Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH KIMIA FISIKA

SIFAT KOLIGATIF DAN


LARUTAN

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1.Anis Wahyu Ningsih
2.Letri Yose Des Mellani
3.Nadia Zaky Fadillah
4.Rahmad Fajar
5.Roro Rizqi Ramadhani
Azizah
Dosen Pembimbing : Idha Silviyati

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI KIMIA


INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK KIMIA

0
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Kimia
Fisika dengan judul Sifat Koligatif dan Larutan ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada seluruh pihak, terutama
kepada Ibu Idha Silviyati. selaku dosen mata kuliah Kimia Fisika Politeknik Negeri
Sriwijaya yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai titrasi iodometri dan permanganometri.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Palembang, Marer 2017

Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi
partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan meliputi tekanan uap,
penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik. Sifat koligatif terutama
penurunan titik beku dan tekanan osmosis memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan
sehari-hari.

Beberapa penerapan penurunan titik beku dapat mempertahankan kehidupan selama


musim dingin. Penerapan tekanan osmosis ditemukan di alam, dalam bidang kesehatan, dan
dalam ilmu biologi adapun penerapanya pada Hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim
dingin, seperti beruang kutub, mereka memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan penurunan
titik beku untuk bertahan hidup. Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku yang
mempu menurunkan titik beku air hingga 0,8oC.

Dengan demikian, ikan laut dapat bertahan di musim dingin yang suhunya mencapai
1,9oC karena zat antibeku yang dikandungnya dapat mencegah pembentukan kristal es dalam
jaringan dan selnya. Hewan-hewan lain yang tubuhnya mengandung zat antibeku antara lain
serangga , ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga mengandung gliserol dan dimetil
sulfoksida, ampibi mengandung glukosa dan gliserol darah sedangkan nematoda mengandung
gliserol dan trihalose. Berikut ini penjelasan mengenai penerapan sifat koligatif larutan dalam
kehidupan sehari-hari.

1.2. Rumusan masalah

1. Bagaimana pengertian sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non
elektrolit ?
2. Bagaimana sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit penting
untuk kehidupan kita ?
3. Bagaimana contoh larutan yang termasuk kedalam sifat koligatif larutan elektrolit dan
sifat koligatif larutan non elektrolit?

2
1.3. Maksud dan Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu memahami arti dari sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat
koligatif larutan nonelektrolit.
2. Agar mahasiswa mampu memahami sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif
larutan nonelektrolit penting untuk kehidupan kita
3. Agar mahasiswa mampu memahami contoh larutan yang termasuk kedalam sifat koligatif
larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit.

BAB II
PEMBAHASAN

3
2.1. Pengenalan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit

Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan
masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas
zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan
dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang
akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan tersebut bersifat
elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat ion larutan tersebut bersifat non
elektrolit.

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan non
elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh lain adalah, bila
NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion positif dan ion negatif. Ion positif yang
dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif yang dihasilkan dinamakan anion. Larutan NaCl
adalah contoh larutan elektrolit.

Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai menjadi ion
tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh larutan elektrolit
maupun non elektrolit. Contoh larutan elektrolit: larutan garam dapur, larutan cuka makan,
larutan asam sulfat, larutan tawas, air sungai, air laut. Contoh larutan non elektrolit adalah
larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, larutan glukosa.

2.2. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Sifat-Sifat Koligatif Larutan

Adalah sifat larutan encer yang tidak mudah menguap dan hanya tergantung pada
jumlah partikel zat terlarut, tidak tergantung pada jenis zat terlarut.
Adalah sifat dari larutan yang bergantung pada jumlah volume pelarut dan bukan pada
massa partikel.
Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan
sifat koligatif larutan non elektrolit. Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat
terlarut

4
(Gambar .1)

Maka akan didapat suatu larutan yang mengalami:


Penurunan tekanan uap jenuh
Kenaikan titik didih
Penurunan titik beku
Tekanan osmotik
Di dalam suatu larutan banyaknya partikel ditentukan oleh konsentrasi larutan dan
sifat larutan itu sendiri.
Jumlah partikel yang ada dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah
partikel yang ada dalam larutan elektrolit, walaupun keduanya mempunyai
konsentrasi yang sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit dapat terurai menjadi
ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak dapat terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dapat dibedakan atas sifat koligatif larutan
non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu
sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut :

Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan


Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan
zat terlarut.

5
Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit

Sifat koligatif larutan non elektrolit sangat berbeda dengan Sifat koligatif larutan
elektrolit, disebabkan larutan non elektolit tidak dapat mengurai menjadi ion ion nya. Maka
Sifat koligatif larutan non elektrolit dapat di hitung dengan menghitung tekanan uap, titik
didih, titik beku, dan tekanan osmosis.

Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan
dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya, berbanding langsung dengan
konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut
larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer.

Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada interaksi
antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut
pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.

a. Penurunan Tekanan Uap

Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas. Ada
kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan dari
setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika
suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk
melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam
cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan,
maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karena sebagian yang lain penguapannya
dihalangi oleh zat terlarut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap cairan
tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas permukaan
cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan
mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan
terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh.

6
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan
tekanan uap.

Bila kita memanaskan air (atau zat yang dapat menguap lainnya) dalam ketel yang
tertutup, maka ketika air mendidih tutup ketel dapat terangkat, mengapa hal ini terjadi? Apa
sebenarnya yang menekan tutup ketel tersebut, air atau uap airnya? Dalam ruang tertutup air
akan menguap sampai ruangan tersebut jenuh,yang disertai dengan pengembunan sehingga
terjadi kesetimbangan air dengan uap air.

