Anda di halaman 1dari 27

PORTOFOLIO KIMIA

Disusun Oleh :

Nama : Indah Anggraeni

Kelas : XII MIPA 4

NISN : 0067192607

Guru : Cecep Rahmatulloh, S.Pd

SMA NEGERI 1 KARANG BAHAGIA

Jl. Buyut Kaipah No. 11 Rt. 002/003, Karang Anyar, Kec. Karang Bahagia, Kab. Bekasi,
Jawa Barat 17530
TAHUN PELAJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

sejahtera, rahmat dan berkah dari Allah SWT


Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
Rahmat dan hidayahnya baik berupa kesehatan jasmani dan rohani sehingga saya
dapat menyelesaikan portofolio ini yang merupakan tugas akhir mata pelajaran
pendidikan agama Islam dan budi pekerti. Tanpa pertolongan Allah SWT, tentu saya
tidak dapat menyelesaikan portofolio ini tepat waktu. Semoga shalawat dan salam
selalu dilimpahkan kepada baginda kita tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafaatnya di kemudian hari.
Dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yang
telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun moril, juga kepada Bapak
Munabbi Riasah, S.Pd., M.Si selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Karang Bahagia, dan
juga kepada Ibu Mira Endriani S.T. selaku wali kelas yang telah memberikan
dukungan, serta kepada Bapak Cecep Rahmatulloh, S.Pd, selaku guru kimia kami
yang telah membimbing dan memberikan arahan.
Saya selaku penulis menyadari bahwa portofolio ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya, untuk itu
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga portofolio ini bermanfaat akhir
kata saya ucapkan
Sekian dan terima kasih

Wassalamu’alaikum wr.wb

Bekasi, 16 Februari 2024

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung


pada konsentrasi partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif
larutan meliputi tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih,
dan tekanan osmotik. Sifat koligatif terutama penurunan titik beku dan tekanan
osmosis memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit. Di mana sifat koligatif ini
ditandai oleh penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih
dan tekanan osmosis. Maka dari itu kami sebagai mahasiswa Teknik Kimia
perlu membahas lebih fokus tentang sifat-sifat larutan koligatif beserta apa
saja yang dapat menyebabkan adanya sifat koligatif pada larutan untuk
menambah ilmu kami tentang sifat koligatif. Sifat-sifat koligatif larutan
ialah sifat-sifat larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dalam
larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya. Sifat elektrolit dan non
elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang akan
mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan tersebut
bersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat ion larutan
tersebut bersifat non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik.

B. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah Sifat Koligatif Larutan adalah sebagai


berikut.
1. Mengetahui tentang sifat koligatif larutan.
2. Mengetahui macam-macam sifat koligatif larutan.
3. Mengetahui proses kerja dari masing-masing jenis sifat koligatif larutan.
4. Memenuhi tugas akhir untuk kelas XII

1
BAB II

PEMBAHASAN MATERI

Sifat-sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya
pada konsentrasi partikel terlarutnya disebut sifat koligatif. Istilah koligatif berasal
dari bahasa Latin yang artinya kolega atau kelompok. Sifat koligatif hanya
tergantung pada jumlah partikel atau kelompok partikel zat terlarut di dalam larutan.
Perlu Anda pahami bahwa zat terlarut dengan jumlah mol yang sama tidak
selalu menghasilkan jumlah partikel yang sama di dalam larutan. Ada kalanya
beberapa molekul atau partikel zat terlarut mengelompok sehingga jumlah partikel
menjadi lebih sedikit dari yang diperkirakan. Sementara itu, khususnya untuk
larutan elektrolit, jumlah partikel di dalam larutan akan lebih banyak karena zat
elektrolit terurai menjadi ion-ion. Sebelumnya telah disebutkan bahwa sifat
koligatif larutan hanya tergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut, bukan pada
jenisnya (apakah partikel terlarut merupakan molekul atau ion, sama saja). Oleh
karena itu, sifat koligatif larutan elektrolit akan berbeda dengan sifat koligatif
larutan nonelektrolit, meskipun jumlah mol zat terlarutnya sama. Pada pembahasan
berikut, akan dibahas terlebih dahulu sifat koligatif larutan nonelektrolit, baru
kemudian dibahas sifat koligatif larutan elektrolit. Sifat koligatif yang akan dibahas
meliputi penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan
tekanan osmotik.

