Anda di halaman 1dari 25

26

PERCOBAAN 2

PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN

SERTA REAKSI ASAM BASA

I. TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan yang dari percobaan yang dilaksanakan kali ini adalah:

1. Membuat larutan NaOH dan larutan H2SO4 serta pengenceran larutan

H2SO4.

2. Menghitung konsentrasi larutan asam basa dengan beberapa satuan.

3. Menentukan konsentrasi asam basa dangan larutan Na2CO3.

II. DASAR TEORI

Jika 2 zat berbeda dimasukkan ke dalam satu wadah ada 3 kemungkinan,

yaitu bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika bereaksi akan terbentuk

zat baru yang sifatnya berbeda dari zat semula. Kalau zat bercampur maka

sifatnya tidak berubah dan dapat dipisahkan kembali dengan cara fisika. Seperti

dengan destilasi, kristalisasi, kromatografi, dan lain-lain (Syukri. 1999: 350).


27

Dua zat bercampur bila ada interaksi antara partikelnya. Interaksi itu

ditentukan oleh wujud zat dan sifatnya. Oleh sebab itu, campuran dapat dibagi

atas: gas-gas, gas-padat, cair-cair, cair-padat, dan padat-padat (Syukri, 1999:

350).

Berdasarkan keadaan fase zat setelah bercampur, maka campuran ada yang

homogen dan heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang

membentuk satu fase, yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama

antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya. Larutan adalah campuran

homogen antara zat terlarut dan pelarut. Campuran heterogen adalah campuran

yang dua fasa atau lebih (Syukri, 1999: 351)

Biasanya dengan larutan dimasukkan fase cair lazimnya salah satu

komponen (penyusunan) larutan semacam itu adalah suatu cairan sebelum

cairan campuran itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut (solvent).

Komponen lain, yang dapat berbentuk gas, cairan ataupun zat padat dapat

dibayangkan sebagai terlarut ke dalam kompnen pertama, zat yang terlarut

disebut zat terlarut(solute) (Keenan, dkk,1984: 372)

Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut dan pelarut, dikenal istilah

konsentrasi. Konsentrasi larutan dapt dinyatakan dengan beberapa cara, seperti

persen berat (w/w), persen volume (v/v), molalitas (m), bagian persejuta (ppm),

molaritas (M), fraksi mol (x), dan normalitas (N).

a. Persen Berat (w/w)

Persen beraat menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100

gram larutan. Perhitungannya :


28

Massa komponen
%(w/w) = x 100%
Massa campuran

b. Persen Volume (v/v)

Persen volume menyatakan ml zat terlarut dalam 100 ml larutan.

Perhitungannya :

Volume komponen
%(v/v) = x 100%
Volume campuran

c. Molalitas (m)

Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut.

Perhitungannya :

Massa zat terlarut 1000


m= x
Mr zat p

d. Bagian per sejuta (ppm)

Bagian persejuta menyatakan mg zat terlarut dalam 1 kg atau 1 liter

larutan. Perhitungannya :

Massa komponen
ppm = x 106
Massa campuran

e. Molaritas (M)

Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut.

Perhitungannya :

Massa zat 1000


M= x
Mr zat V

f. Fraksi Mol (x)


29

Fraksi mol menyatakan mol zat terlarut per mol total. Perhitungannya

n n
xA = atau xB =
n+b n+m

Dengan : xA + xB = 1

Sehingga : xA = 1 – xB

xB = 1 – xA

Keterangan : n = Mol A

m = Mol B

xA = Fraksi mol A

xB = Fraksi mol B

g. Normalitas (N)

Normalitas suatu larutan asam atau basa didefinisikan sebagai jumlah

ekuivalen zat terlarut per liter larutan. Perhitungannya :

ekuiv zat terlarut


N=
L larutan

g zat terlarut
Dengan ekuivalen zat terlarut =
g ekuiv

Konsentrasi larutan dapat diperkecil dengan jalan menambahkan zat

terlarut atau mencampurkan dengan larutan sejenis yang lebih pekat.

