar. Batang yang
membesar ini, kemudian disebut dengan nama bonggol. Kadang dari bonggol ini
akan muncul anakan atau tunas baru. Bonggol ini juga bisa digunakan sebagai
bahan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif yang memiliki sifat sama
seperti induknya (Lestiana, 2015).
Bunga Anthurium berumah satu, artinya dalam satu bunga terkandung sel
kelamin betina dan sel kelamin jantan. Bunga berbentuk tongkol dengan warna
kecoklatan. Struktur bunga anthurium terdiri atas spathe, spadik dan tangkai
bunga (peduncle). Semua bagian bunga tersebut menjadi satu kesatuan dan
berbentuk seperti ekor, sehingga anthurium dikenal dengan nama si bunga ekor.
Bunga anthurium sebenarnya merupakan bagian yang keluar dari satu spike,
spadik atau struktur seperti lilin tersembul dari dasar spathe. Buah anthurium
adalah hasil pembuahan benang sari dan putik. Buah anthurium berbentuk bulat
dan melekat pada tongkol. Umumnya berwarna merah, tetapi ketika masih muda
berwarna hijau. Jika buah yang matang dipencet akan keluar biji yang berwarna
putih dan bentuknya macam-macam, ada yang lonjong dan ada yang bulat
(Wijayani, 2007).

Bagian paling atraktif dari anthurium adalah spathe yang secara aktual
merupakan bentuk modifikasi daun. Spathe ini mempunyai beragam variasi
ditinjau dalam warna, ukuran, bentuk dan keutamaan uratnya. Warna bunga yang
ada diantaranya merah, orange, merah muda, merah kekuningan, putih dan
berbagai warna lainnya yang berbeda dalam corak dan intensitas. Spadik juga
bervariasi dalam bentuk dan panjangnya, ada spandik yang menggulung, semi
menggulung dan tumbuh lurus tergantung pada sudut yang dibentuk pada dasar
spithe. Ujung spadik bisa tumpul maupun meruncing. Bila spathenya mekar,
warna spandik berkisar antara pink kemerahan, ungu dan kekuningan. Bila telah
terjadi pembuahan pada bunga anthurium, maka warna spandik akan berubah
menjadi hijau. Putik dan tepung sari Anthurium letaknya menempel pada tongkol.
Keduanya memiliki waktu masak yang tidak bersamaan (dichogamous). Biasanya
putik akan masak lebih awal dibandingkan dengan tepung sari, sehingga jarang
terjadi pembuahan apabila hanya ada 1 Anthurium yang ditanam dalam satu
tempat.
Syarat Tumbuh Anthurium
Ketinggian tempat dan suhu lingkungan.Tanaman Anthurium dapat
tumbuh baik pada ketinggian 300-1400 m dpl, sedangkan suhu yang ideal berkisar
antara 18-31° C. Terutama di tempat dengan perbedaan suhu antara malam dan
siang
hari tidak terlalu tajam (siang hari 24-28° C dan malam hari 18-21° C), mampu
merangsang peningkatan produksi klorofil sehingga warna daun senantiasa
tampak lebih hijau, Tanaman Anthurium membutuhkan pH 5,5-7,
pertumbuhan optimal dapat dicapai terutama pada pH 7. Hal ini berpengaruh
nyata pada peningkatan peranan akar dalam menyerap nutrisi (unsur hara) yang
tersedia (Muayyana et al., 2016).
Media tanam yang cocok untuk tanaman Anthurium adalah media tanam
yang memiliki struktur porous sehingga dapat membuang kelebihan air secara
cepat dan mampu mensuplai unsur hara. Memiliki derajat keasaman (pH) tanah
antara 5,6 - 6,5. Media yang porous membuat sirkulasi udara dan aliran air lancar.
Sementara media yang kurang porous menyebabkan tanaman menjadi rentan
cendawan. Selain penggunaan media tanam yang tepat, pemberian pupuk yang
tepat juga dapat memperbaiki pertumbuhan anthurium, namun pengaplikasian
pupuk pada tanaman harus dilakukan secara tepat (Muayyana et al., 2016).