2
Alat dan bahan yang diperlukan Bahan yang digunakan pada percobaan
Sifat koligatif larutan adalah H₂O, garam, gula pasir. Alat yang digunakan pada
percobaan sifat koligatif larutan adalah gelas kimia, klem, statif, thermometer,
reaksi, kaki tiga, bunsen, dan batang pengaduk.

Manfaat Sifat Koligatif Larutan pada Kehidupan Sehari-hari


Tanpa kita sadari, sifat koligatif larutan dapat dilihat dalam kehidupan
sehari-hari. Sifat koligatif larutan memberikan sejumlah manfaat, diantaranya:
1. Penerapan Penurunan Tekanan Uap Jenuh
- Kadar garam yang tinggi di laut mati
- Pembuatan kolam renang apung
- Mendapatkan benzena murni
2. Penerapan Sifat Koligatif Larutan Kenaikan Titik Didih
- Penyulingan minyak bumi
- Penggunaan panci presto
- Distilasi

3
- Penyulingan gula
- Penambahan bumbu setelah air yang dimasak telah mendidih
- Penambahan garam ketika memasak
- Mengukur massa molar
- Mencairkan salju dengan garam

A. Molalitas dan Fraksi Mol


Molalitas adalah konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol (n)
zat terlarut dalam 1 kg atau 1000 gram pelarut. Perumusan molalitas adalah
sebagai berikut :
Rumus : Molalitas = m = jumlah mol zat pelarut/1 kg zat pelarut.

Fraksi mol adalah ukuran konsentrasi larutan yang menyatakan


perbandingan jumlah mol sebagian zat terhadap jumlah mol total komponen
larutan. Fraksi mol terbagi atas 2 bagian yakni sebagai berikut :
1. Fraksi mol zat terlarut (Xt)
Fraksi mol zat terlarut (Xt) yang dirumuskan dengan rumus seperti
berikut ini :

2. Fraksi mol zat pelarut (Xp)


Fraksi mol zat pelarut (Xp) yang dirumuskan dengan rumus seperti
berikut ini :

4
Jumlah fraksi mol zat terlarut dan zat pelarut adalah 1.

B. Tekanan Uap
Tekanan yang disebabkan oleh uap jenuh dinamakan tekanan uap jenuh.
Besarnya tekanan uap jenuh dipengaruhi oleh jumlah zat dan suhu. Makin besar
tekanan uap suatu cairan, makin mudah molekul-molekul cairan itu berubah
menjadi uap. Penurunan tekanan uap terjadi karena zat terlarut yang sangat
tinggi dan tidak mengalami penguapan. Tekanan uap suatu larutan dapat diukur

dengan alat manometer merkurium.


Pada alat tersebut setelah larutan dimasukkan dalam labu, semua udara
dalam pipa penghubung dikeluarkan melalui pompa vakum. Jika keran ditutup,
maka uap yang ada dalam pipa penghubung hanyalah uap dari pelarut larutan
tadi sehingga uap itu disebut tekanan uap larutan tersebut. Semakin tinggi suhu
cairan semakin banyak uap yang berada di atas permukaan cairan dan tekanan
uap yang terbaca semakin tinggi.

C. Penurunan Titik Beku


Apabila ke dalam sebuah zat pelarut ditambahkan zat terlarut, maka
akan terjadi proses penurunan tekanan uap jenuh larutan. Kemudian, adanya
penurunan tekanan uap jenuh larutan akan mengakibatkan penurunan titik beku
larutan. Dapat dikatakan bahwa, larutan akan membeku pada temperatur yang

5
lebih rendah. Penurunan titik beku pada konsepnya sama dengan kenaikan titik
didih. Larutan mempunyai titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan
pelarut murni. Makin tinggi konsentrasi zat terlarut makin rendah titik beku
larutan. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan dinamakan
penurunan titik beku larutan ( ΔTf = freezing point).
ΔTf = Titik beku pelarut – Titik
Menurut hukum Raoult penurunan titik beku larutan dirumuskan seperti:
∆Tf = m x Kf
Keterangan:
ΔTf = penurunan titik beku
M = molalitas larutan Kf = tetapan penurunan titik beku molal

Penurunan titik beku (∆Tf) bila kebanyakkan larutan encer didinginkan,


pelarut murni terkritalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang
mengkristalisasi suhu dimana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan
dengan larutan disebut titik beku larutan. Titik beku larutan demikian selalu
lebih rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat
terlarut (molnya) di dalam massa tertentu pelarut. Jadi penurunan titik beku
(AT) = Kr. M, di mana m ialah molalitas larutan. Berikut adalah desain alat untk
mengukur penurunan titik beku.