Pada pengenceran, volume dan kemolaran larutan berubah. Dalam

pengenceran berlaku rumusan :


30

n1 = n2

M1 V1 = M2 V2

Dengan : n1 = Mol awal

n2 = Mol sesudah pengenceran

M1 = Konsentrasi molar awal

V1 = Volume larutan awal

M2 = Konsentrasi molar akhir

V2 = Volume latan akhir

Proses yang digunakan unutk menentukan secara teliti konsentrasi suatu

larutan dikenal dengan standarisasi. Suatu larutan standar dapat dibuat dari

sejumlah ontoh yang diinginkan yang ditambah secara teliti, kemudian

melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya.

Beberapa zat yang memadai tadi dalam hal ini disebut standar primer. Suatu

larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi, dimana pada proses

itu ia bereaksi dengan standar primer (petrucci, 1987).

Reaksi antara titran dengan zat terpilih sebagai standar primer, harus

memenuhi persyaratan atau ciri-ciri sebagai berikut :

1. Zat itu harus mudah didapt dalam bentuk murni atau dalam keadaan

kemurnian yang diketahui dengan tepat.

2. Zat harus tetap, mudah dikeringkan dan tidak higroskopik. Tidak berkurang

beratnya sewaktu terkena udara.

3. Zat itu mempunyai berat ekuivalen yang cukup tinggi; agar dapat

mengurangi konsekuensinya akibat kesalahan dalam penimbangan.


31

Untuk dapat menentukan sifat pelarutan suatu senyawa dapat diketahui

dari perubahan temperatur air sebelum dan sesudah pelarutan. Bila

temperaturnya naik maka pelarutan tersebut bersifat eksoterm (melepas panas),

sedangkan bila temperaturnya turun, maka pelarutannya besifat endoterm

(menerima panas).

Asam adalah senyawa yang menambah konsentrasi ion (OH-) hidroksil.

Asam dan basa (alkali) sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam berasal

dari bahasa latin asetum yang berarti cuka. Unsur pokok cuka adalah adalah

asam asetat CH3COOH, istilah alkali diambil dari bahasa arab untuk aba.

Reaksi asam basa dalam larutan garam dalam air. Dalam air murni

terdapat ion H+ (H3O+) dari ion OH- dalam konsentrasi yang sama yang sangat

kecil. Bila konsentrasi H+ sama dengan konsentrasi OH- maka larutan itu

bersifat netral. Jika konsentrasi H+ lebih tinggi daripada konsentrasi OH-, maka

larutan bersifat asam. Jika konsentrasi OH- lebih tinggi daripada konsentrasi

H+, maka larutan bersifat basa.

Bobot ekivalen dan larutan normal penting dalam reaksi asam basa.

Normalitas suatu larutan asam atau basa didefinisikan sebagai jumlah ekivalen

zat terlarut per liter larutan.

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan

konsentrasi yang diketahui dan diperlukan unutk bereaksi secara lengkap

dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis.


32

Dalam analisis larutan asam basa. Titrasi melibatkan pengukuran yang

seksama volume-volume suatu asam atau suatu basa yang tepat saling

menetralkan (Keenan, dkk, 1984: 414-423).

Indikator adalah suatu zat yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan

konsentrasi ion-hidrogen. Asam atau basa yang tak terdisosiasi mempunyai

warna yang berbeda dengan hasil disosiasinya (Vogel, 1990: 56).

III. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan antara lain erlenmeyer, buret, gelas piala,

labu takar, pipet tetes, pipet mohr, pipet gondok, dan termometer.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain H2SO4, NaOH, Na2CO3 ,

indikator metil orange, phenolptalin (pp), dan metil merah.

3.2 Prosedur

3.2.1 Pembuatan Larutan H2SO4

1. Labu takar 50 ml kosong ditimbang, diisi dengan aquades

sampai kira-kira ¾ nya, ditimbang dan diukur suhunya.