Perhatikan gambar berikut:

Kesetimbangan uap jenuh air

Terjadinya uap air ini akan menimbulkan tekanan sehingga menekan ketel. Ketika air
mendidih (suhu 100C)banyak air yang menguap sehingga tekanan yang ditimbulkan lebih
besar hingga tutup ketel terangkat. Tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh air ini disebut
tekanan uap jenuh air.

Besarnya tekanan uap jenuh untuk setiap zat tidak sama, bergantung pada jenis zat dan
suhu. Zat yang lebih sukar menguap, misalnya glukosa, garam,gliserol memiliki uap yang
lebih kecil dibanding zat yang lebih mudah menguap, misalnya eter.Bila suhu dinaikkan,
energi kinetik molekul-molekul zat bertambah sehingga semakin banyak molekul-molekul
yang berubah menjadi gas, akibatnya tekanan uap semakin besar. Perhatikan tekanan uap
jenuh air pada berbagai suhu pada,Tabel berikut:

Tabel. Tekanan Uap Jenuh Air pada Berbagai Suhu

7
Apakah yang dapat Anda simpulkan dari tabel tersebut?

Apa yang terjadi terhadap tekanan uap bila ke dalam air (pelarut) ditambahkan zat
terlarut yang sukar menguap?

Bila zat yang dilarutkan tidak mudah menguap, maka yang menguap adalah
pelarutnya, sehingga adanya zat terlarut menyebabkan partikel pelarut yang menguap
menjadi berkurang akibatnya terjadi penurunan tekanan uap. Jadi, dengan adanya zat terlarut
menyebabkan penurunan tekanan uap. Dengan kata lain tekanan uap larutan lebih rendah
dibanding tekanan uap pelarut murninya.

Sejak tahun 1887 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara
tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya
tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut
murninya.

8
Penurunan tekanan uap yang terjadi merupakan selisih dari tekanan uap jenuh pelarut
murni (P) dengan tekanan uap larutan (P).

Tekanan uap larutan ideal dapat dihitung berdasar hukum Raoult

Adapun bunyi hukum Raoult yang berkaitan denganpenurunan tekanan uap adalah sebagai
berikut.

a. Penurunan tekanan uap jenuh tidak bergantung pada jenis zat yang dilarutkan, tetapi
tergantung pada jumlah partikel zat terlarut.

b. Penurunan tekanan uap jenuh berbanding lurus dengan fraksi mol zat yang dilarutkan.

Hukum Raoult tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

P = Xt . Po

Keterangan:

P = penurunan tekanan uap jenuh pelarut

Xt= fraksi mol zat terlarut

P = tekanan uap pelarut murni

Karena Xt + Xp = 1, maka: Xt = 1 - Xp, sehingga:

P = Xt . Po

Po - P = (1 - Xp) Po

Po - P = Po - Xp . Po

9
- P = Po - Po - Xp . Po

P = Xp . Po

Keterangan : P = penurunan tekanan uap

XP = fraksi mol pelarut

Xt= fraksi mol terlarut

P = tekanan uap jenuh pelarut murni

P = tekanan uap larutan

b. Kenaikan Titik Didih Larutan (Tb) dan Penurunan Titik Beku Larutan (Tf)

Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik didih
larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya berlaku pada titik
beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut.
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang menguap.
Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan uap
yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan
zat cair tersebut sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika
tekanan uap diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada
saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari
larutan tersebut.

Pernahkah Anda mengukur suhu air mendidih dan air membeku?


Bagaimana bila air yang dididihkan/dibekukan diberi zat terlarut, lebih rendah, sama,
atau lebih tinggi titik didih dan titik bekunya dibanding titik didih dari titik beku air?
Hubungan tekanan uap jenuh larutan dengan tekanan uap jenuh komponen-komponen
pada larutan ideal (larutan-larutan encer) dapat digambarkan sebagai diagram seperti pada
Gambar berikut.

10
Gambar .2

Garis mendidih air digambarkan oleh garis CD, sedangkan garis mendidih larutan
digambarkan oleh garis BG. Titik didih larutan dinyatakan dengan Tb1, dan titik didih pelarut
dinyatakan dengan Tbo. Larutan mendidih pada tekanan 1 atm.

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa titik didih larutan (titik G) lebih tinggi
daripada titik didih air (titik D). Selisih titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni
disebut kenaikan titik didih ( Tb ).

Tb = titik didih larutan titik didih pelarut

Menurut hukum Raoult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali
dari Molalitas larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal (Kb).

Oleh karena itu, kenaikan titik didih dapat dirumuskan seperti berikut:

g 1000
Tb = Kb.m dan m = Mr x P

Maka:
g 1000
Tb = Kb. Mr x P

11
Keterangan:

Tb= kenaikan titik didih

Kb = tetapan titik didih molal

m = molalitas larutan

g = massa zat terlarut

Mr = massa molekul relatif zat terlarut

P = massa pelarut

Berdasarkan gambar di atas (gambar 2), dapat dilihat bahwa tekanan uap larutan lebih
rendah daripada tekanan uap pelarut murni. Hal ini menyebabkan titik beku larutan lebih
rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut murni. Selisih temperatur titik beku pelarut
murni l dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (Tf).

