EKOFISIOLOGI
Program Studi S-1 Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2019.1
Universitas Padjadjaran
TIM PENYUSUN:
Dr. Desak Made Malini., M.Si
Dr. Rer.nat.Tri Dewi K. P., M.Si
Dra. Nining Ratningsih., M.IL
Dr. Mohamad Nurzaman, M.Si
Dr. TiaSetiawati., M.Si
Asep Zainal Mutaqin, S.Si., MT
PENUNTUN PRAKTIKUM
EKOFISIOLOGI
Tim Dosen Mata Kuliah Ekofisiologi, 2016
Jatinangor: Program Studi Biologi FMIPA – Universitas Padjadjaran
IDENTITAS PRAKTIKAN
Alamat
Telp.
NILAI *) Paraf
Rata-rata LK/AV/KS UTS UAS Akhir Koordinator
Dalam ekosistem tumbuhan dan hewan akan berinteraksi dengan lingkungan baik
abiotik, maupun biotik, yaitu hewan dan tumbuhan lain serta mikroorganisme lainnya.
Interaksi tersebut dapat terjadi antar individu, antar populasi dan antar komunitas. Setiap
makhluk hidup harus dapat berkembangbiak untuk dapat mewariskan sifat-sifat pada
keturunannya. Disamping itu, makhluk hidup juga harus dapat beradaptasi dengan
lingkungannya.
Sebagian besar tumbuhan dan hewan dapat bertahan hidup menghadapi fluktuasi
lingkungan eksternal yang lebih ekstrem dibandingkan dengan keadaan yang dapat ditolerir
oleh setiap individu selnya. Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan
internal seekor hewan. Setiap species hewan yang berbeda telah diadaptasikan terhadap
kisaran suhu yang berbeda-beda. Setiap hewan mempunyai kisaran suhu yang optimum. Di
dalam kisaran tersebut, banyak hewan dapat mempertahankan suhu internal yang konstan
meskipun suhu eksternalnya berfluktuasi.
Pada praktikum ini akan dipraktekan tentang tanggapan dan penyesuaian diri hewan
maupun tumbuhan secara fisiologis terhadap faktor-faktor lingkungan (eksternal, ekstrasel, dan
intrasel). mulai dari lingkungan yang masih dapat ditolerir (homeostasis secara umum) hingga
lingkungan dengan kondisi yang ekstre atau khas dan lingkungan yang tercemar.
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan tanaman. Kadar air yang
dibutuhkan sebuah tanaman berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.
Jika kadar air yang diberikan berlebihan atau terlalu banyak akan mengganggu proses
pertumbuhan tanaman, begitu pula jika kadar air yang diberikan kurang juga akan
mengganggu pertumbuhan tanaman.
Air merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat perkecambahan dan
menghentikan masa dormansi biji. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari
lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati
adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari
lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air.
Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji
melunak
Fungsi air untuk tumbuhan adalah : a) Memberikan tekanan turgor pada dinding sel
sehingga sel dapat membelah dan membesar, b) Merangsang terjadinya proses imbibisi,
yaitu proses penyerapan air oleh biji, c) Sebagai bahan baku fotosintesis sehingga tanaman
memproduksi glukosa, d) Mengedarkan hasil-hasil fotosintesis keseluruh bagian tumbuhan.
CARA KERJA
1. Merendam biji jagung selama satu malam.
2. Menyiapkan empat buah pot plastik yang telah berisikan tanah dan memberi label A, B,
C, D pada setiap pot.
3. Menanam biji jagung yang telah direndam dalam pot plastik.
4. Memberi perlakuan dengan penyiraman jumlah air yang berbeda pada setiap pot.
· Pot A sebanyak 80 mL air per hari.
· Pot B sebanyak 120 mL air per hari.
