Anda di halaman 1dari 15

JURNAL

PENGARUH KONSENTRASI GARAM BERBEDA TERHADAP MUTU PEDA


IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanaguarta)

OLEH

NOVI ASTRIA
NIM: 1604115857

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
PENGARUH KONSENTRASI GARAM BERBEDA TERHADAP MUTU PEDA
IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanaguarta)
Oleh
Novi Astria , Tjipto Leksono2), Dian Iriani2)
1)

Email: noviastria97@gmail.com
Abstrak
Peda merupakan salah satu produk perikanan yang terkenal di
Indonesia. Garam digunakan untuk mengontrol pertumbuhan bakteri.
Ikan yang sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan peda adalah
jenis ikan kembung ( Rastrelliger sp.). Penelitian ini dilaksanakan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi garam berbeda terhadap mutu peda ikan kembung
lelaki. Sampel diambil dari Sumatera Barat dan dibawa ke Laboratorium Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau,
Pekanbaru. Setiap sampel memiliki berat 200-250 gram. Di laboratorium, sampel
kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok disiangi dan tidak disiangi.
Setelah dibersihkan, sampel kemudian digarami di dalam ember plastik dengan empat
konsentrasi garam (15%, 20%, 25%, 30%) selama 7 hari. Kemudian ikan dibersihkan
dari sisa-sisa garam dan dilakukan pengujian sensorik (kenampakan, tekstur, rasa,
aroma), kimia (pH, aktivitas air), dan mikrobiologi (total bakteri halofilik). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terdapat pada penambahan garam
20% pada ikan yang disiangi dengan kenampakan ( utuh, rapi, cerah), aroma (hampir
netral dan tidak terdapat bau tambahan), rasa ( sangat enak, spesifik jenis, dan tidak ada
rasa tambahan), pH 6.25, aktivitas air 0.77, dan total bakteri halofilik 9.8 x 104
sel/gram. Sedangkan tekstur terbaik ditemukan pada penambahan garam sebanyak 25%
dengan kriteria spesifik kompak, elastis, dan cukup kering.

Kata kunci: Peda, ikan kembung lelaki, penyiangan, tanpa penyiangan, konsentrasi
garam, mutu.
1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
THE EFFECT OF DIFFERENT SALT CONCENTRATION ON THE QUALITY
SALT-FERMENTED (PEDA) MACKEREL (Rastrelliger kanaguarta)

By
Novi Astria Tjipto Leksono2), Dian Iriani2)
1),

Email: noviastria97@gmail.com

Abstract
Peda (salt-fermented fish) is one of the wellknown fishery products in Indonesia. Salt is
used to control bacteria life. The fish that is usually used for raw material is a kind of
mackerel (Rastrelliger sp.). This research was held to find out the effect of different salt
concentration given to the quality of peda (salt-fermented fish) mackerel. Samples were
taken from West Sumatera and landed at the Laboratory of Fish Processing
Technology, Faculty of Fishery and Marine Science, Riau University, Pekanbaru.
Each sample weighing about 200-250 grams. At the laboratory, samples were grouped
into two, gutted and ungutted. After cleaned, the fishes were salted in a plastic bucket
with four concentration of salt (15%, 20%, 25%, 30%) for 7 days. Then, the fishes were
cleaned from salt residue and checked for sensory (appearance, texture, taste, odor),
chemical (pH, water activity), and microbiological ( Total Halophilic). The result has
shown that the best treatment was in the gutted fish of 20% salt concentration with
appearance (whole, cleanly, bright), odor (almost neutral and bit annoying), flavor
(really good, specific, there is no another annoying flavor), pH 6.25, water activity
0.77, and total halophilic 9.8 x 104 CFU/gram. Meanwhile, the best texture was found
in 25% of salt concentration with specific criteria solid, elastic, and dry enough.

