HIDROLISIS POLISAKARIDA
Disusun oleh:
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menyelidiki apakah hidrolisis terhadap amilum dan selulosa
dapat menghasilkan glukosa.
B. Dasar Teori
Polisakarida adalah polimer yang tersusun dari ratusan hingga ribuan satuan monosakarida
yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Polisakarida adalah karbohidrat, sehingga tersusun
hanya dari atom karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Contoh polisakarida adalah pati,
glikogen, agarosa, dan selulosa. Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut
dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam
jangka panjang. Selulosa adalah salah satu komponen utama dari lignoselulosa yang terdiri dari unit
monomer D-glukosa yang terikat pada ikatan 1,4-glikosidik. Selulosa adalah komponen utama dari
dinding sel tumbuhan, dan bahan dasar bangunan bagi banyak tekstil dan kertas. Kapas adalah
bentuk alami murni selulosa. Di laboratorium, kertas ashless filter adalah sumber selulosa hampir
alami.
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen
(H+) dan anion hidroksida (OH−) melalui suatu proses kimia. Proses ini biasanya digunakan untuk
memecah polimer tertentu.
Uji iod digunakan untuk menunjukkan adanya polisakarida. Jika ke dalam bahan yang
mengandung polisakarida diberi larutan iod dan menghasilkan warna biru, berarti bahan tersebut
mengandung amilum (amilosa). Amilopektin akan memberikan warna merah ungu, sedangkan
glikogen dan dektstrin akan memberikan warna merah cokelat. Uji Fehling digunakan untuk
menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi (monosakarida, laktosa, dan maltosa). Larutan Fehling
dibuat dari campuran larutan CuSO4 (Fehling A) dan Na-K-tartrat (Fehling B). Perekasi ini akan
membentuk endapan merah bata dengan monsakarida.
Alat:
1. Kaca arloji sedang
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Sendok/spatula
5. Lumpang porselen sedang
6. Gelas kimia
7. Gelas ukur
8. Kaki tiga dan kawat kasa
9. Pembakar Spiritus
Bahan:
1. Fehling A
2. Fehling B
3. Larutan H2SO4 pekat
4. Larutan NaOH 6M
5. Larutan Iodin
6. Glukosa
7. Kapas
8. Amilum
9. Kertas Lakmus
10. Air
Uji Iod
Kapas bewarna merah kecokelatan seperti warna iodin
Amilum bewarna biru kehitaman
Percobaan nomor 3, karena amilum dan selulosa sukar mengalami hidrolisis, akan tetapi pada saat 2
zat tersebut dihidrolisis dengan H2SO4 pekat, lalu diuji dengan fehling maka akan menunjukkan
perubahan warna. Larutan kapas berubah warna menjadi kehijauan dan larutan amilum berubah
warna menjadi biru kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa selulosa dan amilum mengandung
glukosa.
4. Apa pengaruh asam sulfat pekat terhadap zat penyusun amilum dan selulosa?
Polisakarida stabil terhadap asam mineral encer dan panas. Asam sulfat yang pekat akan
menyebabkan kedua sampel yang diuji (amilum dan selulosa) akan mengalami dehidrasi menjadi
furfural, yaitu suatu turunan aldehida. Asam Sulfat pekat menyebabkan terjadinya hidrolisis,
sehingga ikatan glikosida ada yang terputus dan terhidrolisis menjadi glukosa.
Pada percobaan pertama, yaitu pengujian amilum dan kapas dengan larutan iod, apabila
keduanya di letakkan di kaca arloji dan diteteskan dengan larutan iod, maka kapas akan berubah
warna menjadi merah kecoklatan (sama seperti warna iodin), sedangkan amilum berubah warna
menjadi biru kehitaman. Hal ini menandakan bahwa kapas tidak mengandung amilum. Pada bubuk
amilum sendiri, perubahan warna menjadi biru kehitaman disebabkan karena dalam bubuk amilum,
terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi
pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan amilum dapat berbentuk kompleks dengan
molekul iodin yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru kehitaman
pada kompleks tersebut. Amilum bereaksi dengan molekul iod karena struktur amilum pada larutan
berbentuk heliks yang berbentuk kumparan sehingga dapat diisi oleh molekul iod di dalamnya.