Tf= titik beku pelarut titik beku larutan

g 1000
Tf = Kf.m m = Mr x p

Maka:
g 1000
Tf = Kf. Mr x p

Keterangan:

T f = penurunan titik beku

Kf = tetapan titik beku molal

M = molalitas larutan

g = massa zat terlarut

Mr = massa molekul relatif zat terlarut

P = massa pelarut

12
b. Tekanan Osmotik

Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya penting
dalam transfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut semipermiabel, yang
membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar seperti protein dan
karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul
zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding
semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik
disebut tekanan osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan
memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan
sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan hipotonis
ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat dihentikan jika diberi
tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut tekanan osmotik. Tekanan osmotik
dirumuskan, berdasarkan persamaan gas ideal :

PV = nRT

Maka tekanannya :

P = nRT
V

Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan , dari persamaan diatas dapat diperoleh :

= nRT

Atau

=MRT

Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan ini
terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat terlarut

13
jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor
Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :

= tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)

Tetapan titik beku molal (Kf)

Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC)

Air 0 1,86

Benzena 5,4 5,1

Fenol 39 7,3

Naftalena 80 7

Asam asetat 16,5 3,82

Kamfer 180 40

Nitrobenzena 5,6 6,9

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan
elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai
menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan
demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat
koligatif larutan elektrolit.
Dalam sistem analisis, dikenal larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai
konsentrasi terlarut tinggi, larutan isotonic yaitu dua larutan yang mempunyai konsentrasi
terlarut sama, dan larutan hipotonik yaitu larutan dengan konsentrasi terlarut rendah. Air
kelapa merupakan contoh larutan isotonik alami. Secara ilmiah, air kelapa muda mempunyai
komposisi mineral dan gula yang sempurna sehinggga memiliki kesetimbangan elektrolit
yang nyaris sempurna setara dengan cairan tubuh
manusia. Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam.
Contoh bintang laut dan kepiting memiliki cairan sel yang bersifat isotonik dengan
lingkungannya. Jika cairan sel bersifat hipotonik maka sel tersebut akan mendapatkan banyak
air. Tetapi jika sel berada pada larutan hipertonik maka sel akan kehilangan banyak molekul
air.

14
Jika tekanan yang diberikan pada larutan lebih besar dari tekanan osmosis, maka pelarut
murni akan keluar dari larutan melewati membran semipermeabel. Peristiwa ini disebut
osmosis balik (reverse osmosis), misalnya pada proses pengolahan untuk memperoleh air
tawar dari air laut.

Sifat Koligatif Larutan Elektrolit


Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil perhitungan
dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas. Perbandingan antara sifat
koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat
koligatif larutan non elektrolit, menurut Vant Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbol i (i
= tetapan atau faktor Vant Hoff ). Dengan demikian dapat dituliskan:

i = sifat koligatif larutan eklektrolit dengan kosentrasi m / sifat koligatif larutan nonelektrolit
dengan kosentrasi m

Keterangan:

n = jumlah seluruh ion zat elektrolit (baik yang + maupun -)

= derajat ionisasi larutan elektrolit (untuk elektrolit kuat = 1)

Sifat koligatif larutan elektrolit dirumuskan sebagai berikut:

15
a. P = Xt . Po. i
b. Tf = m Kf . i
c. Tb = m Kb . i
d. =M.R.T.i

keterangan:

i = 1 + (n-1)

n = jumlah ion

= derajat ionisasi

Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan banyak ion Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
2. Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
3. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak, lampu
menyala
4. Penghantar listrik yang baik
5. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
6. Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HF); basa kuat (NaOH,
Ca(OH)2, Mg(OH)2, LiOH), garam NaCl

Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan sedikit ion


2. Molekul netral dalam larutan banyak
3. Terionisasi hanya sebagian kecil
4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit, lampu tidak
menyala
5. Penghantar listrik yang buruk
6. Derajat ionisasi mendekati 0
7. Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut), basa lemah
(Al(OH)3, NH4OH), garam NH4CN

Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Tidak menghasilkan ion


2. Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya

16
3. Tidak terionisasi Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung,
dan lampu tidak menyala
4. Derajat ionisasi = 0 Contohnya adalah larutan gula, larutan alcohol, bensin, larutan urea.

2.3. Koloid

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat
atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium
pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan heterogen
terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase)
peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran
yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya
larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah
campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran,
contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.

Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud
dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh
lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna
(padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid
yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dan lain-lain.

Sistem Koloid

Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu


bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen
namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki
oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo,


serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-
hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi
kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.

17
Sistem koloid berhubungan dengan proses prose di alam yang mencakup
berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup,
yaitu makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh
tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga
protoplasma dalam sel sel makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga
proses proses dalam sel melibatkan sitem koloid.

Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur
secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik,
serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es
krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai rasa yang beragam, es krim
tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Kesemuanya
merupakan contoh koloid. Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya
polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu.
Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem
koloid. Mineral mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh
tumbuh tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan
mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang
melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang
mobil yang menghasilkan cahaya warna merah merupakan sistem koloid.

Jenis-jenis Koloid

Koloid merupakan suatu sistem campuran metastabil (seolah-olah stabil,


tapi akan memisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan;
larutan bersifat stabil. Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai
berikut :

Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid

Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid

Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3,


yaitu:

1. Sol (fase terdispersi padat)


a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam

18
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran

2. Emulsi (fase terdispersi cair)


a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk

3. Buih (fase terdispersi gas)


a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi
sama-
sama berupa gas, campurannya tergolong larutan.

