PENDAHULUAN
Menjadi salah satu negara yang memiliki daerah perairan yang cukup luas,
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Hampir 66 %
wilayah Indonesia merupakan daerah perairan yang luas. Menurut Kementerian
Kelautan dan Perikanan konsumsi ikan di Indonesia adalah 30,17 kg per kapita
dalam 1 tahun. Dewasa ini, sektor perikanan Indonesia memiliki prospek potensi
pengembangan yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dari industri pangan hasil
perikanan yang semakin berkembang dan beragam jenisnya. Salah satunya adalah
fermentasi.
Fermentasi merupakan salah satu contoh pengolahan ikan yang yang banyak
diterapkan. Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan melalui proses
memanfaatkan penguraian senyawa dari bahan-bahan protein kompleks. Protein
kompleks tersebut terdapat dalam tubuh ikan yang diubah menjadi senyawasenyawa lebih sederhana dengan bantuan enzim yang berasal dari tubuh ikan atau
mikroorganisme serta berlangsung dalam keadaan yang terkontrol atau diatur.
Salah satu produk fermentasi ikan adalah kecap ikan.
Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Perairan Tradisional dengan judul
Kecap Ikan Pepetek bertujuan untuk mengevaluasi pembuatan kecap ikan pepetek
terhadap nilai kerusakan panelis.
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan pepetek merupakan salah satu ikan laut yang memiliki habitat di dasar
perairan (demersal). Ikan ini merupakan ikan hasil tangkapan samping (HTS) atau
by cacth yang memiliki ukuran kecil. Di bawah ini akan disajikan klasifikasi dan
morfologi ikan pepetek, komposisi kimia ikan pepetek, produksi ikan pepetek dan
tepung ikan pepetek.
Klasifikasi ikan pepetek menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Filum
: Chordata
SubFilum
: Vertebrata
Kelas
: Pisces
Sub Kelas
: Teleostei
Ordo
: Percomorphi
Sub Ordo
: Percoidea
Divisi
: Perciformes
Famili
: Leiognathidae
Ikan pepetek termasuk ke dalam suku atau famili Leiognathidae dengan ciri
bentuk badan pipih, kecil dan panjangnya jarang melebihi 15 cm. Di kawasan
Indo-Pasifik dapat dijumpai sekitar 30 spesies pepetek dan 20 diantaranya berada
di perairan Indonesia. Ikan pepetek umumnya digolongkan ke dalam tiga marga
(genus), yaitu Leiognathus, Gazza dan Secutor. Ketiga genus ini dapat dibedakan
dari bentuk mulut dan giginya. Gazza memiliki gigi taring sedangkan yang lain
hanya gigi kecil dan mulut yang dapat dijulurkan ke depan dengan mengarah ke
atas (Secutor) atau mengarah ke bawah (Leiognathus)
Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan melalui proses memanfaatkan
penguraian senyawa dari bahan-bahan protein kompleks. Protein kompleks
tersebut terdapat dalam tubuh ikan yang diubah menjadi senyawa-senyawa lebih
sederhana dengan bantuan enzim yang berasal dari tubuh ikan atau
mikroorganisme serta berlangsung dalam keadaan yang terkontrol atau diatur.
Cara fermentasi pada dasarnya hanya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Proses fermentasi yang memungkinkan terjadinya penguraian atau
transformasi yang nantinya akan mampu menghasilkan suatu produk
dengan bentuk dan sifat yang sama sekali berbeda (berubah) dari keadaan
awalnya. Misalnya saja dalam pengolahan terasi, kecap ikan dan ikan
peda.
2. Proses fermentasi yang menghasilkan senyawa-senyawa, secara nyata
akan memiliki kemampuan atau daya awet dalam produk yang diolah
tersebut, misalnya dalam pembuatan ikan peda.
Proses fermentasi yang terjadi pada ikan merupakan proses penguraian
secara biologis atau semibiologis terhadap senyawa-senyawa komplek terutama
protein menjadi senyawa senyawa yang lebih sederhana dalam keadaan terkontrol.
Selama proses fermentasi, protein ikan akan terhidrolisis menjadi asam-asam
amino dan peptida, kemudian asam-asam amino akan terurai lebih lanjut menjadi
komponen-komponen lain yang berperan dalam pembentukan cita rasa produk.