· Pot C sebanyak 160 mL air per hari
· Pot D sebanyak 200 mL air per hari
5. Mencatat waktu pertumbuhan tunas
6. Mengukur tinggi dan jumlah daun tanaman jagung pada setiap tanaman jagung satu
minggu sekali selama tiga minggu
HASIL PENGAMATAN
Minggu 1 /Tanggal :
Pot Warna daun Warna batang Tinggi Jumlah daun
tanaman
A
B
C
D
MINGGU 2 /Tanggal :
Pot Warna daun Warna batang Tinggi Jumlah daun
tanaman
A
B
C
D
MINGGU 3 /Tanggal :
Pot Warna daun Warna batang Tinggi Jumlah daun
tanaman
A
B
C
D
Rata-rata pertumbuhan Pot A
Pot B
Pot C
Pot D
MODUL PRAKTIKUM II
PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN
PENDAHULUAN
Tanaman merupakan bagian besar dari alam yang ada di bumi kita ini. Selain itu
keberadaan tanamann di bumi ini sebagai produsen terbesar sangatlah penting, karena ia
merupakan satu kesatuan dari rantai makanan yang terdapat dalam ekosistem. Ekosisitem
terdiri dari teridiri dari dua macam komponen yaitu abiotik ,yang terdiri dari tumbuhan,
hewan, dan manusia. Sedangkan komponen abiotik antara lain: udara, gas, angin, cahaya,
matahari, dan sebagainya. Antara komponen biotik dan abiotik saling mempengaruhi,
misalnya, tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis.
Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan
yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Kekurangan cahaya matahari dan air sangat mengganggu
proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung tergantung
pada jenis tumbuhan. Klorofil dibuat dari hasil – hasil fotosintesis. Tumbuhan yang tidak
terkena cahaya tidak dapat membentuk klorofil sehingga daun menjadi pucat. Akan tetapi,
jika intensitas cahaya terlalu tinggi, klorofil akan rusak, sehingga cahaya menjadi faktor
pembatas penting dalam proses fotosintesis. Hambatan proses fotosintesis akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan,
meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan
cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang
kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan
berwarna pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya
atau tanaman berada di tempat yang gelap.
Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal
ini terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Cahaya
yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh tidak adanya cahaya sehingga
dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk penunjang sel – sel tumbuhan sebaliknya,
tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih
lambat dengan kondisi relative pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan
batang kecambah lebih kokoh.
Alat : Empat gelas plastik bekas air mineral (2 di tempat terang: di dalam kamar, 2 di tempat
gelap: di dalam lemari), penggaris, sendok makan, kertas, alat tulis, label.
Bahan : 20 butir kacang hijau dengan ukuran dan warna yang sama, 4 gumpal kapas
dengan jenis dan berat sama (2 gram), 1 gelas air mineral (untuk merendam biji kacang
hijau), 1 sendok makan air bersih (untuk penyiraman satu kali sehari), 10 ml air bersih (untuk
membasahi kapas)
PERCOBAAN 2
ALAT DAN BAHAN : cangkul, polibag, ember, mistar, paranet, tali plastik, label, luxmeter,
tanaman dalam polibag (kedelai), media tanah, air.
CARA KERJA
PERCOBAAN I
1. Rendam biji kacang hijau dengan 1 gelas platik air mineral selama 6 jam
2. Sediakan 4 gelas bekas air mineral
3. Masukkan segumpal kapas yang telah dibasahi dengan 10 ml air bersih ke dalam setiap
gelas
4. Beri label A untuk 2 gelas dan label B untuk yang 2 gelas lagi
5. Letakkan 5 butir biji kacang hijau pada setiap gelas. Untuk 2 gelas yang berlabel A, biji
diberi label nomor 1-5 dan 6-10. Lakukan hal yang sama untuk gelas berlabel B.
6. Tempatkan gelas A di tempat terang dan gelas B di tempat gelap
7. Sirami biji-biji tersebut setiap hari dengan 1 sendok makan air bersih secara merata.
8. Amati dan catat pertumbuhan (pertambahan panjang) setiap hari pada waktu yang
sama.
9. Amati panjang akar pada akhir pengamatan untuk setiap perlakukan yang berbeda
PERCOBAAN 2
HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 1
Diamati pula warna daun kecambah di dua tempat yang berbeda tersebut dan bandingkan.
PERCOBAAN 2
PENDAHULUAN
Dalam melangsungkan pertumbuhan, selain membutuhkan cahaya dan air, tumbuhan juga
membutuhkan faktor lain, salah satunya pH tanah atau media tempat tanaman itu tumbuh.