33

2. Gelas ukur kosong ditimbang, diisi dengan H2SO4 sebanyak

10 ml, ditimbang, diukur volume dan suhunya.

3. H2SO4 dituangkan dengan hati-hati serta perlahan-lahan ke

dalam labu takar, dimasukkan aquades sampai tanda tera,

dikocok, ditimbang, serta diukur suhunya.

3.2.2 Pembuatan Larutan NaOH

1. 2 butir NaOH ditimbang sebanyak + 0,3 gr dan dilarutkan

dengan sedikit air, dan dihangat di dalam gelas piala.

2. Diukur suhunya

3. Larutan tersebut dipindahkan ke dalam labu takar, diencerkan

dan tepat sampai tanda tera, serta dikocok.

3.2.3 Pengenceran Larutan H2SO4

1. 5 ml larutan H2SO4 dimasukkan ke dalam labu takar

2. Diencerkan sampai tanda tera, dan dikocok

3.2.4 Titirasi Asam Terhadap Basa (HCl 0,1 M terhadap NaOH 0,1

M)

1. 10 ml laruran NaOH dimasukkan ke dalam erlenmeyer

2. Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah

3. Buret diisi dengan larutan HCl 0,1 M, pembacaan awal pada

buret dibaca

4. Larutan NaOH dititrasi dengan larutan HCl


34

3.2.5 Titirasi Basa Terhadap Asam (NaOH 0,1 M terhadap HCl 0,1

M)