Keywords: Peda, mackerel, gutted, ungutted, salt concentration, quality


1)
Students of The Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Riau.
2)
Lecturer of The Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Riau.
PENDAHULUAN
Produksi perikanan tangkap di Penambahan garam berguna
Indonesia diketahui mengalami untuk mengontrol pertumbuhan bakteri
peningkatan sejak tahun 2010 dengan penyebab pembusukan dan pada proses
kenaikan rata-rata pada tahun 2010- selanjutnya garam berperan sebagai
2014 sebesar 15,80% dengan rata-rata pengawet (Adawyah, 2007). Selain
produksi sebesar 16,2 juta ton. Hampir kesegaran bahan baku, konsentrasi
70% dari hasil produksi tersebut garam yang digunakan dalam
dipasarkan dalam keadaan segar, fermentasi ikan peda juga sangat
sedangkan sisanya dipasarkan dalam menentukan mutunya. Pemberian garam
bentuk ikan asin (13,24%), ikan pada proses pembuatan peda seharusnya
pindang (2,97%), ikan asap (2,52%), lebih dari 10% karena jika tidak ikan
ikan beku (10,56%), ikan kaleng akan cepat rusak (Menajang, 1988).
(1,53%), tepung ikan (0,75), ikan Beberapa penelitian yang telah
fermentasi (0,65%), dan jenis produk dilakukan yaitu pemberiaan garam
lainnya (0,68%) (Kementerian Kelautan sebesar 20% dan dengan bahan baku
dan Perikanan, 2015). disiangi lebih disukai, lebih bersih dan
Peda merupakan salah satu tidak memerlukan suhu spesifik untuk
produk fermentasi dengan penggaraman mengolahnya (Hasan, 2008), pemberian
yang sudah cukup lama dikenal di garam sebanyak 25% terbukti dapat
Indonesia. Ikan yang sering digunakan menghambat pertumbuhan bakteri
sebagai bahan baku pembuatan peda penyebab kebusukan (Siswanto, 2016),
adalah ikan kembung (Rastrelliger sp.). selanjutnya pemberian garam sebesar
Hal ini dikarenakan jenis ikan kembung 30% merupakan perlakuan terbaik pada
menghasilkan ikan peda yang pembuatan peda ikan kembung dengan
mempunyai cita rasa dan aroma yang fermentasi spontan (Desniar, 2009).
khas dan lebih baik jika dibandingkan Dengan demikian penelitian ini
dengan jenis ikan lain (Pusat ditujukan untuk mengetahui pengaruh
Pendidikan Kelautan dan Perikanan, penyiangan dan konsentrasi garam
2015). Tahun 2001-2011 jumlah berbeda terhadap mutu peda ikan
tangkapan ikan kembung di Indonesia kembung lelaki (Rastrelliger
mencapai 214,387-291,863 ton dan kanaguarta) yang dihasilkan.
jumlah produksi ikan peda mencapai
13,424-13,848 ton (Kementerian METODE PENELITIAN
Kelautan dan Perikanan, 2012).
Dahulu, proses pembuatan peda Penelitian dilakukan pada bulan
dilakukan tanpa proses penyiangan Juli 2020 di Laboraturium Mikrobiologi
dengan dugaan bahwa isi perut ikan dan Bioteknologi Hasil Perikanan dan
dapat mempengaruhi rasa dan flavor Laboraturium Teknologi Pengolahan
yang khas. Tetapi aktivitas enzim Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan
proteolitik yang tinggi pada isi perut Kelautan Universitas Riau.
ikan dapat menyebabkan lembek dan Bahan baku yang digunakan
hancurnya daging ikan serta terjadinya dalam penelitian ini adalah ikan
belly bursting (pecahnya perut ikan) kembung lelaki (Rastrelliger
(Gildberg, 1982 dalam Hernandez- kanaguarta) berukuran 200-250 gram
Herrero et al., 2002). per ekor hasil tangkapan nelayan di
Sumatera Barat dan garam untuk
pembuatan peda. Akuades dan larutan
buffer pH 7 untuk menguji pH. Larutan membuang bagian insang dan perut
BaCl2 untuk menguji aktivitas air. ikan. Setelah itu, ikan dibersihkan
Larutan NaCl dan Media TSA (Trptic dengan dicuci menggunakan air
Soy Agar) untuk menguji total bakteri mengalir. Kemudian tiriskan untuk
halofilik. membuang sisa air yang masih terdapat
Peralatan yang digunakan dalam pada bahan baku. Setelah itu, masing-
penelitian ini adalah timbangan, wadah masing bahan baku kemudian dibagi
fermentasi, pisau, ember sebagai dan ditimbang menjadi empat
peralatan pembuatan peda. Scoresheet perlakuan. Tambahkan garam halus
digunakan pada pengujian organoleptik. sesuai dengan perlakuan yang diberikan
Autoklaf, cawan petri, mikropipet, dan lumuri ikan secara merata.
dropper, inkubator dan alat gelas Masukkan dan susun secara berlapis
lainnya digunakan pada pengujian total pada toples plastik. Simpan selama
bakteri halofilik. pH meter, mortar,dan tujuh hari untuk kemudian dapat
beaker glass digunakan pada pengujian dilakukan pengamatan.
pH. Sedangkan aw meter digunakan
pada pengujian aktivitas air. Pengamatan
Organoleptik (Rahayu, 1998)
Metode Penelitian
Uji organoleptik peda dilakukan
Metode penelitian yang dengan menggunakan scoresheet yang
digunakan adalah eksperimen. Data berisi penilaian terhadap kenampakan,
yang didapat kemudian disajikan dalam tekstur, flavor, dan rasa peda ikan
bentuk tabel dan kemudian dianalisis kembung lelaki (R.kanaguarta) dengan
dengan Analisis Variansi (ANAVA). skala nilai kesukaan 1 paling rendah dan