Anthurium sangat cocok hidup di tempat semi naungan, artinya masih
tetap mendapatkan sinar matahari meskipun tidak langsung (berkisar 30- 50%).
Untuk tempat di dataran rendah dapat menggunakan paranet/shading net
berukuran 65%, sedangkan bagi dataran sedang dapat menggunakan yang
berukuran 30-50%. Lingkungan yang optimal adalah dengan kelembaban berkisar
60-80%. Jika terlalu kering, akan menyebabkan kelayuan pada daun, sedangkan
bila terlalu lembab maka mudah sekali tumbuh jamur terutama pada media
tanamnya. Sebaiknya gunakan alat untuk mengukur kelembaban (Julhendri et al.,
2013).
Budidaya Tanaman Anthurium
Perbanyakan Secara Vegetatif
Perbanyakan tanaman anthurium secara vegetatif dapat melalui potong
bonggol, pemisahan anakan. Teknik perbanyakan secara vegetatif memiliki
keuntungan yakni sifat anakan yang di dapatkan bisa sama dengan tanaman induk.
Bonggol Anthurium ditemukan mata tunas yang dapat di lihat dengan jelas. Mata
tunas tersebut merupakan calon anakan yang akan digunakan sebagai bibit.
Pemotongan bonggol anthurium yang terdapat mata tunas dilakukan saat tanaman
sudah memiliki ukuran yang cukup besar dan tua. Dalam pemotongan perlu
dihindari memotong bonggol anthurium yang sedang berbunga dan bertunas. Hal
tersebut bertujuan untuk mengantisipasi kegagalan terbentuknya daun, bunga serta
menghindari kondisi stress tanaman. Jika ukuran bonggol tergolong besar dan
panjang pemotongan dapat dilakukan menjadi tiga bagian yaitu bonggol atas,
tengah, dan bawah. Menurut Wagimin, dari satu tanaman induk anthurium yang
dipotong bisa menjadi 4-5 anakan. Yang pertumbuhannya lebih cepat
dibandingkan dengan perbanyakan biji (Wijayani, 2013).
Pemisahan anakan anthurium umum dilakukan dalam rangka perbanyakan
tanaman. Anakan anthurium tersebut muncul di sekitar tanaman induk. Selain
bertujuan untuk memperbanyak, pemisahan anakan juga perlu dilakukan agar
perakaran tanaman induk tidak terlalu banyak dan berdesakan. Anakan yang
sudah bisa dipisah dari induknya apabila sudah memiliki minimal tiga daun dan
akar baru (Wijayani, 2013).
Perbanyakan Secara Generatif
Perbanyakan secara generatif dilakukan menggunakan biji. Keunggulan
teknik ini antara lain dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak dan tidak
merusak tanaman induk. Teknik ini memungkinkan untuk memperoleh tanaman
yang lebih bervariasi karena sifat keturunan bisa berbeda dengan induknya. untuk
perbanyakan anthurium secara generatif menggunakan biji. Persilangan dilakukan
untuk memperoleh hibrida yang memiliki sifat unggul. Anthurium memiliki
bunga jantan dan betina yang terletak pada satu tongkol, bunga tersebut memiliki
waktu matang yang berbeda. Bunga betina akan lebih dahulu matang Bunga
betina matang ditunjukkan dengan adanya lendir dan menandakan siap untuk
dibuahi. Sedangkan bunga jantan pada anthurium yang sudah matang ditunjukkan
dengan adanya serbuk sari berwarna kekuningan . Persilangan umumnya dapat
dilakukan secara alami dan buatan. Persilangan alami dibantu oleh serangga
sedangkan persilangan buatan dibantu oleh manusia (Chouteau et al., 2016).
Salah satu cara persilangan buatan adalah dengan menggunakan kuas
maupun tissue basah. Tissue basah diusapkan pada tongkol tanaman induk jantan
terpilih yang berkualitas bagus. Pollen yang diambil kemudian ditempelkan pada
tongkol tanaman induk betina. Untuk megantisipasi kegagalan setelah
persilangan, anthurium ditutup menggunakan plastik atau kertas. Salah satu tolak
ukur tanaman induk yang berkualitas seperti memiliki warna yang indah, bentuk
daun sempurna, serta tidak terserang penyakit. Berhasilnya persilangan ditunjukan
melalui membesarnya tongkol menandakan terbentuk buah. Setelah kurang lebih
6 bulan, buah akan matang dengan ditandai perubahan warna menjadi merah
hingga hitam (Lie dan Andoko, 2017).