1. 10 ml HCl 0,1 M dimasukkan ke dalam erlenmeyer,

ditambahkan dengan 3 tetes indikator PP

2. Dititrasi dengan laruan NaOH

3.2.6 Penentuan Konsentrasi dengan Larutan Standar Na2CO3

1. 10 ml larutan H2SO4 encer dimasukkan ke dalam erlenmeyer

2. Ditambahkan dengan 3 tetes metil orange, dititrasi dengan

larutan standar Na2CO3

IV. HASIL PERCOBAAN

4.1 Tabel Pengamatan

No. Langkah percobaan Hasil pengamatan

1. Pembuatan larutan H2SO4

- Labu takar 50 ml ditimbang Massa = 190,8 gr

- Labu takar diisi akuades ¾ nya, kemudian Massa = 364,95 gr

ditimbang

- Suhu diukur Suhu = 29°C

- Gelas ukur kosong ditimbang Massa = 148,35 gr


35

- Gelas ukur diisi sejumlah H2SO4 pekat Massa = 206,3gr

- Suhu diukur Suhu = 29°C

- H2SO4 dituang ke dalam labu takar dengan

akuades sampai 50 ml dikocok hingga

homogen, menimbang labu takar Massa = 446,8 gr

- Suhu diukur Suhu = 30,5°C

2. Pembuatan larutan NaOH

- 2 butir NaOH padat ditimbang Tetap hangat

- 2 butit NaOH dilarutkan dalam gelas piala

dengan sedikit air yang baru dihangatkan

- Perubahan suhu dirasakan

- Gelas piala dibilas denganakuades

- Diencerkan dan ditepatkan sampai tanda

tera

- Dikocok supaya homogen

3. Pengenceran larutan H2SO4

- 25 ml larutan H2SO4 yang telah dibuat

pada prosedur 1 dipipet

- Dimasukkan ke dalam labu takar

- Diencerkan dan ditepatkan sampai tanda

tera
36

- Dikocok supaya homogen

4. Titrasi asam terhadap basa

- 10 ml larutan NaOH diambil Warna kuning muda

- dimasukkan ke dalam Erlenmeyer V1 = 0 ml

- menambahkan 2-3 tetes metal merah V2 = 9,7 ml

- buret diisi dengan HCl miniskus awal

dicatat V1 = 9,7 ml

V2 = 19,2 ml

- NaOH dititrasi dengan HCl

- Hasil akhir

5. Titrasi basa terhadap asam

- 10 ml larutan HCl diambil Warna merah muda,

- dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

- ditambahkan 2-3 tetes pp

- buret diisi dengan NaOH Warna bening

- HCl dititrasi dengan NaOH

V1 = 14,4 ml

V2 = 24 ml

V akhir = 9,6 ml
37

V1 = 34 ml

V2 = 44,5 ml

- Hasil akhir V akhir = 9,7 ml

6. Penentuan konsentrasi larutan standar dengan

larutan Na2CO3

- 10 ml larutan H2SO4encer diambil Warna bening

- dimasukkan ke dalam Erlenmeyer V1 = 7 ml

- ditambah 2-3 tetes pp V2 = 15,5 ml

- larutan dititrasi dengan Na2CO3 0,1M V akhir = 8,5 ml

- molaritas H2SO4 dihitung hingga empat V1 = 15,5 ml

decimal. V2 = 24,1 ml

- titrasi diulang dengan menggunakan V akhir = 8,6 ml

indicator metal orange

4.2 Perhitungan

Dari data yang diperoleh, maka dapat dilakukan perhitungan sebagai

berikut :
38

4.2.1 Pembuatan Larutan H2SO4

Diketahui : Berat labu takar kosong = 190 gram

Berat labu takar + aquades = 364,95 gram

Berat labu takar + aquades + H2SO4 = 422,9 gram

Berat gelas ukur kosong = 148,35 gram

Berat gelas ukur + H2SO4 = 206,3 gram

Volume H2SO4 = 2 ml

BM H2SO4 = 98,08 gram/mol

BM air = 18 gram/mol

Volume pengenceran = 10 ml = 0,01 L

Ditanya : a) %(w/w)

b) %(v/v)

c) Molaritas

d) Molalitas

e) ppm

f) fraksi mol

Jawab : m H 2SO 4
a) % (w/w) = x 100%
m campuran

57,95
= x 100%
256,05

= 22,63 %

V H 2SO 4
b) % (v/v) = x 100%
V campuran
39

10
= x 100%
50

= 20%

mol
c) Molaritas (M) =
V

m H 2 SO 4 / BM H 2SO 4
=
V pengenceran

57,95
=
98  005

= 11,8 M

d) Masa pelarut = (massa labu takar + aquades +

H2SO4) – (massa labu takar +

H2SO4)

= 198,1 gram

1000 Massa H 2SO 4


Molalitas (m) = 
Pelarut BM H 2SO 4

= 0,59 . 5,05

= 2,98 molal

mg
e) ppm =
L

27950
=
0,05

= 1,159 . 106 ppm


40

mol H 2SO 4
f) fraksi mol =
mol H 2SO 4  mol air

WH 2SO 4 / BM
=
WH 2SO 4 / BM  WH 2SO / BM

(0,059)
=
0,059 11

= 0,0509

4.2.2 Pembuatan Larutan NaOH

Diketahui : m NaOH = 0,3 gram

V pengenceran = 50 ml

= 0,05 L

BM NaOH = 40 gr/mol

Ditanya : a) Molaritas

b) % (w/v)

Jawab : mol NaOH


a) Molaritas =
V pengenceran

0,3
=
40  0,05

= 0,15 M

m NaOH
b) %(w/v) = x 100%
V pengenceran

0,3
= x 100%
50
41

= 600%

4.2.3 Pengenceran Larutan H2SO4

Diketahui : V1 = 5 ml

M1 = 11,8 M

V2 = 50 ml

Ditanya : M H2SO4 hasil pengenceran = …?

Jawab : M1 . V1 = M2 . V2

11,8 . 5 = M2 . 50

M2 = 1,18 M

4.2.4 Titrasi Asam Terhadap Basa

Diketahui : V NaOH = 10 ml

V HClrata-rata = 9,6 ml

N HCl = 0,1 N

Ditanya : N NaOH =….N?