Penelitian ini menggunakan rancangan 9 adalah yang tertinggi. Sebelum diuji
percobaan Rancangan Acak Kelompok rasa, peda dikukus terlebih dahulu untuk
non faktorial (RAK) dengan cara kemudian diberikan penilaian. Pada uji
penyiangan sebagai kelompok dan organoleptik ini dibutuhkan panelis
konsentrasi garam sebagai perlakuan agak terlatih berjumlah 25 orang.
dengan empat taraf perlakuan yaitu; Sampel yang diuji diacak dan diberi
K15=15%, K20=20%, K25=25%, dan kode sampel.
K30=30%.
Uji kimia
Prosedur Penelitian Pengujian kimia pada peda
Preparasi awal sampel dilakukan dengan mengukur pH dan
aktivitas airnya. Pengujian pH
Bahan baku yang digunakan
dilakukan dengan menimbang 10 g
adalah ikan kembung lelaki yang
daging ikan yang dilarutkan dengan 10
diperoleh dari tangkapan nelayan di
ml larutan akuades. Elektroda pada pH
Sumatera Barat yang berukuran 250-
meter kemudian dikalibrasikan dengan
300 g per ekor sebanyak 8 kg. Bahan
menggunakan larutan fisiologis standar
baku kemudian dibawa ke Laboratorium
dengan pH 4,31 dan pH 6,86 sampai
Teknologi Hasil Perairan Fakultas
menunjukkan angka stabil. Kemudian
Perikanan Universitas Riau. Setelah itu,
elekroda dibilas dengan akuades
ikan tersebut dibagi menjadi dua
sebelum dimasukkan ke dalam sampel.
kelompok penanganan (kelompok
Catat angka stabil yang tertera pada
disiangi dan tanpa disiangi). Proses
layar digital. Setiap penggunaan,
penyiangan dilakukan dengan
elektroda dibilas dengan akuades HASIL DAN PEMBAHASAN
(AOAC, 2005).
Nilai Organoleptik
Pengujian aktivitas air peda Nilai kenampakan
dilakukan dengan cara menimbang 10 Hasil penelitian terhadap nilai
gr sampel dengan 10 ml akuades kenampakan dapat dilihat pada Tabel 1.
kemudian katoda Aw meter
dimasukkan kemudian ditutup dan Tabel 1. Nilai kenampakan
dibiarkan selama 3-10 menit, setelah itu Kelompok penanganan
Konsentrasi Rata-rata
pembacaan dapat segera dilakukan garam Disiangi Tanpa disiangi
(P1) (P2)
(Syarief dan Halid, 1993). 15% (K15) 8,0 ± 0,54 7,1 ± 0,76 7,6a ± 0,68
20% (K20) 8,3 ± 0,56 7,4 ± 0,49 7,8ab ± 0,68
25% (K25) 8,4 ± 0,65 7,6 ± 0,57 8,0b ± 0,54
Uji mikrobiologis (Speck, 1976) 30% (K30) 8,5 ± 0,51 7,8 ± 0,72 8,1b ± 0,51
Rata-rata : 8,3 ± 0,19 7,5 ± 0,30 7,9 ± 0,51
Pengujian mikrobiologi Keterangan: Angka-angka yang diikuti
dilakukan terhadap total bakteri huruf yang sama berarti
halofilik. Cara pemupukan dalam tidak berbeda nyata pada
metode hitungan cawan dilakukan tingkat kepercayaan 95%
dengan metode tuang (pour plate). Dari
setiap tingkat pengenceran, masing- Dari Tabel 1 dapat diketahui
masing diambil 1 ml suspensi sampel bahwa semakin tinggi konsentrasi
yang dimasukkan ke dalam cawan petri. garam maka semakin bagus
Kemudian ke dalam cawan petri kenampakan produk yang dihasilkan.
ditambahkan medium Tryptic Soy Hasil uji lanjut BNJ menerangkan
Agar (TSA) steril yang sudah bahwa nilai kenampakan pada
ditambahkan 15% NaCl sebanyak 15-20 penambahan konsentrasi garam 20%,
ml. Setelah itu cawan petri 25%, dan 30% tidak berbeda nyata.
diinkubasikan pada suhu 300C selama Selanjutnya penambahan garam 15%
4 hari. Koloni yang tumbuh diamati tidak berbeda nyata dengan
dan dihitung jumlahnya untuk penambahan garam 20% pada produk
mendapatkan nilai total bakteri peda yang dihasilkan.
halofilik. Perhitungan dan pencatatan Bahan baku peda yang tidak
pertumbuhan koloni dilakukan dalam disiangi cenderung memiliki warna
satuan koloni forming unit atau ml yang lebih kusam jika dibandingkan
sampel (cfu/g atau ml). dengan ikan yang disiangi. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan oleh adanya
Analisis Data proses denaturasi potein dan oksidasi
Data hasil penelitian diolah lemak yang lebih banyak yang berasal
secara statistik dan disajikan dalam dari isi perut ikan jika dibandingkan
bentuk tabel kemudian dilakukan dengan ikan yang disiangi.
analisis variansi (ANAVA) untuk Penggaraman dapat menyebabkan ikan
menentukan apakah hipotesis diterima asin menjadi lebih putih karena adanya
atau ditolak. Hasil yang menunjukkan kristal garam (Rinto et al.,2009). Selain
perbedaan antar perlakuan diuji dengan itu, penggaraman juga dapat
uji Beda Nyata Jujur (BNJ). mendenaturasi protein sehingga
mempengaruhi kekompakan daging dan
mempengaruhi kenampakan ikan asin
(Reo, 2013).
Selain itu, adanya perubahan akan bahwa peda ikan kembung lelaki
kenampakan pada peda seiring dengan dengan konsentrasi garam berbeda pada
penambahan konsentrasi garam taraf kepercayaan 95% memiliki Fhit
kemungkinan disebabkan oleh adanya (11,97) > Ftab (9,28) yang berarti H0
molekul-molekul oksigen yang kontak ditolak terhadap nilai aroma peda ikan
dengan produk sehingga dapat kembung lelaki. Hal ini berarti pada
menyebabkan terjadinya oksidasi taraf 95% ada satu atau lebih dari rata-