Perbanyakan menggunakan biji (semai) memiliki kelemahan yakni
membutuhkan waktu cukup lama serta resiko kegagalan yang tinggi. Sebelum
menyemai hal yang harus diperhatikan adalah pemilihan buah untuk perbanyakan.
Buah yang dipilih adalah buah yang sudah tua serta hindari pemilihan buah
yang masih muda. Biji harus dipisahkan terlebih dahulu dari buah kemudian
cuci dan rendam kurang lebih selama 7 jam. Perendaman biji dilakukan
dengan menggunakan campuran pupuk organik cair dan air hangat. Hal
tersebut perlu dilakukan dengan pertimbangan keberhasilan semai biji
sekitar 50% (Nurcholis et al., 2014).
Penyemaian Biji
Kematangan buah sangat mempengaruhi kecepatan perkecambahan.
Ketika buah sudah benar-benar matang, bijinya sudah bisa berkecambah mencapai
85-90% dan berkecambah dalam waktu dua minggu bibit Pada saat yang sama,
buah-buahan mentah, selain tingkat perkecambahan Benih yang dangkal baru
dapat berkecambah 3-4 minggu setelah tanam. Karena Gunakan buah yang
matang dengan benar. Buah yang matang dapat diidentifikasi warna Buah
anthurium yang sudah matang kemudian diperas untuk diambil bijinya dipisahkan
dari ampasnya dan setelah dicuci sampai lendirnya hilang, bijinya dapat disemai
pada media tanam yang telah disiapkan. Beberapa jenis Cara yang digunakan
untuk menabur anthurium adalah sebagai berikut: pakis cincang, arang, kelapa,
pasir halus, humus bambu, humus eceng gondok atau lumut spagbnum
(Witjaksono, 2014).
Perawatan
Anthurium bunga dapat tumbuh dengan optimal jika dirawat dengan baik
dan benar. Perawatan tanaman anthurium bunga yang dilakukan petani di desa
Nglurah, Tawangmangu terdiri dari penyiraman, pemupukan, penyiangan,
penempatan, dan repotting. Penyiraman Anthurium bunga dilakukan secara rutin
Hal ini dilakuakan sesuai dengan kebutuhan air pada tanaman anthurium yang
sangat bergantung pada cuaca. Pada musim kemarau penyiaraman dilakukan
sebanyak 1-2 kali sehari, sedangkan pada musim penghujan penyiraman
dilakukan ketika media tanamnya sudah kering (Zein et al., 2022).
Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk menambah zat hara dan nutrisi
pada tanaman, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Tanaman anthurium
tergolong tanaman yang tidak banyak membutuhkan pupuk. Pemupukan biasanya
dilakukan tiap 3 bulan sekali. Pupuk yang digunakan harus disesuaikan dengan
fase pertumbuhan tanaman. Tanaman yang masih muda atau kecil banyak
membutuhkan unsur N yang tinggi, sedangkan tanaman dewasa atau yang sudah
berbunga banyak membutuhkan unsur P dan K. Cara pemberiannya disebar
merata disekeliling tajuk tanaman sedalam 15 cm. Pupuk hijau dari kaliandra
dipercaya sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman anthurium bunga. Hal ini
di dukung oleh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Thana et al.,
2021) bahwasanya daun kaliandra mempunyai banyak kegunaan diantaranya
memperbaiki tanah, pupuk hijau, serta mengandung unsur nitrogen yang baik
guna pertumbuhan tanaman.
Penyiangan dilakukan jika terdapat gulma pada media tanam, hal ini
dilakukan agar semua nutrisi yang terkandung pada media tanam dapat diserap
oleh anthurium. Adanya gulma dapat menghambat pertumbuhan anthurium dan
merusak estetika. Tanaman Anthurium ditempatkan pada tempat yang semi-teduh
seperti di teras rumah, atau bisa juga dengan cara memasang paranet. Sinar
matahari yang cukup sangat diperlukan untuk pertumbuhan anthurium, khususnya
anthurium bunga, namun sinar matahari secara langsung dan terlalu banyak dapat
menghanguskan tanaman tersebut.