6
D. Kenaikan Titik Didih
Suatu larutan mendidih pada temperatur lebih tinggi dari pelarutnya,
selisihnya disebut kenaikan titik didih larutan
Suhu di mana cairan mendidih dinamakan titik didih. Jadi, titik didih
adalah temperatur di mana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer. Selama
gelembung terbentuk dalam cairan, berarti selama cairan mendidih, tekanan uap
sama dengan tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah konstan maka suhu
dan cairan yang mendidih akan tetap sama. Penambahan kecepatan panas yang
diberikan pada cairan yang mendidih hanya menyebabkan terbentuknya
gelembung uap air lebih cepat. Cairan akan lebih cepat mendidih, tapi suhu
didih tidak naik. Jelas bahwa didih cairan tergantung dari besaranya tekanan
atmosfer. Titik didih merupakan satu sifat lagi yang dapat digunakan untuk
memperkira secara tak langsung berapa kuatya gaya tarik antara molekul dalam
cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik didihnya tinggi dan
sebaliknya bila gaya tarik lemah, titik didihnya rendah.
Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut.
Sifat ini dirumuskan sebagai berikut:

7
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair
yang menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar.
Faktor yang mempengaruhi kenaikan titik didih adalah konsentrasi
(molalitas). Hasil eksperimen Roult menunjukkan bahwa kenaikan titik didih
larutan akan semakin besar apabila konsentrasi (molal) dan zat terlarut semakin
besar. Titik didih larutan akan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni.
Titik didih suatu zat cair dipengaruhi oleh tekanan udara, artinya makin
bsar tekanan udara makin besar pula titik didih zat cair tersebut. Pada tekanan
dan temperatur udara standar (76 cmHg, 25°C) titik didih air sebesar 100°C.
Artinya pelarut murni akan mendidih bila tekanan uap jenuh pada permukaan
cairan sama dengan tekanan udara luar. Pada sistem terbuka, tekanan udara luar
adalah 760 mmHg (tekanan udara pada permukaan lautan) dan suhu pada
tekanan udara luar 760 mmHg disebut titik didih normal. Titik didih suatu cairan
adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar
(tekanan yang diberikan pada permukaan cairan). Dari definisi ini kita ketahui
bahwa titik didih cairan bergantung pada tekanan udara pada permukaan cairan.
Itulah sebabnya, titik didih air di gunung berbeda dengan di pantai. Pada saat
tekanan uap sama dengan tekanan udara luar maka gelembung-gelembung uap
dalam cairan bergerak ke permukaan dan masuk fase gas.

E. Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk
mempertahankan kesetimbangan osmotik antara suatu larutan dan pelarut
murninya yang dipisahkan oleh suatu membran yang dapat ditembus hanya oleh
pelarut tersebut.
Tekanan osmotik termasuk dalam sifat-sifat koligatif karena besarnya
hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut. J.H. Vant Hoff menemukan
hubungan antara tekanan osmotik larutan-larutan encer dengan persamaan gas
ideal, yang dituliskan seperti berikut:

8
π = MRT
Keterangan:
π= tekanan osmotik
V = volume larutan (L)
N = jumlah mol zat terlarut
R= tetapan gas (0,082 L atm mol-1K-1)
T = suhu mutlak (K)

Tekanan osmotik suatu larutan encer adalah mematuhi hukum


persamaan gas ideal yaitu:
PV=nRT
Karena kita mengukur dalam sistem yang berupa larutan maka lebih
mudah kita menggunakan satuan konsentrasi molaritas M.
P=MRT
Tekanan osmotik biasa dilambangkan dengan lambang phi (phi)
maka rumus di atas cenderung ditulis sebagai:
π = Μ.R.T.i
Keterangan:
π = tekanan osmotik
M = molaritas larutan
T = temperatur (K)
R = tetapan gas
i = faktor Van’t Hoff
Peristiwa osmotik dapat dimanfaatkan untuk penyediaan cairan infus
dan industri pengolahan air laut menjadi air tawar dengan osmosis balik.