Kecap ikan merupakan salah satu produk bahan makanan hasil olahan
melalui proses fermentasi yang dibuat dari ikan maupun limbah ikan mempunyai
rasa dan bau yang khas serta daya simpannya lama (Purwaningsih dan Nurjanah
1995 dalam Widyastuti et.al.). Secara tradisional, kecap ikan diproduksi dengan
pencampuran antara garam dengan dua atau tiga bagian ikan dan di fermentasi
pada suhu lingkungan (30oC) selama 6-12 bulan atau bahkan lebih
METODOLOGI
Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Perairan Tradisional (TPHPT)
dengan judul Pembuatan Kecap Ikan pepetek dilakukan di laboratorium TPHP
(Tekhnologi Penanganan Hasil Perairan) Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Praktikum ini dilakukan hari Rabu tanggal 24
Februari 2016 pukul 7.00 sampai dengan 09.00 WIB,.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain baskom, timbangan,
pisau, plastik, lap, ulekan, kendil, parutan. Bahannya yang digunakan adalah ikan
pepetek, nanas, dan garam.
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah alat dan bahan
disiapkan. Kemudain ikan nanas dan ikan disiangi hingga bersih. Setelah itu ikan
dipotong-potong menjadi lebih kecil dan di haluskan. Begitupun untuk nanas.
Timbang semua bahan. Setelah itu campur semua bahan yaitu nanas , ikan dan
garam. Sebelum dimasukan kedalam pendil lakukan pengamatan aroma warna
dan tekstur serta ukur pH. Timbang pendil terlebih dahulu, setelah itu masukan
semua bahan kecap ikan kedalam pendil dan amati selama 4 minggu. Setelah di
amati, kecap ikan disaring dan ditimbang. Terakhir panaskan kecap ikan dan
dimasukan kedalam botol.
Berat Kecap
891
Aroma
Amis
Bau Nanas
1070
Amis
1112
Amis
1084
Amis
Tekstur
Kasar
Kasar
Warna
Abu Abu
Abu Abu
pH
6.32
Berserat
Abu Abu
4.93
Halus
Abu Abu
4.44
Kasar
Abu Abu
Berserabut
Berserabut
3.55
1008
Amis
Mandiri
1272
Amis
4.20
Abu Abu
5.34
Kasar
Berat Kecap
895
Aroma
Tengik
Tekstur
Kasar
Warna
Abu- abu
pH
6.17
1163
1055
980
898
-
Asam
Tengik
Amis
Asam
Busuk
Kasar
Kenyal
Kasar
Lembek
Keras
Abu- abu
Abu- abu
Abu- abu
Abu- abu
Abu- abu
5.83
4.74
4.36
3.99
-
Dari tabel 2 terlihat bahwa mulai terlihat perubahan yang terjadi. Perubahan
yang terjadi adalah penurunan dari berat pendil yang berisikan kecap ikan
tersebut. Derajat keasaman atau pH juga mengalami penurunan meskipun tidak
signifikan. Dari parameter warna belum adanya perubahan, hanya saja tekstur
yang beragam.
Tabel 3. Pengamatan Kecap Ikan Minggu Ke-2
KEL
1
2
3
Berat Kecap
-
Aroma
Tengik
Tekstur
Kasar
Warna
Abu- abu
pH
-
Tengik
Lembek
Tengik
Lembek
Abu- abu
Hijau
Tengik
Asem
Lembek
Agak
Mandiri
Semakin
kering
Kering
busuk
berjamur
kehitaman
Abu- abu
Abu- abu
Abu- abu
Dari tabel 3 terlihat bahwa terjadi perbedaan dari parameter aroma, tekstur,
dan warna. Pada kelompok 4 warna yang berubah menjadi hijau kehitampun di
sebabkan adanya jamur-jamur yang tumbuh sehingga menyebabkan adanya
perubahan warna serta tekstur maupun aroma.
Tabel 4. Pengamatan Kecap Ikan Minggu Ke-3
KEL
Berat Kecap
875
2
3
1035
Aroma
Lebih
Tekstur
Warna
pH
Kasar
Abu- abu
8.75
Tengik
Lembek
1015
Tengik
Lembek
Abu- abu
Hijau
5
6
941
-
Mandiri
Busuk
Bau busuk
Semakin
Lembek
Lembek
Kering
busuk
berjamur
tengik
kehitaman
Abu-abu
Abu-abu
Kecoklatan
Berat Kecap
-
Aroma
Tengik
Tekstur
Kasar
Warna
Abu- abu
pH
-
Busuk
Lembek
Tengik
Lembek
Abu- abu
Hijau
5
6
Mandiri
Busuk
Busuk
Semakin
Lembek
Lembek
Kering
busuk
berjamur
kehitaman
Abu-abu
Abu-abu
Kecoklatan
Gambar 2. Garam
Gambar 6. Pendil