Sebagai mahkluk hidup, kita perlu belajar untuk mengetahui peranan pH terhadap
perkembangan tumbuhan. Apabila konsentrasi H+ dalam tanah lebih banyak dari OH–, maka
suasana tanah menjadi asam. Sebaliknya, apabila konsentrasi OH– lebih banyak daripada
konsentrasi H+, maka suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan
dan produksi tanaman. pH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman
makanan ternak adalah antara 5,6 – 6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5,6 pada umumnya
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting
seperti fosfor dan nitrogen
PERCOBAAN I :
Alat dan Bahan : gelas plastik transparan, penggaris/alat ukur tinggi, alat tulis, sendok, kacang
hijau (10 biji per gelas, air (pH = 7), tanah sawah (pH < 7), kapur sirih (pH > 7)
PERCOBAAN 2
Alat dan Bahan : Botol Aqua 1,5 liter sebanyak 3 buah, media tanam (tanah), biji jagung 30
butir, air, pipet, pH meter, cutter, spidol, HCL 0,1 N dan NaOH 0,1 N
CARA KERJA
PERCOBAAN I
PERCOBAAN 2
1. Menyiapkan air dengan pH 3, 5 dan 7 dengan cara mencampurkan larutan HCL 0,1 N
/NaOH 0,1 N kemudian dimasukkan ke dalam botol dan diberi label masing-masing.
2. Menyiapkan biji jagung dari jenis yang sama, merendam biji jagung sebanyak 10 butir ke
dalam air yang telah ditentukan dengan masing-masing pH selama 30 menit.
3. Menyediakan 3 buah polibag dengan cara memotong botol air mineral pada bagian bawah
dengan menggunkan cutter. Kemudian melubangi bagian bawahnya agar air bisa keluar
waktu penyiraman dan beri label.
4. Potong bagian tengah botol air mineral sisanya tadi sebagai penyangga polibag.
Membasahi tanah dengan air yang telah ditentukan kemudian meletakkan (menanam) biji
jagung dan basahi atau sirami tanah setiap hari sesuai pH yang telah ditentukan selam 7
hari
5. Mengamati perkecambahan yang pada bji jagung dan mengukur tinggi kecambah selama 7
hari.
6. Amati panjang akar kecambah pada akhir pengamatan untuk setiap perlakuan
HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN I
TINGGI KECAMBAH KACANG HIJAU PADA pH ASAM (cm)
ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
7
TINGGI KECAMBAH KACANG HIJAU PADA pH BASA (cm)
ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
pH asam
pH netral
pH basa
PERCOBAAN 2
ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
7
TINGGI KECAMBAH JAGUNG PADA pH BASA (cm)
Pendahuluan
Pada ilmu-ilmu terapan, pengembangan ilmu tentang fisiologi sangat
diperlukan untuk dapat memahami respon makhluk hidup terhadap lingkungan.
Perlunya mengetahui respon tersebut adalah untuk dapat menemukan arah
dalam pemanfaatan dan pengembangannya.
Respon adalah reaksi terhadap rangsang yang diterima dari lingkungan,
yang akan membentuk kebiasaan atau tingkah laku. Salah satu organ yang yang
berperan dalam membentuk tingkah laku hewan terhadap lingkungan adalah
mata. Organ mata pada dasarnya bekerja atas pengaruh cahaya. Mata hewan
memeiliki kepekaan terhadap intensitas cahaya, sehingga ada hewan yang peka
terhadap cahaya terang, ada yang peka terhadap gelap. Kedua sifat ini
memberikan respon yang berbeda yang kemudian mempengaruhi aktivitas
hewan tersebut (Fujaya, 2004). Pada hewan, jenis hewan yang peka terhadap
cahaya terang disebut hewan diurnal, sedangkan hewan yang peka terhadap
gelap disebut hewan nokturnal.
Kemampuan mata hewan dalam menyesuaikan diri terhadap intensitas
cahaya berbeda-beda. Ada hewan yang menyukai intensitas cahaya rendah, ada
juga yang sebaliknya. Sebagai contoh, ikan memiliki respon terhadap cahaya
(fototaksis) baik positif maupun negatif. Respon ikan terhadap cahaya dapat
berbeda-beda tergantung jenisnya. Respon ikan terhadap cahaya juga berubah-
ubah sesuai dengan fase perkembangan menuju dewasa dan pola hidupnya
(Brand, 1964). Selain mempengaruhi aktivitas ikan, cahaya juga mengambil
peranan penting dalam pemijahan dan juga pada saat bentuk larva.
Bahan dan Alat
2 buah akuarium ukuran 60x30x40 cm3.
Lampu neon putih panjang 25 watt.
Ikan mas koi dan ikan nila ukuran 30-50 gr masing-masing 10 ekor.
Paranet untuk menutup akuarium.
Stopwatch.
Kertas dan alat tulis untuk mencatat.
Tata Kerja
1. Siapkan 2 buah akuarium ukuran besar, dan isi dengan air ¾ volume
total.