Tekanan osmotik juga berpengaruh terhadap sel di dalam tubuh,


pengaruh tekanan osmotik berhubungan dengan “osmoregulasi” yaitu
mekanisme homeostatis suatu sel organisme untuk mencapai kesetimbangan

9
tekanan osmotik dengan lingkungannya. Jika tekanan osmotik di dalam sel
dengan luar sel seimbang maka dikatakan sebagai keadaan isotonik pada
keadaan ini volume sel tidak mengalami perubahan volume. Jika tekanan
osmotik di dalam sel lebih besar maka cairan dalam sel bisa keluar sehingga sel
akan mengkerut, sebaliknya disebut hipotonik yaitu liquid di luar sel akan
masuk ke sel sehingga sel akan bertambah besar.

F. Klasifikasi Sifat Koligatif Larutan


Klasifikasi sifat koligatif larutan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Mengutip Arrhenius dalam buku Praktis Belajar Kimia karya
Iman Rahayu, sifat koligatif larutan elektrolit menyatakan suatu zat
elektrolit yang dilarutkan ke dalam air akan terurai menjadi ion-ion
penyusun sehingga jumlah partikel zat pada larutan elektrolit lebih
banyak. Dengan kata lain, sifat koligatif larutan elektrolit lebih besar
daripada larutan nonelektrolit.
2. Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit
Selanjutnya, sifat koligatif larutan nonelektrolit berarti sifat
koligatif yang melibatkan larutan sekalipun tidak bergantung pada
interaksi molekul pelarut dan zat terlarut. Justru, sifat koligatif
bergantung pada jumlah zat terlarut yang larut dalam larutan.

10
CONTOH SOAL

1. Sebanyak 1,8 gram zat non-elektrolit dilarutkan ke dalam 200 gram air. Bila
penurunan titik beku larutan 0,93°C (K, air = 1 ,86^ C) , maka massa molekul
relatif zat tersebut adalah
Jawaban :

2. Jika 6,84 gram sukrosa (Mr = 324) dilarutkan dalam air dan membentuk larutan
bervolume 100 mL pada suhu 27 °C (R = 0,082 L.atm/mol.K), hitunglah
tekanan osmotik larutan tersebut.
Jawaban :

11
3. larutan elektrolit biner 0,5 molal membeku pada suhu -1,55°C. Jika nilai K =
1,86°C/m, derajat ionisasi larutan elektrolit tersebut adalah
Jawaban :
Elektrolit biner, nilai n = 2
∆Tf = 1,55 = m x Kf x i
= 0,5 × 1,86 x i; i = 1,66
i = 1 + (n-1) α
1,66 = 1 + (2-1) α
α = 1,66 – 1 = 0,66

4. Nilai tetapan kenaikan titik didih molal ditentukan oleh......


Jawaban :
Nilai titik didih tergantung pada jenis pelarut. Setiap pelarut memiliki nilai yang
berbeda-beda.

12
5. Dalam 100 mL larutan terdapat 6,84 gram zat X yang non-elektrolit. Pada
temperatur 27°C. Tekanan osmosis larutan 4,92 atm. Massa molekul relatif (M)
zat non-elektrolit tersebut adalah
Jawaban :

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Satuan konsentrasi yang digunakan dalam penentuan sifat koligatif


larutan antara lain molalitas, molaritas dan fraksi mol. Sifat koligatif adalah
sifat-sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat larutan yang tidak
bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada jumlah zat
terlarut dalam larutan. Sifat koligatif larutan meliputi penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotik.
Faktor kesalahan yang terjadi pada percobaan sifat koligatif larutan
adalah kesalahan melihat skala pada thermometer, thermometer menyentuh
dinding atau alas sehingga tidak mengukur suhu larutan, pada percobaan
kenaikan titik beku gula tidak sampai beku sempurna.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/07/tekanan-osmotik-osmosis-contoh-
https://renideswantikimia.wordpress.com/kimia-kelas-xii-3/semester-i/1-sifat-
koligatif-larutan/2-penurunan-tekanan-uap-larutan/

https://hatopikchem.wordpress.com/pbm-kimia/rumus-tekanan-osmotik-

https://www.mastah.org/tekanan-osmotik-pengertian-rumus-dan-manfaat/

https://www.detik.com/bali/berita/d-6421701/sifat-koligatif-larutan-pengertian-
manfaat-dan-contoh-soalnya

https://www.materibelajar.id/2016/08/pengertian-molalitas-dan-fraksi-
mol.html?m=1

https://soalfismat.com/contoh-soal-tekanan-osmotik-dan-pembahasannya/

15
LAPORAN PRAKTIKUM
“LAJU REAKSI”

A. Definisi
Laju reaksi didefinisikan sebagai proses berubahnya konsentrasi per
satuan waktu. Laju reaksi memiliki konstanta yang sangat bergantung pada suhu
reaksi.
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat jika kontraksi
pereaksi diperbesar. Zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah
partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih rapat
dibanding zat yang kontraksinya rendah.

B. Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
2. Mengidentifikasi beberapa reaksi kimia yang terjadi di sekitar kita.
3. Menjelaskan pengertian laju reaksi

C. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktik ini adalah untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan laju reaksi, bagaimana proses terjadinya laju reaksi, ada apa
saja laju reaksi yang ada di sekitar kita. Selain itu praktik ini bertujuan untuk
memenuhi syarat kelulusan di sekolah SMA NEGERI 1 KARANG BAHAGIA.

16
D. Teori
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi (reaktan) atau
konsentrasi hasil reaksi (produk) tiap satuan waktu. Katalis adalah zat yang
dapat mengubah laju reaksi tanpa dirinya mengalami perubahan kimia yang
permanen. Katalisator adalah katalis yang berfungsi untuk mempercepat laju
reaksi. Dari hasil percobaan ternyata laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi,
luas permukaan, temperatur, dan katalis (James E. Brady, 1990).
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
1. Konsentrasi
Pada umumnya, reaksi akan berlangsung lebih cepat jika
konsentrasi pereaksi diperbesar. Zat yang konsentrasinya besar
mengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-
partikelnya tersusun lebih rapat dibanding zat yang konsentrasinya
rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan lebih sering
dibanding dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga
kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
2. Luas Permukaan
Salah satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-
zat pereaksi harus bercampur atau bersentuhan. Pada campuran
pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada bidang batas
campuran. Bidang batas campuran inilah yang dimaksud dengan
bidang sentuh. Dengan memperbesar luas bidang sentuh, reaksi akan
berlangsung lebih cepat.
3. Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan
temperatur, energi gerak atau energi kinetik partikel bertambah,
sehingga tumbukan lebih sering terjadi Dengan frekuensi tumbukan
yang semakin besar, maka kemungkinan terjadinya tumbukan
efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin besar. Suhu
atau temperatur ternyata juga memperbesar energi potensial suatu
zat. Zat-zat yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan
sukar menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini terjadi karena zat-zat

17
tersebut tidak mampu melampaui energi aktivasi. Dengan
menaikkan suhu, maka hal ini akan memperbesar energi potensial,
sehingga ketika bertumbukan akan menghasilkan reaksi.
4. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat
terjadinya reaksi. Tetapi pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali.
Fungsi katalis adalah menurunkan energi aktivasi, sehingga jika ke
dalam suatu reaksi ditambahkan katalis, maka reaksi akan lebih
mudah terjadi. Hal ini disebabkan karena zal- zat yang bereaksi akan
lebih mudah melampaui energi aktivasi.
5. Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
Reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan yang efektif
antar partikel, tumbukan yang terjadi karena partikel-partikel yang
selalu bergerak. Dengan peningkatan suhu, energi kinetik partikel
semakin besar. Hal ini menyebabkan gerak partikel juga semakin

besar, sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan yang efektif juga


semakin besar.
Di samping memperbesar energi kinetik, ternyata
peningkatan suhu juga meningkatkan energi potensial suatu zat.
Dengan semakin besarnya energi potensial zat, maka semakin besar
terjadinya tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksi semakin
cepat.

b. Teori Tumbukan
Reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan yang efektif antara
partikel- partikel zat yang bereaksi. Tumbukan efektif adalah tumbukan
yang mempunyai energi yang cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan pada
zat yang bereaksi (James E. Brady, 1990).

18
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat jika kontraksi
pereaksi diperbesar. Zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah
partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih
rapat dibanding zat yang kontraksinya rendah. Salah satu syarat agar reaksi
dapat berlangsung adalah zat-zat harus tercampur atau tersentuh.
Contoh tumbukan yang
menghasilkan reaksi dan tumbakan
yang tidak menghasilkan reaksi
antara molekul hidrogen (H2) dan
molekul iodin (I2), dapat dilihat
pada gambar
H2(g)+I2(g) → 2 HI (g) Sebelum suatu tumbukan
terjadi, partikel-partikel memerlukan
suatu energi minimum yang dikenal
sebagai energi pengaktifan atau energi
aktivasi (E). Energi pengaktifan atau
energi aktivasi adalah energi minimum
yang diperlukan untuk berlangsungnya
suatu reaksi. Sebagai contoh adalah
reaksi antara hidrogen (H₂) dengan
oksigen (O₂) menghasilkan air, dapat
dilihat pada gambar 3.5.