Sifat-sifat Koloid Sol

1. Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak


lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid
dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel
tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan
gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut
dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown),
sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak
brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu
sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran
partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah

19
gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat
gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair
dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin
tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-
partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

2. Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh


partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang
cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang
ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut
tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar
kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan
sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil
sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

3. Adsorpsi koloid

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain
pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan
partikel. Dimana partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas,
maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada
permukaan zat padat tersebut. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah
fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas
permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut.

Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-


partikel pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau
anion) karena mempunyai permukaan yang sangat luas. Contoh : (i) Koloid

20
Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid
As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

4. Muatan koloid sol

Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel


koloid memiliki muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak
menolak antar partikel koloid. Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga
memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara keseluruhan
bersifat netral. Berikut penjelasan tentang sumber muatan koloid, kestabilan,
lapisan bermuatan ganda, elektroforesis koloid sol, dan proses proses lainnya
pada koloid sol :

Sumber Muatan Koloid Sol

Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu :


Proses adsorpsi Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase
pendispersinya. Jenis muatan tergantung dari jenis partikel yang bermuatan.
Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium
pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel sol As2S3
mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.
Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan
mengadsorpsi Ag+ sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol
AgCI akan mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif.

Proses ionisasi gugus permukaan partikel

Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-


gugus yang ada pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid
protein dan koloid sabun/ deterjen. Berikut penjelasannya:

Koloid protein

Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat
asam (-COOH) dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan
memberikan muatan pada molekul protein. Pada ph rendah , gugus basa NH2
akan menerima proton dan membentuk gugus NH3. Ph tinggi, gugus COOH

21
akan mendonorkan proton dan membentuk gugus COO-. Pada ph intermediet
partikel protein bermuatan netral karena muatan NH3+ dan COO- saling
meniadakan.

Koloid sabun dan deterjen

Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk


partikel berukuran koloid yang disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung
secara spontan dalam suatu fase pendispersi dan membentuk partikel berukuran
koloid disebut koloid terasosiasi.

Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+. Anion R-COO-


terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor non-polar tidak
larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.

Kestabilan Koloid

Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan


koloid, yaitu sebagai berikut :

Gaya pertama ialah gaya tarik menarik yang dikenaln dengan gaya
London Van der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel partikel koloid
berkumpul membentuk agregat dan akhirnya mengendap.

Gaya kedua ialah gaya tolak menolak. Gaya ini terjadi karena
pertumpangtindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan sama. Gaya tolak
menolak tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil.

Gaya ketiga ialah gaya tarik menarik antara partikel koloid dengan
medium pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya
agregasi partikel koloid dan gaya ini juga dapat meningkatkan kestabilan sistem
koloid secara keseluruhan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan


permukaan koloid. Besarnya muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh
konsentrasi elektrolit dalam medium pendispersi. Penambahan kation pada
permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menetralkan muatan
tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.

Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk


penggunaannya. Contoh: es krim, tinta, cat. Untuk itu digunakan koloid lain yang

22
dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut
koloid pelindung. Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.

Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat
yang dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun
deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.

Lapisan Bermuatan Ganda

Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis


yang didapatkannya dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya.
Apabila dalam larutan ditambahkan larutan yang berbeda muatan dengan
system koloid, maka sistem koloid itu akan menarik muatan yang berbeda
tersebut sehingga membentuk lapisan ganda.

Lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan partikel koloid


menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dari medium pendispersi.
Sedangkan lapisan kedua berupa lapisan difusi dimana muatan dari medium
pendispersi terdifusi ke partikel koloid. Model lapisan berganda tersebut
tijelaskan pada lapisan ganda Stern. Adanya lapisan ini menyebabkan secara
keseluruhan bersifat netral.

Elektroforesis

Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion


atau partikel koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan
listrik. Yaitu, pergerakan partikel partikel koloid dalam medan listrik ke masing
masing elektrode. Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan
asap hasil industri dengan alat Cottrell.

Koagulasi

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.


Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:

1. Mekanik. Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau


pengadukan cepat.

2. Kimia. Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam). Contoh: susu
+ sirup masam > menggumpal lumpur + tawas > menggumpal

23
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang
berlawanan. Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika
dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.

Koloid Liofol dan Liofob

Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium


pendispersinya, kita mengenal dua macam koloid :

Koloid liofil yaitu koloid yang senang cairan (bahasa Yunani : liyo =
cairan; philia = senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan,
sehingga terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil
adalah kanji, protein, dan agar-agar.
Koloid liofob yaitu koloid yang benci cairan (phobia = benci). Partikel koloid
tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan
sol logam.

Ciri cirinya:

1. Sol Liofil

Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan


medium terdispersinya

Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan

Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat


proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang
teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak
saling bergabung

Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi

Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit

Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan


koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan
medium pendispersinya.

Memberikan efek Tyndall yang lemah

Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekal

24
2. Sol Liofob

Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium
pendisperinya

Memiliki muatan positif atau negative

Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya.


Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan
listrik

Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi

Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai


muatan

Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah
menjadi sol

Memberikan efek Tyndall yang jelas

Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel

Koloid Emulsi

Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium
pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi:
Emulsi Gas

Emulsi gas dapat disebut juga aerosol cair yang adalah emulsi dalam
medium pendispersi gas. Pada aerosol cair, seperti; hairspray dan obat nyamuk
dalam kemasan kaleng, untuk dapat membentuk system koloid atau
menghasilkan semprot aerosol yang diperlukan, dibutuhkan bantuan bahan
pendorong/ propelan aerosol, anatar lain; CFC (klorofuorokarbon atau Freon).
Aerosol cair juga memiliki sifat-sifat seperti sol liofob; efek Tyndall, gerak Brown,
dan kestabilan denganmuatan partikel. Contoh: dalam hutan yang lebat, cahaya
matahari akan disebarkan oleh partikel-partikel koloid dari sistem koloid kabut
merupakan contoh efek Tyndall pada aerosol cair.