lemak, kerusakan vitamin, protein dan rata perlakuan yang berbeda dengan
oksidasi pigmen sehingga terjadi yang lainnya. Oleh karena itu, uji lanjut
perubahan warna pada produk (Haris, BNJ dilakukan. Berdasarkan hasil uji
1996 dalam Lestary, 2007). lanjut BNJ, diketahui bahwa
Badan Riset Kelautan dan penambahan garam sebanyak 20%,
Perikanan (2006) menyatakan bahwa 25%, dan 30% tidak memberikan
ciri-ciri peda yang memiliki mutu dan pengaruh yang signifikan dan hasilnya
kualitas yang baik antara lain tidak berbeda nyata pada tingkat
penampakannya menarik dan berwarna kepercayaan 95%.
cerah. Peda yang dihasilkan memiliki Peda yang terbuat dari ikan yang
kenampakan yang menarik, utuh, dan disiangi memiliki nilai aroma terendah
bercahaya sekalipun dengan konsentrasi yaitu 7,1 pada penambahan garam 15%
garam paling rendah. Selain itu, dengan kriteria spesifik hampir netral
berdasarkan SNI 01-2721-2009 minimal dan sedikit bau tambahan. Nilai aroma
nilai organoleptik pada produk yaitu 7 peda meningkat pada penambahan
dan peda yang dihasilkan pada garam 30% yaitu 8,2 dengan kriteria
penelitian memiliki nilai rata-rata spesifik kurang harum tetapi tidak
keseluruhan yaitu 7,9. Hal tersebut terdapat bau tambahan. Pada peda yang
berarti dari segi kenampakan peda yang terbuat dari ikan yang tidak disiangi,
dihasilkan sudah memenuhi persyaratan nilai aroma peda memiliki rata-rata 5,7
mutu. dengan kriteria spesifik bau tambahan
mengganggu, tidak busuk, dan agak
tengik. Berdasarkan SNI 01-2721-2009,
Nilai aroma batas minimum nilai organoleptik
Hasil penelitian terhadap nilai adalah 7.
aroma peda ikan kembung lelaki dapat Berdasarkan hasil pengujian,
peda yang terbuat dari ikan yang tidak
dilihat pada Tabel 2 berikut.
disiangi memiliki aroma yang lebih
Tabel 2. Nilai aroma tajam dan cenderung tidak disukai oleh
Kelompok panelis. Penyebabnya diduga karena
Konsentrasi
Garam Disiangi Tanpa Rata-rata
proses oksidasi yang sudah berlanjut
(P1) disiangi (P2) yang menyebabkan timbulnya bau
15% (K15) 7,1 ± 0,53 5,0 ± 1,73 5,8a ± 1,78 tengik yang mengarah kepada
20% (K20) 7,9 ± 0,78 5,6 ± 1,50 6,7ab ± 1,67
25% (K25) 8,2 ± 0,58 6,2 ± 0,88 7,2b ± 1,39
pembusukan. Hal tersebut sesuai
30% (K30) 8,2 ± 0,75 6,5 ± 0,92 7,3b ± 1,19 dengan pernyataan Ketaren (2005),
Rata-rata : 7,8 ± 0,50 5,7 ± 0,84 6,8 ± 0,67 bahwa perombakan lemak pada tubuh
Keterangan: Angka-angka yang diikuti ikan juga dapat menyebabkan timbulnya
huruf yang sama berarti bau tengik. Hal tersebut dikarenakan
tidak berbeda nyata pada lemak rusak akibat adanya kadar air
tingkat kepercayaan 95% bahan dalam pangan yang dapat
Hasil analisis variansi menyat
menghidrolisis lemak menjadi gliserol (2007), dimana semakin tinggi
dan asam lemak bebas. konsentrasi garam diberikan maka
semakin banyak garam yang meresap ke
Nilai rasa dalam tubuh ikan sehingga rasa.
Ditambahkan juga oleh Mulyanto
Hasil penelitian terhadap nilai (1982) dalam Tumbelaka (2013) bahwa
rasa peda ikan kembung lelaki dapat jumlah garam yang digunakan sangat
dilihat pada Tabel 3 berikut. menentukan tingkat keasinan dan daya
simpan ikan asin yang dihasilkan.
Tabel 3. Nilai rasa Peda yang terbuat dari ikan yang
Kelompok
Konsentrasi Rata-rata disiangi memiliki nilai paling tinggi
Garam Disiangi (P1) Tanpa
disiangi (P2) pada penambahan garam dengan
15% (K15) 6,6 ± 1,11 5,4 ± 1,19 6,0a ± 0,88
konsentrasi 20% yaitu 8,2 dengan
20% (K20) 8,2 ± 1,05 6,7 ±1,28 7,5b ± 1,07 kriteria spesifik sangat enak sekali,
25% (K25) 8,1 ± 1,13 6,4 ± 0,91 7,3b ± 1,22
30% (K30) 7,6 ± 1,04 6,8 ± 1,28 7,2b ± 0,51 spesifik jenis, tanpa rasa tambahan
Rata-rata : 7,6 ± 0,73 6,3 ± 0,65 7,0 ± 0,66
dibandingkan dengan penambahan
Keterangan: Angka-angka yang diikuti garam dengan konsentrasi lainnya.
huruf yang sama berarti Sedangkan nilai tertinggi pada peda
tidak berbeda nyata pada yang terbuat dari ikan yang tidak
tingkat kepercayaan 95% disiangi terdapat pada penambahan
garam 30% yaitu 6,8 dengan kriteria
Hasil dari analisis variansi nilai spesifik sangat enak, spesifik jenis dan
rasa menunjukkan bahwa peda ikan tanpa rasa tambahan dibandingkan
kembung lelaki dengan konsentrasi dengan peda dengan penambahan garam
garam berbeda pada taraf kepercayaan 15%, 20%, dan 25%.
95% memiliki Fhit (9,29) > Ftab (9,28) Nilai rasa untuk peda dengan
yang berarti H0 ditolak terhadap rata- bahan baku disiangi lebih tinggi jika
rata nilai rasa peda ikan kembung lelaki. dibandingkan peda dengan bahan baku
Hal ini berarti pada taraf 95% ada satu yang tidak disiangi. Hal tersebut
atau lebih dari rata-rata perlakuan yang dikarenakan pada ikan yang disiangi
berbeda dengan yang lainnya. Oleh kandungan enzim proteolitik dari
karena itu, uji lanjut BNJ dilakukan.. jaringan tubuh ikan terutama pada
Berdasarkan uji lanjut BNJ dapat saluran pencernaan jauh berkurang dan