Pada percobaan kedua, yaitu uji karbohidrat pereduksi atau aldehida pada larutan glukosa,
pereaksi yang digunakan adalah Fehling A dan Fehling B. Larutan fehling A adalah larutan
CuSO4 dalam air, sedangkan larutan fehling B adalah larutan garam Kalium Natartrat dan NaOH
dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan secara terpisah dan baru dicampur menjelang
digunakan untuk menguji glukosa. Saat larutan glukosa (yang sudah berada di tabung reaksi)
direaksikan dengan larutan Fehling A dan B, maka ion Cu2+ pada fehling A akan tereduksi menjadi
ion Cu+ , yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O menurut reaksi :
2Cu2+ + 2OH- —> Cu2O + H2O
Harusnya, endapan berwarna merah bata, tetapi berdasarkan hasil praktik, didapatkan
endapan warna kekuningan. Ini tentu benar, karena mungkin kadar glukosa yang digunakan hanya
0,1%, sedangkan untuk menghasilkan endapan merah bata, diperlukan kadar glukosa 1%.
Pada percobaan ketiga, yaitu uji fehling terhadap larutan amilum dan larutan selulosa,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat larutan amilum dan selulosa. Saat salah satu
sampel uji yang dimasukkan ke dalam lumpang telah dialu, maka teteskan 8--10 tetes H2SO4 hingga
larut. Perlu diketahui, polisakarida stabil terhadap asam mineral encer dan panas. Asam sulfat yang
pekat akan menyebabkan kedua sampel yang diuji akan mengalami dehidrasi menjadi furfural, yaitu
suatu turunan aldehida. Setelah larut, tambahkan 15 ml air ke lumpang, lalu pindahkan ke gelas
kimia (beaker glass) dan dipanaskan selama beberapa menit. Netralkan larutan dengan larutan basa
encer sebanyak 30 tetes, karena dapat mengubah sakarida, yang terjadi pada atom C-anomerik
(pertama) dan atom C-lainnya tanpa mempengaruhi atom-atom C lainnya. Apabila basa yang
digunakan berkadar tinggi, maka akan terjadi polimerisasi, sehingga polisakarida mudah mengalami
dekomposisi. Contoh larutan basa encer yang digunakan adalah NaOH 6 M. Setelah kedua larutan
amilum dan kapas dibuat, lakukan uji fehling yang sama seperti percobaan kedua. Dengan
melakukan uji fehling, maka kita akan dapat mengetahui apakah mengandung glukosa atau tidak.
Jika larutan bewarna merah bata maka menunjukkan konsentrasi glukosanya timggi, sedangkan jika
bewarna kehijauan konsentrasi glukosanya rendah. Pada percobaan kami, saat kedua larutan
tersebut dipanaskan, larutan kapas bewarna kuehijauan dan larutan amilum bewarna merah bata.
Larutan kapas mengandung glukosa, tetapi hasilnya bewarna kehijauan karena konsentrasi
glukosanya rendah. Sedangkan larutan amilum lebih banyak mengandung glukosa sehingga
bewarna merah bata. Akan tetapi, karena kami terlalu lama memanaskannya sehingga larutan
amilum berubah menjadi biru kehitaman.
H. Kesimpulan
I. Daftar Pustaka
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hidrolisis
https://www.sridianti.com/pengertian-selulosa.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Polisakarida
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Amilum
https://artikeltop.xyz/perbedaan-amilosa-dan-selulosa.html
https://www.academia.edu/11705222/Laporan_Uji_Identifikasi_Karbohidrat
http://www.academia.edu/7048429/LAPORAN_ORGANIK_KARBOHIDRAT
http://blokasal.blogspot.com/2015/03/laporan-praktikum-kimia-uji-selulosa_14.html
http://www.academia.edu/9729169/Uji_karbohidrat_Dengan_Metode_Iodin