25
Emulsi Cair

Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat
saling melarutkan, dapt juga disebut zat cair polar &zat cair non-polar. Biasanya
salah satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainnya; minyak (zat cair
non-polar). Emulsi cair itu sendiri dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu;
emulsi minyak dalam air (cth: susu yang terdiri dari lemak yang terdispersi
dalam air,jadi butiran minyak di dalam air), atau emulsi air dalam minyak (cth:
margarine yang terdiri dari air yang terdispersi dalam minyak, jadi butiran air
dalam minyak).
Beberapa sifat emulsi yang penting:

Demulsifikasi

Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses


sentrifugasi, pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat
pengemulsi. Krim atau creaming atau sedimentasi dapat terbentuk pada proses
ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai pada emulsi minyak dalam air, apabila
kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel minyak akan naik ke atas
membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air dalam
minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air akan turun
ke bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses
demulsifikasi dengan penmabahan elektrolit untukmemisahkan karet dalam
lateks yang dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau asam
asetat (CH3COOH).

Pengenceran

Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat


diencerkan. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan
membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan
jenis emulsi.

Emulsi Padat atau Gel

Gel adalah emulsi dalam medium pendispersi zat padat, dapat juga
dianggap sebagai hasil bentukkan dari penggumpalan sebagian sol cair. Partikel-

26
partikel sol akan bergabung untuk membentuk suatu rantai panjang pada proses
penggumpalan ini. Rantai tersebut akan saling bertaut sehingga membentuk
suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam
lubang-lubang struktur tersebut. Sehingga, terbentuklah suatu massa berpori
yang semi-padat dengan struktur gel. Ada dua jenis gel, yaitu:

Gel elastic

Karena ikatan partikel pada rantai adalah adalah gaya tarik-menarik yang
relatif tidak kuat, sehingga gel ini bersifat elastis. Maksudnya adalah gel ini
dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan dapat kembali ke bentuk awal bila
gaya tersebut ditiadakan. Gel elastis dapat dibuat dengan mendinginkan sol iofil
yang cukup pekat. Contoh gel elastis adalah gelatin dan sabun.

Gel non-elastis

Karena ikatan pada rantai berupa ikatan kovalen yang cukup kuat, maka
gel ini dapat bersifat non-elastis. Maksudnya adalah gel ini tidak memiliki sifat
elastis, gel ini tidak akan berubah jika diberi suatu gaya. Salah satu contoh gel
ini adalah gel silica yang dapat dibuat dengan reaksi kia; menambahkan HCl
pekat ke dalam larutan natrium silikat, sehingga molekul-molekul asam silikat
yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel silika.

Beberapa sifat gel yang penting adalah:

Hidrasi

Gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk


awalanya, tetapi sebaliknya, gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali
menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair.

Menggembung (swelling)

Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila


dicelupkan ke dalam zat cair. Sehingga volum gel akan bertambah dan
menggembung.

Sineresis

27
Gel anorganik akan mengerut bila dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut,
dan proses ini disebut sineresis.

Tiksotropi

Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi sol cair apabila diberi agitasi
atau diaduk. Sifat ini disebut tiksotropi. Contohnya adalah gel besi oksida, perak
oksida, dsb.

Koloid Buih

Buih adalah koolid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi
zat cair atau zat padat. Baerdasarkan medium pendisperasinya, buih
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Buih Cair (Buih)

Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan
medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa
udara atao karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat
diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah
antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu
kestabilan.

Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem
kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-
fase dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih
cair memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh
kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata.
Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk
hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah
polihedral.

Beberapa sifat buih cair yang penting:

Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena:

pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan


gas dan zat cair yang jauh berbeda,

28
terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar
akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi
lebih besar,

- rusaknya film antara dua gelembung gas.

Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang
diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya
tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi
deformasi.

2.4 Diagram Biner

Pengertian Diagram Fasa


Diagram Fasa adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dimana
terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan yang lambat dengan kadar
karbon. Tidak seperti struktur logam murni yang hanya dipengaruhi oleh suhu, sedangkan
struktur paduan dipengaruhi oleh suhu dan komposisi. Pada kesetimbangan, struktur paduan
ini dapat digambarkan dalam suatu diagram yang disebut diagram fasa (diagram
kesetimbangan) dengan parameter suhu (T) versus komposisi (mol atau fraksi mol). Diagram
fasa khususnya untuk ilmu logam merupakan suatu pemetaan dari kondisi logam atau paduan
dengan dua variabel utama umumnya (Konsentrasi dan temperatur). Diagram fasa secara
umum dipakai ada 3 jenis :
a. Diagram fasa tunggal/Uner ( 1 komponen/ Komposisi sama dengan Paduan )
b. Diagram fasa Biner ( 2 komponen unsur dan temperatur)
c. Diagram fasa Terner ( 3 komponen unsur dan temperatur)