2. Bagi 3 bagian horisontal sama besar dengan menandai bagian sisi luar
dari akuarium.
3. Siapkan 2 jenis ikan yang ukurannya relatif sama, masing-masing 5 ekor.
4. Beri penutup (gelapkan) salah satu akuarium, dan beri penerangan
tambahan dengan lampu putih atau kuning atau cahaya alam pada
akuarium yang lainnya.
5. Amati selama 20 menit dengan interval waktu tiap 2 menit dicatat jumlah
ikan dan posisinya (sesuaikan dengan tanda pada sisi luar: bawah, tengah,
atas).
6. Catat apa yang terjadi selama rentang waktu tersebut pada kolom Lembar
Kerja.
7. Buat prosentasenya dan buat grafiknya!
8. Beri ulasan apa yang sudah terjadi dengan menghubungkan dengan kerja
saraf mata pada ikan, panjang gelombang, jenis ikan berdasarkan bentuk
respon terhadap cahaya.
Lembar Kerja
1. Posisi ikan
Jenis ikan Posisi Interval waktu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dasar
Tengah
Atas
Dasar
Tengah
Atas
Keterangan: beri turus pada kolom bernomor 1-10
2. Grafik prosentase posisi ikan
3. Ulasan
Tanda tangan praktikan Tanda tangan koordinator praktikum
(………………………………) (…………………………………..)
MODUL V.
Pendahuluan
Tata Kerja
1. Pengamatan tingkah laku
Siapkan 2 buah akuarium yang sudah terisi air ¾ volume total.
Masukkan ikan ke dalam masing-masing akuarium sebanyak 1 ekor yang
memiliki ukuran dan berat yang sama (±250 gr).
Pasang dan aktifkan termostat pada salah satu akuarium di kisaran suhu
34oC.
Amati gerakan ikan selama 20 menit dengan interval waktu setiap 5
menit dan catat apa saja gerakannya.
Hitung jumlah bukaan operkulumnya selama interval waktu tersebut.
2. Pengamatan respirasi
Siapkan 3 toples respirasi, dengan dua di antaranya yang sudah diisi ikan
masing-masing satu ekor dengan berat dan ukuran yang sama (±250 gr).
Pasang dan aktifkan termostat pada salah satu toples tersebut di kisaran
suhu 34oC. Toples ditutup rapat.
Biarkan selama 2 jam.
Setelah 2 jam, ambil air sampel melalui kran, dan tampung dalam botol
Winkler 250 ml.
Hitung oksigen terlarut dari air sampel tersebut dengan menggunakan
metode Winkler.
Hitung laju respirasinya.
Lembar Kerja
1. Bukaan operkulum
Perlakuan Interval
1 2 3 4
2. Respirasi
Perlakuan Oksigen terlarut Laju respirasi
Kontrol
Suhu ruang
Suhu 34oC
3. Pembahasan respon tingkah laku
4. Pembahasan respirasi
(………………………………) (…………………………………..)
Modul VI
Pengaruh Deterjen Pada Pergerakan Operkulum Ikan
Pendahuluan
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air,
seperti sungai, danau, dan laut akibat aktivitas manusia. Sungai, danau, dan laut merupakan
bagian terpenting dalam kehidupan kita. Salah satu penyebab pencemaran air adalah deterjen
yang sering digunakan sebagai pembersih sintetis yang terbuat dari bahan turunan minyak
bumi, yang dapat memberikan dampak negatif terhadap makhluk hidup. Salah satu nya
adalah ikan. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa kematian ikan terjadi akibat
pencemaran air yang disebabkan oleh penggunaan deterjen oleh manusia. Deterjen dapat
membuat ikan yang ada pada perairan terganggu, pernafasannya terganggu, mabuk, bahkan
berujung pada kematian.
Dasar Teori
Kadar deterjen dalam air
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah
detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS (alkyl
benzene sulphonate). Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme
(nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji,
1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen ini dalam konsentrasi tinggi
akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang
mengkonsumsi biota tersebut.
Gerak operculum ikan
Operculum pada ikan adalah tutup insang untuk membuka dan menutup insang pada ikan.