diketahui bahwa penambahan garam yang banyak aktif adalah enzim dari
20%, 25%, dan 30% tidak berbeda aktivitas mikroba. Enzim protelitik
nyata pada taraf kepercayaan 95%. dapat mendegradasi protein dan lemak
Tabel 3 menunjukkan bahwa yang dapat menghasilkan senyawa cita
pada penambahan garam 20% rasa dan bau khas peda (Pusdik KP,
menghasilkan nilai tertinggi yaitu 7,5 2015).
dibandingkan dengan peda dengan Nilai tekstur
penambahan garam 15%, 25%, dan
30%. Dilihat dari Tabel 6, nilai rasa Hasil penelitian terhadap nilai
mengalami penurunan saat konsentrasi tekstur peda ikan kembung lelaki dapat
garam ditambahkan. Hal tersebut berarti dilihat pada Tabel 4 berikut.
semakin tinggi konsentrasi garam yang
diberikan maka semakin asin rasa yang
diberikan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Rahmani et al.,
Tabel 4. Nilai tekstur disiangi yaitu pada penambahan garam
Kelompok
Konsentrasi
25% yaitu 7,3 dengan kriteria spesifik
Disiangi Tanpa
Garam
(P1) disiangi
Rata-rata padat dan kurang kompak. Dilihat dari
(P2) kedua kelompok tersebut diketahui
15% (K15) 7,8 ± 0,71 6,2 ± 0,62 7,0ab ± 1,13
20% (K20) 7,4 ± 0,65 6,4 ± 0,86 6,9a ± 0,74 bahwa peda yang terbuat dari ikan yang
25% (K25) 8,5 ± 0,51 7,3 ± 0,90 7,9c ± 0,85
30% (K30) 8,1 ± 0,73 6,9 ± 0,91 7,5bc ± 0,85 disiangi lebih disukai oleh konsumen.
Rata-rata : 8,0 ± 0,48 6,7 ± 0,52 7,3 ± 0,48 Ditambahkan bahwa jumlah garam yang
Keterangan: Angka-angka yang diikuti ideal untuk penggaraman ikan yang
huruf yang sama berarti berukuran sedang berkisar antara 15%-
tidak berbeda nyata pada 25% dari berat ikan sesudah disiangi
tingkat kepercayaan 95% (Moelyanto, 1982 dalam Tumbelaka,
2013).
Hasil dari analisis variansi Beberapa hal yang dapat
diketahui bahwa pada tingkat mempengaruhi kecepatan penetrasi
kepercayaan 95% nilai Fhit (16,25) > Ftab garam ke dalam tubuh ikan adalah kadar
(9,28) yang berarti H0 ditolak terhadap lemak ikan, ketebalan daging,
rata-rata nilai tekstur peda ikan temperatur ikan, dan konsentrasi larutan
kembung lelaki. Hal ini berarti pada garam (Ira, 2008). Peda yang dihasilkan
taraf 95% ada satu atau lebih dari rata- pada penelitian dengan ikan yang
rata perlakuan yang berbeda dengan disiangi memiliki konsistensi tekstur
yang lainnya. Berdasarkan hasil uji yang baik. Hal tersebut dipengaruhi
lanjut BNJ diketahui bahwa peda oleh kadar air dan aktivitas air bahan
dengan penambahan garam 30% tidak serta kandungan protein dan lemak
berbeda nyata dengan penambahan bahan (Poernomo, 1995).
garam 15% dan 25%. Selanjutnya
penambahan garam 15% juga tidak Uji Kimia
berbeda nyata dengan penambahan pH (Derajat keasaman)
garam 20%. Hasil penelitian terhadap derajat
Dari tabel tersebut dapat dilihat keasaman peda ikan kembung lelaki
bahwa nilai tekstur mengalami kenaikan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
yang tidak stabil. Nilai tekstur
mengalami penurunan pada konsentrasi Tabel 5. Hasil penelitian terhadap nilai
20% dan kembali naik pada konsentrasi derajat keasaman
\ Kelompok
25% dan kembali turun pada Konsentrasi Rata-rata
Disiangi (P1) Tanpa
konsentrasi garam 30%. Hal tersebut Garam
disiangi (P2)
kemungkinan dikarenakan perbedaan 15% (K15)
20% (K20)
6,40
6,27
± 0,00
± 0,06
6,27 ± 0,06
6,23 ± 0,06
6,33 ± 0,09
6,25 ± 0,02
ukuran ikan yang digunakan pada 25% (K25) 6,20 ± 0,10 6,03 ± 0,12 6,12 ± 0,12
30% (K30) 6,13 ± 0,06 6,07 ± 0,12 6,10 ± 0,05
penelitian sehingga garam tidak dapat Rata-rata : 6,25 ± 0,11 6,15 ± 0,12 6,20 ± 0,11
masuk ke dalam daging ikan secara Data-data tersebut kemudian
merata. diolah menggunakan analisa variansi
Penilaian nilai tekstur peda yang dan hasilnya menunjukkan konsentrasi
terbuat dari ikan yang disiangi garam berbeda tidak berpengaruh
menghasilkan nilai tertinggi pada terhadap mutu peda ikan kembung
penambahan garam 25% yaitu 8,5 lelaki yang dibuktikan dengan nilai Fhit
dengan kriteria spesifik padat, kompak, (0,34) < Ftab (9,28) pada tingkat
lentur, dan cukup kering dibandingkan kepercayaan 95%. Tabel 5
yang lainnya. Nilai tekstur tertinggi menunjukkan bahwa nilai pH tertinggi
pada peda dengan ikan yang tidak dari peda yang terbuat dari ikan yang
disiangi pada penambahan garam 15% Tabel 5. Hasil penelitian terhadap nilai
yaitu 6,40 dibandingkan yang lainnya. aktivitas air
Konsentrasi Kelompok Rata-rata
Sedangkan nilai tertinggi pada peda Garam
Disiangi (P1) Tanpa disiangi
yang terbuat dari peda dengan ikan yang (P2)
tidak disiangi yaitu 6,27 dibandingkan 15% (K15) 0,77 ± 0,01 0,79 ± 0,01 0,78 ± 0,02
20% (K20) 0,75 ± 0,01 0,78 ± 0,00 0,77 ± 0,02
dengan yang lainnya. Nilai pH ikan 25% (K25) 0,76 ± 0,00 0,76 ± 0,01 0,76 ± 0,00
30% (K30) 0,74 ± 0,00 0,75 ± 0,00 0,75 ± 0,01
kembung lelaki sewaktu segar adalah Rata-rata : 0,76 ± 0,01 0,77 ± 0,02 0,76 ± 0,01
6,60 dan pada saat proses fermentasi