Diagram fasa tunggal memiliki komposisi yang sama dengan paduan, misalnya timbal
dan timah. Diagram fasa biner misalnya paduan kuningan ( Cu-Zn), (Cu-Ni) dll. Diagram
fasa terner misalnya paduan stainless steel (Fe-Cr-Ni) dll. Diagram pendinginan merupakan
diagram yang memetakan kondisi struktur mikro apa yang anda akan dapatkan melalui dua
variabel utama yaitu ( Temperatur dan waktu) disebut juga diagram TTT atau juga dua
variabel utama yaitu (temperatur dan cooling rater) disebut juga diagram CCT. Diagram ini
berguna untuk mendapatkan sifat mekanik tertentu dan mikrostruktur tertentu, Fasa bainit
misalnya pada baja hanya terdapat pada diagram TTT bukan diagram isothermal Fe-Fe3C.
Kegunaan Diagram Fasa adalah dapat memberikan informasi tentang struktur dan komposisi
fase-fase dalam kesetimbangan. Diagram fasa digunakan oleh ahli geologi, ahli kimia,

29
ceramists, metallurgists dan ilmuwan lain untuk mengatur dan meringkas eksperimental dan
data pengamatan serta dapat digunakan untuk membuat prediksi tentang proses-proses yang
melibatkan reaksi kimia antara fase.

Komponen Diagram Fasa


Komponen umum diagram fasa adalah garis kesetimbangan atau batas
fase, yang merujuk pada baris yang menandai kondisi di mana beberapa fase dapat hidup
berdampingan pada kesetimbangan. Fase transisi terjadi di sepanjang garis dari
ekuilibrium. Titik tripel 2 adalah titik pada diagram fase di mana garis dari ekuilibrium
berpotongan. Tanda titik tripel kondisi di mana tiga fase yang berbeda dapat ditampilkan
bersama. Sebagai contoh, diagram fase air memiliki titik tripel tunggal yang sesuai dengan
suhu dan tekanan di mana padat, cair, dan gas air dapat hidup berdampingan dalam keadaan
kesetimbangan yang stabil. Titik solidus adalah Garis yang memisahkan bidang semua cairan
dari yang ditambah cairan kristal. Titik likuidus adalah Garis yang memisahkan bidang semua
cairan dari yang ditambah cairan kristal. Temperatur di atas mana zat tersebut stabil dalam
keadaan cair. Terdapat sebuah kesenjangan antara solidus dan likuidus yang terdiri dari
campuran kristal dan cairan.

Kesetimbangan Fasa
Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut sebagai sistem.
Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen yang saling bersentuhan
dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut sebagai fasa dapat dipisahkan secara
mekanik. Tekanan dan temperatur menentukan keadaan suatu materi kesetimbangan fasa dari
materi yang sama. Kesetimbangan fasa dari suatu sistem harus memenuhi syarat berikut :
a. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama
b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain
c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama

Kesetimbangan fasa dikelompokan menurut jumlah komponen penyusunnya yaitu sistem


satu komponen, dua komponen dan tiga komponen Pemahaman mengenai perilaku fasa
berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Sedangkan persamaan Clausius dan
persamaan Clausius Clayperon menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dan
perubahan suhu pada sistem satu komponen.

30
Menurut Tim dosen kimia fisik (2010), pasangan cairan yang bercampur sebagian
dapat dibagi dalam empat tipe :
1. Tipe I , campuran dengan temperatur kelarutan kritis maksimum,misalnya system air-
fenol.
2. Tipe II , campuran dengan temperatur kelarutan kritis minimum, misalnya system air -
trimetil amin.
3. Tipe III , campuran dengan temperatur kelarutan kritis maksimum dan minimum,
misalnya system air nikotin.
4. Tipe IV , campuran yang tidak mempunyai temperatur kelarutan kritis.

Istilah Dalam Kesetimbangan Fasa


Istilah-istilah dalam kesetimbangan fasa adalah
a. Fasa, adalah wujud atau keadaan suatu materi
b. Komponen (C) adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut.
Jumlah komponen dalam suatu sistem merupakan jumlah minimum dari spesi yang secara
kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi setiap fasa dalam sistem
tersebut (Petrucci, 1987).
c. Derajat Kebebasan, adalah variabel intensif independen yang diperlukan untuk
menyatakan keadaan sistem tersebut.
d. Aturan Fasa adalah, aturan yang mengatur hubungan antara jumlah komponen, jumlah
fasa dan derajat kebebasan suatu sistem.

Temperature kritis atas adalah batas atas temperatur dimana terjadi pemisahan fase.
Diatas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar bercampur.Temperatur ini ada
gerakan termal yang lebih besar menghasilkan kemampuan campur yang lebih besar pada
kedua komponen (Oxtobty, 1998).
Beberapa sistem memperlihatkan temperatur kritis Tlc dimana dibawah temperatur itu
kedua komponen bercampur dalam segala perbandingan dan diatas temperatur itu kedua
komponen membentuk dua fase. Salah satu contohnya adalah air-trietilamina. Dalam hal ini
pada temperature rendah kedua komponen lebih dapat campur karena komponen-komponen
itu membentuk kompleks yang lemah, pada temperature lebih lebih tinggi kompleks itu
terurai dan kedua komponen kurang dapat bercampur.

Kegunaan Diagram Fasa

31
Kegunaan Diagram Fase adalah dapat memberikan informasi tentang struktur dan
komposisi fase-fase dalam kesetimbangan. Diagram fase digunakan oleh ahli geologi,
ahlikimia, ceramists, metallurgists dan ilmuwan lain untuk mengatur data pengamatan serta
dapat digunakan untuk membuat prediksi tentang proses-proses yang melibatkan reaksi kimia
antara fase.