Repotting atau pemindahan tanaman adalah salah satu usaha yang
dilakuakan agar pertumbuhan tanaman anthurium optimal dan subur. Repotting
dilakukan jika ukuran pot sudah terlalu kecil atau tidak seimbang dengan ukuran
tanaman. Repotting dilakukan dengan cara memindahkan tanaman dan mengganti
media tumbuh. Repotting harus dilakukan dengan hati- hati agar akar pada
tanaman tidak rusak (Suwaldi, 2014).
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama tanaman yang pertama adalah ulat, yang merupakan penyebab daun
menjadi berlubang dan bergerigi pada pinggirannya. Pengendalian hama ulat
dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida Thuricide yang merupakan
insektisida hayati bekerja sebagai parasit larva ulat, dengan menggunakan
Thuricide ini dirasa cukup efektif mengendalikan ulat, dosis yang digunakan yaitu
3 gram/ 14liter air (Hamidy, 2010).
Hama tanaman yang kedua adalah bekicot/siput. Hama ini juga
menyebabkan daun menjadi berlubang. Hama ini dapat dikendalikan dengan cara
manual, menurut pemilik tanaman hal ini lebih baik daripada penggunaan
pestisida. hama ini memakan daun, terutama daun yang masih muda. Siput
menyerang tanaman pada malam hari. Pengendalian dapat dilakukan dengan
mengambilnya dan membuangnya. Jika serangan cukup banyak, pengendaliannya
dilakukan dengan menyebar umpan beracun di tempat yang diperkirakan dilalui
siput (Tim Pengembang Budidaya Mutiara Air Laut, 2010).
Hama tanaman yang ketiga adalah jamur, ada berbagai jamur yang dapat
menyebabkan penyakit pada anthurium antara lain hawar daun, bercak daun,
antraknosa, daun keriting dan berbagai macam penyakit lainnya. Adanya jamur
yang tumbuh pada anthurium dikarenakan kelembapan lebih dari 80%. Untuk
mengatasinya dapat digunakan fungisida Anvil dengan dosis 3 cc / 10liter air
(Astuti, 2014).
Aphid adalah serangga kecil berbentuk seperti buah pir dengan variasi
warna mulai dari hijau muda hingga cokelat gelap. Serangga yang menghisap
cairan daun ini mengakibatkan pertumbuhan daun terhambat dan cenderung
mengeriting. Aphid juga menghasilkan cairan manis seperti madu yang akhirnya
berubah menjadi jelaga diatas permukaan daun. Jelaga tersebut selain mengurangi
keindahan daun juga mengganggu metabolisme jaringan tanaman. Secara umum
serangan aphid mengakibatkan anthurium tumbuh kerdil. Aphid dapat
dikendalikan dengan menggunakan insektisida yang bersifat Contact killing dan
nervous disturbing (Hanik & Faoji, 2021).
Kutu kapas menyebabkan munculnya bintik-bintik putih pada batang dan
daun, yang merupakan tanda serangan hama yang juga disebut Mealybugs.
Penanganannya dapat dilakukan secara mekanis atau dengan penggunaan bahan
kimia. Spider Mite, di sisi lain, mengakibatkan daun mengubah warnanya menjadi
kuning dan munculnya bercak-bercak akibat serangan tungau. Untuk
mengendalikannya, digunakan Akarisida. Thrips adalah hama yang membuat
daundaun muda gagal berkembang dan menjadi kering. Pengendaliannya
melibatkan penggunaan insektisida. Ulat dapat mengakibatkan daun-daun
anthurium berlubang, mengurangi keindahannya. Pengendaliannya dapat
dilakukan dengan metode manual, seperti mengambil ulat dengan jepitan dan
memusnahkannya. Namun, jika serangan ulat parah dan meluas, bisa diperlukan
penggunaan insektisida (Hanik & Faoji, 2021).