berlangsung selama seminggu, pH ikan Hasil analisa variansi
mengalami penurunan. menunjukkan bahwa konsentrasi garam
Hasil tersebut sesuai dengan berbeda tidak berpengaruh terhadap
penelitian Hasan et al.,(2008) aktivitas air pada peda ikan kembung
Hernandez-Herrero et al., (2002) dan lelaki yang dibuktikan dengan nilai Fhit
Siswanto et al., (2016). Menurut Hiu et (0,63) < Ftab (9,28) pada tingkat
al.,(1984) dalam Hasan et al.,(2008) kepercayaan 95%. Meskipun tidak
penurunan pH berkaitan erat dengan berpengaruh nyata, aktivitas air
pemecahan glikogen menjadi asam mengalami penurunan walaupun hanya
laktat pada tubuh ikan melalui proses sedikit saat penambahan konsentrasi
enzimatis dan aksi bakteri asam laktat. garam semakin tinggi. Tabel 5
Penurunan pH ikan juga dipengaruhi menunjukkan bahwa aktivitas air
oleh menurunnya bakteri aerobik. tertinggi pada peda yang terbuat dari
Penurunan bakteri aerobik ikan yang disiangi pada penambahan
mengakibatkan pelepasan jumlah garam 15% yaitu 0,77 dibandingkan
amonia juga berkurang yang diikuti yang lainnya. Sedangkan peda yang
dengan penggunaan asam amino oleh terbuat dari ikan yang tidak disiangi
mikroorganisme peransang fermentasi nilai tertinggi juga terdapat pada
(Anihouvi et al., 2007). Selanjutnya penambahan garam 15% yaitu 0,79
menurut Kilinc et al.,(2006) penurunan dibandingkan yang lainnya. Penurunan
nilai pH disebabkan meningkatnya aktivitas air disebabkan adanya proses
jumlah BAL, karena penurunan pH penggaraman ikan. Semakin besar
diduga adanya sejumlah besar asam jumlah konsentrasi garam yang
laktat yang dihasilkan oleh bakteri asam diberikan, maka aktivitas air akan
laktat dalam metabolismenya sehingga semakin menurun.
pH media menjadi asam. Menurut Penurunan aktivitas air juga
Desniar (2009), ciri-ciri peda yang baik dapat menambah daya simpan produk
adalah peda yang memiliki pH dikisaran karena air dalam tubuh ikan sudah
angka 6,0-6,4. Berdasarkan hasil ditarik keluar oleh garam sehingga
penelitian, kisaran pH pada produk yang dapat menghambat aktivitas bakteri
dihasilkan masih memenuhi standar pada produk dan menurunkan nilai aw
mutu peda yang baik karena masih peda (Karim, 2014). Selanjutnya
berada pada kisaran angka mutu yang menurut Fajri et al., (2014) kadar air
baik. dan aktivitas air pada bahan baku peda
serta kandungan lemak dan protein
Aktivitas air (Aw)
mempengaruhi terbentuknya tekstur
Hasil penelitian terhadap nilai maser pada peda dan menambah daya
aktivitas air peda ikan kembung lelaki simpan produk.
Jika nilai aw > 0,6 sangat
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
memungkinkan untuk mikroba tumbuh
dengan mudah. Sedangkan nilai aw > garam 25% tidak berbeda nyata dengan
0,95 maka produk akan lebih mudah penambahan garam 20% dan 30%.
rusak dan jika lebih tinggi lagi maka Berdasarkan Tabel 10 dapat
produk semakin beresiko. Pada kisaran dilihat bahwa nilai total bakteri halofilik
nilai aw 0,75-0,80, kebanyakan yang mengalami penurunan seiring dengan
tumbuh merupakan bakteri halofilik. penambahan konsentrasi garam. Nilai
Maka hasil dari pengukuran aktivitas air tertinggi terhadap total bakteri halofilik
menyatakan bahwa pada kondisi aw pada peda yang terbuat dari ikan yang
tersebut sangat memungkinkan bahwa disiangi ditunjukkan pada penambahan
bakteri yang tumbuh merupakan bakteri garam sebanyak 15% yaitu 9,3 x 104
halofilik yang tumbuh (Kusnandar, sel/gram dibandingkan yang lainnya.
2004). Garam mempengaruhi aktivitas Sedangkan nilai tertinggi terhadap total
air bahan, sehingga dapat bakteri halofilik peda yang terbuat dari
mengendalikan pertumbuhan. Garam ikan yang tidak disiangi ditunjukkan
bekerja dengan cara menaikkan tekanan pada penambahan garam sebanyak 15%
osmosis larutan sehingga menyebabkan dengan nilai 1,3 x 105 sel/gram
terjadinya plasmolisis. Akibatnya terjadi dibandingkan yang lainnya. Dari data
dehidrasi yang selanjutnya diikuti tersebut dapat diketahui bahwa total
dengan kematian mikroorganisme bakteri halofilik pada peda dengan ikan
(Tjahjadi, 2011). yang tidak disiangi lebih tinggi
dibandingkan peda dengan ikan yang
Uji Mikrobiologi disiangi. Selain itu, terjadi penurunan
Total bakteri halofilik total bakteri halofilik seiring dengan
penambahan konsentrasi garam.
Hasil penelitian terhadap total Hasil penelitian ini juga sejalan
bakteri halofilik peda ikan kembung dengan hasil penelitian Aristyan (2014),
lelaki dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. tentang kadar garam terhadap terasi
rebon dimana penurunan nilai Aw juga
Tabel 7. Total bakteri halofilik diikuti penurunan total bakteri halofilik.
Konsentrasi Kelompok Rata-rata
Garam Menurut Desniar et al., (2009),
Disiangi Tanpa
(P1) disiangi (P2) semakin tinggi kadar garam yang
15% (K15) 9,3 x 104 1,3 x 105 1,1 x 105c
