PENDAHULUAN
1.1
TUJUAN KEGIATAN
- Mengidentifikasi senyawa asam karboksilat dan ester
- Mempelajari sifat fisik dan kelarutan dari senyawa tersebut
- Mempelajari cara pembuatan ester (esterifikasi)
1.2
LATAR BELAKANG
Esterifikasi adalah salah satu jenis reaksi dimana reaksi tersebut untuk
menghasilkan ester. Ester merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkan dari
asam karboksilat.
Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah
ester hidrogen di
gugus
ini
digantikan
oleh
sebuah
gugus
hidrokarbon daribeberapa jenis. Ester dapat dihasilkan dengan cara mereaksikan
antara sebuah alkohol dengan asam karboksilat. Hal - hal yang mempengaruhi
esterifikasi adalah:
a. Suhu
b. Perbandingan zat pereaksi
c. Pencampuran
d. Katalis
1.3
LANDASAN TEORI
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat.
Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R
dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat
dapat balik(Fessenden, 1981).
Laju esterifikaasi asam karboksilat tergantung pada halangan sterik dalam
alkohol dan asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya
mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentukan ester (Anonim a, 2009).
BAB 2
METODOLOGI
2.1
Alat :
2.2
Bahan
2.3
Cara Kerja :
Panaskan kira-kira 100 ml air dalam gelas kimia hingga suhunya kira-kira 80oC
Ulangi langkah 2 diatas degan menggunakan 1 sedok the asam salisilat, kirakira 3 ml metanol, dan 20 tetes asam sulfat pekat.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1
Tabel
Tabel jadwal kegiatan
Hari, tanggal
Pukul
Kegiatan
Aroma sebelum
dipanaskan
Sesudah dipanaskan
Metanol, asam
asam sulfat pekat
3.2
Pembahasan
Pada praktikum ini membahas tentang esterifikasi atau disebut juga dengan
reaksi pengesteran. Untuk membuat senyawa ester, pada saat praktikum digunakan
asam asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH). Ester akan dihasilkan dengan
merekasikan antara asam asetat (CH3COOH) sebanyak 3 ml bersama larutan etanol
(C2H5OH) sebanyak 3 ml. Kemudian dibantu dengan larutan H2SO4 (asam sulfat)
sebanyak 20 tetes. Larutan H2SO4 (asam sulfat) berfungsi sebagai katalisator asam
yang membantu dalam proses esterifikasi. Dari campuran ketiga senyawa tersebut
yaitu asam asetat (CH3COOH), etanol (C2H5OH), dan H2SO4, dipanaskan dengan
menggunakan air yang sebelumnya telah dipanaskan terlebih dahulu dan
mendiamkannya selama 10 menit sampai terlihat adanya perubahan warna aau
bau.
Reaksi antara asam asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) akan
menghasilkan ester. Dari persamaan reaksi diatas, kita dapat mengetahui bahwa
senyawa ester yang terbentuk yaitu etil etanoat. Pada reaksi asam asetat
(CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) dipanaskan bersama asam sulfat (H2SO4) untuk
mengamati bau ester yang terbentuk. Selama proses pemanasan tersebut hanya
terjadi perubahan bau menjadi seperti bau balon gulali dan tidak terjadi perubahan
warna pada larutan tersebut (tetap berwarna bening).
Reaksi esterifikasi ini berlangsung lambat dan dapat balik atau reversible.
Senyawa ester yang terbentuk tidak banyak. Oleh kerena itu baunya sering kali
tertutupi atau terganggu oleh bau asam karboksilat.
Semua ester cukup tidak larut dalam air dan cenderung membentuk sebuah
lapisan tipis pada permukaan kecuali ester-ester yang sangat kecil. Asam dan
alkohol yang berlebih akan larut dan terpisah di bawah lapisan ester.
Ester-ester kecil seperti pelarut-pelarut organik sederhana memiliki bau
yang mirip dengan pelarut-pelarut organik (etil etanoat merupakan sebuah pelarut
yang umum misalnya pada lem). Semakin besar ester, maka aromanya cenderung
lebih ke arah perasa buah buatan misalnya buah pir.
Selanjutnya untuk percobaan kedua ester akan dihasilkan dengan
merekasikan antara asam salisilat sebanyak 1 sendok the bersama larutan metanol
sebanyak 3 ml. Kemudian dibantu dengan larutan H2SO4 (asam sulfat) sebanyak 20
tetes.
BAB 4
PERTANYAAN
4.1
4.2
Pertanyaan
1.
2.
3.
Apa fungsi asam sulfat pekat dalam percobaan ini? Dapatkah asam sulfat
pekat itu diganti dengan asam sulfat encer?
4.
5.
6.
Mengapa suhu penangas air pada percobaan di atas tidak boleh melebihi
80OC?
7.
Jawaban
1.
H2SO4
Ester + Air
3.
panas. adanya beberapa tetes asam sulfat pekat untuk mengamati bau
ester yang terbentuk.
b. Asam sulfat encer bisa menggantikan asam sulfat pekat, namun karena
kepekatannya berkurang, maka reaksi akan memakan waktu yang lama.
4.
Agar uap dariester yang terbentuk langsung mengembun dan tidak menguap
lagi.
Agar tabung tidak retak dan tidak terjadi reaksi pada senyawa campuran
tersebut seperti ledakan.
6.
Suhu 80OC merupakan suhu optimum, artinya pada suhu tersebut akan
dihasilkan ester yang maksimal sehingga suhunya tidak boleh naik atau
turun karena bisa menyebabkan ester yang terbentuk dapat rusak.
7.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
KESIMPULAN
Pada percobaan etanol, asam asetat dan asam sulfat pekat ester yang
dihasilkan berbau seperti balon tiup
Pada percobaan mentanol, asam salisilat, dan asam sulfat ester yang
dihasilkan berbau seperti balsem.
5.2.
SARAN
Lebih berhati-hati dalam pencampuran dan takaran larutan.
Air yang dipanaskan jangan sampai melebihi 80oC.
Saat membaui campuran jangan kontak langsung dengan hidung, beri jarak
sekitar 1 jengkal dari hidung dan kibas-kibas larutan tersebut. Bila tidak
dapat mengganggu saraf dan rongga pernafasan.
BAB 6
DAFTAR PUSTAKA
http://aisanandana.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://pkimorg1a.blogspot.com/2012/11/asam-karboksilat-danesterifikasi.html
http://alexschemistry.blogspot.com/2012/09/laporan-resmi-pembuatanmetil-salisilat.html
http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2237864-esterifikasi/
BAB 7
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM
ESTERIFIKASI
Kelas: XII.A2
Disusun oleh