Pengertian Diagram Biner


Diagram biner adalah diagram yang menggambarkan dua jenis fasa dan menunjukkan
sifat solubilitas timbal balik pada suhu tertentu dan tekanan yang sama. Diagram biner
adalah diagram yang menunjukkan sistem 2 fasa dari dua zat dalam campuran yang
ditunjukkan oleh hubungan temperatur terhadap kosentrasi relatif zat. Dimana pencampuran
ini dapat dilakukan dengan menambahkan suatu zat cair ke dalam cairan murni lain pada
tekanan tertentu dengan variasi suhu. Pada diagram biner akan terlihat adanya perubahan dari
sistem dua fasa menjadi sistem satu fasa.

Reaksi Reaksi Invarian

Dalam pembahasan mengenai diagram fasa khususnya diagram fasa biner, dikenal
adanya 3 reaksi invarian, yaitu:
1. Reaksi eutentic yaitu reaksi dimana phase liquid berubah menjadi dua fase padat pada
proses pendinginan.

2. Reaksi eutectoid yaitu reaksi dimana terjadi perubahan fase padat menjadi 2 fase padat
lainnya pada proses pendinginan atau sebaliknya.

3. Reaksi peritectic yaitu pada proses pemanasan, satu fase padat berubah menjadi 1 fase
padat dan 1 fase cair.

BAB III
CONTOH SOAL

32
3.1. Sifat Koligatif Larutan NonElektrolit
a. Penurunan tekanan uap

1. Fraksi mol urea dalam air adalah 0,5. Tekanan uap air pada 20C adalah 17,5 mmHg.

Berapakah tekanan uap jenuh larutan tersebut pada suhu tersebut?


Penyelesaian:

Diketahui : Xt= 0,5

Po = 17,5 mmHg

Ditanya : P ...?

Jawab :

P = Xt.Po

= 0,5 .17,5 mmHg

= 8,75 mmHg

P = Po P

= 17,5 mmHg 8,75 mmHg

= 8,75 mmHg

2. Tekanan uap air pada 100oC adalah 760 mmHg. Berapakah tekanan uap larutan
glukosa 18% pada 100oC? (Ar H= 1 ; C=12 ; O=16)
Jawab :
Jadi mari kita hitung dulu Xpel (fraksi mol) nya !!!
Glukosa 18% = 18/100 x 100 gram = 18 gram.
Air (pelarut) = (100 18) = 82 gram.

33
n pelarut
Xp = n pelarut + nterlarut

Jadi tekanan uap glukosa :


P = Xp . Po
P = 0,978 x 760
= 743,28 mmHg

b. Kenaikan titik didih dan Penurunan titik beku

1. Natrium hidroksida 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih larutan
tersebut! (Kb air = 0,52 Cm-1, Ar Na = 23, Ar O = 16, Ar H = 1)
Penyelesaian:

Diketahui : m = 1,6 gram

p = 500 gram

Kb = 0,52 C m-1

Ditanya : Tb ...?

Jawab : Tb = m Kb

m 1000
x x Kb
= Mr NaOH p

1,6 gr 1000
x x 0,52 C m -1
= 40 500 gr

= 0,04 x 2 x 0,52 C m-1

= 0,0416 C

Tb = 100 C + Tb

= 100 C + 0,0416 C

34
= 100,0416 C

Jadi, titik didih larutan NaOH adalah 100,0416 C

c. Tekanan Osmotik

1. Seorang pasien memerlukan larutan infus glukosa. Bila kemolaran cairan tersebut 0,3
molar pada suhu tubuh 37 C, tentukan tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm mol-1 K-1)

Penyelesaian:
Diketahui : M = 0,3 mol L1
T = 37 C + 273 = 310 K
R = 0,082 L atm mol-1K-1
Ditanya : ...?
Jawab :
= 0,3 mol L-1 0,082 L atm mol-1K-1 310 K
= 7,626 atm

3.1. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

1. Pada suhu 37 C ke dalam air dilarutkan 1,71 gram Ba(OH) 2 hingga volume 100 mL
(Mr Ba(OH)2 = 171). Hitung besar tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm mol-1K-1)

Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,71 gram
V = 100 mL = 0,1 L
Mr Ba(OH)2 = 171
R = 0,082 L atm mol-1K-1
T = 37 C = 310 K
Ditanya : ...?
Jawab : Ba(OH)2 merupakan elektrolit.
Ba(OH)2 Ba2+ + 2 OH, n = 3

35
1,71 gr
mol Ba(OH)2 = 171 gr /mol = 0,01 mol

n
M= V

0,01mol
= 0,1 L = 0,1 mol L-1

=MRTI
= 0,1 mol L-1 0,082 L atm mol-1K-1 310 K (1 + (3 1)1)
= 7,626 atm

36
BAB IV
PENERAPAN SIFAT KOLIGATIF PADA KEHIDUPAN SEHARI-HARI

4.1. Contoh penurunan titik beku dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

Membuat Campuran Pendingin


Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah 0 oC.
Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat es putar. Cairan
pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke dalam air.

Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan garam dapur
dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana berlapis kayu. Pada pencampuran itu, es batu
akan mencair sedangkan suhu campuran turun. Sementara itu, campuran bahan pembuat es
putar dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini
kemudian dimasukkan ke dalam cairan pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga
campuran membeku.