Ada berbagai jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada anthurium
antara lain hawar daun, bercak daun, antraknosa, daun keriting dan berbagai
macam penyakit lainnya. Adanya jamur yang tumbuh pada anthurium
dikarenakan kelembapan lebih dari 80%. Untuk mengatasinya dapat digunakan
fungisida Anvil dengan dosis 3 cc / 10 liter air (Astuti, 2014).
Penyakit penting pada tanaman anthurium, antara lain adalah bercak daun
dan bercak antraknosa. Bercak daun disebabkan oleh cendawan Cercospora
anthurii (Mycosphaerella anthurii Miles). Gejala serangan penyakit ini adalah
terjadinya bercak - bercak berwarna coklat dan dipusat bercak terbentuk konidium
cendawan berbentuk gada memanjang atau benang yang lentur. Penyakit bercak
antraknosa disebabkan oleh cendawan Collettotricum anthurii Del. Penyakit ini
menyerang daun, tangkai daun dan bunga. Gejala serangannya adalah muncul
bercak- bercak coklat, berlakuk, dan tidak teratur (Saputra et al., 2021).
Panen dan Pasca Panen
Bunga yang akan dipanen adalah bunga yang sudah mekar sempurna.
Bunga dipotong di pangkal tangkai bunga, yakni dipangkal tanaman dengan
menggunakan gunting. Waktu panen yang paling baik adalah pada pagi hari,
pukul 06.00-08.00 waktu setempat. Panen bunga juga bisa dilakukan pada sore
hari. bunga yang telah dipotong sebaiknya diperlakukan secara khusus, yaitu
pangkal tangkai bunga harus direndam di dalam air yang dicampur dengan suatu
bahan nutrisi tanaman, misalnya gula (glukosa), agar bunga tidak cepat layu. Ciri
ciri bunga anthurium siap dipanen sebagai bunga potong adalah berumur 55 – 110
hari setelah keluar tunas bunga, dan seludang bunga telah mekar penuh. Meskipun
demikian umur panen bunga athurium disesuaikan dengan kebutuhan atau
permintaan pasar. Bunga yang masih melekat pada tanaman dapat dipertahankan
kesegarannya selama 15 – 25 hari, sedangkan setelah dipetik sebagai bunga
potong dapat bertahan segar 10 – 15 hari.
Pasca panen anthurium, perawatan yang baik sangat penting untuk
mempertahankan kualitas bunga dan memastikan daya tahan serta keindahannya.
Bunga-bunga yang telah dipotong langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat
bunga) yang sesuai dengan kebutuhan setiap jenis bunga. Tempat bunga tersebut
hendaknya disimpan pada suatu tempat yang teduh dan aman, terhindar dari
percikan air atau kotoran lainnya, sehingga bunga terjaga dari kerusakan yang
dapat menurunkan kualitas bunga. Setelah selesai dikumpulkan, bunga diangkut
ke tempat sortasi untuk disortir dan diseleksi. Di tempat sortasi, bila waktu untuk
melakukan sortir bunga masih lama, sebaiknya pangkal tangkai bunga direndam
dulu di dalam bak berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu (Henny et al.,
2019).
Bunga diperiksa/diteliti satu persatu untuk melihat kedaan bunganya,
tingkat kemekaran bunga, keadaan tangkai bunga yang meliputi
panjangpendeknya, lurus-bengkoknya, besar-kecilnya, dan tegar-lemasnya
(vigor), serta kebersihan daunnya. Penyimpanan sementara dilakukan untuk
penyimpanan bunga dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari) bunga bisa
disimpan pada suhu ruang dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak
berisi air bersih. Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka
waktu yang agak lama bunga harus disimpan di dalam ruang penyimpanan
berpendingin (cold storage) dengan temperatur sekitar 50C dan kelembaban udara
yang tinggi.