Ketika reaksi sedang berlangsung akan terbentuk zat kompleks


terakti- vasi. Zat kompleks teraktivasi berada pada puncak energi. Jika
reaksi berhasil, maka zat kompleks teraktivasi akan terurai menjadi zat hasil
reaksi. Hubungan antara energi pengaktifan dengan energi yang diserap atau
dilepaskan selama reaksi berlangsung.

19
E. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan dalam melakukan ujian praktek ini adalah sebagai
berikut:
1. Pita magnesium
2. HCl
3. Tiga keping redoxon
4. Air murni atau air bersih
5. 3 buah gelas plastik dengan ukuran yang sama
6. Pisau
7. Serbet atau tisu
8. Alat penumbuk
9. Gelas ukur
10. 3 buah gelas kaca

F. Cara Kerja
Praktek laju reaksi ini menjalani dua kali ujian praktek yaitu dengan
menggunakan redoxon dan pita magnesium. Berikut langkah kerja dari kedua
ujian praktek laju reaksi ini:

1. Ujian pertama (pita magnesium),cara kerjanya sebagai berikut:


1) Ukurlah pita magnesium dengan ukuran dan jumlah yang berbeda
yaitu, 3 buah pita magnesium dengan ukuran 1cm, 2 buah pita
magnesium dengan ukuran 1,5cm dan 1 buah pita magnesium
dengan ukuran 2cm.

20
2) Setelah mengukur pita magnesium dan dengan jumlah yang sama
siapkan 3 buah gelas kaca yang telah diisi masing-masing dengan
20ml HCl yang telah diukur terlebih dahulu dengan gelas ukur.

3) Siapkan timer dan celupkan satu persatu golongan pita magnesium


yang telah diukur, yaitu golongan pertama dengan jumlah 3 buah
dan ukuran 1cm,golongan 2 yaitu dengan jumlah 2 buah dan ukuran
1,5cm dan golongan 3 yaitu dengan jumlah 1 buah dan ukuran 2cm.
4) Celupkan terlebih dahulu golongan pertama pita magnesium
bersamaan dengan memulai timer, lakukan hal yang sama hingga
golongan ketiga. Lalu lihat waktu yang di butuhkan untuk pita
magnesium tersebut bereaksi.

2. Ujian kedua (redoxon),cara kerjanya sebagai berikut:


1) Siapkan 3 keping Redoxon
2) Tumbuk kasar 1 buah redoxon menggunakan alat penumbuk hingga
berbentuk serbuk kasar,potong menjadi 2 bagian 1 buah redoxon
lainnya dan potong menjadi 4 bagian pada redoxon terakhir
3) Setelah redoxon menjadi beberapa jenis bentuk, siapkan e buah
gelas plastik lalu isi dengan air Aqua

21
4) Siapkan timer, lalu masukkan terlebih dahulu redoxon dengan
bentuk serbuk kasar, lakukan hal yang sama hingga redoxon yang
berbentuk 4 bagian, dan lihat berapa waktu yang di butuhkan untuk
redoxon tersebut bereaksi
5) Setelah melakukan semuanya, amatilah percobaan laju reaksi
tersebut dengan teliti.

22
HASIL PENGAMATAN

Pada ujian praktik ini saya mengamati beberapa cara kerja laju reaksi dari
kedua ujian praktik tersebut yaitu:
1. Ujian praktik pertama dengan pita magnesium
Bidang Sentuh Luas Permukaan Waktu (detik)
Bidang Sentuh
3 buah pita magnesium 1 cm 07,41
2 buah pita magnesium 1.5 cm 07,46
1 buah pita magnesium 2 cm 08,26

2. Ujian praktik kedua dengan redoxon


Gelas kimia Bentuk zat padat Jenis air Waktu (detik)
1 Serbuk kasar Air 18,52
2 2 Bagian Air 51,91
3 4 bagian Air 52,44

23
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum ini saya menyimpulkan bahwa proses laju reaksi di
pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor luas permukaan bidang
sentuh. Semakin besar luas permukaan bidang sentuh, maka semakin lambat proses
reaksi dari suatu bidang sentuh, dan begitu pun sebaliknya. Dan laju reaksi juga
dipengaruhi oleh bentuk Zat yang digunakan.

24
DOKUMENTASI KELOMPOK

25

Anda mungkin juga menyukai