37
Antibeku pada Radiator Mobil
Di daerah beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya ditambahkan etilen glikol.
Di daerah beriklim dingin, air radiator mudah membeku. Jika keadaan ini dibiarkan, maka
radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen glikol ke dalam air radiator
diharapkan titik beku air dalam radiator menurun, dengan kata lain air tidak mudah
membeku.

Antibeku dalam Tubuh Hewan


Hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti beruang kutub,
memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan penurunan titik beku untuk bertahan hidup.
Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku yang mempu menurunkan titik beku air
hingga 0,8oC.

Dengan demikian, ikan laut dapat bertahan di musim dingin yang suhunya mencapai
1,9oC karena zat antibeku yang dikandungnya dapat mencegah pembentukan kristal es dalam
jaringan dan selnya. Hewan-hewan lain yang tubuhnya mengandung zat antibeku antara lain
serangga , ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga mengandung gliserol dan dimetil
sulfoksida, ampibi mengandung glukosa dan gliserol darah sedangkan nematoda mengandung
gliserol dan trihalose.

Antibeku untuk Mencairkan Salju


Di daerah yang mempunyai musim salju, setiap hujan salju terjadi, jalanan dipenuhi
es salju. Hal ini tentu saja membuat kendaraan sulit untuk melaju. Untuk mengatasinya,
jalanan bersalju tersebut ditaburi campuran garam NaCL dan CaCl2.

Penaburan garam tersebut dapat mencairkan salju. Semakin banyak garam yang
ditaburkan, akan semakin banyak pula salju yang mencair.

38
Menentukan Massa Molekul Relatif (Mr)
Pengukuran sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan massa molekul
relatif zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan karena sifat koligatif bergantung pada konsentrasi
zat terlarut. Dengan mengetahui massa zat terlarut (G) serta nilai penurunan titik bekunya,
maka massa molekul relatif zat terlarut itu dapat ditentukan.

4.2. Contoh Tekanan osmosis dalam kehidupan sehari-hari ,yaitu:

Mengontrol Bentuk Sel


Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama disebut isotonik. Larutan-
larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada larutan lain disebut
hipotonik. Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi
daripada larutan lain disebut hipertonik.

Contoh larutan isotonik adalah cairan infus yang dimasukkan ke dalam darah. Cairan
infus harus isotonik dengan cairan intrasel agar tidak terjadi osmosis, baik ke dalam ataupun
ke luar sel darah. Dengan demikian, sel-sel darah tidak mengalami kerusakan.

Mesin Cuci Darah

39
Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah. Terapi menggunakan
metode dialisis, yaitu proses perpindahan molekul kecil-kecil seperti urea melalui membran
semipermeabel dan masuk ke cairan lain, kemudian dibuang. Membran tak dapat ditembus
oleh molekul besar seperti protein sehingga akan tetap berada di dalam darah.

Pengawetan Makanan
Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan ditemukan, garam dapur
digunakan untuk mengawetkan makanan. Garam dapat membunuh mikroba penyebab
makanan busuk yang berada di permukaan makanan.

Membasmi Lintah
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini karena garam yang
ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang ada dalam tubuh
sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya.

40
Penyerapan Air oleh Akar Tanaman
Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut diserap oleh tanaman melalui
akar. Tanaman mengandung zat-zat terlarut sehingga konsentrasinya lebih tinggi daripada air
di sekitar tanaman sehingga air dalam tanah dapat diserap oleh tanaman.

Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik


Osmosis balik adalah perembesan pelarut dari larutan ke pelarut, atau dari larutan yang
lebih pekat ke larutan yang lebih encer. Osmosis balik terjadi jika kepada larutan diberikan
tekanan yang lebih besar dari tekanan osmotiknya.

Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut. Dengan memberi
tekanan pada permukaan air laut yang lebih besar daripada tekanan osmotiknya, air dipaksa
untuk merembes dari air asin ke dalam air murni melalui selaput yang permeabel untuk air
tetapi tidak untuk ion-ion dalam air laut. Tanpa tekanan yang cukup besar, air secara spontan
akan merembes dari air murni ke dalam air asin.

41
Penggunaan lain dari osmosis balik yaitu untuk memisahkan zat-zat beracun dalam air
limbah sebelum dilepas ke lingkungan bebas.

BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Satuan konsentrasi yang digunakan dalam penentuan sifat koligatif larutan antara lain
molalitas, molaritas, dan fraksi mol. Sifat koligatif adalah sifat-sifat larutan yang tidak
bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada jumlah zat terlarut dalam
larutan.
Sifat koligatif larutan meliputi penurunan tekanan uap ( P ), kenaikan titik didih (Tb ),
penurunan titik beku ( T f ), dan tekanan osmotik ( ).
Sifat koligatif larutan nonelektrolit dapat dirumuskan sebagai berikut.
- P = xA X P0

- Tb = m X Kb

- Tf = m X Kf

-=M xRxT

Besarnya sifat koligatif larutan elektrolit sama dengan larutan nonelektrolit dikalikan
dengan faktor Van't Hoff (i).
Harga faktor Van't Hoff adalah 1 + (n 1) .

42
DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Brady, James.1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta : Erlangga

Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Keenan, Klenifelter. 2000. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.

Oxtoby david w, dkk . 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Surabaya : Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : Institut Tekhnologi Bandung

http://sahri.ohlog.com/larutan-elektrolit-dan-non-elektrolit.cat3416.html

http://www.scribd.com/doc/7244500/Kebutuhan-Cairan-Dan-Elektrolit.html

http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html diakses pada senin, 10


Desember 2013 pukul 15.00 WIB.

43

Anda mungkin juga menyukai