KESIMPULAN
Tanaman Anthurium diduga berasal dari daerah asal yaitu Benua Amerika yang
beriklim tropis, khususnya di negara Peru, Kolombia dan negara Amerika Latin
lainnya. Anthurium merupakan tanaman semak yang berumur tahunan (perennial)
dengan batang tegal masif yang memiliki tinggi sekitar 20 – 50 cm. Famili ini
telah tersebar luas sebanyak 572 spesies di Indonesia. Perbanyakan tanaman hias
anthurium dapat dilakukan segara generatif dan vegetatif, generatif dengan biji
dan vegetatif dengan tunas, kultur jaringan dan anakan. Anthurium memiliki
perakaran serabut, batang herbaceous dan bonggol pada bagian bawah, daun dan
bunga beragam berdasarkan spesies. Secara umum anthurium dibedakan menjadi
dua yaitu jenis anthurium daun dan jenis anthurium bunga. Anthurium daun
memiliki daya pikat terutama dari bentuk-bentuk daunya yang istimewa.
Sedangkan anthurium bunga lebih menonjolkan keragaman bunga baik hasil
hibrid maupun spesies. Biasanya jenis anthurium bunga dijadikan untuk bunga
potong.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, A. N., & Wibowo, A. T. (2021). Klasifikasi Spesies Anthurium
Berdasarkan Citra Daun Menggunakan Convolutional Neural Network.
eProceedings of Engineering, 8(4)
Astuti (2014). Kaya dari bisnis tanaman hias. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Budhiprawira S, Saraswati D. (2016). Anthurium. Jakarta: Penebar Swadaya.
Chouteau, M., Barabé, D., & Gibernau, M. (2016). A Comparative Study of
Inflorescence Characters And Pollen- Ovule Ratios Among The Genera
Philodendron And Anthurium (Araceae). International Journal of Plant
Sciences, 167(4), 817-829.
Hamidy, I. (2010). Budidaya anthurium bunga potong sp.
Hanik, N. R., & Faoji, R. (2021). Identification of Pests and Diseases on
Anthurium Plants (Anthurium andraeanum) in Sewu Kembang Tourism
Village, Karanganyar. Jurnal Biologi Tropis, 21(3), 993–1002.
https://doi.org/10.29303/jbt.v21i3.2973
Henny, R. J., Chen, J., & Mellich, T. A. (2019). Tropical Foliage Plant
Development: Breeding Techniques for Aglaonema and Dieffenbachia.
IFAS Extension, 09(5). https://doi.org/10.32473/edis-ep382-2009
Julhendri, Hercules, & Fathurrahman. (2013). Aklimatisasi Tanaman Anthurium
(Anthurium sp) Dengan Berbagai Media Tumbuh dan Pupuk Daun
Growquick. Jurnal Dinamika Pertanian, 28(1), 103–112.
Lestiana, A. (2015). Pertumbuhan Biji Anthurium Secara In Vitro Pada Media
alternatif Pupuk Daun Dan Lama Pencahayaan Yang Berbeda. In Naskah
Publikasi (Vol. 15, Issue 1). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lie, D. S., & Andoko, A. (2017). Kunci Sukses Memperbanyak Anthurium Daun.
AgroMedia.
Muayyana, S., Suhadi, I., & Marhani. (2016). Pengaruh Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Bunga. Jurnal Pertanian Ter, 1(2), 1–23.
Nurcholis, Hariyadi & A. Kurniawati. (2014). Pertumbuhan Bibit Panili Pada
Beberapa Komposisi Media Tanam dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun.
Bul. Littro, Vol. 25 (1): 11-20.
Saputra, A. C., Parhusip, J., & Hidayat, Y. (2021). Rancang Bangun Sistem
Pendeteksian Penyakit Tanaman Anthurium Dengan Metode
VariableCentered Intellegent Rule System (VCIRS). Journal of
Information Technology and Computer Science, 1(1), 39-46.
Suwaldi, I. (2014). Budidaya Tanaman Hias Anthurium Hookeri. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret. URL:
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/99 02.
Wijayani, A. 2007. Anthurium Tanaman Daun Eksotik. Kanisius. Yogyakarta.
Zein, D. R., Hamami, F., & Mulyana, T. (2022). Pengembangan Sistem
Penyiraman Otomatis Tanaman Anthurium Berbasis IoT. Journal of
Information System Research (JOSH), 4(1), 103-110.

Anda mungkin juga menyukai