20% (K20) 8,7 x 104 1,1 x 105 9,8 x 104bc digunakan pada produk fermentasi
25% (K25) 7,2 x 104 1,0 x 105 8,7 x 104ab maka total bakteri halofilik semakin
30% (K30) 6,5 x 104 9,5 x 104 8,0 x 104a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti berkurang dan semakin lama
huruf yang sama berarti penyimpanan total bakteri halofilik
tidak berbeda nyata pada juga ikut berkurang. Menurut
tingkat kepercayaan 95% Sprenger (1991) dalam Sedjati (2006),
Aw minimum untuk bakteri halofilik
Hasil analisa variansi adalah 0,75.
menunjukkan bahwa nilai Fhit(16,20) > Berdasarkan persyaratan mutu
Ftab(9,28) pada tingkat kepercayaan dan kemanan pangan ikan asin SNI 01-
95%. Hal ini berarti pada taraf 95% 2721-2009 bahwa batas maksimal
ada satu atau lebih dari rata-rata cemaran mikroba yaitu 1,0 x 105
perlakuan yang berbeda dengan yang koloni/gram. Oleh karena itu,
lainnya. Oleh karena itu, uji lanjut BNJ penambahan garam sebanyak 20%,
dilakukan. Setelah diuji lanjut BNJ 25%, dan 30% masih berada di bawah
didapatkan hasil yaitu penambahan ambang batas mutu peda yang baik.
Bakteri halofilik juga dapat memiliki
peranan negatif jika tumbuh secara ikan kembung lelaki dengan perlakuan
tidak terkontrol karena enzim yang terbaik yang didapat.
dihasilkannya akan terus merombak
protein sehingga daging ikan akan DAFTAR PUSTAKA
menjadi lembek dan hancur (Gildberg,
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan
1982 dan Hernandez-Herrero et al.,
Pengawetan Ikan. Bumi Aksara.
2002).
Jakarta.
Mikroba yang berperan selama
fermentasi peda dapat berasal dari ikan AOAC (Assosiation of Official
itu sendiri maupun dari garam yang Analytical Chemists). 2005.
digunakan (Rakhmawati, 2017). Official Methods of Analysis of
Penurunan total bakteri halofilik seiring The Assosiation of Analytical
dengan penambahan konsentrasi garam Chemists. Helrich, K. Editor.
berkaitan erat dengan turunnya nilai 15th ed. Arlington: Assosiation
aktivitas air yang dapat digunakan oleh Analytical Chemists. 1298 p.
mikroba untuk tumbuh dan
berkembang. Anihouvi, V.B., E.S., Dawson, G.S.,
Ayernor, dan J.D.,
KESIMPULAN DAN SARAN Hounhouigan. 2007.
Kesimpulan Microbiological Changes in
Naturallly Fermented Cassava
Hasil penelitian menunjukkan Fish (Pseudolithus sp.) for
bahwa ke empat taraf perlakuan yaitu Lanhoin Production.
dengan bahan baku disiangi dan bahan International J. Of Food
baku yang tidak disiangi berpengaruh Microbiology. 116: 287-291.
terhadap nilai kenampakan, aroma, rasa,
tekstur, dan total bakteri halofilik. tetapi Aristyan, I. 2014. Pengaruh Perbedaan
tidak berpengaruh pH dan aktivitas air. Kadar Garam Terhadap Mutu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Organoleptik dan Mikrobiologis
yaitu pada penambahan garam 20% Terasi Rebon (Acetes sp.).
pada peda yang terbuat dari ikan yang [Jurnal]. Teknologi Hasil
disiangi lebih disukai dengan Perikanan, Fakultas Perikanan
organoleptik rupa (utuh, bersih, rapi, dan Ilmu Kelautan, Universitas
menurut jenis), aroma (hampir netral Diponegoro. Semarang. 3(2):60-
dan sedikit bau tambahan), rasa (sangat 66.
enak, spesifik jenis, dan tanpa rasa Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
tambahan) dengan nilai pH 6.25, nilai 2006. Pengolahan Ikan dan
aw 0.77, dan total bakteri halofilik 9,8 x Hasil Laut. Jakarta.
104 sel/gram. Sedangkan untuk tekstur,
penambahan garam 25% lebih disukai Desniar, Poernomo, D dan Wijatur, W.
karena memiliki tekstur padat, kompak, 2009. Pengaruh Konsentrasi
lentur, dan cukup kering. Garam pada Peda ikan Kembung
Saran (Rastrelliger sp.) dengan
Fermentasi Spontan. [Jurnal
Berdasarkan hasil penelitian ini, Pengolahan Hasil Perikanan
penulis menyarankan agar dilakukan
indonesia Vol XII Nomor 1
penelitian lanjutan terhadap identifikasi
jenis-jenis bakteri halofilik pada peda Tahun 2009]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Karim, F.A., F. Swastawati, dan A.D.
Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anggo. 2014. Pengaruh
Perbedaan Bahan Baku
Fajri, Y., Sukarso, dan Dewa, A.C.R. Terhadap Kandungan Asam
2014. Fermentasi Ikan Kembung Glutamat Pada Terasi. Jurnal
(Rastrelliger sp.) dalam Pengolahan dan Bioteknologi
Hasil Perikanan. Vol. 3 No. 4,
Pembuatan Peda dengan
Hal. 51-58.
Penambahan Asam Laktat
(BAL) yang Terkandung dalam Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Terasi Empang pada Berbagai 2012. Kelautan dan Perikanan
Konsentrasi Garam. Jurnal dalam Angka 2011. Jakarta:
Pusat data statistik dan
Biologi Tropis Vol. 14 No. 2
informasi.
Hal. 153-161.
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Gaspersz V. 1995. Teknik Analisis 2015. Kelautan dan Perikanan
dalam Penelitian Percobaan. dalam Angka 2014. Jakarta:
Edisi Pertama. Penerbit Tarsito Pusat data statistik dan
: Bandung. informasi.