Ikan mas (cyprinus carpio) adalah organisme air yang responsif atau peka terhadap
perubahan yang terjadi pada lingkungannya. Sebagai biota perairan, ikan mendapatkan
oksigen dari oksigen yang terlarut dalam air. Pada hampir semua Ikan, insang merupakan
komponen penting dalam pertukaran gas, insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan
yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di dalamnya. Pada insang terjadi
pertukaran O2 dan CO2. Mekanismenya adalah tutup insang menutup, mulut terbuka, air
masuk melalui mulut, lalu air melewati insang, terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida, lalu mulut menutup, tutup insang (operculum) terbuka, dan akhirnya air
keluar dari insang dan ksigen masuk ke aliran darahnya
II 1
III 5
IV 10
Tabel 2. Kondisi fisik ikan
II 1 gram
III 5 gram
IV 10 gram
Keterangan:
**** : sehat dan bergerak lincah
*** : berenang melambat
** : berenang sangat lambat, insang berdarah, mengeluarkan feses, mulai sekarat
* : ikan mati
Pembahasan
Tanda tangan praktikan Tanda tangan koordinator praktikum
(………………………………) (…………………………………..)
MODUL VII
ADAPTASI FISIOLOGIS DAN TINGKAH LAKU HEWAN
Pendahuluan
Semua organisme memiliki tingkah laku. Tingkah laku merupakan bentuk respons terhadap
kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons dikatakan tingkah laku bila respons tersebut telah
berpola, yakni memberikan respons tertentu yang sama terhadap stimulus tertentu. Tingkah laku
juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Suatu tingkah
laku hewan terjadi karena pengaruh genetis (tingkah laku bawaan lahir atau innate behavior), dan
karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Berbagai
hasil kajianmenunjukkan bahwa terjadinya suatu tingkah laku disebabkan oleh genetis dan
lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan sifat. Pada umumnya prilaku
suatu organisme memiliki beberapa tujuan, yaitu : untuk mencari makanan dan minum, mendapat
dan menjaga daerah teroterial, untuk melindungi diri dan Untuk bereproduksi demi kelangsungan
hidup mereka. Tingkah laku atau behavior melibatkan semua system dalam tubuh yang dipengaruhi
oleh sistem syaraf dan endokrin sebagai pusat koordinasi. Adakalanya tingkah laku hewan berkaitan
dengan adaptasi. Namun adaptasi ini merupakan suatu bentuk usaha untuk menyeimbangkan
berbagai proses metabolisme dan tingkah laku dengan perubahan secara siklik yang terjadi di
sekelilingnya atau lingkungannya. Bagaimana tingkah laku hewan ini terbentuk tergantung pada
keadaan dan perubahan lingkungan. Masukan input atau sensori dalam tubuh, kemudian terjadi
penyaringan sensori yang membuka informasi genetik dan pengalaman, kemudian pembentukan
pola dalam tubuh dan akan dikeluarkan respons motorik menjadi behavior. Dalam tubuh organisme
segala bentuk masukan (sensori) input akan mengalami proses penyaringan dalam system syaraf dan
hasilnya kemudian disampaikan sebagai informasi yang dapat ditunjukkan kepada penerimanya.
Dua macam respon tingkah laku adalah innate (nature, alami, serentak) dan learned
(nurture, melalui proses belajar), innate respon muncul seketika secara spontan dan konsisten
terhadap suatu rangsangan. Sedangkan learned respon adalah respon yang muncul dan mengalami
perubahan seiring dengan adanya pengalaman dan hasil belajar dari organisme tersebut, sehingga
respon yang muncul akan lebih tepat dan sesuai sesui dengan rangsangan yang ada karena
sebelumnya ia telah dipicu dengan rangsangan yang sama dan diberikan berkali-kali.
Merekam tingkah laku hewan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
a. continuous recording; yaitu pengamatan secara terus menerus pada setiap perilaku dalam durasi
tertentu (5 menit, 10 menit dst)
b. behaviour sampling; yaitu pengamatan tingkah laku khusus secara detail (proses kawin, berburu,
berdiri dll)
c. point sampling; yaitu pengamatan tingkah laku pada interval waktu tertentu, pengataman setiap
2 jam, 3 jam dst.
Lembar Kerja.
6.1. Tingkah laku hewan mencit
6.2. Pengaruh Rangsangan Yang Diberikan Kemo taksis Fototaksis Geotaksis pada lalat buah
Rangsangan Yang Kemotaksis Fototaksis Geotaksis
Diberikan
Bahan/SumberRangsangan Tape Senter Gaya Gravitasi Bumi
Pemicu
Jumlah Lalat Keseluruhan
Waktu
Total Lalat Buah Yang
Mendekati Sumber
Rangsangan
Jumlah Lalat Buah Yang
Menjauhi Sumber
Rangsangan
(………………………………) (…………………………………..)