Jawab : V NaOH x N NaOH = V HCl x N HCl

V HCl x N HCl
N NaOH =
V NaOH

0,96
=
10

= 0,096 N
42

4.2.5 Titrasi Basa Terhadap Asam

Diketahui : V HCl = 10 ml

V NaOHrata-rata = 9,65 ml

N NaOH = 0,1 N

Ditanya : N HCl =…N?

Jawab : V NaOHrata - rata x N NaOH


N HCl =
V HCl

0,9264
=
10

= 0,09264 N

4.2.6 Penentuan konsentrasi larutan standar dengan larutan

Na2CO3

Diketahui : M Na2CO3 = 0,1 M

Ditanya : a) V H2SO4 dengan indikator metil orange;

V Na2CO3 = 8,55 ml

b) V H2SO4 dengan indikator PP

V Na2CO3 = 6,7 ml
43

Jawab : V Na 2 CO 3 x M Na 2 CO 3
a) M H2SO4 =
V H 2 SO 4

0,855
=
15

= 0,0570 M

V Na 2 CO 3 x M Na 2 CO 3
b) M H2SO4 =
V H 2 SO 4

0,67
=
10

= 0,670 M

V. PEMBAHASAN

Konsentrasi merupakan istilah untuk menyatakan banyaknya zat terlarut

dalam pelarut. Larutan merupakan campuran homogen yang membentuk satu

fase yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara bagian yang satu

dengan bagian yang lain didekatnya.

Dalam percobaan kali ini sebelum praktikan melakukan pembuatan

larutan H2SO4, yang dilakukan terlebih dahulu adalah menimbangan gelas ukur

dan labu takar guna mengetahui berat larutan sebenarnya. Jika dalam

penimbangan terdapat kesalahan, maka akan berpengaruh terhadap

perhitungan.
44

Suhu H2SO4 sebelum dicampur dengan akuades dan setelah dicampur

ternyata mengalami sedikit perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa larutan

H2SO4 tidak bersifat endoterm maupun eksoterm.

Dalam pembuatan larutan NaOH, saat memasukkan NaOH padatan ke

dalam air dan beberapa saat larutan ini didiamkan ternyata larutan terasa lebih

panas dari sebelumnya. Peristiwa ini menunjukkan bahwa larutan NaOH

bersifat eksoterm (melepaskan panas).

Pada proses pengenceran larutan H2SO4 dapat kita lihat terjadinya

perubahan, tapi perubahan tersebut tidak dapat kita lihat secara nyata. Sebelum

diencerkan sampai sesudah diencerkan tidak terjadi perubahan warna. Yang

berubah hanya konsentrasi dan dapat diketahui dari hasil perhitungan.

Perubahan konsentrasi ini terjadi karena adanya perubahan volume (proses

pengenceran).

Pada proses titrasi 0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH yang ditetesi

indikator metil merah tampak sekali terjadi perubahan, yaitu dapat dilihat dari

warna larutan 0,1 N NaOH + 2-3 tetes indikator merah metil sebelum dititrasi

berwarna kuning bening dan setelah dititrasi dengan larutan HCl berubah

menjadi merah muda dengan kisaran volume tertentu.

Pada titrasi ini terjadi reaksi antara asam kuat dengan basa kuat yang

membentuk garam dan air yang sering disebut reaksi penggaraman. Garam

yang terbentuk pada reaksi ini adalah Natrium Klorida.


45

HCl + NaOH  NaCl + H2O

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa Normalitas larutan NaOH

0,104 N, padahal Normalitas NaOH yang diketahui adalah 0,1 N. Hal ini terjadi

karena titrasi larutan HCl terhadap larutan NaOH sangat lambat dan mungkin

praktikan terlalu sedikit menetesi indikator merah metil sehingga pembentukan

warna merah yag diinginkan terlihat lambat.