Hasan, B. 2008. Pengaruh Penyiangan Ketaren. 2005. Minyak dan Lemak


dan Suhu Fermentasi Terhadap Pangan. Jakarta : Penerbit
Pematangan Peda Kembung Universitas Indonesia. Halaman
(Restrelliger neglectus). Jurnal 284.
perikanan dan kelautan.1, 104- Kilinc B, Cakli S, Tolasa S, Dincer T.
117. 2006. Chemical, microbiological
Hernandez-herrero,M.M., A.X., Roig- and sensory changes associated
sagues, E.I., Lopez-sabater, dan with fish sauce processing.
J.J, Rondriguez-jerez. 2002. Journal of Food.
Influence of Raw Fish Quality http://download.portalgaruda.or
on Some Physicochemical and g/. Diakses 09 September 2020.
Microbial Characteristics as Lestary, M. 2007. Pemanfaatan Biji
Related to Ripening of Salted Picung (Pangium Edule Reinw.)
Anchovies (Engraulis dan Kitosan sebagai Alternatif
encrasicholus L). Journal of Pengganti Formalin pada Proses
Food Science Vol. 67 No.7 Hal. Pengawetan Ikan Cucut
2631-2640. (Charcharimus Sp.) Asin di
Ira. 2008. Kajian Pengaruh Berbagai Muara Angke, Jakarta Utara.
Kadar Garam Terhadap Menajang, J.I. 1988. Aspek
Kandungan Asam Lemak Mikrobiologi dalam Pembuatan
Esensial Omega-3 Ikan Peda Ikan Kembung
Kembung (Rastrelliger Perempuan(Rastrelliger
kanaguarta) Asin Kering. neglectus). Skripsi Sarjana.
Skripsi: Fakultas Pertanian, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Universitas Sebelas Maret:
Surakarta.
Poernomo, H. 1995. Aktivitas Air dan Mutu Ikan Teri (Stolephorus
Peranannya dalam Pengawetan heterolobus) Asin Kering
Pangan. Jakarta: UI-Press. Selama Penyimpanan Suhu
Kamar. [Tesis]. Program
Pusat Pendidikan dan Kelautan. 2015. Studi Magister Manajemen
Modul : Mengolah Produk Sumberdaya Pantai. Universitas
Perikanan dengan Fermentasi. Diponegoro, Semarang.
Jakarta.
Siswanto, A., Sumardianto, dan
Rahayu, W. 1998. Teknologi Romadhon. 2016. Pengaruh
Fermentasi Pusat Antar Perbedaan Konsentrasi Garam
Universitas Pangan dan Gizi. pada Ikan Peda Kembung
Bogor: IPB. (Rastrelliger sp.) terhadap
Jumlah Bakteri Penghasil Asam
Rahmani, Yunianta dan Martati, E.
sebagai Penghambat
2007. Pengaruh Penggaraman
Pertumbuhan Staphylococcus
Basah terhadap Karakteristik
aureus dan Escherichia coli.
Produk Ikan Asin Gabus
Jurnal Pengolahan dan
(Ophiocephalus striatus). [Jurnal
Bioteknologi Hasil Perikanan
Teknologi Pertanian, Vol.8
Vol. 6 No. 2 Th. 2017 Hal. 17-
No.3]. Teknologi Hasil
23.
Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang. Speck, M.L. 1976. Compendium of
Methods for The
Rakhmawati, L. 2017. Pengolahan Hasil
Microbiological Examination of
Perikanan Tradisional.
Foods. American Public Health
Kementerian Pendidikan dan
Assosiation, Inc. Whasington,
Kebudayaan: Jakarta.
D.C.
Reo, A.R. 2013. Mutu Ikan Kakap Syarief, R. dan Halid, H. 1993.
Merah yang Diolah dengan Teknologi Penyimpanan Pangan.
Menggunakan Perbedaan Penerbit Arcan. Jakarta.
Konsentrasi Larutan Garam dan Kerjasama dengan Pusat Antar
Lama Pengeringan. Jurnal Universitas Pangan Dan Gizi
Perikanan dan Kelautan Tropis IPB.
Vol. 11 -1 April . Universitas
Sam Ratulangi Manado. Tjahjadi, C. dan Herlina M. 2011.
Sulawesi Utara. Pengantar Teknologi Pangan.
Universitas Padjajaran.
Rinto, Arafah, E., Utama, dan B., Bandung.
Susila. 2009. Kajian Keamanan
Pangan (Formalin, Garam Dan Tumbelaka, R.A., A.S., Naiu, dan F.A.,
Mikrobia) Pada Ikan Sepat Asin Dali. 2013. Pengaruh
Produksi Indralaya. Jurnal Konsentrasi Garam dan Lama
Pembangunan Manusia. Volume Penggaraman terhadap Nilai
8 Nomor 2 Tahun 2009. Hedonik Ikan Bandeng (Chanos
chanos) Asin Kering. Jurnal
Sedjati, S. 2006. Pengaruh Ilmiah Perikanan dan Kelautan
Konsentrasi Khitosan Terhadap Vol.1 No. 1 Hal. 48-54

Anda mungkin juga menyukai