Sama seperti titrasi sebelumnya, titrasi kali ini juga terjadi reaksi

penggaraman. Walaupun sama-sama menghasilkan garam dan air, hasil titrasi

ini masih terdapat perbedaan dengan reaksi penggaraman pada titrasi asam

terhadap basa, yaitu tampak pada titran dan titrat.

Penentuan konsentrasi larutan standar dengan larutan Na2CO3, dapat

dilihat dari volume titrasi yang digunakan masing-masing indikator. Volume

yang diperlukan untuk menitrasi larutan Na2 CO3 dengan menggunakan

indikator metil orange lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan

indikator phenolpthalein. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan pH dari

kedua indikator. Indikator metil orange mempunyai derajad keasaman (pH) dari

3,1 – 4,4, sedangkan pH dari phenolpthalein berkisar dari 8,3 – 10, sehingga

jelas bahwa indikator metil orange bersifat asam, sehingga volume yang

diperlukan lebih sedikit dari indikator phnolpthalein yang bersifat basa untuk

merubah warna larutan (H2SO4 encer).

Dari perhitungan, kita dapat mengetahui besar harga molaritas H2SO4

masing-masing indikator harga molaritas H2SO3 pada indikator metil orange

sebesar 0,0570 M, sedangkan pada indikator phenolpthalein sebesar 0,06 M.


46

Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan volume Na2CO3 yang diperlukan

untuk menitrasinya hingga terlihat perubahan warna dan perbedaan tingkat

keasaman (pH) masing-masing indikator.


47

VI. KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Pada larutan H2SO4 bersifat eksoderm, karena suhu larutan lebih rendah

dari pada H2SO4 pekat.

2. Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen yang terdiri dari zat

terlarut dan zat pelarut.

3. Pada pembuatan larutan H2SO4 kita mendapatkan harga persen berat

sebesar 22,63%, persen volume sebesar 20%, Molaritas sebesar 11,8M,

Molalitas sebesar 2,98 molal, ppm sebesar 1,159 . 196, dan fraksi mol

sebesar 0,0509.
48

DAFTAR PUSTAKA

Day, R A, Jr and A. L Underwood. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi


keempat. Terjemahan Drs. S. Soendoro, Jakarta : Erlangga.

Keenan, C W, dkk. 1984. Kimia untuk Unuversitas. Edisi 6. Jakarta :


Erlangga.

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.


Terjemahan : A. Suminar. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Syukri, S. 1993. Kimia Dasar 3. ITB. Bandung

Vogel, A.L. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.


Edisi 5 Jakarta : Kalman Media Pustaka.
49

LAMPIRAN

TUGAS

1. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer dan larutan standar

sekunder?

2. Syarat apa yang harus dipenuhi oleh suatu zat agar dapat dipergunakan

sebagai larutan standar primer?

3. Berikan sifat fisika dan kimia dari senyawa NaOH dan H2SO4!

JAWABAN:

1. Larutan standar primer adalah larutan yang konsentrasinya dapt langsung

ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume larutan

yang terjadi. Sedangkan lautan standar sekunder adalah larutan yang masih

belum diketahui konsentrasinya. Untuk itu perlu dicari berat dan volum

larutan yang ikut dalam pencampuran.

2. Syarat yang harus dipenuhi adalah :

o Zat itu harus mudah didapat dalam bentuk murni, dan keadaan

kemurniannya harus diketahui dengan tepat.

o Zat itu harus tetap, mudah dikeringkan dan hidroskopis


50

o Zat itu memiliki berat ekuivalen yang cukup tinggi agar dapat

mengurangi konsekuensinya akibat kesalahan dalam penimbangan.

3. Sifat-sifatnya adalah :

a. Sifat fisika dan kimia NaOH

- Berwarna puith dan padat

- Beracun

- Korosif

- Basa kuat

b. Sifat fisika dan kimia H2SO4

- cair

- berwarna kuning

- beracun

- korosif

- asam kuat

Anda mungkin juga menyukai